Suppositoria Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt

dokumen-dokumen yang mirip
SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

Drs. Salman, M.Si., Apt Dr. Febriyenti, M.Si., Apt Deni Noviza, M.Si., Apt

UNIVERSITAS GADJAH MADA

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAS 3411)

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAA 3421)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KOMBINASI BASIS POLIETILENGLIKOL 1000 DAN POLIETILENGLIKOL 4000 TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN SALISILAMIDA PADA SEDIAAN SUPOSITORIA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017/2018 PELAKSANA PRODI FARMASI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

SISTEM PENGHANTARAN OBAT MELALUI REKTAL

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ambeien bibir anus mengalami pembengkakan yang terkadang disertai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saluran cerna, mual, diare dan nyeri abdominal sehingga konsumen tidak

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk dan pelayanan produk untuk

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

PENGARUH KOMBINASI BASIS POLIETILENGLIKOL 1000 DAN POLIETILENGLIKOL 6000 TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN ASAM MEFENAMAT PADA SEDIAAN SUPOSITORIA

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

KAPSUL. Pendahuluan Keuntungan Kapsul keras Kapsul lunak Label khusus/saran penggunaan

SISTEM PENGHANTARAN OBAT MELALUI VAGINA

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Evaluasi pelepasan obat dari supositoria basis lemak: perbedaan antara metode disolusi intrinsik dan non-intrinsik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

Bentuk Sediaan Obat (BSO)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

KAPSUL. Diana Holidah Bag. Farmasi Klinik dan Komunitas Fak. Farmasi-UNEJ

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa,

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

PENGARUH KOMBINASI BASIS POLIETILENGILKOL 1000 DAN POLIETILENGIKOL 6000 TERHADAP SIFAT FISIK DAN PELEPASAN SALISILAMIDA PADA SEDIAAN SUPOSITORIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

YANG DIBERIKAN SECARA REKTAL

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian bersifat eksperimental yaitu dilakukan pengujian pengaruh

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

SIRUP. Universitas Gadjah Mada

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Medication Errors - 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SILABUS MODUL TECHNOLOGY AND FORMULATION OF SOLID DOSAGE FORMS

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI [ 5(1) ]

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

RPKPS (RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER)

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

DESAIN SEDIAAN FARMASI

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Suppositoria Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt Suppositoria merupakan sediaan padat yang ditujukan untuk dimasukkan dalam lubang tubuh dimana sediaan akan melebur, melunak, atau melarut, menghasilkan efek lokal atau sistemik. Bahan aktif dapat terlarut dalam basis atau hanya terdispersi secara merata dalam basis. Suppositoria digunakan secara per rektal, vaginal, atau uretral. Ukuran dan bentuk dari suppositoria harus sesuai sehingga dapat mudah digunakan dan bertahan pada tempat aplikasi dalam jangka waktu tertentu. Suppositoria Rektal : panjang sediaan umumnya 32 mm, berbentuk silinder, menyerupai peluru, torpedo, atau jari. Berat suppositoria tergantung dari basis yang digunakan (masingmasing basis mempunyai berat jenis yang berbeda-beda). Berat suppositoria rektal untuk dewasa umumnya 1-4 g. Suppositoria dewasa dengan basis oleum cacao memiliki berat rata-rata sekitar 2g. Suppositoria untuk anak memiliki ukuran dan berat separuh dari suppositoria dewasa dengan bentuk menyerupai pensil. Suppositoria Vaginal : disebut juga dengan pessaries, berbentuk globular, oviformn atau cone-shaped dan memiliki berat sekitar 5 g ketika menggunakan basis ol cacao. Suppositoria uretral : disebut juga dengan bougies, berbentuk ramping, menyerupai pensil dan digunakan pada uretra. Untuk pasien pria : suppositoria memiliki diameter 3-6 mm, panjang 140 mm, dengan berat 4 g (ketika basis yang digunakan adalah ol cacao). Suppositoria uretra untuk pasien wanita memiliki berat dan panjang separuh dari suppositoria untuk pria. TUJUAN PENGGUNAAN SUPPOSITORIA a. Efek Lokal Suppositoria rektal pengobatan konstipasi, sebagai analgesik, pengobatan iritasi, dan inflamasi terkait penyakit hemoroid dan penyakit rektal lainnya. Suppositoria vaginal kontrasepsi,antiseptic, antibiotic, antifungi. Suppositoria uretral antibakteri, b. Efek Sistemik biasanya menggunakan rute per rektal. Keuntungan rute rektal dibanding oral untuk efek sistemik adalah :

