BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai dengan pertengahan abad-21, masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah seksualitas tersebut dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya. Kata seks berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin. Tetapi dalam masyarakat Indonesia kata seks selalu diidentikkan dengan hubungan seksual dan hal-hal yang bersifat negatif. Oleh karena itu masyarakat di Indonesia menganggap semua hal yang berkaitan dengan seks adalah hal yang tabu dan tidak pantas dibicarakan secara terbuka. Jika menelusuri lebih jauh, sebenarnya masalah seks sangat luas dimensinya. Dalam hal ini,berbicara masalah seks, seksualitas, tidak hanya membicarakan masalah hubungan seksual dan hal-hal yang negatif, tetapi membicarakan masalah kesehatan reproduksi, anatomi dan fisiologi organ reproduksi, penyakit menular seksual, orientasi seks, dan lain-lain. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja semakin mendekati usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belum cukup. 1

2 Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obatobatan dan terlibat dalam perbuatan seks(hurlock, 1997). Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.(www.e-psikologi.com). Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh, misalnya seperti di 2

3 sekolah atau perguruan tinggi, membahas dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet. Informasi mengenai seks yang didapat dari teman sebaya biasanya masih terbatas. Hal tersebut karena teman sebaya juga belum faham mengenai permasalahan seksual. Kebanyakan hal yang ingin diketahui oleh remaja tersebut adalah hal yang negatif. Salah satu tindakan negatif yang dilakukan oleh remaja adalah melakukan perilaku penyimpangan seks. Basri(1994) berpendapat bahwa deviasi seksual merupakan penyimpangan tingkah laku seksual yang mempunyai dampak negatif sehingga dapat mengganggu taraf ketentraman dan norma kehidupan bermasyarakat. Hasil Survei Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) terhadap 188 siswa dari empat SMA swasta maupun negeri kelas III di Kota Salatiga menunjukkan bahwa sebanyak 3,2 persen siswa sekolah menengah atas telah melakukan hubungan seks (intercourse) dan 2,13 persen telah mencoba-coba melakukan petting (mendekatkan alat kelamin tanpa intercourse). Hubungan seks yang dilakukan remaja tersebut tidak hanya dilakukan pada pacar, melainkan juga pada teman dan pekerja seks. Perbuatan itu paling banyak dilakukan di dalam rumah sendiri, hotel, maupun losmen (Kompas Jateng, 10 Maret 2005). Menurut hasil survei tersebut hubungan seks sudah dilakukan sejak umur 15 hingga 17 tahun. Aktivitas pacaran yang dilakukan mulai dari ngobrol (67 %), berpegangan tangan (42 %), berpelukan (31,4%), cium pipi/kening (33,5 %), cium leher (5,3 %), meraba daerah sensitif (4,3 %), petting (2,13 %), hingga melakukan hubungan seks ( 3,2 %). Yang memprihatinkan ada responden yang mengaku 3

4 telah melakukan hubungan seks dengan menggunakan alat kontrasepsi, yang berarti menunjukkan pelakunya lebih dari sekedar coba-coba. Sehat secara lahiriah, namun tidak sehat secara moral. Latar belakang melakukan hubungan seks lebih besar didasarkan pada ungkapan cinta (1,6 %), coba-coba (1,06 %), dan kebutuhan biologis (0,53 %). Masih Menurut penelitian tersebut, norma masyarakat masih tertanam cukup baik dengan 1,6 % responden mengaku bersalah melakukan hubungan seks, 0,53 % takut ketahuan, 0,5 % ingin melakukan lagi dan 1,1 % merasa nikmat. (www.penulis-lepas.com). Kemudian dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Rahmawati, dkk pada tahun 2001 di Yogyakarta terhadap 10 subyek, di ketahui bahwa sembilan orang terangsang gairahnya karena melihat situs porno dan satu orang melakukan onani setelah melihat situs porno di internet. Perilaku-perilaku tersebut sebagian besar merupakan pengaruh dari teman sebaya. Karena informasi dari teman sebaya yang tidak akurat menyebabkan mereka melakukan perilaku seksual menyimpang. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari Koentjoro(1993) bahwa informasi yang diberikan oleh teman sebaya bersifat tidak adekuat, cenderung cabul, karena mereka sendiri sama-sama sedang mencari informasi mengenai seks secara diam-diam yang akhirnya mendorong remaja untuk cobacoba dalam menyalurkan dorongan seks yang dialaminya. Pada masa remaja, teman sebaya merupakan orang yang paling berpengaruh dalam diri remaja. Banyak hal yang didapat oleh seorang remaja dari teman sebayanya. Umumnya teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada diri remaja. Mappiare (1982) mengemukakan pengaruh kuat teman sebaya atau 4

