MORAL UNDERSTANDING OF SHORT STORY THROUGH INDUCTIVE STRATEGY FOR STUDENTS OF MAN. Eni Hastuti Muhammad Fuad Edi Suyanto

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE I AM THE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA MAS

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMAHAMI ISI CERITA MELALUI METODE DISKUSI SISWA KELAS IV SDN NO. 2 TIBO KEC. SINDUE TOMBUSABORA

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS V A SDN KALIJOSO SECANG MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TAYANGAN FILM PENDEK PADA SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 9 PURWOKERTO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Mata Pelajaran Geografi ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

MENGIDENTIFIKASI AMANAT PENGGALAN CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL MANDATE OF IDENTIFYING CONTEXTUAL APPROACH THROUGH FRAGMENT OF THE SHORT STORY

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN PADA SISWA KELAS XI SMA N 3 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Joyful Learning Journal

Pendahuluan. Wardani et all, Pendekatan Kontekstual...

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Manib Absari SMP Negeri 2 Gatak

Keywords: arranging short stories text, imaginative method, song media, religion manner, social manner.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Joyful Learning Journal

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI STRATEGI ACTIVE LEARNING

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

PEMBELAJARAN APRESIASI PROSA FIKSI MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC PADA KELAS V SD JURNAL. Oleh

Joyful Learning Journal

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

IMPROVING COMPREHENSION READING SKILL THROUGH PICTURE STORIES FOR ELEMENTARY STUDENTS

TAHUN AJARAN 2015/2016

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

Pertama Diterima: 27 April 2017 Bukti Akhir Diterima: 06 Mei 2017

BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

PENERAPAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PADA SISWA KELAS V SD

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAP) SMA NEGERI 3 PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS IX

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Joyful Learning Journal

ISSN Oleh. (I Dewa Made Warnita) Guru Mata Pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Selemadeg

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

TESIS. oleh NUNUNG ESTININGRUM NIM

Zaharah, Otang Kurniaman, Lazim N

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYUNTING KARANGAN MELALUI MODEL KEPALA BERNOMOR STRUKTUR DI SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

J-SIMBOL (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS SISWA KELAS X.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh Delia Putri Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Rokania

Joyful Learning Journal

PENERAPAN PENDEKATAN INTEGRATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGOMENTARI KUTIPAN NOVEL SISWA KELAS VIII B SMPN 2 TANGGUL

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembelajaran sastra, khususnya

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

Darmawati, Imam Mahadi dan Ria Syafitri Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 TUMIJAJAR. Oleh

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

PENERAPAN MODEL JIGSAW DAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI KEBEBASAN BERORGANISASI PADA PEMBELAJARAN PKN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

Transkripsi:

MORAL UNDERSTANDING OF SHORT STORY THROUGH INDUCTIVE STRATEGY FOR STUDENTS OF MAN By Eni Hastuti Muhammad Fuad Edi Suyanto hastutieni19@yahoo.com Abstract This research describes the increase of understanding in moral aspect of female character in short story through Taba model inductive learning strategy and used qualitative descriptive through three cycles of classroom action research. The objects were the students of class XI Language of MAN 1 Model Bandar Lampung Academic Year 2013/2014. The score of understanding in cycle I gained mean 71,64 in enough category, cycle II gained mean 78,50 with good category, and in cycle III gained mean 85,50 with very good category. The result of students learning accomplishment had a good increase in cycle I 35%, cycle II 92,5%, and cycle III 100%. From the result of this research it can be concluded that the increase of moral aspect understanding of female character in a short story through Taba model inductive learning strategy can increase students literary appreciation ability. Keywords: inductive strategy, moral aspect, short story. Abstrak Penelitian ini mendeskripsikan peningkatan wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba dan menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas sebanyak tiga siklus. Objek penelitian adalah siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Model Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Nilai pemahaman siswa pada siklus I rata-rata 71,64 dengan kategori cukup, siklus II diperoleh rata-rata 78,50 dengan kategori baik, dan pada siklus III diperoleh rata-rata 85,50 dengan kategori sangat baik. Hasil ketuntasan belajar siswa pada siklus I 35%, siklus II 92,5%, dan siklus III 100%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba dapat meningkatkan kemampuan apresiasi sastra siswa. Kata kunci: aspek moral, cerpen, strategi induktif. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 1

PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang dituangkan dalam bentuk bahasa. Melalui karya sastra pengarang bermaksud menyampaikan gagasan, pandangan hidup, tanggapan, tentang kehidupan sekitar secara menarik dan menyenangkan. Dengan kata lain, selain menghibur pengarang bermaksud pula menyampaikan nilainilai yang memuat keyakinannya yang bermanfaat bagi penikmat. Oleh karena itu, dalam penyajian karya sastra hendaknya memiliki moral. Salah satu karya sastra yang mengandung penerapan moral adalah prosa fiksi. Pengarang prosa fiksi menyajikan penerapan moral melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokohtokohnya. Dari situlah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan dan diamanatkan. Untuk pembelajaran sastra di sekolah, kaitannya dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, momen digalakkannya kembali pendidikan karakter menjadi saat yang tepat untuk diadakannya kembali kewajiban membaca karya sastra di sekolah-sekolah. Cerpen yang merupakan salah satu bentuk prosa fiksi dan di dalamnya mengandung pesan moral, sangatlah tepat sebagai bahan bacaan siswa. Diharapkan dengan membaca cerpen, siswa akan memperoleh pesan moral yang akan berpengaruh baik terhadap karakter mereka. Pembelajaran cerpen sebenarnya merupakan salah satu materi pembelajaran yang sangat menarik khususnya dalam menganalisis aspek moral. Ironinya, pelajaran sastra di sekolah menengah saat ini terlalu banyak dijejali teori sastra, sejarah sastra, istilah-istilah sastra, dan hapalan-hapalan tentang angkatan sastra, tanpa dibarengi upaya kreatif mengapresiasi karya-karya sastra yang bersangkutan atau istilah lainnya hanya dijejali pengetahuan kognitif. Fenomena ini pun terjadi di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Bandar Lampung. Pada program Bahasa khususnya kelas XI mata pelajaran Sastra Indonesia diketahui rata-rata kemampuan sastra terutama kemampuan menganalisis prosa fiksi masih rendah. Pemahaman terhadap aspek moral dalam karya fiksi pun masih rendah dan belum mencapai KKM yang telah ditetapkan madrasah. Selama proses pembelajaran apresiasi sastra pada saat peneliti mengajar, siswa mengalami kesulitan saat menentukan aspek moral tokoh utama dalam prosa fiksi. Siswa masih sulit dalam mengidentifikasi sikap kepribadian moral yang terdapat dalam cerita dan memberikan pembuktian dari argumentasinya. Dalam memberikan argumentasi pun hanya beberapa siswa yang menawarkan diri sehingga guru harus menunjuk ke arah siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan. Sementara itu, guru dalam melaksanakan pembelajaran masih menggunakan teknik lama yang kurang efektif seperti ceramah dan evaluasi yang bersifat hapalan yang cenderung membosankan. Uraian tersebut menurut peneliti merupakan akar masalah yang ada baik dari siswa maupun guru sehingga perlu ada tindakan untuk memperbaikinya. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 2

