BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertumbuhan Berat Badan Setelah Lahir. a. Pertumbuhan berat badan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Melindungi kesehatan ibu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi diikuti dengan keseimbangan antara jumlah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

Sistem Pencernaan Manusia

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

Pokok Bahasan. Ruang Lingkup. Gizi Bagi Pekerja. Kebutuhan Gizi Pekerja. ASI di Tempat Kerja 31/03/2014 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

Pola buang air besar pada anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. payudara ibu. Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB II LANDASAN TEORI

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

1

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. wanita melalui proses laktasi yang komposisinya tidaklah sama selama periode

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berat Badan Bayi 1. Pertumbuhan Berat Badan Setelah Lahir a. Pertumbuhan berat badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan dalam ukuran fisik tubuh secara keseluruhan atau sebagai peningkatan dalam setiap bagiannya, berkaitan dengan suatu peningkatan dalam jumlah atau ukuran sel (Supariasa,2002). Bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke-10. Pertambahan berat rata-rata bayi selama 3 bulan pertama sekitar 200 g/minggu, pada 3 bulan kedua 150 g/minggu dan pada tahun kedua 42 g/minggu (Sacharin,1996). Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, bila anak mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara : 1) 700-1000 gram/bulan pada triwulan I 2) 500-600 gram/bulan pada triwulan II 3) 350-450 gram/bulan pada triwulan III 4) 250-350 gram/bulan pada triwulan IV

8 Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk memperkirakan berat badan anak adalah : Tabel 2.1 Perkiraan Berat Badan dalam Kilogram Umur Lahir Berat Badan 3,25 kg 3-12 bulan Umur (bulan) + 9 dibagi 2 1-6 tahun Umur (tahun) x 2 + 8 Sumber : Soetjiningsih, 1995 b. Perkembangan Bayi Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, salah satu diantaranya adalah nutrisi yang tidak hanya pada pasca natal tetapi juga pada saat pra dan perinatal (Sacharin,1999). Bayi cukup bulan biasanya akan memiliki berat badan dua kali berat badan lahir pada usia 4 sampai 5 bulan dan tiga kali lipat pada usia 1 tahun. Kebanyakan bayi baru lahir akan kehilangan 5 % sampai 10 % berat badannya selama beberapa hari pertama kehidupannya karena urine, tinja, dan cairan diekskresi melalui paru-paru dan karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan memperoleh berat badannya seperti semula dalam waktu 10 hari (Bobak,2005).

9 2. Cara Klasifikasi Berat Badan. a. Berat Badan Menurut Umur Bila berat badan yang tidak sesuai dengan umur, atau tidak ada kenaikan berat badan dalam jangka waktu tertentu (1-3 bulan), bisa menjadi petunjuk adanya gangguan kesehatan. Tabel 2.2 Gizi Anak Menurut Berat Badan dan Umur Jenis Kelamin Umur (Bulan) Gizi Buruk (kg) Gizi Kurang (kg) Gizi Baik (kg) Gizi Lebih (Kg) Perempuan 0 1 2 3 1,7 2,1 2,6 3,1 1,8 2,1 2,2 2,7 2,7 3,2 3,2 3,8 2,2 3,9 2,8 5,0 3,3 6,0 3,9 6,9 4,0 5,1 6,1 7,0 Laki laki 0 1 2 3 1,9 2,1 2,5 3,0 2,0 2,3 2,2 2,8 2,6 3,4 3,1 4,0 2,4 4,2 2,9 5,5 3,5 6,7 4,1 7,6 4,3 5,6 6,8 7,7 Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 920/ Menkes/SK/VIII/2002. b. Panjang Badan Menurut Umur ( PB / U ) Panjang berat badan bayi juga diikuti dengan bertambahnya panjang badan, yang pertambahannya dari bulan ke bulan tidak selalu sama. Panjang badan merupakan parameter pertumbuhan yang lebih akurat.

