PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN PUTIH TELUR DAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI PADA IBU NIFAS DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH AKTIVITAS FISIK, PARITAS USIA TERHADAP RUPTURE PERINEUM

PENDAHULUAN Angka kematian ibu (AKI) hamil di Indonesia masih tinggi yaitu

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Jurnal Siklus Volume 6 No 1 Januari 2017

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM. Nur Hasana* dan Irma Damayanti** ABSTRAK

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan lahir maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan dengan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga perawatan episiotomi kurang maksimal. Selama beberapa hari

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

HUBUNGAN ASUPAN KALORI DAN PROTEIN IBU NIFAS DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI PUSKESMAS BALOWERTI KOTA KEDIRI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

Indeks Masa Tubuh terhadap Penyembuhan Luka Perineum Ibu Nifas

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan selama periode masa nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL TENTANG ANEMIA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA SELAMA KEHAMILAN. Kiftiyah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pantang Makanan Selama Masa Nifas di Bpm Sri Lumintu

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terakhir dan kelahiran ( 38 minggu dari pembuahan ). Istilah medis untuk. wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM FASE PROLIFERASI PADA IBU NIFAS THE PROCESS OF HEALING PROLIFERATION PHASE PERINEUM LESION

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

Yoana Widyasari STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan ABSTRAK. χ tabel (3,95 > 3,481) yang berarti H0 ditolak.

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSIO UTERI HARI KETIGA PADA IBU POSTPARTUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI BENIS JAYANTO NGENTAK, KUJON, CEPER, KLATEN

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MANFAAT TABLET FE DI DESA CANDI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PENYEMBUHAN LUKA POST OP SECTIO CAESAREA DI RSUD DR. SOEWONDO KENDAL

2. Indikasi Sectio Caesarea

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM DENGAN PROSES KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI RSUD SIDOARJO. Abdul Muhith *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas bagi ibu pasca bersalin. (Saifuddin, 2006). Infeksi. setelah persalinan (Rayburn dan Carey, 2001).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian maternal di negara negara maju berkisar antara 5-10

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. lambat untuk mencapai tujuan target Milenium (millenium development goals. 5, adalah penurunan 75% rasio kematian maternal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

MOTIVASI IBU POSTPARTUM MELAKUKAN SENAM NIFAS SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN VULVA HYGIENE DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS DI BPS TMM DJAMINI DAMUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

212 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI TERHADAP POLA PANTANG MAKAN IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN PUTIH TELUR DAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS Endang Buda Setyowati* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl.Dukuh Pakis Baru II no. 11 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id ABSTRAK Pendahuluan:Masa nifas merupakan masa pemulihan organ reproduksi yang mengalami perubahan selama kehamilan dan persalinan, seperti halnya robekan perineum yang terjadi hampir semua persalinan pertama, sehingga diperlukan perawatan yang intensif untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi infeksi yang dapat diakibatkan karena keterlambatan penyembuhan luka perineum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian putih telur dan ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Puskesmas Gundi Surabaya Tahun 214. Metode: Rancangan Penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimen (oneshot case study). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang mengalami luka perineum di Puskesmas Gundi Surabaya bulan Oktober tahun 214 sebanyak 32 orang orang (16 orang perlakuan putih telur dan 16 perlakuan ikan gabus), dengan teknik Purposive Sampling yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan dan kriteria tertentu. Bahan penelitian menggunakan lembar observasi dan alat tulis, sedangkan instrumen yang digunakan adalah lembar kuisioner.hasil:hasil analisa data yang menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai Z = -3,127 value :,2 dimana nilai <,5 berarti H ditolak H 1 diterima. Pada ibu nifas dengan luka perineum sebelum pemberian putih telur dan ikan gabus seluruh responden (1%) mengalami luka perineum buruk. Setelah pemberian putih telur yaitu buruk (12,5%), sedang (25,%), baik (62,5%) dan pemberian ikan gabus yaitu buruk (31,2%), sedang (56,3%), baik (12,5%).Diskusi:Pemberian putih telur dan ikan gabus dapat menyembuhkan luka perineum. Kata kunci : Umur, Paritas, Penyembuhan Luka Perineum PENDAHULUAN Masa nifas atau disebut juga puerperium merupakan masa yang dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu atau 42 hari setelah itu (Saifuddin, 29). Masa nifas juga merupakan masa pemulihan organ-organ reproduksi yang mengalami perubahan selama kehamilan dan persalinan, seperti halnya robekan perineum yang terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya, sehingga diperlukan perawatan yang intensif untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah komplikasi infeksi yang dapat diakibatkan karena keterlambatan penyembuhan luka perineum. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 29 terjadi 2,7 juta kasus robekan perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 25, jika bidan yang tidak melakukan asuhan kebidanan dengan baik. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25-3 tahun yaitu 24 persen sedangkan pada ibu bersalin usia 32-39 tahun sebesar 62 persen (Winarti, 213). Berdasarkan data di Jawa Timur angka kejadian ruptur perineum pada tahun 28 sebanyak 52 kasus, tahun 29 sebanyak 18 kasus, tahun 21 sebanyak 17 kasus, tahun 211 sebanyak 1 kasus, tahun 212 sebanyak 93 kasus (Dinkes Jatim dalam Yeyen 214). Berdasarkan survey awal yang dilaksanakan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya diperoleh data bulan Mei sampai Juli 214 terdapat 43 ibu post partum, 15 (34,9%) primipara dan 28 (65,1%) multipara. 33 (76,7%) orang mengalami robekan perineum, 11 (33,3%) orang primipara dan 22 (66,7%) orang multipara. Dari survey yang dilakukan sejak 13 sampai 2 Agustus 214, diperoleh 8 ibu post partum yang mengalami robekan perineum, 3 (37,5%) diantaranya mengalami keterlambatan penyembuhan luka (sembuh lebih dari 7 hari), sedangkan 5 (62,5%) orang mengalami penyembuhan luka perineum yang normal dimana luka sembuh antara 6 sampai 7 hari. Hal ini berarti masih ada masalah keterlambatan penyembuhan luka perineum pada ibu post partum di Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 214. Secara fisiologis luka perineum akan mulai membaik dalam jangka waktu 6 sampai 7 hari post partum. Penyebab keterlambatan penyembuhan luka perinuem yaitu pengetahuan ibu yang kurang tentang penyembuhan luka dimana ibu 16

