Branch Exchange) dengan Hunting System.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

BAB III METODE PELAKSANAAN

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

128 Universitas Indonesia

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

INSTALASI JARINGAN KOMUNIKASI. Kuliah November 2009

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

TUGAS AKHIR PERENCANAAN INSTALASI SISTEM ELEKTRONIKA DAN TELEKOMUNIKASI ROYAL SANUR HOSPITAL BALI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. 3.2 Diagram Alir Pelaksanaan Diagram alir pelaksanaan Proyek ini antara lain sebagai berikut : Mulai

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

FIRE ALARM SYSTEM GEDUNG TERMINAL BANDARA. Elektronika Bandara Kualanamu International Airport

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Tabel 4.1 Data Fire Alarm di setiap Lantai

BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( )

Lampiran 1 Hasil Penilaian

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

SMOKE DETECTOR. a. Open Loop (Loop Terbuka)

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN INSTALASI ELEKTRONIK DAN TELKOMUNIKASI RUMAH SAKIT JIH SURAKARTA

Setting Konfigurasi Fire Alarm Control Panel

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

MATERI PENUNJANG KULIAH MK UTILITAS: SISTEM PENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN JAFT UNDIP. MK UTL BGN : Gagoek.H

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

BAB VI HASIL PENELITIAN

SEBARAN KARIR INSINYUR (ENGINEER) (SUMBER : SLIDE PROFIL ORGANISASI PII )

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 2 (alat pemadam kebakaran aktif)

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

Pemeriksaan keselamatan kebakaran bangunan gedung

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

ESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

SEBARAN KARIR INSINYUR (ENGINEER) (Sumber : Slide Profil Organisasi PII )

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 15 TAHUN : 2003 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG

Sejarah dan Perkembangan Closer Circuit Television (CCTV)

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN 12 PRINSIP ERGONOMI PADA RUANG SERVER (STUDI KASUS RUANG SERVER UNIVERSITAS GADJAH MADA)

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

BAB V KONSEP PERANCANGAN. efisiensi dan efektivitas (Masri, 2010: 27). Kedua hal tersebut merupakan masalah

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

Sistem Deteksi Kebakaran Pada Gedung Berbasis Programmable Logic Controller (PLC)

Nama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat :

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK TEKNISI FIRE ALARM MELAKUKAN PRA-KOMISIONING SISTEM FIRE ALARM

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

SISTEM KEAMANAN BERBASIS CCTV DAN PENERANGAN OTOMATIS DENGAN MODIFIKASI UPS SEBAGAI PENGGANTI SUMBER LISTRIK YANG HEMAT DAN TAHAN LAMA

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III PERENCANAAN HYDRANT

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Tabel 5.1 Program Ruang Kegiatan Pelayanan Umum. Jenis Ruang

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN DI KABUPATEN BADUNG

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung.

PUSAT DATA (DATA CENTER) standar ini bertujuan untuk mengatur penyelenggaraan pusat data (data center) di Kementerian.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Nomor Standar : S2/DIT/2014/DS Tanggal : 1 Desember 2014 STANDAR RUANG DATA CENTER

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

PROFIL INFRASTRUKTUR PERALATAN PADA GEDUNG PUSAT KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

Transkripsi:

JARINGAN EKSTERNAL TELEPON KAWASAN Sistem komunikasi: PABX (Private Automatic Branch Exchange) dengan Hunting System. Jaringan sambungan dari PT TELKOM masuk ke Terminal Box Telkom (TB-TEL) di Ruang Operator yang terletak di bangunan. Dari Terminal Box Telkom (TB-TEL) jaringan dihubungkan dengan MDF (di ruang operator). Dari MDF jaringan dihubungkan langsung ke Terminal-Terminal Box yang ada di dalam bangunan-bangunan. Kabel telepon sambungan langsung dihubungkan ke soket pada Terminal Box. Disediakan jalur telepon untuk sambungan langsung dan telepon umum. Pesawat telepon mempunyai fasilitas untuk berhubungan dengan pesawat cabang lain secara langsung, sedangkan sambungan keluar harus melalui operator (beberapa pesawat tertentu dapat diprogram untuk berhubungan keluar). Di beberapa bangunan/fasilitas disediakan beberapa jalur untuk sambungan langsung.