10 Tabel 2.3 Status Gizi Anak Menurut Panjang Badan dan Umur Jenis kelamin Umur ( Bulan ) Pendek ( cm ) Normal ( cm ) Perempuan 0 1 2 3 45,4 48,9 51,9 54,5 45,5-54,2 49,0-58,1 52,0-61,6 54,6-64,5 Laki-laki 0 1 2 3 45,8 49,6 52,8 55,7 45,9-55,1 49,7-59,5 52,9-63,2 55,8-66,4 Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 920 / Menkes / SK / VIII / 2002. 3. Kemampuan Pencernaan Pada Bayi Baru Lahir a. Kemampuan Saluran Pencernaan Proses menelan pada bayi sudah ada pada saat janin berumur 12 minggu. Koordinasi gerakan peristaltik usus baru akan sempurna setelah bayi berumur 6 bulan. Pengeluaran asam lambung mencapai kadar orang dewasa pada usia 6 bulan. Sekresi asam lambung mendekati sekresi orang dewasa pada bayi usia 24 minggu. Sekresi pepsin mencapai sekresi dewasa setelah bayi berumur 18 bulan dan sekresi faktor intrinsik mendekati sekresi dewasa pada umur 3 bulan. b. Kemampuan Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat Laktosa merupakan 40 % dari sumber energi bayi yang didapat dari ASI. Dengan aktifitas enzim laktase yang sudah mendekati orang dewasa pada bayi aterm, bayi yang dilahirkan aterm tidak mempunyai kesulitan untuk mencerna laktosa. Kemampuan penyerapan

11 karbohidrat tergantung dari kadar dan aktifitas enzim pencernaan, kecepatan pengosongan lambung, kemampuan hidrolisis, kecepatan motilitas usus dan absorbsi glukosa. c. Pencernaan Protein Kemampuan pencernaan protein pada bayi yang baru lahir lebih didasarkan pada kemampuan ekskresi nitrogen oleh ginjal. d. Pencernaan Lemak Pencernaan lemak menjadi normal setelah bayi berumur 2 bulan. Pada bayi yang baru dilahirkan terdapat malabsorbsi fisiologis bila diberikan lemak berlebihan (lebih dari 5 gr / kg berat badan / hari). e. Kemampuan Menghisap, Mengunyah dan Menelan Pada bayi aterm sudah terdapat reflek menghisap dan mengunyah dan menelan bila diberikan makanan yang bersifat cair seperti ASI. Tiap 30 hisapan disertai dengan 1-4 kali menelan. Reflek menelan baru terkoordinasi dengan baik setelah berumur 48 jam. f. Integritas Mukosa Usus pada Neonatus (Bayi Umur < 1 Bulan) Aktifitas peristaltik usus yang terkoordinir belum sempurna sampai usia 6 bulan. Pengeluaran asam lambung baru mencapai batas minimum pada usia 3 bulan. Mekanisme sistem pertahanan tubuh spesifik dan mekanisme imunologis seluler belum berfungsi dengan baik, sel limfosit B belum matang (Wiryo,2002).

12 4. Kebutuhan Nutrisi Bayi Asupan makanan adalah memberikan zat gizi untuk energi dan perbaikan jaringan, dan ASI dapat memberikan semua kebutuhan gizi bagi kehidupan 4 bulan pertama (Sacharin,1996). Jika produksi ASI cukup, maka pertumbuhan bayi untuk 4-5 bulan pertama akan memuaskan, pada umur 5-6 bulan berat badan bayi akan menjadi 2 kali lipat daripada berat badan lahir. Maka sampaiumur 4-5 bulan tidak perlu memberi makanan tambahan pada bayi, kecuali sedikit jus buah seperti tomat, jeruk, pisang, dan sebagainya (Pudjiadi,2000). Adapun beberapa kebutuhan nutrisi yang diperlukan bayi, yaitu : a). Energi Selama 4 bulan pertama, 50 % sampai 60 % energi bayi dipakai untuk metabolisme basal, 25% sampai 40% untuk pertumbuhan, sekitar 10 % - 15 % untuk aktifitas dan kebutuhan lainnya. b). Karbohidrat Laktosa merupakan jenis karbohidrat yang jumlahnya paling banyak dalam diet bayi sampai usia 6 bulan. Laktosa mengandung kalori dalam bentuk yang mudah diolah. Pemecahan dan absorbsinya yang lambat memudahkan penyerapan kalsium. Oleh karena itu, karbohidrat sekurang-kurangnya harus memenuhi 40 sampai 45 % kebutuhan kalori di dalam makanan bayi baru lahir.