takut melakukan mobilisasi lebih dini, faktor budaya yang sudah melekat sejak dulu sering dijadikan patokan selama masa nifas seperti halnya pantangan terhadap beberapa makanan tertentu dan lebih pada individu itu sendiri diantaranya, malnutrisi serta keadaaan lingkungan yang kurang bersih. Secara umum ada 2 faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka perineum meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi gizi, personal hygiene, kondisi ibu, keturunan, usia, hemoragi, hipovolemi, faktor lokal edema, defisit nutrisi, defisit oksigen, over aktivitas. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan, tradisi, pengetahuan, sosial, ekonomi, penanganan petugas, penanganan jaringan dan obat-obatan (Nugroho dkk, 214). Dampak keterlambatan penyembuhan luka perineum yang pertama adalah terjadinya infeksi, kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Yang kedua terjadi komplikasi, munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kadung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Infeksi nifas yang dapat terjadi sebagai akibat komplikasi luka perineum antara lain metritis, endometritis,bahkan sampai abses perlvik. Ketiga, adalah terjadinya kematian ibu postpartum, penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah (Ambarwati, 21) Untuk mempercepat penyembuhan luka perineum terdapat banyak cara, salah satunya melalui perbaikan gizi dengan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Sumber umum protein adalah daging, susu, roti, sereal, telur, ikan, kacang-kacangan dan biji-bijian (Boyle, 28). Menurut Suprayitno E (213), ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung protein dan albumin yang tinggi. Daging ikan gabus mengandung 7% protein dan 21% albumin. Protein dan albumin sangat berfungsi sebagai zat pembangun sel-sel yang telah rusak sehingga penyembuhan luka akan berlangsung lebih cepat. Dengan tingginya kandungan protein dan albumin, ikan gabus kemungkinan dapat digunakan oleh masyarakat untuk proses penyembuhan luka terutama luka pasca operasi, luka bakar dan setelah persalinan. Selain ikan gabus, menurut Cleveland Clinic, untuk menyembuhkan luka perineum harus lebih meningkatkan asupan protein. Salah satu jenis makanan yang mengandung banyak protein adalah putih telur. Orang juga banyak menghindari telur karena khawatir dengan kandungan kolesterolnya yang tinggi. Kandungan kolesterol yang tinggi hanya terkonsentrasi di kuning telur, sedangkan pada putih telur bebas dari kolesterol sehingga aman untuk dikonsumsi. Putih telur sangat kaya protein, bebas lemak dan kolesterol (berbeda dengan kuning telur). Kandungan protein ini sangat bermanfaat sebagai zat pembangun dalam tubuh. Kandungan yang terdapat dalam putih telur berupa protein. Putih telur juga bermanfaat dalam pemulihan otot. Berdasarkan fenomena tentang masih adanya ibu nifas yang mengalami keterlambatan penyembuhan luka perineum yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi, komplikasi, serta merupakan sesuatu yang penting. Berdasarkan data tentang masalah keterlambatan penyembuhan luka perineum dan hasil penelitian ini dapat membawa manfaat baik bagi responden maupun institusi tempat penelitian, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang perbedaan efektifitas pemberian ikan gabus dan putih telur terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 214. METODE PENELITIAN Penelitian inferensial ini dilaksanakan pada Oktober 214. Semua ibu nifas di Puskesmas Gundi Surabaya bulan Oktober tahun 214 Sampel yang diambil dengan teknik Purposive sampling sebagian ibu nifas dengan derajat luka 1 dan 2 di Puskesmas Gundi Surabaya bulan Oktober tahun 214 sebesar 32 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan 1 merupakan kelompok perlakuan yang diobservasi penyembuhan luka perineum dengan pemberian putih telur sebanyak 139 gram, sedangkan kelompok perlakuan 2 merupakan kelompok yang diobservasi penyembuhan luka perineum dengan pemberian ikan gabus sebanyak 1 gram. Sebelum peneliti melakukan perlakuan, kelompok 1 dan 2 diberikan penyuluhan tentang tentang manfaat putih telur dan ikan gabus dan cara pengolahannya. Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan lembar observasi tentang karakteristik responden (usia, pendidikan, pekerjaan dan paritas). Variabel penelitian dibagi menjadi dua yaitu variabel independent dan variabel dependen. Variabel independent adalah putih 17