Untuk mencapai tujuan pengajaran khususnya sastra secara optimal, pengajar harus mengetahui dan memahami jenis-jenis strategi pembelajaran dan menentukan atau memilih dengan tepat strategi mana yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menentukan strategi pembelajaran diperlukan sudut pendekatan tertentu. Pendekatan merupakan sudut pandang atau titik tolak untuk memahami seluruh persoalan dalam proses pembelajaran. Sudut pandang menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pengajar dalam menjalankan atau melaksanakan profesinya (Iskandarwassid dan Sunendar, 2011:25). Permasalahan yang ada pada siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Model Bandar Lampung, yaitu rendahnya pemahaman siswa terhadap aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen. Siswa belum mampu menunjukkan pembuktian dari argumentasinya. Secara teoretis permasalahan yang ada pada siswa ini dapat diatasi jika pembelajaran wanita dalam cerpen dilaksanakan melalui strategi pembelajaran induktif model Taba. Dikatakan demikian karena strategi pembelajaran induktif adalah pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal khusus, dari peristiwaperistiwa yang bersifat individual menuju generalisasi, dari pengalamanpengalaman empiris yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum. Melalui strategi pembelajaran induktif siswa diharapkan dapat menemukan sikap kepribadian moral tokoh utama wanita dalam cerpen dari peristiwa yang dialami tokohnya berdasarkan pengalaman empiris dalam kehidupan sehari-hari siswa. Selanjutnya siswa dapat menggeneralisasikan peristiwaperistiwa yang dialami tokoh utama cerpen untuk menentukan sikap kepribadian moral tokoh utama dalam cerpen, yaitu melalui metode pembelajaran yang membangun kemampuan berpikir mereka. Model pembelajaran induktif ini dipelopori oleh Taba, yaitu model yang didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir (Joyce dkk, 2011: 127). Dikaitkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran cerpen pada mata pelajaran Sastra di SMA untuk program Bahasa kelas XI terdapat Standar Kompetensi (SK): Memahami cerpen, novel, dan hikayat, dengan Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek. Asma Nadia adalah salah seorang pengarang novel dan cerpen remaja yang karya-karyanya pernah mendapatkan penghargaan dan seorang muslimah yang penuh inspirasi dan prestasi. Ia juga salah satu pengarang dengan karyanya yang inspiratif. Karya-karyanya bukan sekadar bacaan yang menghibur tetapi juga ada nilainilai yang ditawarkan serta memberi kontribusi yang kentara pada remaja. Oleh karena itu, tak salah sekiranya jika cerpen-cerpennya dijadikan sebagai pembelajaran sastra kelas XI Program Bahasa untuk Kompetensi Dasar (KD): Menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam cerita pendek. Pemilihan cerpen-cerpen karya Asma Nadia dimaksudkan agar peserta didik mengetahui bagaimana nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya dengan cara menggali dan menganalisis unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam cerpen tersebut sehingga siswa mendapatkan pengalaman yang Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 3

bernilai positif dan menambah wawasan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui gambaran yang ada di lapangan mengenai penerapan strategi pembelajaran induktif model Taba dalam pembelajaran sastra di kelas XI Program Bahasa MAN 1 Model Bandar Lampung. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas. Prosedur dalam penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Objek penelitian adalah siswa kelas XI Bahasa MAN 1 Model Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 siswa, terdiri atas 24 siswa putri dan 16 siswa putra. Tes yang digunakan dalam peningkatan pemahaman aspek moral utama wanita dalam cerpen adalah tes lisan melalui strategi pembelajaran induktif model Taba. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini diperoleh data pada siklus I melalui tes lisan dalam bentuk wanita dalam cerpen pada siswa kelas XI bahasa MAN 1 Model Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 berjumlah 40 siswa, yang terdiri atas 24 siswa perempuan dan 16 siswa lakilaki. Pada pelaksanaan tindakan kelas peneliti dibantu oleh seorang kolaborator, yaitu guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI IPS. Kolaborator bertugas membantu peneliti mengumpulkan data selama proses pembelajaran berlangsung sekaligus memberikan saran pada peneliti untuk perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain teman sejawat sebagai kolaborator, peneliti juga dibantu oleh seorang teman untuk mengambil gambar dan rekaman proses pembelajaran dan unjuk kerja siswa dalam meningkatkan dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba. Faktor yang diamati dan dinilai dalam meningkatkan pemahaman aspek moral tokoh utama dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba adalah sikap kepribadian (1) kejujuran, (2) nilai-nilai otentik, (3) kesediaan untuk bertanggung jawab, (4) kemandirian moral, (5) keberanian moral, (6) kerendahan hati, dan (7) realistik dan kritis. Penilaian nontes dilakukan dengan observasi dan wawancara yang dipadukan dengan hasil dokumentasi. Aktivitas siswa yang diamati adalah kemampuan bekerjasama, keberanian, kreativitas, keseriusan, bertanya, menyampaikan pendapat, membuat konklusi, dan menjawab. Sementara aktivitas guru yang dinilai adalah persiapan pembelajaran, penguasaan materi pelajaran, penguasaan kelas, kemampuan mengaitkan aspek moral dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan media dalam proses pembelajaran, kemampuan menumbuhkan partisipasi dan motivasi terhadap siswa, dan sebagainya. Hasil penelitian dapat dilihat pada uraian berikut. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 4