13 c). Lemak Pada bayi, untuk memperoleh kalori yang adekuat dari susu ibu atau formula yang dikonsumsi dalam jumlah terbatas yang sekurang-kurangnya 50 % kalori harus berasal dari lemak. Lemak harus dicerna dengan mudah. Lemak pada susu ibu lebih dicerna dan diabsorbsi daripada lemak di dalam susu sapi. d). Protein Kebutuhan protein selama 6 bulan pertama adalah 2,2 g per kilogram. Air susu ibu mengandung lebih banyak laktalbumin daripada kasein, tetapi laktalbumin lebih mudah dicerna daripada kasein. Selain itu, komposisi asam amino air susu ibu sangat sesuai untuk kemampuan metabolisme bayi baru lahir. e). Cairan Kebutuhan cairan untuk bayi normal kira-kira 150-180 ml per kilogram per 24 jam. Cairan ini biasanya diperoleh dari ASI. Bayi yang meminum cairan dalam jumlah tersebut akan mengeluarkan urine sebesar kira-kira 100 ml per 24 jam. f). Mineral dan Vitamin Kebanyakan mineral dan vitamin yang direkomendasikan terkandung dalam jumlah adekuat dalam ASI, bayi yang hanya disusui biasanya dapat mempertahankan kadar hemoglobin yang adekuat selama 6 bulan pertama kehidupannya (Bobak,2005).

14 5. Masalah Berat Badan Bayi Menurut Ramaiah (2005), pertambahan berat badan kurang pada bayi yang minum ASI, dapat disebabkan : a). Tidak tepatnya pelekatan mulut bayi ke payudara. b). Tidak membiarkan bayi menyusu selama yang diinginkannya atau hanya menyusu sebentar saja. c). Menyusui pada waktu-waktu yang ditentukan daripada sesuai kebutuhan bayi. d). Tidak mempertahankan posisi yang nyaman bagi bayi ketika menyusui. e). f). Ibu mengalami stress, ketegangan, atau kekhawatiran. Ibu tidak merasa percaya diri untuk mengeluarkan ASI yang cukup untuk bayi. Menurut Hasselquist (2006), Jika bayi disusui kurang dari delapan kali dalam waktu 24 jam, dapat mengalami dehidrasi atau masalah berat badan yaitu dengan tanda-tanda : a). Bayi tampaknya lapar terus dan jarang kenyang setelah disusui. b). Bayi lesu dan tidak tertarik sama sekali dengan ASI yang ditawarkan. c). Bayi menderita selaput lendir yang kering di mulutnya (mulut tidak berkilau dengan penampilan yang lembab). d). Kulit tetap kering ketika dengan lembut mencubit kulit lengannya, kaki, dan perutnya.

15 e). f). Mata, wajah, dada, dan perutnya berwarna kuning. Ibu gelisah dan prihatin. Menurut Roesli (2006), yang perlu dilakukan jika pertumbuhan bayi kurang baik dengan : a). b). Memperbaiki cara menyusui. Mengganti posisi bayi dari satu sisi ke sisi lain jika bayi tampak mengantuk setiap 5 menit. Mungkin perlu 2-3 kali bergantian. c). Mengamati berat badan bayi lebih dari 2 kali pada minggu berikutnya. 6. Gangguan Kesehatan Bayi 1) Ikterus pada neonatus, ASI tetap diberikan apabila : a. Kadar bilirubin darah bayi kurang atau sama dengan 15 mg / 100 ml dalam minggu pertama. b. Kadar bilirubin dalam darah kurang atau sama dengan 18 mg / 100 ml dalam minggu kedua. c. Kadar bilirubin darah kurang atau sama dengan 20 mg / 100 ml dalam minggu-minggu selanjutnya. Kadar bilirubin lebih dari yang tersebut diatas, maka pemberian ASI dihentikan sementara (24-36 jam), kemudian bayi disusukan kembali. Selama menyusui dihentikan, ASI tetap dikeluarkan dengan manual atau pompa untuk mempertahankan produksinya.