telur dan ikan gabus sedangkan variabel dependen adalah penyembuhan luka perineum. Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengolahan editing, codin, entry, clenaing. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden di puskesmas Gundi Surabaya berdasarkan usia tahun 214 dapat diinterpretasikan bahwa umur responden yang diberikan putih telur sebagian besar (75%) berumur 2-35 tahun yaitu sebanyak 14 orang, sedangkan kelompok responden yang diberikan ikan gabus setengahnya (5,%) berumur 2-35 tahun yaitu sebanyak 8 orang. Karakteristik responden di puskesmas Gundi Surabaya berdasarkan berat badan tahun 214 dapat diinterpretasikan bahwa berat badan responden yang diberikan putih telur hampir seluruhnya (81,3%) memiliki kategori berat badan normal yaitu sebanyak 13 orang, sedangkan kelompok responden yang diberikan ikan gabus sebagian besar (56,2%) kategori berat badan normal yaitu sebanyak 9 orang. Karakteristik responden di puskesmas Gundi Surabaya berdasarkan pendidikan tahun 214 dapat diinterpretasikan bahwa pendidikan responden yang diberikan putih telur sebagian besar (75%) berpendidikan menengah (SMP/SMA) yaitu sebanyak 12 orang, sedangkan responden yang diberikan putih telur setengahnya (5,%) berpendidikan menengah (SMP/SMA) yaitu sebanyak 8 orang. Karakteristik responden di puskesmas Gundi Surabaya berdasarkan paritas tahun 214 dapat diinterpretasikan bahwa paritas responden yang diberikan putih telur sebagian besar (56,3%) multipara yaitu sebanyak 9 orang, sedangkan responden yang diberikan ikan gabus setengahnya (5,%) multipara yaitu sebanyak 8 orang. Karakteristik penyembuhan luka sebelum pemberian putih telur dan ikan gabus di puskesmas Gundi Surabaya berdasarkan paritas tahun 214 dapat diinterpretasikan bahwa sebelum pemberian putih telur pada ibu nifas dengan luka perineum seluruhnya yaitu 16 responden (1,%)buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri), sebelum pemberian ikan gabus pada ibu nifas dengan luka perineum seluruhnya yaitu 16 responden (1,%) buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri). Karakteristik penyembuhan luka sesudah pemberian putih telur di puskesmas Gundi Surabaya berdasarkan paritas tahun 214 dapat diinterpretasikan bahwa sesudah pemberian putih telur pada ibu nifas dengan luka perineum sebagian besar (62,5%) baik dengan kondisi luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi yaitu sebanyak 1 orang. Karakteristik fase penyembuhan luka sesudah pemberian ikan gabus di puskesmas Gundi Surabaya berdasarkan data yang diperoleh dapat diinterpretasikan bahwa sesudah pemberian ikan gabus pada ibu nifas dengan luka perineum sebagian besar (56,3%) sedang dengan kondisi luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi yaitu sebanyak 9 orang. Analisis penyembuhan luka perineum sebelum dan sesudah pemberian putih telur Tabel 1. Analisis Penyembuhan Luka Perineum sebelum dan sesudah Pemberian Putih Telur pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 214 Kriteria Penilai an Luka Perineu m Sebelum Pemberian Putih Telur Frekue nsi Presenta se (%) Sesudah Pemberian Putih Telur Frekue nsi Presenta se (%) Buruk 16 1, 2 12,5 Sedang - - 4 25, Baik - - 1 62,5 Total 16 1, 16 1, α =,5 ; Z = -3,448 ; p-value =,1 ; p <,5 Sumber : Data Primer 214 Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa ibu nifas dengan luka perineum sebelum diberikan putih telur seluruhnya (1,%) buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri) yaitu sebanyak 16 orang, sesudah diberikan putih telur sebagian besar (62,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu 1 orang, sebagian kecil (25,%) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu 4 orang dan 2 orang (12,5%) buruk (luka basah, perineum menutup, ada tanda infeksi). Analisis Pengaruh Pemberian Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Tabel 2. Analisis Penyembuhan Luka Perineum sebelum dan sesudah Pemberian Ikan Gabus di 18

