BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

BAB V PEMBAHASAN. Uraian mengenai interpretasi hasil dan analisa kesenjangan penelitian, keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

Tabel Target dan Capaian Kinerja Urusan Kesehatan Tahun No Indikator Target 2015

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

MATERI PENYEGARAN KADER

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

WALIKOTA PROBOLINGGO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

FUNGSI MANAJEMEN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

PELAKSANAAN 5 LANGKAH KEGIATAN POSYANDU. Manjilala

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Poliklinik Kesehatan Desa

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah mengembangkan banyak program yang melibatkan berbagai

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. 2

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Daftar Masalah di Puskesmas Pauh No Program Masalah Target / Indikator

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada Data yang sama menunjukan bahwa 13,3% balita di Indonesia tergolong bayi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. postpartum adalah masa yang dimulai dari tanda akhir periode intrapartum

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

One Day No Rice (sebuah evaluasi)

GRAFIK CAKUPAN TEMPAT BEROBAT BILA ANGGOTA KELUARGA SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

Transkripsi:

188 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian dan saran yang merupakan rekomendasi untuk tindak lanjut. A. Kesimpulan 1. Keluarga merasakan kondisi kekurangan ekonomi dikarenakan penghasilan kecil dan tidak pasti, penyebabnya adalah jenis pekerjaan yang kurang produktif. Pembelanjaan pangan dan mempriotitaskan pembelanjaan masih kurang memenuhi kebutuhan gizi balita. Pelestarian budaya pemberian sumbangan pada anggota masyarakat yang melangsungkan hajatan berpotensi menurunkan kemampuan keluarga untuk belanja pangan. 2. Budaya merupakan faktor dominan untuk perilaku pemenuhan nutrisi pada balita, seperti: pemberian makanan sesaat anak dilahirkan, kolostrum tidak diberikan, tidak memberikan ASI ekslusif, dan pantang mengkonsumsi ikan pada ibu menyusui. Kurang memberikan ASI secara optimal karena hanya meneteki dengan satu sisi payudara, terlebih dulu memberikan MP-ASI sebelum ASI, dan memberikan susu formula kurang sesuai dengan kebutuhan anak adalah beberapa perilaku yang diakibatkan dari kurangnya pengetahuan kesehatan pada keluarga dan kurang memberikan makanan yang mengandung tinggi protein berkualitas

189 (seperti: ikan) pada anak diakibatkan dari keterbatasan ekonomi keluarga. Faktor budaya, pengetahuan kurang dan keterbatasan ekonomi ini dapat berakibat terjadinya masalah kesehatan dan risiko gizi kurang pada anak. 3. Sumber daya alam yang ada di Pelindu banyak dimanfaatkan keluarga sebagai sumber pangan keluarga terutama untuk jenis sayur dan buah. Pemijatan secara rutin, pemberian jamu temu lawak, pengaturan pola aktivitas, dan pemberian vitamin A merupakan perawatan kesehatan yang dilakukan keluarga terkait pemenuhan nutrisi. Prinsip pemberian makan seadanya dikarenakan keterbatasan ekonomi atau yang penting makan tanpa memikirkan kandungan gizi merupakan masalah yang dapat berisiko terjadi gizi kurang pada balita. 4. Adanya anak lahir dengan BBLR, dan seringkali anak mengalami gangguan kesehatan merupakan faktor penghambat pemenuhan nutrisi, sedangkan anak memiliki selera makan yang besar, dan support system sosial: sanak famili mengunjungi keluarga dengan membawa bahan pangan merupakan faktor pendukung yang dirasakan keluarga. Gangguan pertumbuhan seringkali terjadi pada anak dengan BBLR dan faktor penyebabnya terkait dengan kurang gizi pada ibu saat hamil. Risiko berulangnya gangguan kesehatan terkait dengan riwayat pemberian makanan pada anak di usia kurang dari 6 bulan dan kurang terbentuknya pola hidup bersih pada anak dan terjadinya gangguan kesehatan berisiko menurunkan status gizi anak. 5. Dukun bayi memiliki peranan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari saat ibu hamil sampai dengan anak dilahirkan dan Kyai juga turut digunakan oleh keluarga miskin untuk mengobati anak. Kegiatan posyandu seringkali tidak