- Dapat digunakan untuk obat yang rusak oleh ph usus atau enzim pencernaan. - Obat-obatan yang mengiritasi lambung dapat dihindari dengan pemakaian rektal - Menghindari first pass metabolism obat setelah diabsorbsi masuk peredaran darah hepatik diinaktivasi. - Dapat digunakan pada pasien yang tidak bisa menelan atau tidak sadar. Contoh obat : ergotamine, ondansentron, indometasin, asetosal. BASIS SUPPOSITORIA Persyaratan basis suppositoria berada dalam bentuk padat pada suhu ruang dan akan melunak, melebur atau melarut pada suhu tubuh sehingga obat dapat dilepaskan dari basis; tidak mengiritasi; stabil secara kimia maupun fisika. Basis suppositoria terdiri dari tiga kelompok basis, yaitu basis lemak (fatty or oleaginous bases), basis larut air atau tercampurkan air (water soluble or water miscible bases) dan basis kombinasi (miscellaneous bases). A. Basis lemak. Basis lemak merupakan basis supositoria yang paling banyak digunakan. Beberapa contoh basis lemak adalah oleum cacao, cottonseed oil, gliseril monostearat, gliseril monopalmitat. Oleum cacao merupakan lemak yang berasal dari biji coklat. Pada suhu ruang, oleum cacao berbentuk padat dan akan melebur pada suhu 30-36 o C. Oleum cacao memiliki beberapa polimorfisme (tersedia dalam beberapa bentuk kristal). Ketika oleum cacao dilebur melebihi suhu leburnya kemudian didinginkan dengan cepat, akan terbentuk kristal metastabil yang memiliki titik lebur lebih rendah (<30-36 o C). B. Basis larut air atau tercampurkan air. Basis utama dalam kelompok ini adalah gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol. Gelatin tergliserinasi dibuat dengan melarutkan gelatin granular (20%) pada gliserin (70%) kemudian menambahkan 10 % air atau larutan atau suspensi obat. Basis gelatin tergliserinasi biasa digunakan pada suppositoria vaginal karena bisa memperpanjang kerja lokal obat (dalam suhu tubuh lebih lama melunak/meleleh bila dibandingkan dengan basis oleum cacao). Polietilen glikol merupakan polimer etilen oksida dengan berbagai macam berat molekul. Titik lebur untuk masing-masing jenis PEG adalah sebagai berikut:

Suppositoria basis PEG dibuat dengan mencampur beberapa tipe PEG untuk mendapatkan konsistensi yang diinginkan. Suppositoria PEG tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi akan terlarut secara perlahan pada cairan tubuh. Basis PEG memiliki sifat higroskopis sehingga dapat menarik air jaringan sekitar ketika digunakan. Oleh karenya, suppositoria PEG harus dibasahi dahulu dengan air sebelum digunakan. Kelebihan basis PEG dibandingkan dengan basis lemak (oleum cacao) adalah: - Dapat dibuat suppositoria dengan titik lebur yang lebih tinggi daripada suhu tubuh sehingga memudahkan dalam penyimpanan. - Pemakaiannya lebih mudah. Suppositoria dengan basis oleum cacao terkadang melebur pada tangan sebelum digunakan. - Tidak mudah keluar dari rectum setelah digunakan. C. Basis kombinasi Merupakan gabungan dari basis lemak dan basis larut air membentuk basis emulsi. CARA PERACIKAN A. Moulding Suppositoria dibuat dengan cara dicetak. Tahapan pembuatan dengan metode ini adalah: 1. Melebur basis 2. Menambahkan bahan aktif pada leburan basis 3. Menuangkan leburan (aliran tidak boleh putus) suppositoria pada cetakan dan membiarkannya mengeras. 4. Mengeluarkan suppositoria dari cetakan. Cetakan suppositoria yang banyak digunakan saat ini terbuat dari stainless steel, aluminium atau plastik. Cetakan supossitoria tidak boleh memiliki goresan karena akan mempengaruhi permukaan suppositoria yang dihasilkan. Penambahan pelumas pada

cetakan terkadang dibutuhkan untuk memudahkan saat mengeluarkan suppositoria dari cetakan. Pelumas yang biasa digunakan adalah minyak mineral. Dalam pembuatan dengan metode moulding, harus diketahui kapasitas volume dari cetakan yang tersedia. Basis yang berbeda akan memiliki berat jenis yang berbeda, sehingga akan menghasilkan suppositoria dengan berat yang berbeda dalam satu cetakan. Oleh karena itu penting dilakukan kalibrasi cetakan untuk menentukan berat suppositoria terhadap masingmasing basis. Dari hasil kalibrasi cetakan, selanjutnya dapat dihitung perkiraan basis yang dibutuhkan dalam satu sediaan. Perhitungan bahan dalam pembuatan suppositoria menggunakan metode moulding pada umumnya dilebihkan 1-2 suppositoria. B. Hand Rolling and Shaping Pembuatan suppositoria dengan metode ini biasa dilakukan pada suppositoria basis lemak, yaitu dengan mencampurkan semua komponen suppositoria dan kemudian membentuknya secara manual menggunakan tangan. Contoh resep: R/ aminophylinum 250 mg Ol cacao qs m.f.supp dtd No. II S 2 dd1 supp. R/ bisakodil 10 mg PEG 400 60 % PEG 4000 40 % m.f.suppo dtd no II S 1dd1 supp

DAFTAR PUSTAKA 1. Allen, L.V., Popovich, N.G., Ansel, H.C. 2011. Ansel s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery Systems 9 th Ed. Philadelphia: Lippncott Williams and Wilkins. 2. Aulton, M.E., Taylor, K.M.G. 2013. Aulton s Pharmaceutics : The Design and Manufacture of Medicines 4 th Ed. Edinburgh : Chuchill Livingstonem