II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam Bajeng, 2012

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN

2. PENGHISAP BUAH HELOPELTIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

SERANGAN BUSUK BUAH (Phytophthora palmivora) DI JAWA TIMUR Oleh: Tri Rejeki, SP. dan Yudi Yuliyanto, SP.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

PERANAN TEKNIK PEMANGKASAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI BENIH PADA KEBUN SUMBER BENIH KAKAO Oleh : Badrul Munir, S.TP, MP (PBT Ahli Pertama)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kakao merupakan tanaman yang bunganya tumbuh dari batang atau cabang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae;

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

PERAN BBPPTP SURABAYA DALAM MENANGANI SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING KOMODITI PERKEBUNAN DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Transkripsi:

5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kakao Tanaman kakao mempunyai sistematika sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 1988 dalam Syakir et al., 2010) Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas Famili Ordo Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Dialypetalae : Malvales : Sterculiaceae : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Daerah asli tanaman kakao adalah hutan tropis di negara Amerika Tengah. Daerah ini memiliki curah hujan cukup tinggi, suhu sepanjang tahun relatif tinggi dan konstan, dan kelembaban cukup tinggi. Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam 15 baris dan

6 menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan rasanya manis (Siregar, 2004). Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao. Disamping itu kebun yang telah dibangun masih berpeluang untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya. Disisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap (Mariam, 2012). Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa, misal di Kabupaten Jember yang dikelola oleh PTPN (Perusahaan Perkebunan Negara). Varietas penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan DR (misalnya DR- 38). Varietas kakao mulia berpenyerbukan sendiri dan berasal dari tipe Criollo. Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao

7 curah biasanya rendah, meskipun produksinya tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya. 2.2 Hama Penggerek Buah Kakao Penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella Snell.) adalah salah satu hama penting yang dapat menimbulkan kehilangan hasil hingga 80%. Buah kakao terserang dengan gejala belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil (Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013a). Larva memakan jaringan lunak seperti pulp, plasenta,dan saluran makanan menuju biji. Kerusakan pada pulp menyebabkan biji saling melekat. Kerusakan pada plasenta menyebabkan biji tidak berkembang. Jaringan buah yang telah rusak tersebut menimbulkan perubahan fisiologis pada kulit buah sehingga buah tampak hijau berbelang merah atau jingga (Wardojo, 1994 dalam Depparaba, 2002). Perkembangan dari telur menjadi imago (serangga dewasa) selama 35-45 hari. Siklus hidup serangga PBK tergolong metamorfosa sempurna yaitu : telur, larva, pupa dan imago. Penggerek buah kakao berkembang biak dengan cara meletakkan telur-telurnya dialur kulit buah. Larva yang keluar dari telur biasanya langsung memasuki buah dengan cara membuat lubang kecil pada kulit buah (Darwis, 2012).

8 Telur hama penggerek buah kakao berwarna merah jingga dan diletakkan pada kulit buah, terutama pada alur buah. Telur berukuran sangat kecil (sulit dilihat) dengan panjang 0.8 mm dan lebar 0.5 mm. Serangga dewasa bertelur 50-100 butir pada setiap buah kakao. Telur akan menetas dalam waktu 6-9 hari (Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013a). Ulat atau larva berwarna putih kuning atau hijau muda. Panjangnya sekitar 11 mm dan delama 15-18 hari larva hidup di dalam buah. Larva serangga hama ini memakan plasenta buah yang merupakan saluran makanan menuju biji sehingga mengakibatkan penurunan hasil dan mutu biji kakao. Kehilangan hasil terjadi karena buah kakao yang terserang PBK bijinya menjadi lengket dan kandungan lemaknya menurun. Serangan pada buah kakao muda mengakibatkan kehilangan hasil yang lebih besar karena buah akan mengalami kerusakan dini dan tidak dapat dipanen (Limbongan, 2011). Setelah ulat keluar dari dalam buah, kemudian berkepompong/pupa pada permukaan buah, daun, serasah, karung atau keranjang tempat buah. Stadium pupa 6 hari dan Imago berwujud kupu-kupu kecil (ngengat) dengan panjang 7mm dan lebar 2mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam (Feryanto, 2012). Konsep PHT merupakan pendekatan yang menawarkan strategi pengendalian hama yang terbaik pada tanaman termasuk tanaman kakao. Adapun strategi

9 pengendalian hama PBK adalah karantina, teknik bercocok tanam, rampasan buah, penyelubungan buah, panen sering, serentak dan teratur, sanitasi lingkungan serta pengendalian dengan pestisida (Darwis, 2012). 2.3 Penyakit Busuk Buah Kakao Busuk buah merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman kakao. Penyakit tersebut disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora Butles. Cendawan ini termasuk family Pythiaceae yang menyebabkan busuk biji, sehingga menurunkan kualitas dan berat biji. Faktor yang berperan untuk terjadinya infeksi adalah kebasahan permukaan buah dan kelembaban nisbi udara (RH) yang ringgi. Penyakit ini dapat menyebabkan kerugian sekitar 53-80% (Wahab, 2007). Busuk buah dapat timbul pada berbagai umur buah, sejak buah masih kecil sampai menjelang masak. Warna buah berubah, umumnya mulai dari ujung buah atau dekat tangkai, yang dengan cepat meluas ke seluruh buah. Buah menjadi busuk dalam waktu 14-22 hari akhirnya buah menjadi hitam. Pada permukaan buah yang sakit dan menjadi hitam tadi timbul lapisan yang berwarna putih bertepung, terdiri atas jamur-jamur sekunder yang banyak membentuk spora. Sering disini juga terdapat sporangiofor dan sporangium jamur Phytophthora, penyebab penyakit ini (Semangun, 2000).