Siklus I Tabel Rekapitulasi Hasil Pemahaman Aspek Moral Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen secara Klasikal pada Prasiklus Tabel Rekapitulasi Hasil Pemahaman Aspek Moral Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen secara Klasikal pada Siklus I Prasiklus No Sikap yang Dinilai Maksim al 1 Kejujuran 116 5 2 Nilai-nilai otentik 117 5 3 Kesediaan untuk bertanggung jawab 127 5 4 Kemandirian moral 137 5 5 Keberanian moral 147 5 6 Kerendahan hati 150 5 7 Realistik dan kiritis 147 5 Jumlah 941 35 Rata-rata 67.21 % 1400 Siklus I No Sikap yang Dinilai Maksi mal 1 Kejujuran 148 5 2 Nilai-nilai otentik 140 5 3 Kesediaan untuk bertanggung jawab 141 5 4 Kemandirian moral 138 5 5 Keberanian moral 148 5 6 Kerendahan hati 140 5 7 Realistik dan kiritis 148 5 Jumlah 1003 35 Rata-rata 71.64 % 1400 Berdasarkan hasil observasi wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus I dari tujuh sikap kepribadian moral menunjukkan kemampuan siswa dalam pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba 71,64 dengan kategori cukup. Hasil observasi ini masih jauh dari indikator yang ditetapkan sekolah, yaitu 74 untuk kelas XI. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kemampuan siswa dalam pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen pada prasiklus diperoleh rata-rata 67,21 dengan kategori cukup ini artinya ada kenaikan 6,59%. Kenaikan terlihat pada sikap kepribadian moral kejujuran diperoleh rata-rata dari 58 Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 5

menjadi 74 dengan kategori cukup atau naik 27,58%; sikap kepribadian moral nilai-nilai otentik diperoleh rata-rata 58,5 menjadi 70 dengan kotegori cukup atau naik 19,65%; sikap kepribadian moral kesediaan untuk bertanggung jawab diperoleh rata-rata dari 63,5 menjadi 70,5 dengan kategori cukup atau naik 11,02%; sikap kepribadian moral kemandirian moral diperoleh rata-rata dari 68,5 menjadi 69 dengan kategori cukup atau naik 0,72%; sikap kepribadian moral keberanian moral diperoleh rata-rata 73,5 menjadi 74 dengan kategori cukup atau kenaikan 0,68%; sikap kepribadian moral kerendahan hati diperoleh rata-rata 75 menjadi 70 dengan kategori cukup atau terjadi penurunan hasil belajar 6,66%; dan sikap kepribadian moral realistik dan kritis diperoleh rata-rata 73,5 menjadi 74 dengan kategori cukup atau kenaikan 0,68%. Dari hasil observasi di atas maka dapat disimpulkan hasil belajar siswa ada yang menurun dan ada yang meningkat. Peningkatan dan penurunan hasil belajar siswa merupakan hal biasa. Untuk itu guru sebagai peneliti harus memahami sebab-sebab terjadinya penurunan dan peningkatan hasil belajar. Hal ini penting untuk memperbaiki peningkatan hasil belajar pada siklus berikutnya. mampu mengaitkan nilai-nilai moral dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari. 3. Setiap kelompok perlu memahami unsur pembangun cerpen serta dapat mengidentifikasinya dari cerpen yang dibaca. 4. Proses pembelajaran berjalan cukup baik tetapi masih ada beberapa siswa yang belum aktif dan tidak berkonsentrasi. 5. Pembelajaran siklus I belum meningkat secara merata baik dalam proses maupun hasil belajar sehingga perlu peningkatan kembali pada siklus berikutnya. 6. Perlu adanya penelitian lanjutan pada siklus II untuk mencapai indikator sesuai KKM. 7. Siswa mengulang kembali pemahaman aspek moral tokoh utama dalam ceroen dengan judul cerpen lain untuk melatih kepekaan terhadap aspek moral. 8. Rekaman pada siklus I kurang maksimal, sehingga peneliti perlu meminta bantuan kepada siswa yang memiliki kemampuan merekam yang lebih baik. Reflesi dari siklus I 1. Pembelajaran perlu diperbaiki dan pemberian waktu yang cukup untuk setiap kelompok dalam pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen. 2. Guru perlu memberikan motivasi yang kuat kepada seluruh siswa dalam memahami sikap kepribadian moral agar siswa Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 6