5 sesama remaja merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masamasa remaja. Diantara para remaja, terdapat jalinan ikatan perasaan yang sangat kuat. Ikatan perasaan tersebut merupakan awal dari pengaruh yang terjalin antara teman sebaya. Kemudian timbul keinginan untuk diperhatikan dan mendapat tempat dalam kelompok teman-teman itulah, yang mendorong remaja untuk meniru apa yang dibuat, dipakai atau dilakukan oleh teman-temannya. Menurut Hurlock (1996) kelompok teman sebaya merupakan dunia nyata remaja menyiapkan tempat dimana mereka dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Didalam kelompok sebayanya mereka merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, disinilah ia dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan tidak dapat memikirkan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindarinya. Pada masa remaja ini, remaja dihadapkan pada dua hal yang saling bertentangan. Disatu sisi seorang remaja ingin diakui sebagai orang yang sudah dewasa, sehingga remaja tidak mau lagi dikatakan sebagai anak kecil. Tapi disisi lain remaja belum mampu untuk memikul tanggung jawab seperti orang dewasa. Kehadiran teman dan keterlibatan teman dalam suatu kelompok membawa pengaruh tertentu baik positif maupun negatif. Bila seorang dari kelompok itu senang dengan acara hura-hura maka remaja yang lain dalam kelompok itu akan terpengaruh pula untuk ikut dalam acara tersebut. Seorang remaja yang merasa telah cocok dengan teman atau kelompoknya, tentu cenderung untuk mengikuti gaya kelompok tersebut dan sangat sulit bila tidak mengikuti gaya kelompoknya walau dirasa buruk. Hal tersebut dilakukan oleh seorang remaja agar tetap diakui sebagai anggota kelompok dari teman sebayanya. Disamping pengaruh negatif 5

6 remaja juga bisa memperoleh pengaruh yang bersifat positif dari teman sebayanya. Teman sebaya juga bisa memberikan pengaruh pada peningkatan keberagamaan seorang remaja. Sehingga seorang remaja mampu membentengi diri dari pengaruh negatif yang mungkin ada di sekitarnya. Menurut Daradjat (1990) keyakinan beragama, kesadaran beragama dan orientasi keagamaan menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang. Keyakinan itu akan mengawasai segala tindakan, perkataan, bahkan perasaannya pada saat seseorang tertarik pada sesuatu yang tampaknya menyenangkan. Hal yang menyenangkan tersebut berupa hal-hal yang melanggar aturan atau norma. Sebagai contoh adalah perilaku seks menyimpang. Untuk itu seorang remaja perlu didikan agama sejak kecil secara berkesinambungan. Agar pada saat remaja didikan agama yang didapat saat masih anak-anak tidak hilang begitu saja. Willis (1981) menjelaskan bahwa pada masa remaja kebutuhan beragama ini juga menonjol. Akan tetapi beragamanya didasarkan atas didikan dari kecil. Kalau dari kecil kurang didikan agama maka diwaktu remaja mungkin menjauhi diri dari agama. Sehingga bisa berakibat pada ketidakpedulian pada agamanya. Oleh karena itu orang tua perlu memberikan pengetahuan-pengetahuan agama kepada anak sejak remaja masih kecil. Karena dengan pengetahuan agama yang cukup baik, anak mampu mengontrol dorongan-dorongan negatif yang berasal dari dalam dirinya. Dari paparan yang diuraikan di atas,maka penulis merumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku deviasi seksual pada remaja. Untuk menjawab pertanyaan 6

7 tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Persepsi Terhadap Perilaku Deviasi Seksual Pada Remaja. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara interaksi teman sebaya dengan persepsi terhadap perilaku deviasi seksual pada remaja. C. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang psikologi, khususnya bagi psikologi sosial dan psikologi klinis sehubungan dengan perilaku deviasi seksual. Diharapkan pula dapat bermanfaat bagi remaja dan memberikan informasi kepada orang tua mengenai pentingnya pendidikan seksualitas dan pendidikan agama bagi remaja sebagai pelindung dalam menghadapi dorongan seksual yang sedang berkembang pada diri remaja, sehingga remaja tidak terjerumus dalam perilaku seks menyimpang yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma sosial. 7