Di Sentral Sistem Telepon disediakan: - Satu Box terminal kabel PT TELKOM - Satu MDF - Terminal Box Telepon (TB-T) di tiap bangunan/fasilitas - Outlet telepon di tiap ruang yang diperkirakan membutuhkan Jaringan dari PT TELKOM masuk ke Terminal Box Telkom (TB-TEL) di Ruang Sentral Sistem Telepon. Dari Terminal Box Telkom (TB-TEL) jaringan dihubungkan dengan MDF. Dari MDF jaringan dihubungkan langsung ke Terminal Box Telepon (TB-T) di tiap bangunan/fasilitas. Terminal Box dihubungkan dengan soket (outlet) pesawat Telepon Outlet telepon di tiap ruangan yang diperkirakan membutuhkan.

T - 1 T - 1 S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T B T - 1 3 P R I N T E P R E R S O N O A P L E R A T F O A R K S I M I L E C O M P U T T E E R L E P O N T - 1 M O D U L P C I N T E R F A C E P E N G H I T U N G P U L S A S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T B T - 1 T - 1 U P S 4 5 0 W 2 2 0-2 4 0 V T5 0 I P H E z B A T E R E K E R I N G P A B X M D F 4 0 0 P A I R J A L U R N T E L K O M T E L K O M T E R M I N A L B O X T - 2 T - 2 T B T - 2 S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T - 1 T - 1 T B T - 1 S T E L - K 4 0 X 2 X 0. 6 m m 2 T - S T - S Gambar 1 Diagram Sistem Telepon

SISTEM TATA SUARA KAWASAN Sistem tata suara digunakan untuk di dalam maupun di luar bangunan, mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu: - Background music - Pemanggilan (paging) dan penyampaian pesan/pengumuman (messaging) - Pemanggilan pengemudi (car call) Pemasangan sistem tata suara untuk area ini dapat diatur sedemikian rupa, sehingga mempunyai urutan prioritas misalnya seperti tersebut di bawah ini: - Background music - Paging and messaging - Car call Sistem tata suara, antara lain terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: - radio tuner - cassete deck recorder - cd/dvd/mp3 player

- remote microphone dengan chime generator - mixer pre amplifier - power amplifier - selector - terminal Box - speaker - pengatur volume suara (attenuator) - alat-alat bantu dan penunjang lainnya. ANTENNA DIAGRAM SKEMATIK SISTEM TATA SUARA CEILING SPEAKER ATTENUATOR AM/FM RADIO TUNER MIXER POWER AMPLIFIER SELECTOR CEILING SPEAKER ATTENUATOR TAPE DECK COLUMN SPEAKER CD/DVD/MP3 PLAYER REMOTE MIC AND CHIME GENERATOR Gambar 2 Skematik Sistem Tata Suara

KEMAMPUAN OPERASI Dalam kondisi biasa, sistem tata suara digunakan sebagai background music yang dilayani dari ruang kontrol. Tidak semua speaker digunakan untuk sarana penunjang ketiga tujuan di atas. Terdapat speaker yang hanya diperuntukkan tujuan background music, namun ada pula speaker untuk tujuan ketiga-tiganya. Untuk ruang-ruang yang dilengkapi dengan speaker bertujuan emergency call, di setiap ruangan disediakan minimal sebuah pengatur tingkat kuat suara attenuator, untuk melayani semua speaker yang terpasang di dalam ruangan tersebut. Pengatur tingkat kuat suara ini juga dapat menghidup-matikan speaker di ruangan tersebut. Pengaturan tingkat kuat suara

dilakukan secara bertingkat dengan menggunakan variable resistance device. Untuk keperluan paging dan messaging, serta untuk keperluan tertentu lainnya; pengaturan peralatan tata suara harus dapat dilakukan secara remote dari bagian penerangan/information, yaitu: - Menghidupkan sistem tata suara jika saat itu sedang dimatikan - Menghentikan background music yang sedang berlangsung - Menghidupkan speaker yang dimatikan dari pengatur tingkat kuat suara di setiap ruangan yang dilengkapi dengan sistem tata suara - Mengambil alih fungsi seluruh speaker yang terpasang di dalam bangunan untuk keperluan paging dan messaging difungsikan sebagai sarana background music - Mengembalikan fungsi sistem tata suara ke keadaan semula, yaitu sebelum dioperasikan untuk paging dan messaging atau car call Untuk paging dan messaging tingkat kuat suara di setiap speaker sama dan tidak dipengaruhi oleh posisi pengatur tingkat kuat suara yang

