BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan bidang sanitasi di Kabupaten Pati telah dilakukan oleh SKPD sesuai dengan tupoksinya dan stakeholder terkait melalui serangkaian program dan kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat dibidang sanitasi. Namun hingga saat ini, permasalahan sanitasi masih belum sepenuhnya dapat diselesaikan oleh Pemerintah Kabupaten Pati. Hal ini terlihat dari data terkait sanitasi yang tercantum dalam Buku Putih Sanitasi, dimana kasus kejadian diare yang menjadi salah satu indikator yang sangat berhubungan erat dengan permasalahan sanitasi di Kabupaten Pati mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2009 sebanyak 18.631 kasus, 2010 sebesar 23.794 kasus dan pada tahun 2011 sebesar 24.483 kasus. Data kepemilikan jamban di Kabupaten Pati, berdasarkan data Dinas Kesehatan, dari 344.334 rumah di Kabupaten Pati telah dilakukan survey terhadap 157.185 (41,3 %) rumah dan dari hasil survey menunjukkan bahwa 105.926 (67,4 %) rumah telah memiliki jamban dimana dari jumlah tersebut hanya 72.594 (68,5 %) rumah yang termasuk kategori jamban sehat. Daerah pelayanan pengelolaan persampahan di Kabupaten Pati saat ini hanya meliputi Kecamatan Pati, Juwana, Tayu, Trangkil, Gembong dan Gabus. Cakupan layanan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pati di 6 (enam) kecamatan tersebut belum sepenuhnya dapat melayani semua wilayah yang ada di 6 (enam) kecamatan wilayah cakupan pelayanan persampahan. Dengan demikian, masih terdapat 15 kecamatan di Kabupaten Pati yang belum terlayani oleh Pemerintah Kabupaten Pati dalam pengelolaan sampah. Berdasarkan study EHRA yang dilakukan terhadap 16.240 responden di 21 Kecamatan, 401 Desa dan 5 Kelurahan di Kabupaten Pati, masyarakat yang mengalami kejadian banjir diperoleh data : 77,7 % menyatakan tidak pernah, 12,5 % menjawab sekali dalam satu tahun, 7,0 % menjawab beberapa kali dalan setahun, 0,5 % menjawab sekali atau beberapa kali dalam sebulan, 2,0 % menjawab tidak tahu dan 0,3 % tidak menjawab. Data sumber air bersih di Kabupaten Pati berdasarkan study EHRA, 49,5 % menggunakan sumur gali, 14,3 % menggunakan sumur pompa tangan, 9,7 % menggunakan sarana perpipaan, 0,9 % menggunakan penampungan air hujan, 0,2 % menggunakan sumur artesis, 25,3 % menggunakan sumber air lain lain dan 0,1 % tidak menjawab. Perencanaan pembangunan daerah saat ini cenderung untuk mengabaikan perkembangan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kondisi tersebut disebabkan minimnya tingkat kesadaran pelaku pembangunan terhadap pentingnya kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup. Dampak negatif dari pembangunan yang kurang peduli terhadap lingkungan, seperti permasalahan sampah, pencemaran, banjir dan penyakit yang diakibatkan buruknya sanitasi yang terjadi diwilayah Kabupaten Pati, telah dirasakan pada satu dasawarsa terakhir ini. Dengan melihat hal hal tersebut, maka perlu dilakukan berbagai langkah langkah yang konkrit untuk dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan. Peran pemerintah sebagai fasilitator dan dinamisator pembangunan haruslah mampu untuk meningkatkan kinerjanya dan menggandeng sektor swasta dan masyarakat untuk bersama sama menanggulangi permasalahan sanitasi, sehingga pada akhirnya 1
muncul kesadaran dari semua fihak untuk bersama sama menyelesaikan permasalahan sanitasi dalam suatu gerakan bersama dan harmonisasi program pembangunan sanitasi permukiman antar stakeholder. Belajar dari pengalaman dalam pengelolaan pembangunan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup, maka segenap pemangku kepentingan di Kabupaten Pati menganggap perlu untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) yang akan menjadi database dalam perencanaan pembangunan sanitasi. Berdasarkan data data yang ada dalam Buku Putih Sanitasi (BPS) tersebut, Pemerintah Kabupaten Pati melalui Pokja Sanitasi dengan pendampingan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) perlu membuat Strategi Sanitasi Kabupaten, sebagai acuan teknis dalam perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pati secara komprehensif dan lintas