10 Penyakit busuk buah kakao disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Pada buah kakao jamur membentuk banyak sporangium, yang sering disebut konidium juga. Sporangium dapat berecambah secara langsung dengan membentuk pembuluh kecambah, tetapi dapat juga berkecambah secara tidak langsung dengan membentuk zoospora atau spora kembara. Jamur ini dapat membentuk klamidiospora yang bulat, dengan garis tengah 30-60 µm (Semangun, 2000). Penyebaran penyakit P. palmivora dapat melalui air, semut, tikus, tupai, bekicot yang dijumpai di perkebunan kakao. Selama daur hidupnya, P. palmivora menghasilkan beberapa inokulum yang berperan dalam perkembangan penyakit pada kakao, yaitu miselium, sporangium, Zoospora, dan klamidiospora. Penyebaran terjadi akibat kontak langsung antara buah sakit dan buah sehat, penyebaran inokulum oleh tetesan air hujan dari buah sakit ke buah sehat dibawahnya, bantuan serangga vektor, dan percikan air hujan dari tanah kebuah disekitar pangkal batang (Rubiyo dan Amaria, 2013). Pengendalian busuk buah kakao dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penanaman kakao klon tahan, pembuatan saluran drainase yang diatur saling berpotongan atau sambung-menyambung satu sama lain ke arah tempat pembuangan, pemangkasan pohon pelindung setiap 3 bulan, tidak menanam terlalu rapat, baik tanaman kakao maupun pohon pelindungnya, penyemprotan agen hayati seperti misalnya Trichoderma spp, penyemprotan fungisida (Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013b).

11 2.4 Penyarungan Buah Kakao Penyarungan, atau kondomisasi adalah menyelubungi buah kakao dengan plastik. Caranya yaitu ujung bagian atas kantong plastik diikatkan pada tangkai buah, sedangkan ujung buah tetap terbuka. Dengan cara penyelubungan buah tersebut, hama tidak dapat meletakkan telur pada kulit buah sehingga buah terhindar dari serangan larva. Penyarungan dilakukan ketika buah berukuran kecil, 8-12 cm (Balai Besar Pelatihan Pertanian, 2013a). Metode penyarungan buah dengan plastik, merupakan metode yang mencegah imago PBK meletakkan telur pada buah kakao. Menurut Morsamdono dan Wardojo (1984 dalam Mustafa, 2005) hampir 100% buah yang disarungi bebas dari serangan PBK, namun metode ini belum diterapkan secara massal seperti halnya penggunaan insektisida karena petani terlanjur mengadopsi metode insektisida sebagai metode pengendalian PBK yang selama ini digunakan berdasarkan pengalaman mereka untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) lainnya. Petani juga menganggap penyarungan buah agak sulit dilakukan terhadap buah-buah kakao yang letaknya tinggi karena harus memanjat atau menggunakan tangga. Namun anggapan tersebut terjawab setelah ditemukannya peralatan penyarungan buah yang cukup sederhana dan mampu menyarungi buah sampai ketinggian 4 meter tanpa memanjat dan menggunakan tangga (Mustafa, 2005).

12 Direktorat Perlindungan Perkebunan Departmen Pertanian merekomendasikan aplikasi penyarungan, karena di Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Maluku berhasil menekan serangan PBK dari sekitar menjadi 80% menjadi kurang dari 1% shingga meningkatkan produksi biji kering sampai 300% (Feryanto, 2012). 2.5 Asam Fosfit Asam fosfit adalah salah satu bahan aktif fungisida sistemik yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yang diakibatkan oleh jamur Phytophthora spp. Asam fosfit diserap dan disebarluaskan ke seluruh jaringan tanaman melalui pembuluh xylem dan floem. Asam fosfit dapat merangsang tanaman memproduksi lebih banyak zat phytoallexin yang bersifat racun terhadap patogen tanaman (MKD Group, 2011). Aplikasi terbaik dalam menjaga efisien bahan yang diserap tanaman adalah penyemprotan lewat daun dan infus lewat akar. Penyemprotan daun dilakukan dengan cara menyemprotkan fungisida berbahan aktif asam fosfit ke seluruh daun sampai basah. Namun cara pengolesan pada pangkal batang disarankan apabila sumber infeksi berada di pangkal batang. Pengolesan batang dilakukan dengan cara mengoles keliling batang bawah, mulai 5 cm di atas mata tempel ke bawah sampai pangkal batang (Roesmiyanto et al., 2000).