BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

NASKAH PUBLIKASI NASKAH. Disusun oleh : J 410

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

Tinjauan Mengenai Flu Burung

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

KEBIJAKAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DI INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penyebaran Avian Flu Di Cikelet

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 36 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan Pasal 5, 8, 65, 66,

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ditemukan peningkatan kasus penyakit zoonosis di

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh penyuluhan..., Sufyan Suri, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Indluenza

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aset terpenting dari kehidupan. Kita bisa melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi mengenai flu burung berikut ini diperoleh dari :

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

ABSTRACT PENDAHULUAN SOSIALISASI FLU BURUNG SERTA PEMERIKSAAN JUMLAH SEL DARAH PUTIH DAN TROMBOSIT PENDUDUK DESA BERABAN KABUPATEN TABANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AJENG NURSETYA NINGTYAS J

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

Pertanyaan Seputar "Flu Burung" (Friday, 07 October 2005) - Kontribusi dari Husam Suhaemi - Terakhir diperbaharui (Wednesday, 10 May 2006)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI PANDEMI INFLUENZA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

Pertanyaan Seputar Flu A (H1N1) Amerika Utara 2009 dan Penyakit Influenza pada Babi

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular cukup tinggi dan prevalensinya meningkat karena

BULETIN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPONS

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

Bab I. Pendahuluan. Model Penyebaran Avian Flu Hendra Mairides

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

TINJAUAN PUSTAKA Avian Influenza

MENYIKAPI MASALAH FLU BURUNG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

Simulasi Kejadian Luar Biasa Flu Burung di Desa Dangin Tukadaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit hewan menular yang bersifat akut. Umumnya penyakit ini menyerang unggas dan dapat juga menular pada hewan lain seperti kucing, anjing, dan anjing (Komnas FBPI, 2009). Tetapi seiring adanya perkembangan waktu dan virus, penyakit ini juga ikut menyerang babi dan menyerang manusia. Penyakit flu burung banyak menarik perhatian karena penularannya yang sangat cepat dengan angka kematian yang cukup tinggi. Flu burung juga berpengaruh terhadap sektor perternakan, khususnya unggas, yang mempunyai dampak besar terhadap ketersediaan daging (gizi) di masyarakat dan sektor ekonomi para perternaknya (Widoyono, 2011). Menurut Murwanti (2013) dalam penyebaran penyakit flu burung dapat diturunkan dengan program vaksinasi bila tingkat vaksinasi unggas lebih besar dari tingkat kematian alami unggas. Situasi influenza A baru (H1N1) baik di tingkat global maupun regional serta di Indonesia sendiri terus mengalami perkembangan. Berawal pada tahun 1997 infeksi flu burung telah menular dari unggas ke manusia dan

sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influenza A subtipe H5N1. Flu burung di manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun 2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003 sampai saat ini (Depkes RI, 2006a). Flu burung pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Sampai dengan akhir tahun 2012, sebanyak 6 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi flu burung yaitu Vietnam, Thailand, Indonesia, Laos, Myanmar dan Kamboja (Kemenkes, 2013b). Sedangkan di Indonesia kasus flu burung bermula ditemukannya kasus pada unggas di Pekalongan, Jawa Tengah, pada bulan Agustus 2003 (Widoyono, 2011). Sampai tahun 2012 jumlah kasus terdapat 15 provinsi yang tertular Flu Burung, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Terdapat 2 provinsi yang baru tertular pada tahun 2012 yaitu Bengkulu dan Nusa Tenggara Barat (Kemenkes, 2013b). Penyakit ini terus menular pada unggas maupun pada manusia. Berdasarkan data WHO (2014), di Indonesia kasus yang dikonfirmasi dari awal terjadinya flu burung sampai tahun 2014 ini mencapai 195 orang dengan 163 orang meninggal dunia (CFR=83,6%). 2

Berdasarkan perkembangan virus dan penularan yang sangat cepat, serta dapat mengancam kesehatan masyarakat, maka Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1371/MENKES/SK/IX/2005 yang menyatakan bahwa penyakit flu burung sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Hal ini dilakukan Kemenkes sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan flu burung serta mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) serta sebagai bentuk kewaspadaan dini terjadinya pandemi. Karena sampai saat ini, Indonesia berstatus fase 3 tahapan pra pandemi. Fase 3 ditandai dengan adanya infeksi pada manusia dengan suatu subtipe baru, tetapi tidak ada penyebaran dari manusia ke manusia, atau pada kejadian-kejadian yang jarang pada kontak yang dekat. Maka dari itu perlu adanya kewaspadaan terjadinya pandemi sewaktu-waktu. Daerah-daerah yang memiliki banyak kasus Flu burung pada manusia biasanya memiliki populasi unggas dan penduduk yang padat (Widoyono, 2011). Kecamatan Karangpandan, merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang setiap tahunnya terjadi kematian unggas yang cukup banyak dan merupakan daerah tertular (Depkes RI, 2006b). Dari 4 tahun terakhir (tahun 2010-2013) kejadian flu burung di unggas yang dikonfirmasi positif AI mencapai 8.525 ekor. Kejadian flu burung ini menyebabkan kematian 1.450 ekor unggas di beberapa peternakan besar dan peternakan rakyat pada tahun 2013 (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar, 2014). Menurut Pracoyo (2010), masyarakat yang 3