dipasang di setiap ruangan. Tingkat kuat suara untuk paging dan messaging dapat di-set secara terpusat dari sentral sistem tata suara. Hal-hal tersebut di atas berlaku pula untuk keperluan emergency call yang dilakukan dari Sentral Sistem Pengindera Kebakaran. Nada-nada yang mengawali paging dan messaging serta emergency call harus mempunyai nada-nada yang cukup spesifik (berbeda dengan sumber audio lainnya). Dari MDF jaringan dihubungkan langsung ke Terminal Box Tata Suara. Background music dapat diprogram untuk cassete deck, atau radio tuner. Sistem tata suara digunakan untuk di dalam maupun di luar bangunan

SISTEM ALARM KEBAKARAN EKSTERNAL KAWASAN Pada area yang dikunjungi oleh banyak orang, dengan bangunan berklasifikasi tertentu dibutuhkan standar keamanan yang tinggi. Pada area ini dipasang jaringan instalasi alarm kebakaran, yang menggunakan beberapa jenis detektor panas. Sistem deteksi kebakaran dan sistem alarm pada ruangan-ruangan dikontrol oleh panel kontrol utama alarm kebakaran (MCFA: Master Control of Fire Alarm), yang pada prinsipnya apabila terjadi kebakaran, maka akan dideteksi oleh detektor-detektor panas yang dipasang untuk mendeteksi kebakaran di area-area (zone). Sistem alarm kebakaran akan menggunakan komponen-komponen sebagai berikut: - Panel kontrol utama alarm kebakaran (MCFA: Master Control of Fire Alarm)

- Detektor panas untuk temperatur tertentu (fixed temperature heat detector) - Detektor kenaikan panas (temperature rate of rise detector), yang dapat mendeteksi kenaikan suhu ruangan - Detektor asap (smoke detector), yang dapat mendeteksi apabila terdapat asap di ruangan tertentu - Terminal Box Fire Alarm (TB-FA) yang menjadi kotak terminal kabel untuk area-area (zone) tertentu - Bel alarm kebakaran (fire alarm bell) - Lampu alarm kebakaran (fire alarm luminous) - Manual break glass, yakni peralatan berpenutup kaca; jika terjadi kebakaran, penutup tersebut dapat (boleh) dipecahkan, yang kemudian akan membunyikan indikator bel dan menyalakan indikator lampu - Resistor akhir jalur (end of line resistor) - Panel anunsiator (annunciator panel) - Alat-alat bantu dan penunjang lainnya - Catu daya (power supply) yang merupakan sumber daya untuk bekerjanya sistem alarm kebakaran tersebut dan Uninterupted Power Supply (UPS)

DIAGRAM SKEMATIK FIRE ALARM TB-F2 SMOKE RATE OF FIXED TEMP ALARM ALARM BREAK DETECTOR RISE DETECTOR BELL LUMINOUS GLASS S H F B A EOL ALARM POINTER ANNUNCIATOR PANEL MCFA POWER SUPPLY BATERE NiCad TB-F1 S H F B A EOL Gambar 3 Skematik Fire Alarm

SISTEM KEAMANAN CCTV EKSTERNAL KAWASAN Untuk pengawasan keamanan di dalam maupun di luar gedung, dipasang sistem keamanan menggunakan Televisi Saluran Tertutup (Closed Circuit Television). Sistem keamanan ini mempunyai beberapa komponen utama, antara lain: - Digital Video Recorder yang berfungsi sebagai multiplexer dan perekam (penyimpan memori) - Kamera tetap (fixed) - Kamera yang dapat digerakkan ke kiri, ke kanan, ke atas, dan ke bawah; serta mempunyai kemampuan zooming (pan, tilt, zoom) - Pan, tilt, zoom controller - Catu daya (power supply) yang merupakan sumber daya untuk bekerjanya sistem alarm kebakaran tersebut dan Uninterrupted Power Supply (UPS)