16 2) Flu biasa Ketika menyusu, bayi akan sulit mengisap dan bernafas pada waktu yang sama dan karenanya menjadi rewel. 3) Muntah Jika berat badan bayi terus bertambah dan mengeluarkan urine yang bening, bayi tidak perlu mendapatkan pengobatan. Apabila bayi tidak bertambah berat badannya dan memuntahkan sebagian besar ASI yang diminumnya dalam satu atau dua jam, perlu membawanya ke dokter anak untuk diperiksa. Muntah lebih sering terjadi pada bayi yang diberi susu melalui botol, terutama dengan susu formula, karena sering kali bayi minum terlalu banyak. 4) Diare Bayi yang disusui secara eksklusif jarang terkena diare. Jika bayi yang disusui secara eksklusif mengeluarkan tinja yang cair beberapa kali sehari atau setiap kali ibu menyusuinya merupakan pola buang air yang normal. Jika bayi tidak bertambah berat badannya, perlu berkonsultasi dengan dokter anak. 5) Demam Ketika bayi mengalami demam, mungkin tidak suka mengisap. Karena bayi membutuhkan nutrisi yang teratur dan cairan ekstra karena demam, ibu harus terus memberikan ASI yang diperas baik dengan sendok maupun dengan cangkir kecil, menyusui diteruskan setelah demamnya reda.

17 6) Kolik Kolik adalah istilah yang digunakan bagi kerewelan atau tangisan yang terus menerus dari bayi yang dipercaya karena adanya kram di dalam usus. Bayi didiagnosis kolik oleh dokter, apabila bayi memperoleh pertambahan berat badan yang diinginkan dan terus menangis seolah-olah kesakitan tetapi tanpa alasan yang jelas seperti rasa lapar, popok basah, penyakit, luka, dan lain-lain. Kolik dimulai sekitar dua atau tiga minggu setelah lahir. Episode tangisan biasanya terjadi pada sore sampai malam hari. Sangat sulit menenangkan bayi, dan kebanyakan bayi berhenti mengalami kolik pada sekitar umur tiga bulan (Ramaiah,2005). 7. Berat Badan Bayi dan Pemberian ASI Menurut Soelaeman (2006), Frekuensi buang air besar (BAB) dan kecil (BAK) bayi berkaitan erat dengan asupan yang masuk. Jika bayi usia 0-6 bulan diberi ASI maka : a). Frekuensi BAB normal : Sehari 1-7 kali atau bahkan hanya 1-2 hari sekali. Dengan catatan berat badan bayi terus bertambah sesuai grafik normal yang tertera pada Kartu Menuju Sehat (KMS). b). Frekuensi BAB tidak normal : Setelah 2 hari tidak BAB atau BAB 3 hari 1 kali. Karena masalah pada pencernaan bayi atau faktor makanan ibu (ibu menyusui sedang mengkonsumsi obat-obatan). Jika lebih dari 7 kali sehari, frekuensi BAB yang lebih sering dari biasanya dapat disebabkan faktor makanan ibu saat menyusui.

18 Menurut Ramaiah (2005), ada dua tanda penting jika bayi tidak mendapatkan cukup ASI yaitu : 1) Pertambahan berat badan yang kurang Selama beberapa hari pertama setelah persalinan, kebanyakan bayi kehilangan berat badan. Tetapi, dapat memperoleh kembali berat badannya dalam waktu dua minggu. Jika berat badan bayi lebih rendah dari berat badan lahir ketika berumur dua minggu, dapat disimpulkan bahwa bayi tidak memperoleh cukup ASI. Apabila kenaikan berat badan bayi kurang dari 500 gram selama enam bulan pertama, maka kebutuhan ASI tidak cukup. Selang waktu optimal untuk penimbangan berat badan selama dua minggu diperlukan diantara dua kali penimbangan berat badan. Selama itu, bayi biasanya bertambah berat badannya sebanyak 250 gram. 2) Urinenya sedikit dan berwarna kuning tua Jika bayi buang air kecil kurang dari enam kali sehari, atau urinenya berwarna kuning tua dengan bau yang tajam, maka ASI tidak cukup. Dapat disimpulkan bahwa bayi tidak memperoleh ASI,bila : a. Tidak merasa puas setelah diberikan ASI, sering menangis. b. Ingin minum ASI dengan tenggang waktu kurang dari dua jam. c. Minum ASI lebih lama dari biasanya, atau tidak mau. d. Tinjanya kering, keras, atau berwarna hijau. e. Buang air besar sedikit, kurang dari dua kali sehari.

19 B. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak dapat digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa,2002). Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Wiryo,2002). 2. Faktor yang mempengaruhi Status Gizi Faktor-faktor yang berperan dalam menentukan status gizi terdiri dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, misalnya : genetik, etnis, riwayat kehamilan. Sedangkan faktor eksternal, misalnya : diit (konsumsi makanan), obat-obatan, lingkungan, penyakit, psikologis. Keadaan kesehatan dapat ditingkatkan dengan perbaikan gizi yang tergantung pada keadaan ekonomi, pendidikan, lingkungan hidup (Soetjiningsih,1995).