190 terlaksana di Pelindu dan petugas kesehatan yang tidak datang saat penyelenggaraan posyandu merupakan kendala yang dirasakan keluarga. Petugas yang sabar dan sarana yang lebih lengkap di Puskesmas dirasakan sebagai kekuatan pelayanan kesehatan. Program pemberian pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin yang dicanangkan Pemerintah RI sejak krisis moneter masih kurang optimal dilaksanakan. 6. Peningkatan pelayanan dan sarana prasarana terutama pada posyandu merupakan harapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Keluarga kurang memahami program pelayanan kesehatan terutama mengenai pelayanan perawatan pada anak sakit di Posayandu dan Puskesmas. B. Saran 1. Bagi Petugas Kesehatan Puskesmas Sumbersari a. Peningkatan pelayanan kesehatan terutama pelaksanaan kegiatan posyandu. Perlu ditingkatkan kemampuan petugas kesehatan khususnya melibatkan perawat komunitas untuk menyelenggarakan posyandu dengan baik secara berkelanjutan dengan pendekatan budaya, dan upaya memberdayakan sumber daya masyarakat termasuk melibatkan dukun bayi dalam menyampaikan informasi kesehatan, seperti sosialisasi pemberian ASI ekslusif. b. Pelaksanaan program PMT yang sedang berlangsung perlu ditingkatkan dengan memberikan makanan tambahan yang mengandung tinggi protein

191 berkualitas, seperti pemberian makanan dari olahan ikan segar. Pelaksanaan program peningkatan gizi pada balita perlu meningkatkan keberdayaan masyarakat, seperti melibatkan kader kesehatan dan dinas terkait dalam melatih keterampilan keluarga menyusun menu bergizi, pemberian ASI secara optimal, memprioritaskan pembelanjaan pangan yang bergizi, meningkatkan kemanfaatan alam sebagai sumber gizi keluarga. c. Peningkatan perilaku pemberian gizi sesuai kebutuhan perlu didukung oleh petugas puskesmas dalam penggalakan program ASI eklusif, petugas puskesmas diharapkan dapat mengenalkan ASI pada bayi sesaat anak dilahirkan dan tidak memberikan susu formula. Persiapan untuk pemberian ASI secara optimal perlu didukung dengan dilakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan perawatan payudara pada ibu yang dimulai 6 minggu sebelum melahirkan dan saat menyusui. d. Pelatihan keterampilan keluarga untuk perawatan dasar saat anak sakit dan mampu menggunakan obat-obatan rumah tangga/ herbal perlu dilakukan yang bertujuan untuk pertolongan pertama pada anak dan tidak terlambatnya penanganan anak sakit serta tidak mengakibatkan penurunan gizi pada anak. 2. Bagi Penentu Kebijakan di Pemerintahan Jember a. Peningkatan pengetahuan kesehatan pada keluarga termasuk peningkatan pendidikan ibu, seperti: pemberian pendidikan gratis pada kelompok ibu untuk memberantas buta aksara dan juga pemberian informasi kesehatan keluarga, khususnya informasi mengenai perawatan kesehatan anak.

192 b. Peningkatan akses pangan bergizi dengan pemberian lahan yang dapat dikelola dan pemberian bibit tanaman dan hewan penghasil pangan dapat difasilitasi oleh pemerintah untuk mengoptimalisasi sumber daya alam yang baik di Lingkungan Pelindu. Peningkatan motivasi masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam dapat dilakukan dengan penyelenggaraan festival tanaman dan hewan penghasil pangan yang juga melibatkan kesertaan pengembangan teknologi budidaya pangan. c. Pemberian fasilitas yang dapat mendukung perubahan perilaku pemenuhan nutrisi yang kurang sesuai dengan kesehatan, seperti: penyediaan tempat dan sarana-prasarana yang dapat memfasilitasi kegiatan penyampaian informasi mengenai pemberian gizi sehat pada balita. d. Peningkatan kepedulian sosial seperti membawa makanan yang mengandung gizi pada keluarga yang dikunjungi, dapat disosialisasikan oleh pemerintah. 3. Bagi Praktisi Peneliti Ilmu Keperawatan a. Pengembangan ilmu dengan penelitian lanjutan mengenai hubungan variabel pemberian jamu yang mengandung curcuma terhadap peningkatan selera makan anak, pemijatan rutin, pemberian susu kedelai terhadap peningkatan status gizi anak, serta penelitian mengenai kandungan dan dampak jamu yang dikonsumsi ibu menyusui. b. Perlu untuk segera dilakukan penelitian mengenai nilai keyakinan, dan kepercayaan yang dipengaruhi budaya sebagai dasar untuk pelaksanaan perubahan perilaku kesehatan keluarga dan perlu dilakukan penelitian action

193 research yang dapat mengubah perilaku untuk meningkatkan kesehatan termasuk pemberian gizi sesuai kebutuhan anak. c. Penelitian mengenai rekonstruksi budaya sebagai model untuk meningkatkan kekuatan peranan perempuan dalam keluarga dimasyarakat pedesaan dapat dilakukan sebagai tindak lanjut dan pengembangan ilmu keperawatan komunitas.