DIAGRAM SKEMATIK SISTEM KEAMANAN CCTV P/T/Z CONTROLLER C C F CA C C MONITOR LANTAI DASAR VIDEO DIGITAL RECORDER C P ZO CAM POWER SUPPLY UPS LANTAI SATU P/T/Z CONTROLLER MONITOR LANTAI DASAR VIDEO DIGITAL RECORDER C C POWER SUPPLY UPS LANTAI DASAR Gambar 4 Skematik Sistem Keamanan CCTV JARINGAN AIR PEMADAM KEBAKARAN

Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan pemadam kebakaran: - Sistem pemadam kebakaran tersebut harus dapat melayani seluruh bagian bangunan - Perlu adanya pompa pemadam kebakaran dan reservoir - Hydrant pillars, hydrant Box harus ditempatkan di lokasi-lokasi yang mudah dicapai. Jarak antara dua hydrant pillar tidak melebihi 60 meter - Hydrant Box harus ditempatkan di dalam bangunan di setiap lantai. Jumlah hydrant Box harus dihitung berdasarkan konsep arsitektur dan luas bangunan yang harus dilayani - Volume reservoir air pemadam kebakaran dihitung berdasarkan standar yang berlaku - Portable Fire Extinguisher di tempat-tempat yang ditentukan APLIKASI RANCANGAN

a. Hidran kebakaran. Sistem hidran harus dipasang pada bangunan: yang memiliki luas lantai total lebih dari 500m 2, dan terdapat regu pemadam kebakaran. Sistem hidran kebakaran; - harus dipasang sesuai dengan standar yang berlaku, SNI 1745; dan - hidran dalam bangunan harus melayani hanya di lantai hidran tersebut ditempatkan, kecuali pada satuan peruntukan bangunan, yaitu: - bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian kelas 4, dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai yang memiliki/terdapat jalur keluar, atau - bangunan kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang berlantai tidak lebih dari 2 (dua), dilayani oleh hidran tunggal yang ditempatkan pada lantai yang memiliki/terdapat jalur keluar; asalkan hidran dapat menjangkau seluruh satuan peruntukan bangunan.

Bila dilengkapi dengan pompa kebakaran harus terdiri dari: - 2 (dua) pompa, yang sekurang-kurangnya satu pompa digerakkan oleh motor bakar atau motor listrik yang dicatu dari daya generator darurat, - 2 (dua) pompa yang digerakkan oleh motor listrik yang dihubungkan dengan sumber tenaga yang terpisah satu sama lain, - bila pompa kebakaran dihubungkan dengan jaringan pasokan air dan dipasang pada bangunan dengan ketinggian efektif kurang dari 25m, satu pompa digerakkan oleh: - motor-bakar, atau - motor listrik yang dicatu dari generator darurat, atau - motor listrik yang dihubungkan pada sumber tenaga yang terpisah satu sama lain melalui fasilitas pemindah daya otomatis; Pemasangan pompa kebakaran dalam bangunan harus pada tempat yang:

mempunyai jalur keluar ke jalan atau ruang terbuka, atau jika bangunan tidak dilindungi seluruhnya dengan sistem sprinkler sesuai ketentuan yang berlaku, tempat pompa harus terpisah dari bangunan, dan dengan konstruksi yang mempunyai TKA tidak kurang dari yang dipersyaratkan bagi suatu dinding tahan api untuk klasifikasi bangunannya; untuk pompa yang ditempatkan di luar bangunan, maka bangunan rumah pompa tersebut harus jelas terlihat, tahan cuaca, mempunyai jalur keluar langsung ke jalan atau ruang terbuka, dan jika dalam jarak 6m dari bangunan, maka dinding rumah pompa dan bagian dinding luar yang berjarak 2m dari samping rumah pompa dan 3m di atas rumah pompa, atau dinding antara bangunan dan rumah pompa yang berjarak 2m dari sisi rurnah pompa dan 3m di atas rumah pompa harus mempunyai TKA tidak kurang dari yang dipersyaratkan untuk dinding tahan api sesuai kelas bangunannya. bila sistem pasokan air mengambil air dari sumber statis, maka harus disediakan