sektoral dengan prinsip : 1. Disusun oleh, dari dan untuk Kabupaten 2. Komprehensif, multisektor dan terintegrasi 3. Berdasarkan data empiris (aktual) 4. Gabungan pendekatan top down dan bottom up 1.2 WILAYAH CAKUPAN SSK Berdasarkan kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Pati, pelaksanaan wilayah kajian untuk menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah seluruh desa / kelurahan di Kabupaten Pati yang terdiri dari 21 kecamatan meliputi 401 desa dan 5 kelurahan. Dengan dilakukannya kajian disemua desa/kelurahan diharapkan dapat dibuat perencanaan pembangunan sanitasi yang lebih baik, sehingga strategi yang dihasilkan nantinya akan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dalam pembangunan dibidang sanitasi atau kebijakan lainnya. Adapun jangka waktu Strategi Sanitasi Kabupaten Pati adalah 5 (lima) tahun dan setelah itu akan dilakukan review terhadap pemutakhiran data sanitasi. Adapun peta wilayah kajian Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dapat dilihat pada Peta 1.1. di bawah ini. 2
Peta 1.1 Wilayah Cakupan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) 3
1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan SSK ini adalah tersusunnya dokumen rencana strategis pembangunan sanitasi Kabupaten Pati untuk jangka waktu 5 tahunan yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi Pemerintah Kabupaten Pati dan pihak terkait dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi yang lebih komprehensif ditingkat kabupaten. Adapun tujuan dari penyusunan SSK ini adalah : a. Tujuan Umum Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah sebagai pedoman pembangunan sanitasi di Kabupaten Pati mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 b. Tujuan Khusus Memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Kudus selama 5 tahun yaitu dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Sebagai dasar penyusunan Rencana Oprasional tahapan pembangunan sanitasi. Sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Pati. 1.4 Metodologi Metode penyusunan SSK adalah sebagai berikut : 1. Study Dokumen dan Analisis Data Skunder 2. Pengamatan secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata. 3. Wawancara mendalam kepada narasumber kunci. 4. Diskusi kelompok terfokus dengan pihak terkait untuk mendapatkan hasil analisis secara lebih luas. 5. Analisis SWOT Proses penyusunan SSK terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat dilepaskan antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut : 1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi saat ini dalam suatu dokumen Buku Putih Sanitasi Kabupaten yang didalamnya menggambarkan kondisi pengelolaan sektor sanitasi sebagai pembelajaran dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan. 2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten, tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten. 3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan untuk mengidentifikasi dimana kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Kabupaten Pati dalam melangkah untuk mencapai Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Pati. 4. Merumuskan Strategi Sanitasi Kota yang menjadi basis penyusunan Program dan Kegiatan Pembangunan Sanitasi Jangka Menengah (5 tahunan). 4
1.5 Posisi SSK dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Dalam kaitannya dengan dokumen perencanaan lainnya di Kabupaten Pati, Strategi Sanitasi Kabupaten ini diposisikan sebagai acuan penyusunan perencanaan pembangunan dibidang sanitasi di Kabupaten Pati. Untuk dapat memantau perkembangan pelaksanaan program sanitasi di Kabupaten Pati, maka Pokja sanitasi akan membuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan laporan Tahunan SKPD terkait pelaksanaan pembangunan bidang sanitasi dan status program sanitasi lainnya. Laporan sanitasi tahunan akan menjadi lampiran Strategi Sanitasi Kabupaten, dan hasil laporan tahunan tersebut dapat dijadikan bahan revisi Strategi Sanitasi Kabupaten, sehingga Pokja sanitasi dapat mengetahui perkembangan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pati setiap tahunnya. 5