Kriteria Penilai an Luka Perineu m Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 214 Sebelum Sesudah Pemberian Ikan Pemberian Ikan Gabus Gabus Frekue nsi Presenta se (%) Frekue nsi Presenta se (%) Buruk 16 1, 5 31,2 Sedang - - 9 56,3 Baik - - 2 12,5 Total 16 1, 16 1, α =,5 ; Z = -3,127 ; p-value =,2 ; p <,5 Sumber : Data Primer 214 Berdasarkan tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa ibu nifas dengan luka perineum sebelum diberikan ikan gabus seluruhnya (1,%) buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri) yaitu sebanyak 16 orang, sesudah diberikan ikan gabus sebagian besar (56,3%) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu 9 orang, hampir setengahnya (31,2%) buruk (luka basah, perineum menutup, ada tanda infeksi) yaitu 5 orang dan 2 orang (12,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi). Analisis Perbedaan Efektivitas Pemberian Putih Telur dan Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Tabel 3. Analisis Perbedaan Efektivitas Pemberian Putih Telur dan Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 214 Kelompo k perlakuan Kriteria Penilaian Luka Total Perineum Buruk Sedang Baik N % N % N % N % Putih telur 2 12, 5 4 25, 1 62, 5 1 6 Ikan 5 31, 9 56, 2 12, 1 Gabus 2 3 5 6 Total 3 2 α =,5 ; Z = -2,626 ; ρ-value =,9 ; ρ <,5 Sumber : Data Primer 214 1 1 1 Berdasarkan tabel 3 dapat diinterpretasikan bahwa ibu nifas dengan luka perineum yang diberikan putih telur sebagian besar (62,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu sebanyak 1 orang, sedangkan ibu nifas dengan luka perineum yang diberikan ikan gabus sebagian besar (56,3) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu sebanyak 8 orang. PEMBAHASAN Karakteristik Penyembuhan Luka Perineum sebelum Pemberian Putih Telur dan Ikan Gabus Didapatkan hasil bahwa sebelum pemberian putih telur pada ibu nifas dengan luka perineum seluruhnya (1,%) buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri) yaitu sebanyak 16 orang, begitupun sebelum pemberian ikan gabus pada ibu nifas seluruhnya (1,%) buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri) yaitu sebanyak 16 orang. Menurut Marmi (212) luka perineum adalah luka karena adanya robekan spontan jalan lahir maupun karena episiotomi pada waktu melahirkan janin. Luka perineum umumnya terjadi di garis tengah perineum dan bisa menjadi luas yang disebabkan apabila kepala janin lahir terlalu cepat, partus presipitatus yang tidak terkendali, paritas, terdapat banyak jaringan parut, bayi besar, malpresentasi, distosia bahu, perluasan episiotomi dan faktor penyebab lainnya. Kejadian luka perineum sering terjadi pada persalinan pertama dan tidak jarang pada persalinan berikutnya. Didapatkan hasil penelitian, seluruh responden dengan keadaan luka yang basah, perineum menutup dan terasa nyeri disesuaikan dengan keadaan awal ketika jaringan mengalami cedera terjadi vasokontriksi pembuluh darah untuk mengontrol perdarahan dengan pembentukan sumbatan trombosit dan serabut fibrin, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplomen dan air menembus spasium vaskular selama 2-3 hari yang menimbulkan kriteria inflamasi normal antara lain ada kemungkinan pembengkakan, teraba hangat, kemerahan dan nyeri (Smeltzer, 22). Menurut Boyle (28), penyembuhan luka adalah proses pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak dengan mulai membaiknya luka perineum. Proses penyembuhan luka melalui fase inflamasi yang bermula ketika jaringan mengalami kerusakkan dan berlangsung dalam 1-4 hari dimana terjadi vasokontriksi pembuluh darah untuk mengontrol perdarahan dengan membentuk sumbatan trombosit dan serabut fibrin. Selanjutnya fase proliferasi dimana terjadi pembentukan pembuluh darah baru sekitar luka, terbentuk substansi dasar dan serabut kolagen untuk mulai menginfiltrasi luka. Sel epitel berkembang menjadi kapiler yang menjadi sumber nutrisi jaringan yang beregenerasi lengkap dan kolagen menunjang dengan baik dalam jangka waktu 6-7 hari. Adapun kriteria penilaian lukanya yaitu baik (jika luka 19

kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi seperti merah, bengkak, panas, nyeri, fungsioleosa), sedang (jika luka basah, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi), buruk (jika luka basah, perineum membuka/menutup, ada tanda infeksi). Fase selanjutnya adalah maturasi yang dikontribusi oleh jaringan granulasi yaitu timbunan kolagen untuk penyembuhan luka yang berlangsung sampai sebulan atau bahkan tahunan. Menurut peneliti selain penyembuhan luka dipengaruhi oleh faktor diantaranya gizi terutama protein yang berperan untuk pergantian jaringan yaitu dengan pemberian protein putih telur dan ikan gabus, usia, pengetahuan, berat badan, personal hygiene, medikasi, paritas dan berbagai faktor lainnya juga, tindakan penanganan luka perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, mencegah kehilangan darah yang tidak perlu, dan memastikan tidak ada celah terbuka pada luka yang dapat dimasuki bekuan darah yang menghambat penyembuhan luka. Perawatan khusus pada perineum pasca persalinan sangat dibutuhkan antara lain untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan, menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Karakteristik Penyembuhan Luka Perineum sesudah Pemberian Putih Telur Didapatkan hasil bahwa sesudah pemberian putih telur pada ibu nifas dengan luka perineum sebagian besar (62,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu sebanyak 1 orang, sebagian kecil yaitu 4 responden (25,%) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) dan 2 responden (12,5%) buruk (luka basah, perineum menutup, ada tanda infeksi). Proses penyembuhan luka perineum membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat terutama yang banyak mengandung protein. Protein membantu meregenerasi dan membangun sel-sel yang rusak akibat operasi. Salah satu sumber makanan yang kaya akan protein adalah putih telur. Putih telur mengandung protein yang sangat tinggi, mutu protein, nilai cerna, dan mutu cerna telur paling baik diantara bahan-bahan makanan lainnya. Nilai cernanya bernilai 1% dibandingkan dengan daging yang hanya 81%. Putih telur mengandung albumin 95% yang berfungsi untuk penyembuhan luka. Protein putih telur sangat mudah untuk dicerna, diserap, dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh (Warsito, 215). Dari kriteria penilaian luka perineum setelah pemberian putih telur, 16 responden dengan kriteria luka yang buruk menjadi 1 responden dengan kriteria luka baik, 4 orang dengan kriteria luka sedang, 2 orang tidak mengalami perubahan. Faktor yang juga mempengaruhi penyembuhan luka selain nutrisi yaitu faktor usia, pendidikan, pekerjaan, nutrisi, personal hygiene, aktivitas dan obat-obatan. Dimana sebagian besar responden yaitu 12 orang (75,%) berusia 2-35 tahun dan berpendidikan menengah (SMP/SMA). Menurut Raharjo (26), pada usia reproduksi, mekanisme sel mempunyai respon lebih cepat dan bekerja lebih efektif terhadap penyembuhan luka dibandingkan dengan ibu yang tidak berada dalam usia reproduksi. Menurut Smeltzer (22), Pengetahuan ibu yang baik tentang perawatan masa nifas termasuk nutrisi dan makanan yang dikonsumsi dapat mendukung penyembuhan luka perineum. Menurut peneliti, pada kelompok usia reproduksi, jika didukung dengan pendidikan yang tinggi cenderung pengetahuannya baik serta memungkinkan ibu memiliki wawasan yang luas. Jenjang pendidikan menengah dapat membuat seseorang akan lebih mudah merespon informasi dari tenaga kesehatan, mencari dan menyaring informasi dari media masa, media elektronik maupun dari masyarakat yang diterima serta dapat menyaring budaya keluarga terdahulu yang kurang tepat dan menghambat proses penyembuhan luka perineum pasca bersalin. Diperoleh hasil bahwa paritas responden yang diberikan putih telur sebagian besar (56,3%) multipara yaitu sebanyak 9 orang. Menurut Cuningman (25) paritas adalah wanita yang pernah melahirkan satu keturunan atau lebih yang mampu hidup tanpa memandang anak tersebut hidup pada saat lahir. Menurut peneliti, ibu yang sudah mempunyai anak atau yang sudah pernah melahirkan seperti halnya ibu multipara akan berbeda dengan apa yang dirasakan atau dialami orang yang baru pertama melahirkan karena pengalaman menghadapi situasi tersebut akan membuat seseorang lebih siap dan mandiri dalam melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasca melahirkan. Berdasarkan penelitian di atas, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta yang menyatakan bahwa putih telur dapat mempercepat proses penyembuhan luka yang didukung oleh usia reproduksi dalam mekanisme regenerasi sel, 2