Rata-rata 78.50% Siklus II Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Pemahaman Aspek Moral Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen Melalui Strategi Pembelajaran Induktif Model Taba Secara Klasikal pada Siklus I dan Siklus II Siklus I N o Sikap yang Dinilai Maksi mal 1 Kejujuran 148 5 2 Nilai-nilai otentik 140 5 3 Kesediaan untuk bertanggung jawab 141 5 4 Kemandirian moral 138 5 5 Keberanian moral 148 5 6 Kerendahan hati 140 5 7 Realistik dan kiritis 148 5 Jumlah 1003 35 Rata-rata 71.64% 1400 Siklus II N Sikap yang Dinilai o Maksi mal 1 Kejujuran 175 5 2 Nilai-nilai otentik 164 5 3 Kesediaan untuk bertanggung jawab 146 5 4 Kemandirian moral 138 5 5 Keberanian moral 148 5 6 Kerendahan hati 152 5 7 Realistik dan kiritis 176 5 Jumlah 1099 35 Berdasarkan hasil observasi wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus II dari aspek sikap kepribadian moral tokoh utama wanita dalam cerpen dapat dilihat pada tabel 20 menunjukkan kemampuan wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba diperoleh rata-rata 78,50 dengan kategori baik. Hasil tersebut sudah lebih dari indikator yang ditetapkan madrasah, yaitu 74 untuk kelas XI. Hal ini berarti sudah meningkat jika dibandingkan dengan hasil kemampuan siswa pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus I diperoleh rata-rata 71,64 dengan kategori cukup, ini artinya ada kenaikan 9,57%. Kenaikan terlihat pada kemampuan sikap kepribadian moral kejujuran diperoleh rata-rata 74 menjadi 87,50 dengan kategori sangat baik atau naik 18,24%; sikap kepribadian moral nilai-nilai otentik diperoleh rata-rata 70 menjadi 82 dengan kategori baik atau naik 17,14%; sikap kepribadian moral kesediaan untuk bertanggung jawab diperoleh rata-rata 70,50 menjadi 73 dengan kategori cukup atau naik 3,54%; sikap kepribadian moral kemandirian moral diperoleh rata-rata 69 menjadi 69 dengan kategori cukup atau naik 0%; sikap kepribadian moral keberanian moral diperoleh rata-rata 74 menjadi 74 dengan kategori cukup atau naik 0%; sikap kepribadian moral kerendahan hati diperoleh rata-rata 70 menjadi 76 dengan kategori baik atau naik 8,57% ; dan sikap kepribadian moral realistik dan kritis diperoleh Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 7

rata-rata 74 menjadi 88 dengan kategori sangat baik atau naik 18,91%. Setelah mendapat gambaran tentang permasalahan dan hambatan yang dijumpai pada siklus II, langkah selanjutnya peneliti menyusun kembali rencana kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kelemahan dan kekurangan yang masih ditemukan, tindakan dan perlakuan yang akan diberikan berikutnya, dan mencari solusi bentuk perbaikan yang akan diterapkan pada siklus III. Refleksi siklus II 1. Secara umum peneliti sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, tetapi hasil pembelajaran belum mendapatkan ketuntasan yang merata. 2. Perlunya mengeksplor seluruh kemampuan pemahaman aspek moral siswa agar siswa memperoleh pembelajaran yang bermakna. 3. Perlunya peningkatan aktivitas guru dalam mengajar adar hasil proses pembelajaran dapat dirasakan seluruh siswa. 4. Perlunya melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran dengan menyajikan contoh/ilustrasi yang lebih konkret sehingga siswa dapat agar pemahaman aspek moral siswa meningkat serta dapat mengaitkan dengan nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. 5. Peneliti menyimpulkan perlu adanya penelitian lanjutan atau siklus berikutnya, yaitu siklus III untuk mencapai indikator sesuai KKM. Siklus III Tabel Rekapitulasi Hasil Belajar Pemahaman Aspek Moral Tokoh Utama Wanita dalam Cerpen Melalui Strategi Pembelajaran Induktif Model Taba Secara Klasikal pada Siklus II dan Siklus III Siklus II No Sikap yang Dinilai Maksi mal 1 Kejujuran 175 5 2 Nilai-nilai otentik 164 5 3 Kesediaan untuk bertanggung jawab 146 5 4 Kemandirian moral 138 5 5 Keberanian moral 148 5 6 Kerendahan hati 152 5 7 Realistik dan kiritis 176 5 Jumlah 1099 35 Rata-rata 78.50% 1400 No Sikap yang Dinilai Siklus III Maksi mal 1 Kejujuran 189 5 2 Nilai-nilai otentik 173 5 3 Kesediaan untuk bertanggung jawab 171 5 4 Kemandirian moral 156 5 5 Keberanian moral 157 5 Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 8