20 3. Penilaian Status Gizi a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian menurut Supariasa (2002), yaitu : 1). Antropometri Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. 2). Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk melihat status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang yang terjadi, yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi, dapat juga digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

21 3). Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang akan lebih parah. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik, maka penentuan kimia faal dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4). Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. b. Penilaian Status Gizi secara Tidak Langsung Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga : 1). Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

22 yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi. 2). Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan menganalisis data berbagai statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. 3). Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Pengukuran faktor ekologi sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. 4. Klasifikasi Status Gizi Indikator Antropometri atau indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai status gizi adalah : a. Indeks Berat Badan terhadap Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Dalam keadaan normal, dimana kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur.

23 Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Indeks berat badan menurut umur lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. b. Tinggi Badan Terhadap Umur (TB / U) Indeks tinggi badan terhadap umur adalah pertumbuhan linier, merupakan indikator yang baik untuk menilai intervensi harus disertai dengan indikator lain seperti berat badan terhadap umur, karena tinggi badan tidak banyak terjadi pada waktu dini. c. Indeks Berat Badan Terhadap Tinggi Badan Indeks berat badan terhadap tinggi badan digunakan bila ada hambatan dalam menentukan umur BB / TB, lebih menggambarkan keadaan kurang gizi akut pada waktu lampau. d. Indikator Lingkar Lengan Atas Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak dibawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. e. Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.

24 Tabel 2.4 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia Berat Badan Kurus Normal Gemuk Kategori IMT Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 18,5 > 18,5 25,0 Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber : Depkes, 1994 5. Gizi Ibu Menyusui Selama hamil, tubuh ibu telah disiapkan untuk menyusui dengan menyimpan tenaga dalam bentuk lemak ekstra sebanyak 2,3-3 kg yang tidak hilang begitu saja setelah melahirkan. Lemak ini memberikan beberapa kalori ekstra yang diperlukan untuk menghasilkan susu pada bulan-bulan awal. Makanan selama menyusui harus mencakup beberapa protein ekstra, harus banyak kalsium, banyak vitamin dan cairan. Vitamin dan mineral suplemen dianjurkan jika makanan yang dikonsumsi tidak mengandung sejumlah vitamin dan mineral yang memadai untuk menyusui. Minum cairan yang cukup dapat melindungi ibu dari hidrasi, cairan yang memadai dapat menjaga dari rasa lapar. Sebagian bayi bereaksi terhadap sejumlah makanan tertentu yang dikonsumsi ibu (Hasselquist, 2006).

25 Selama menyusui, ibu memproduksi sekitar ± 800 cc air susu yang mengandung ± 600 Kkal. Karena itu, ibu menyusui membutuhkan tambahan ± 800 Kkal yaitu ± 600 Kkal untuk produksi ASI dan 200 Kkal untuk aktivitas ibu selama menyusui. Kebutuhan kalori ibu menyusui ± 2200 Kkal untuk kebutuhan normal ditambah dengan 800 Kkal sehingga keseluruhan menjadi 3000 Kkal sehari. Tambahan nutrien lain dalam sehari bagi ibu menyusui adalah protein sebanyak 50 gram, kalsium 0,5 1 gram, zat besi 20 mg, vitamin C 100 mg, vitamin B 1 1,3 mg, vitamin B 2 1,3 mg, dan air ± 8 gelas sehari (Wiryo,2002). 6. Kebutuhan Makanan Ibu Menyusui Menurut Wiryo (2002), kebutuhan makanan ibu selama menyusui : a). Ibu menyusui dianjurkan makan makanan yang mengandung asam lemak omega 3, banyak terdapat pada ikan laut seperti kakap, tongkol, dll. Asam lemak omega 3 akan diubah menjadi DHA dan zat ini akan dikeluarkan melalui ASI. b). Kalsium terdapat pada susu, keju, teri, kacang-kacangan. Zat besi terdapat pada daging, hati, golongan seafood juga mengandung Zn (seng), dan bayam. Vitamin C terdapat dalam buah-buahan yang memiliki rasa kecut dan asam seperti jeruk, sirsak, apel, tomat. Vitamin B1 dan B2 terdapat pada padi, kacangkacangan, hati, telur, ikan, dan sebagainya.