pendidikan yang mendukung pengetahuan perilaku hidup sehat ibu dan pengalaman melahirkan yang menjadikan ibu lebih siap memenuhi kebutuhan nifasnya. Karakteristik Penyembuhan Luka Perineum sesudah Pemberian Ikan Gabus Didapatkan hasil sesudah diberikan ikan gabus sebagian besar (56,3%) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu 9 orang, hampir setengahnya (31,2%) buruk (luka basah, perineum menutup, ada tanda infeksi) yaitu 5 orang dan 2 orang (12,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi). Menurut Suprayitno (213) masih adanya ketidaktercapaian penyembuhan luka yang baik disebabkan karena daya cerna ikan gabus yang lebih lama yaitu 9%. Daging ikan gabus mengandung 7% protein dan 21% albumin. Kandungan albumin yang hanya 21% saja menyebabkan waktu penyembuhan luka lebih lama. Dari kriteria penilaian luka perineum setelah pemberian putih telur, 16 responden dengan kriteria luka yang buruk menjadi 9 responden dengan kriteria luka sedang, 5 orang tidak mengalami perubahan, 2 orang kriteria luka baik. Faktor yang juga mempengaruhi keterlambatan penyembuhan luka antara lain faktor usia, pendidikan, pekerjaan, nutrisi, personal hygiene, aktivitas dan obat-obatan. Dapat diinterpretasikan bahwa setelah pemberian ikan gabus pada ibu nifas dengan luka perineum hampir setengahnya (31,3%) berusia > 35 tahun yaitu sebanyak 5 orang. Menurut Smeltzer (22), semakin tua usia seseorang akan semakin menurun kecepatan penyembuhan luka.menurut peneliti, semakin usia bertambah, luka akan semakin lama sembuh ini dikarenakan mekanisme sel dalam penyembuhan luka mempunyai respon lebih lambat. Dapat diinterpretasikan bahwa setelah pemberian ikan gabus pada ibu nifas dengan luka perineum hampir setengahnya (31,2%) berat badan gemuk yaitu sebanyak 5 orang. Menurut Johnson (25), pasien malnutrisi secara umum dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan luka, meningkatkan dehisensi luka, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi dan parut dengan kualitas yang buruk. Defisiensi nutrisi tertentu dapat berpengaruh pada penyembuhan luka. Sedangkan ibu dengan berat badan berlebih dan obesitas karena jaringan adiposa biasanya mengalami avaskuler sehingga mekanisme pertahanan terhadap mikroba sangat lemah dan mengganggu suplai nutrisi ke arah luka, akibatnya penyembuhan luka menjadi lambat. Hal ini berpengaruh terhadap lamanya penyembuhan luka karena jaringan adiposa atau lemak yang berlebihan dapat menghalangi suplai darah dan nutrisi ke arah luka sehingga luka lama sembuh dan mudah infeksi. Berdasarkan penelitian di atas, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan fakta yang menyatakan bahwa ikan gabus dapat membantu penyembuhan luka namun karena kandungan protein albumin yang kurang, daya serap yang lebih rendah serta beberapa faktor lain menyebabkan fase penyembuhan luka lambat. Analisa Pemberian Putih Telur Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Berdasarkan tabel 1 dapat diinterpretasikan bahwa ibu nifas dengan luka perineum sebelum diberikan putih telur seluruhnya (1,%) buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri) yaitu sebanyak 16 orang, sesudah diberikan putih telur sebagian besar (62,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu 1 orang, sebagian kecil (25,%) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu 4 orang dan 2 orang (12,5%) buruk (luka basah, perineum menutup, ada tanda infeksi). Hasil analisa data yang menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai Z = - 3,448 value :,1 dimana nilai <,5 berarti H ditolak H 1 diterima. Hal ini berarti adapengaruh pemberian putih telur terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 214 dibuktikan dengan nilai Negative Ranks yang berarti tidak ada responden yang mengalami perubahan luka yang lebih buruk, Positive Ranks 14 yang berarti ada 14 responden yang mengalami perubahan penyembuhan luka ke arah yang lebih baik dan Ties 2 yang berarti ada 2 responden yang tidak mengalami perubahan penyembuhan luka sebelum dan sesudah pemberian putih telur Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diajeng (215), yang menyatakan sebagian besar ibu post nifas dengan luka perineum yang diberikan putih telur fase penyembuhan lukanya cepat Menurut Suherni (29), perbaikan gizi merupakan salah satu kunci dari penyembuhan luka. Ibu nifas dianjurkan makan dengan diit seimbang, cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Faktor gizi utama protein akan sangat berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka perineum karena pergantian jaringan sangat membutuhkan protein yang berfungsi sebagai zat pembangun sel-sel yang telah rusak. Peningkatan kebutuhan protein diperlukan untuk proses inflamasi, imun dan perkembangan jaringan granulasi. Protein utama yang disintesis selama fase penyembuhan luka adalah kolagen. Kekuatan kolagen menentukan kekuatan kulit luka seusai sembuh. Kekurangan intake protein saat 21

proses penyembuhan luka, secara signifikan menunda penyembuhan luka. Salah satu sumber makanan yang kaya akan protein adalah putih telur. Putih telur mengandung protein yang sangat tinggi, mutu protein, nilai cerna dan mutu cerna paling baik dibandingkan dengan protein hewan lainnya. Protein putih telur kaya akan nutrisi diantaranya protein niacin, riboflavin, klorin, magnesium, kalium, sodium, ovalbumin dan mempunyai nilai biologis tinggi karena mengandung asam amino lengkap dibanding protein hewan lainnya. Menururt Warsito (215), nilai cerna putih telur adalah 1% dibandingkan dengan daging yang hanya 81%, oleh karena zat gizi putih telur sudah dalam keadaan terstimulasi sehingga mudah dicerna dan diabsorbsi oleh tubuh secara sempurna sehingga digunakan tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan-jaringan tubuh. Putih telur mengandung albumin 95% yang berfungsi untuk penyembuhan luka. Berdasarkan hal yang dijelaskan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa protein putih telur mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan luka dengan pemenuhan kebutuhan protein untuk pembentukan jaringan baru di sekitar luka. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi, tetapi menjaga asupan nutrisi protein tinggi dengan putih telur lebih dominan untuk pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh. Sepuluh orang yang mengalami perubahan penyembuhan luka baik tersebut juga dipengaruhi oleh banyak faktor selain pemberian putih telur yaitu faktor usia dimana sebagian besar responden dalam masa usia 2-35 tahun (usia reproduksi), sehingga mekanisme sel mempunyai respon lebih cepat dan bekerja lebih efektif terhadap penyembuhan luka, sebagian besar responden berpendidikan menengah sehingga lebih mudah menerima, menyaring dan merespon informasi mengenai perawatan dan nutrisi yang mendukung penyembuhan luka perineum, dan sebagian besar pula responden dengan paritas multipara sehingga ibu sudah ada pengalaman menghadapi situasi untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi dan perawatan masa nifas. Analisa Pemberian Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Berdasarkan tabel 2 dapat diinterpretasikan bahwa ibu nifas dengan luka perineum sebelum diberikan ikan gabus seluruhnya (1,%) buruk (luka basah, perineum menutup, terasa nyeri) yaitu sebanyak 16 orang, sesudah diberikan ikan gabus sebagian besar (56,3%) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu 9 orang, hampir setengahnya (31,2%) buruk (luka basah, perineum menutup, ada tanda infeksi) yaitu 5 orang dan 2 orang (12,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi). Hasil analisa data yang menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai Z = - 3,127 value :,2 dimana nilai <,5 berarti H ditolak H 1 diterima. Hal ini berarti adapengaruh pemberian ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 214 dibuktikan dengan nilai Negative Ranks yang berarti tidak ada responden yang mengalami perubahan luka yang lebih buruk, Positive Ranks 11 yang berarti ada 11 responden yang mengalami perubahan penyembuhan luka ke arah sedang sampai baik dan Ties 5 yang berarti ada 5 responden yang tidak mengalami perubahan penyembuhan luka sebelum dan sesudah pemberian ikan gabus. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria Natalia (215) menunjukkan bahwa ibu post SC yang diberikan ikan gabus sebagian besar tidak tercapai fase penyembuhan luka. Menurut Boyle (28), kecukupan gizi dan nutrisi terutama protein sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena diperlukan untuk pergantian jaringan yang rusak. Menurut Suprayitno (213), daging ikan gabus mengandung 7% protein dan 21% albumin, di samping itu ikan gabus juga mengandung asam amino lengkap dalam memperbaiki jaringan tubuh yang rusakn dan mempunyai peranan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan albumin yang hanya 21% daya cerna ikan gabus yang lebih lama yaitu 9% menyebabkan lebih sedikit kandungan protein albumin yang mampu diserap tubuh yang berakibat pada pencapaian penyembuhan luka perineum ke arah baik menjadi lebih lama. Berdasarkan hal yang dijelaskan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa protein ikan gabus mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan luka perineum, tetapi karena kandungan albumin yang berperan dalam penyembuhan lebih sedikit dan daya serap yang lebih rendah berpengaruh terhadap lamanya pencapaian kondisi luka yang baik. Menurut peneliti faktor lain yang menyebabkan lebih lama tercapainya fase penyembuhan adalah faktor usia ibu, dimana hampir setengah dari responden usia >35 tahun, yang berati semakin usia bertambah, luka akan semakin lama sembuh ini dikarenakan mekanisme sel dalam penyembuhan luka mempunyai respon lebih lambat. Selain itu, hampir setengah dari responden dengan kategori berat badan gemuk yang berpengaruh terhadap lamanya penyembuhan luka karena jaringan adiposa atau lemak yang berlebihan dapat menghalangi suplai darah dan 22