6 Kerendahan hati 165 5 7 Realistik dan kiritis 186 5 Jumlah 1197 35 Rata-rata 85.50% 1400 Berdasarkan hasil observasi wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus III dari sikap kepribadian moral tokoh utama wanita dalam cerpen. Dari tabel tersebut menunjukkan pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus III diperoleh rata-rata 85,50 dengan kategori sangat baik dan hasil pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus II diperoleh rata-rata 78,50 dengan kategori baik, ini artinya ada kenaikan 9,27%. Kenaikan terlihat pada sikap kepribadian moral kejujuran diperoleh rata-rata dari 87,50 menjadi 94,50 pada siklus III dengan kategori sangat baik atau naik 8,00%; sikap kepribadian moral nilai-nilai otentik diperoleh ratarata dari 82,00 menjadi 87,00 dengan kategori sangat baik pada siklus III atau naik 6,10%; sikap kepribadian moral kesediaan untuk bertanggung jawab diperoleh rata-rata 73,00 menjadi 86,00 pada siklus III dengan kategori sangat baik atau naik 17,80%; sikap kepribadian moral kemandirian moral diperoleh rata-rata 69,00 menjadi 78,00 dengan kategori baik pada siklus III atau naik 13,04%; sikap kepribadian moral keberanian moral diperoleh rata-rata 74,00 menjadi 79,00 pada siklus III dengan kategori baik atau naik 6,76%; sikap kepribadian moral kerendahan hati diperoleh rata-rata 76,00 menjadi 83,00 dengan kategori baik pada siklus III atau naik 9,21%; dan sikap kepribadian moral realistik dan kritis diperoleh rata-rata 88,00 menjadi 93,00 pada siklus III dengan kategori sangat baik atau naik 5,68%. Hasil observasi ini sudah lebih dari siklus II dan dari indikator yang ditetapkan madrasah, yaitu 74 untuk kelas XI. Setelah melaksanakan tindakan dan observasi pada siklus III, peneliti bersama kolaborator membahas peningkatan, kelemahan, kendala yang muncul selama tindakan dan perlakuan yang sudah diberikan pada silklus III sebagai bahan evaluasi. Pada siklus III ini hambatan yang ditemui siswa dan guru sudah sangat sedikit, hal ini disebabkan pada siklus III tindakan yang digunakan berdasarkan rekomendasi siklus II Refleksi siklus III 1. Pada pembelajaran siklus III gurumemberikan ilustrasi dengan menayangkan sebuah video tentang kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan judul Pemulung Sarjana. Setelah menyaksikan tayangan video tersebut, siswa menentukan sikap kepribadian moral tokoh utama dalam video secara bersama-sama. Dengan menonton tayangan video, seolaholah siswa melihat secara langsung kejadian itu sehingga siswa lebih mudah dan paham dalam mengidentifikasi sikap kepribadian moral tokoh dalam video selanjutnya dapat diterapkan oleh siswa dalam menganalisis cerpen yang diberikan oleh guru pada siklus III. 2. Penayangan video berupa kisah nyata memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar. Penayangn video dapat memotivasi siswa untuk menganalis sikap moral dengan lebih baik serta dapat Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 9