sambungan yang cocok dan jalan masuk kendaraan pemadam kebakaran untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran memompa air dari sumber tersebut; dan harus disediakan sambungan yang berdekatan dengan lokasi tersebut untuk meningkatkan tekanan air dalam sistem gedung; serta harus dirancang untuk memenuhi tekanan dan laju aliran yang disyaratkan untuk operasi petugas pemadam kebakaran. b. Hose Reel Sistem Hose Reel harus disediakan: untuk melayani seluruh bangunan, dengan 1 (satu) atau lebih hidran dalam dipasang, atau: bila hidran dalam tidak dipasang, untuk melayani setiap kompartemen kebakaran dengan luas lantai lebih dari 500 m 2 dan untuk maksud butir ini, 1 (satu) unit hunian bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian bangunan kelas 4, dipertimbangkan sebagai kompartemen kebakaran. Sistem Hose Reel, harus: Dipasang sesuai dengan standar yang berlaku.

Melayani hanya lantai pada lokasi alat ini ditempatkan, kecuali pada satu unit hunian, - pada bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian kelas 4 dilayani oleh Hose Reel tunggal yang ditempatkan pada jalur keluar dari unit hunian tersebut, dan - pada bangunan kelas 5, 6, 7, 8 atau 9 yang tidak lebih dari 2 (dua) lantai, dilayani oleh Hose Reel tunggal yang ditempatkan pada jalur keluar dari satu unit hunian tersebut dengan syarat Hose Reel melayani seluruh unit hunian. Memiliki selang kebakaran yang harus diletakkan sedemikian rupa untuk menghindari partisi atau penghalang di dalam mencapai setiap bagian lantai dari tingkat yang bersangkutan Hose reel yang dipasang mengikuti butir 3 (tiga) di atas ditempatkan: - di luar bangunan, atau - di dalam bangunan sekitar 4m dari pintu keluar, atau - di dalam bangunan berdekatan dengan hidran dalam (selain hidran yang dipasang di pintu keluar yang diisolasi tahan api); atau

- kombinasi (a), (b), dan (c), sehingga hose tidak perlu melintasi pintu keluar masuk yang dilengkapi dengan pintu kebakaran atau pintu asap. Bila dihubungkan dengan meteran air, maka: - dipelihara kebutuhan kecepatan aliran dari hose reel; - diameter pipa dari meteran air atau instalasi PAM berdiameter tidak kurang dari 25mm; - jaringan pipa memenuhi syarat pembagian pasokan air; - tiap katup yang mengatur aliran air dari sumber air utama ke Hose Reel harus dijaga pada posisi terbuka oleh pengunci dari logam. Bila dipasok oleh sumber air utama dengan diameter nominal lebih besar dari 25mm dan yang dihubungkan dengan sumber air untuk hidran, sebuah katup yang memenuhi butir 5.4 harus dipasang pada sambungan ke saluran utama c. Sistem Sprinkler

Sistem sprinkler harus dipasang pada bangunan sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut: Persyaratan Pemakaian Sprinkler Jenis bangunan Kapan Sprinkler diperlukan: Semua kelas bangunan: 1. Termasuk lapangan parkir terbuka dalam bangunan campuran, 2. Tidak termasuk lapangan parkir terbuka, yang merupakan bangunan terpisah Pada bangunan yang tinggi efektifnya lebih dari 25m

Dalam kompartemensasi dengan salah satu Bangunan pertokoan. ketentuan berikut: (a) luas lantai lebih dari 3.500m 2. (b) volume ruangan lebih dari 21.000m 3. Bangunan Rumah Sakit. Ruang Pertemuan Umum, Ruang Pertunjukan, Teater. Konstruksi Atrium. Bangunan berukuran besar dan terpisah. Lebih dari 2 (dua) lantai. Luas panggung dan belakang panggung lebih dari 200m Tiap bangunan beratrium Untuk memperoleh ukuran kompartemen

yang lebih besar: (a) bangunan kelas 5-9 dengan luas maksimum 18.000m 2 dan volume 108.000m 3. (b) semua bangunan dengan luas lantai lebih besar dari 18.000m 2 dan volume 108.000m 3. Ruang parkir, selain nuang parkir terbuka Bangunan dengan risiko bahaya kebakaran 2 (dua) persyaratan berikut: amat tinggi.* Bila menampung lebih dari 40 kendaraan. Pada kompartemen, dengan salah satu dari 2 (dua) persyaratan : (a) Luas lantai melebihi 2.000m 2. (b) Volume lebih dari 12.000m 3.