nutrisi ke arah luka sehingga luka lama sembuh dan mudah infeksi. Penyebab lain juga karena paritas, dimana hampir setengah responden adalah primipara yang memungkinkan ibu kurang pengalaman mengenai pemenuhan kebutuhan nutrisi protein yang tepat dan perawatan masa nifas yang benar sehingga berpengaruh pada lambatnya penyembuhan luka perineum. Analisa Perbedaan Efektivitas Pemberian Putih Telur dan Ikan Gabus Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Berdasarkan tabel 3 dapat diinterpretasikan bahwa ibu nifas dengan luka perineum yang diberikan putih telur sebagian besar (62,5%) baik (luka kering, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu sebanyak 1 orang, sedangkan ibu nifas dengan luka perineum yang diberikan ikan gabus sebagian besar (56,3) sedang (luka basah, perineum menutup, tidak ada tanda infeksi) yaitu sebanyak 8 orang. Menurut Rukiyah (211), masa nifas (postpartum) merupakan periode kritis baik bagi ibu maupun bayinya, sehingga seorang ibu nifas memerlukan perawatan khusus untuk memulihkan kondisi kesehatan tubuhnya termasuk dengan perhatian terhadapa penyembuhan luka perineum dengan perawatan dan meningkatkan asupan nutrisi terutama protein, hal ini penting dilakukan karena dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi. Menurut Boyle (28), kecukupan gizi dan nutrisi terutama protein sangat mempengaruhi proses penyembuhan luka perineum karena diperlukan untuk pergantian jaringan yang rusak, karena pada kejadian perlukaan, banyak nitrogen yang dilepas ke dalam urin dan banyaknya sesuai dengan protein yang hilang dan meningkatkan kebutuhan energi. Pemenuhan kebutuhan protein diperlukan karena hasil sintesis protein bermanfaat untuk menggantikan dan memperbaiki jaringan yang rusak. Protein yang paling berperan yaitu albumin. Albumin ialah protein utama dengan konsentrasi paling tinggi dalam plasma darah yang terdiri dari ratusan asam amino dan ikatan sulfide. Albumin berperan dalam membentuk dan mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak. Ada kelompok perlakuan yang diberikan putih telur sebanyak 139 gram perhari selama 5-6 hari dan ada kelompok perlakuan yang diberikan ikan gabus sebanyak 1 gram perhari selama 5-6 hari bertujuan agar kebutuhan protein dan albumin yang dibutuhkan dapat terpenuhi sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan luka perineum sehingga hasil observasi yang diperoleh setelah pemberian menunjukkan kondisi luka kering, perineum menutup dan tidak ada tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri). Hasil analisa data menggunakan uji Mann Whitney didapatkan hasil nilai Z = -2,626 dan ρ- value,9 < α,5 yang berarti H ditolak dan H 1 diterima. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan efektifitas pemberian putih telur dan ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum, dimana putih telur lebih efektif daripada ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 214. Jadi baik putih telur dan ikan gabus sama mempunyai pengaruh dalam proses penyembuhan luka perineum karena kandungan protein pada putih telur dan ikan gabus. Akan tetapi putih telur lebih memberikan efek yang cepat bagi penyembuhan luka perineum. Hal ini disebabkan karena putih telur mengandung lebih banyak protein albumin (95%) dibandingkan kandungan albumin pada ikan gabus yang lebih sedikit (21%), dimana kandungan albumin yang membantu proses pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang rusak. Selain itu, nilai cerna protein putih telur mencapai 1%, dimana kandungan protein putih telur sebagai protein bernilai gizi tinggi diserap dan dimanfaatkan utuh oleh tubuh sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein yang dimanfaatkan untuk pembentukan jaringan baru, serta putih telur mempunyai kandungan asam amino esensial yang lengkap dibandingkan ikan gabus dengan nilai cerna 9%. Banyak hal yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka itu sendiri. Dalam beberapa penelitian disebutkan faktor yang mempengaruhi kecepatan penyembuhan luka perineum adalah usia, keturunan, sarana dan prasarana, budaya dan keyakinan mobilisasi dini, nutrisi dan penggunaan obat (Johnson, 25). Namun dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka berdasarkan karakteristik responden adalah usia, kategori berat badan, pendidikan dan paritas. Menurut peneliti selain faktor nutrisi, proses penyembuhan luka juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain diantaranya yaitu faktor usia dimana ibu nifas dengan luka perineum berada dalam usia reproduksi (2-35 tahun) memiliki mekanisme sel yang bekerja lebih cepat dan efektif terhadap penyembuhan luka. Sedangkan pada usia > 35 tahun mekanisme sel memiliki respon yang lambat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka menjadi lebih lama dan kurang efektif. Tingkat pendidikan yang tinggi cenderung pengetahuannya baik. Hal tersebut disebabkan karena ibu memiliki wawasan yang luas sehingga lebih mudah menerima informasi dan bisa menyikapi masalah kesehatan dengan baik dan mampu mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari. Sedangkan pengetahuan ibu 23