memelihara unggas di rumah 12 kali lebih berisiko terhadap tertularnya avian influenza dibandingkan masyarakat yang tidak memiliki unggas. Hal ini sama dengan kondisi masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Gondanmanis Kecamatan Karangpandan yang mempunyai populasi unggas tertinggi diantara desa-desa yang lain. Menurut data PDP Kecamatan Karangpandan (2013), jumlah populasi unggas mencapai 3.849 ekor yang terdiri dari 2.009 ekor ayam rakyat dan 1.840 ekor itik. Selain itu, di Desa Gondangmanis terdapat 12 peternakan besar yang berisikan 51-500 ekor ayam petelur. Banyaknya kejadian flu burung pada unggas serta populasi ternak yang padat tersebut dapat menyebabkan faktor risiko tertularnya flu burung pada masyarakat yang bertempat tinggal di desa tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukannya kesiapsiagaan masyarakat dalam rangka pencegahan penularan penyakit flu burung dari unggas ke manusia. Kesiapsiagaan merupakan salah satu langkah pencegahan, pengendalian, dan pencegahan penyakit flu burung yang sangat diperlukan bagi pemerintah, dan masyarakat umum yang selalu melakukan kontak langsung maupun tidak langsung dengan unggas peliharaan. Kesiapsiagaan dan respon kesiapsiagaan menghadapi pandemik avian influenza diturunkan dari respon kebutuhan apa yang diharapkan dapat diberikan secara tepat dan cepat pada kondisi pandemik (Komnas FBPI, 2009). Kesiapsiagaan merupakan tahap mempersiapkan kegiatan yang dilaksanakan dengan baik yang meliputi sumber daya (petugas terlatih, sarana prasarana, logistik dan dana), metode dan pengorganisasian. Kegiatan keseiapsiagaan meliputi 4

kegiatan terintregasi yang dilaksanakan secara nasional, lintas program dan lintas sektor serta terpadu secara vertikal maupun horizontal (Depkes, 2008). Kesiapsiagaan tidak luput dari tindakan tanggap masyarakat terhadap kejadian flu burung melalui tindakan waspada flu burung, perilaku bersih dan sehat, deteksi dini gejala flu burung, serta kecepatan pelaporan kasus. Dalam rangka memenuhi adanya kesiapsiagaan masyarakat terhadap penyakit flu burung, maka diperlukan pengetahuan dasar tentang penyakit flu burung. Karena semakin baik pengetahuan maka masyarakat akan mempunyai sikap positif (Miftahudin, 2008). Dari sikap yang positif itulah akan menimbulkan kesiapsiagaan dari masyarakat dalam menghadapi kejadian flu burung sewaktu-waktu. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat atau memberikan informasi terkait kesehatan yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Menurut Notoatmodjo (2007) beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan bersifat massa (public) adalah ceramah umum (public speaking), pidato atau diskusi melalui media massa, simulasi, sinetron, tulisan-tulisan di majalah atau koran serta dapat juga melalui bill board yang dipasang di pinggir jalan. Intervensi Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) berupa pelatihan, distribusi poster, spanduk, serta stiker tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit flu burung dapat meningkatkan pengetahuan yang baik dari 96,3% menjadi 100%, sikap yang positif dari 98,3% menjadi 100%, serta tindakan pencegahan dan 5

penanggulangan penyakit flu burung yang positif dari 2,5% menjadi 100% (Said, 2010). Sedangkan menurut Mardiningsih (2009), promosi kesehatan tentang flu burung melalui media cetak berwarna dapat meningkatkan pengetahuan 21% dan media cetak komik tidak berwarna dapat meningkatkan pengetahuan 25,6%. Dengan melihat latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan melalui metode penyuluhan kesehatan tentang Penyakit Flu Burung Terhadap Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat jika terjadi serangan virus flu burung sewaktu-waktu pada unggas maupun pada manusia di Desa Gondangmanis, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. B. Rumusan Masalah Penelitian Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit flu burung terhadap tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Gondangmanis, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit flu burung terhadap tingkat kesiapsiagaan masyarakat di Desa Gondangmanis, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar. 6

2. Tujuan Khusus a. Mengukur pengetahuan masyarakat mengenai penyakit flu burung b. Mengukur kemampuan masyarakat dalam mendeteksi gejala dan tanda penyakit flu burung pada unggas dan manusia. c. Mengukur perilaku hidup bersih dan sehat serta tindakan universal precaution masyarakat yang dapat mencegah tertularnya penyakit flu burung d. Mengukur respon cepat tindakan pelaporan dan pencarian pertolongan pertama bila ada kecurigaan kasus flu burung pada unggas atau manusia e. Mengetahui kesiapsiagaan masyarakat terhadap terjadinya penyakit flu burung. f. Menganalisis perbedaan tingkat kesiapsiagaan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkait flu burung. g. Menganalisis perbedaan tingkat kesiapsiagaan masyarakat antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat a. Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit flu burung terutama terhadap kesiapsiagaan masyarakat ketika timbulnya penyakit flu burung pada unggas sewaktu-waktu. 7

b. Menghindarkan penularan flu burung dari unggas ke manusia melalui deteksi dini gejala pada unggas yang terinfeksi. c. Mendapatkan penatalaksanaan kasus secara cepat oleh pihak terkait dengan adanya kesadaran tindakan pelaporan cepat sehingga penularan penyakit flu burung bisa segera dikendalikan. 2. Bagi Dinas Terkait a. Untuk membantu informasi atau masukan dalam pemberian penyuluhan serta program pengendalian flu burung khususnya pada peternak unggas. b. Untuk melakukan penanganan cepat terhadap pelaporan kasus sebelum terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) atau outbreak. c. Mempermudah pengendalian dan pemberantasan penyakit flu burung karena adanya peran serta masyarakat. 3. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Sebagai referensi dan informasi tambahan untuk memperbanyak pustaka penelitian terkait penyakit flu burung. 4. Bagi Peneliti Lain Sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian penulis sehingga dapat membantu mengembangkan penelitian. 8