*Jenis bangunan dengan resiko bahaya kebakaran tinggi sesuai standar teknis yang berlaku. Sistem sprinkler harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Standar perancangan dan pemasangan sprinkler otomatis sesuai standar teknis yang berlaku, SNI-3989. Bangunan ber-sprinkler. Tanpa mengurangi ketentuan atau standar yang berlaku bangunan, atau bagian bangunan dianggap ber-sprinkler, jika: - sprinkler terpasang di seluruh bangunan, atau: - dalam hal sebagian bangunan: o sebagian bangunan dipasang sprinkler dan diberi kompartemen kebakaran pada bagian yang tanpa sprinkler, dan o setiap bukaan pada konstruksi pemisah antara bagian ter-sprinkler dan bagian tak tersprinker diproteksi sesuai ketentuan proteksi pada bukaan Katup kontrol sprinkler.

Katup kontrol sprinkler harus ditempatkan dalam suatu ruang yang aman atau ruang tertutup yang berhubungan langsung ke jalan atau ruang terbuka. Pasokan air. Tanpa mengurangi ketentuan dalam standar teknis yang berlaku mengenai sprinkler, pasokan air untuk sistem sprinkler harus memperhatikan tinggi efektif bangunan, luar bangunan yang diisyaratkan menggunakan sprinkler, dan klasifikasi bangunan sesuai standar teknis yang berlaku. Sambungan dengan peralatan alarm lainnya. Sistem sprinkler harus disambung atau dihubungkan ke dan dapat mengaktifkan: - setiap peringatan darurat dan sistem komunikasi internal yang disyaratkan; atau - sistem pengeras suara atau peralatan lainnya yang dapat didengar bila peringatan darurat dan sistem komunikasi internal tidak disyaratkan, Peralatan anti gangguan (Anti Tamper). Untuk sistem sprinkler yang dipasang di teater, ruang pertemuan umum, atau

semacamnya, maka pada tiap katup yang berfungsi mengendalikan sprinkler di daerah panggung, harus dipasang peralatan anti gangguan yang dihubungkan ke panel pemantau. Sistem sprinkler di ruang parkir. Sistem sprinkler yang dipasang pada ruang parkir pada bangunan multi-kelas, harus: - berdiri sendiri, tidak berhubungan dengan sistem sprinkler di bagian bangunan lainnya. - bila berhubungan dengan sistem sprinkler yang melindungi bagian bangunan bukan ruang parkir, harus dirancang sehingga sistem sprinkler yang melindungi bagian bukan nuang parkir dapat diisolasi dengan tanpa mengganggu aliran air, ataupun mempengaruhi efektivitas operasi sprinkler yang melindungi ruang parkir. d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR yang jenisnya sesuai kebutuhan harus dipasang di seluruh bangunan, kecuali di dalam unit hunian bangunan kelas 2 atau kelas 3 atau sebagian bangunan kelas 4, yang memungkinkan dilakukannya pemadaman awal efektif terhadap kebakaran oleh penghuni bangunan.

APAR memenuhi butir 1, jika: - Disediakan dengan mengikuti standar teknis yang berlaku, SNI-3987 kecuali PAR jenis air yang tidak perlu dipasang di dalam bangunan atau bagian bangunan yang dilayani oleh Hose Reel, dan - APAR dari jenis bukan kelas A harus ditempatkan pada lokasi yang dapat menjangkau lokasi yang mengandung jenis bahaya yang harus diatasi. e. Sketsa Sistem Pemadam Kebakaran dan Deteksi Kebakaran Sistem pemadam kebakaran dan automatic sprinkler berguna melindungi bangunan terhadap bahaya kebakaran. Pada masingmasing lantai terdapat beberapa unit Hydrant Box/FHC yang ditempatkan pada area yang langsung bisa terlihat dan sistem sprinkler pada tiap lantai, untuk pencegahan preventif pada kebakaran. Pada area tertentu dipasang pemadam api ringan atau Fire Extinguisher yang berkapasitas 6 (enam) kg.