menjadi inspirasi bagi siswa dalam mengidentifikasi sikap kepribadian moral dalam cerpen yang diberikan oleh guru. 3. Karena proses dan hasil belajar siklus III seluruh siswa sudah baik, peneliti dan kolaborator menyimpulkan untuk menberhentikan tindakan dengan diperoleh rata-rata 85,50 dengan kategori sangat baik dan sudah tuntas 100%. Proses pembelajaran belum berjalan lancar karena guru dalam membuat rencana pembelajaran belum bisa membuat siswa aktif. Beberapa komponen yang belum diikuti siswa pada siklus I dalam kerja kelompok adalah kerjasama yang belum terlihat baik, analisis isi yang belum tepat, argumentasi yang belum baik, bukti pendukung belum kuat, gaya penuturan yang kurang tepat, dan pengaitan isi cerita dengan kehidupan sehari-hari masih ada sedikit. Pada siklus II aktivitas siswa sudah meningkat, hal ini disebabkan perencanaan pembelajaran yang dibuat guru sudah lebih baik dengan memperbaiki perencanaan pembelajaran yang kurang berhasil pada siklus I. Kerjasama siswa sudah mulai terlihat baik, analisis isi keakuratannya cukup, argumentasi sudah mendukung, bukti pendukung cukup kuat, gaya penuturan cukup baik, dan pengaitan isis cerita dengan kehidupan sehari-hari cukup baik. Pada siklus III aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran semakin meningkat, guru lebih sabar dalam membimbing siswa, ini terlihat dari hasil belajar yang meningkat dan memlebihi KKM. Strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus III memperbaiki kesalahan yang ada pada siklus I dan siklus II. Pemberian ilistrasi/contoh lebih nyata karena guru menayangkan video yang menceritakan kehidupan seorang pemulung yang berhasil menjadi seorang sarjana. Cerita itu diambil dari kisah nyata nyata yang benar-benar ada dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menayangkan video yang berkisah kehidupan nyata siswa lebih mampu mengidentifikasi sikap kepribadian moral yang ada pada tokoh cerita, dan itulah yang diterapkan oleh siswa pada cerpen yang diberikan oleh guru pada siklus III. Berdasarkan keterampilan membaca dari prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III, kemampuan siswa dalam wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan menganalisis sikap kepribadian moral, mampu bekerjasama, dapat memberikan argumentasi dan bukti pendukung untuk setiap keputusan yang diambil, mempresentasikan hasil diskusi dengan baik, dan mampu mengaitkan pembelajaran dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut secara bersamaan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa secara keseluruhan dengan pembelajaran bermakna. SIMPULAN SAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XI bahasa MAN 1 Model Bandar Lampung dapat disimpulkan sebagai beriikut. 1. Proses pembelajaran pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba pada siklus I belum dapat Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 10

meningkatkan pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen, terlihat dari aktivitas siswa masih banyak yang belum aktif, kurangnya pemberian ilustrasi oleh guru, kurang terampilnya guru dalam membimbing dan membangun cara berpikir dan menuangkan ide dalam pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen. Pada pembelajaran berikutnya rencana pembelajaran dibuat dengan lebih detail agar mudah diterapkan. Pada silklus II dan III proses pembelajaran dan hasil belajar sudah meningkat. 2. Pembelajaran melalui strategi induktif model Taba dengan pemberian ilustrasi/contoh yang lebih konkret dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen. Hal ini terlihat dari peningkatan hasil belajar dari sikap kepribadian moral pada siklus I diperoleh 71,64 dengan kategori cukup dan belum mencapai indikator yang ditetapkan madrasah dengan ketuntasan belajar 35%; pada siklus II diperoleh rata-rata 78,50 dengan kategori baik dan sudah mencapai indikator dengan ketuntasan 92,5%; dan pada siklus III diperoleh ratarata 85,50 dengan kategori sangat baik dan mencapai indikator yang ditetapkan sekolah dengan ketuntasan belajar 100%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1. Guru dalam memberikan pembelajaran pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui strategi pembelajaran induktif model Taba harus lebih sabar dan dapat membimbing serta membangun cara berpikir siswa dalam menuangkan ide dalam bentuk pemahaman aspek moral tokoh utama wanita dalam cerpen melalui pemberian ilustrasi/contoh yang baik. 2. Siswa diberi kesempatan mengembangkan pemahaman aspek moral tokoh dalam karya fiksi dengan sering membaca karya fiksi selain cerpen melalui pemberian fasilitas pendukung yang menjamin ketersediaan karya fiksi di perpustakaan sekolah. 3. Strategi pembelajaran induktif model Taba tidak ada manfaatnya jika kebiasaan membaca siswa dan guru rendah. Salah satu kegiatan, misalnya dengan mengadakan lomba membaca dan menulis cerpen dan diberikan hadiah dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan budaya membaca siswa. DAFTAR PUSTAKA Joyce, Bruce dkk. 2011. Models of Teaching (Model-model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.Bandung:Rosda. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Model Kurikulum Satuan Pendidikan dan Model Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 11

Silabus Mata Pelajaran SMA/SMK. Jakarta: BP. Cipta Karya. Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 12