yang kurang menyebabkan ibu sulit menerima dan mengimplementasikan informasi mengenai perilaku hidup sehat serta menjadi mudah dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan sekitar. Pengetahuan ibu yang kurang tentang nutrisi dan perawatan masa nifas akan menghambat proses penyembuhan luka. Kategori berat badan juga berpengaruh terhadap penyembuhan luka perineum. Menurut peneliti, berat badan normal memungkinkan suplai darah dan nutrisi ke area luka menjadi lancar sehingga mendukung proses penyembuhan luka, sedangkan responden dengan berat badan berlebih menyebabkan pertahanan terhadap mikroba sangat lemah dan mengganggu suplai nutrisi ke arah luka, akibatnya penyembuhan luka menjadi lambat. Menurut peneliti faktor paritas juga berpengaruh, ibu yang sudah mempunyai anak atau yang sudah pernah melahirkan seperti halnya ibu multipara akan berbeda dengan apa yang dirasakan atau dialami orang yang baru pertama melahirkan (primipara) karena pengalaman menghadapi situasi tersebut akan membuat seseorang lebih siap dan mandiri dalam melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi pasca melahirkan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas dengan luka perineum yang diberikan putih telur mengalami fase penyembuhan luka yang cepat dengan kriteria luka baik. Sedangkan besar ibu nifa dengan luka perineum yang diberikan ikan gabus mengalami fase penyembuhan luka dengan kriteria luka sedang. Sehingga pemberian putih telur lebih efektif daripada pemberian ikan gabus terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 214. Saran Diharapkan penelitian ini dapat memperluas pengetahuan tentang penyembuhan luka pada perineum dengan menggunakan putih telur dan ikan gabus. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk dapat lebih bertanggung jawab dalam pemberian putih telur dan ikan gabus pada ibu nifas yang memiliki luka perineum. KEPUSTAKAAN Bobak, I., 24. Perawatan Maternitas. Bobak, I., 24. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Budijanto, D., 212. Metodologi Penelitian. Surabaya: Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan Surabaya. Depkes RI., 27. Profil Kesehatan Indonesia 27. Tersedia di http://www.library.usu.ac.id (Diakses tanggal 3 Agustus 214) Dinkes., 211. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Tersedia di http://www.dinkesjatim.go.id ( Diakses tanggal 3 Agustus 214). Fraser, D., 29. Myles Buku Ajar Kebidanan Edisi 14. Jakarta: EGC. Hidayat, AA., 21. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Joeharno., 27. Faktor-faktor Penyebab Retensio Plasenta. Tersedia di : dokbid.com (Diakses tanggal 16 Juli 214). Manuaba, IA., 21. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC. Nazir, M., 29.Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Notoatmodjo, S., 27.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 21. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam., 211. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Rochjati, P., 211. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Pusat Penerbit dan Percetakan UNAIR. Saifuddin, AB., 26. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: EGC Saifuddin, AB., 29. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sofian, A., 211. Sinopsis ObstetriJilid I. Jakarta: EGC. Sumarah.,28. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya 24