26 C. Frekuensi Menyusui (Laktasi). 1. Pengertian Menyusui (Laktasi) Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Dengan menyusui, maka kesuburan ibu akan menurun, dan penurunan kesuburan ini dapat menghindari kehamilan berikutnya dalam interval waktu yang singkat, sehingga ibu dapat mencurahkan perhatian dan kasih sayang sepenuhnya bagi pertumbuhan bayinya, memberi kesempatan pada ibu untuk memulihkan kondisinya setelah kehamilan dan persalinan (Nindya,2006). Laktasi adalah sekresi air susu dari payudara, karena adanya pengaruh estrogen, progesteron dan prolaktin selama kehamilan, dimana penyemprotan air susu dari puting payudara terjadi akibat pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior sebagai respon terhadap hisapan pada puting payudara yang telah berada dibawah pengaruh prolaktin, oksitosin merangsang kontraksi otot polos duktus payudara dan menyebabkan keluarnya air susu, dimana oksitosin berada dibawah kontrol hipotalamus dan dipengaruhi oleh faktor emosi maupun fisik (Corwin,2001). Frekuensi menyusui merupakan berapa sering dan lama ibu saat menyusui bayinya dalam sehari semalam (Radjawane,2006).

27 2. Proses Fisiologis Menyusui (Laktasi) Bayi menghisap payudara dan menstimulasi ujung saraf. Syaraf memerintahkan otak untuk mengeluarkan dua hormon, yaitu hormon prolaktin dan oksitosin sehingga stimulasi yang diberikan bayi pada ujung saraf bagian puting dapat terkirim ke otak. Lobus belakang (posterior lobe) dari kelenjar hipofise (pituitary gland) menerima pesan tersebut dan mengeluarkan oksitosin dan menyebabkan kontraksi pada sel-sel otot di sekitar sel penghasil susu sehingga prolaktin merangsang alveoli untuk menghasilkan lebih banyak air susu. Oksitosin menyebabkan sel-sel otot di sekitar alveoli berkontraksi, mendorong air susu masuk ke saluran penyimpanan dan akhirnya bayi dapat menghisapnya (let-down reflex). Kontraksi otot mendorong susu sepanjang saluran hingga puting dan masuk ke mulut bayi pada let-down reflex sehingga semakin bayi menghisap, semakin banyak susu yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan bayi (Chumbley,2004). 3. Aspek Psikologis Menyusui (Laktasi) Kondisi Psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian, > 80 % lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui. Menurut Michel Odent, hormon oksitosin menyebabkan attachment dan bonding yang dilepaskan

28 sebagai respon terhadap kontak sosial, terutama pada kontak kulit. Hormon oksitosin dilepaskan setiap ibu memeluk bayinya, terutama pada saat menyusui. Dengan kontak fisik yang teratur secara terus menerus, dan aktivitas parenting dari orangtua menghasilkan peningkatan level oksitosin yang tetap, dimana bisa menurunkan stress hormon pada bayi (Susan,2006). 4. Komposisi dan Keuntungan ASI Menurut Verrals (1998), kandungan ASI yaitu : Kalori 80 kilojoule per 30 ml, Air 87,8 %, Protein 1,5 %, Lemak 3,5 %, Karbohidrat 7,0 %, Garam Mineral 0,2 %, Zat Besi ( rendah dan tidak mengurangi sifat anti-infektif laktoferin ), Vitamin (A, B, C, D, E dan K). Menurut Ramaiah (2005), keuntungan ASI : a. Bagi Bayi 1). ASI mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan nutrisi, karena mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi. 2). Bayi bisa mencerna dan menggunakan nutrisi dari ASI secara lebih efisien. 3). Kekurangan nutrisi tidak dapat terjadi pada bayi yang disusui karena ASI memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam bulan pertama.

29 b. Bagi Ibu 1). Mempercepat terjadinya involusi uterus. 2). Mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan, mencegah anemia. 3). Mengurangi risiko kehamilan sampai enam bulan setelah persalinan. 4). Mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur. 5). Menolong menurunkan kenaikan berat badan yang terjadi selama kehamilan. 5. Frekuensi Pemberian ASI pada Bayi Pemberian air susu ibu, sekurang-kurangnya setiap 3 jam pada siang hari. Bayi yang baik, jarang menangis, tidur, dan hanya terjaga setiap 4 sampai 6 jam untuk makan biasanya tidak akan memperoleh peningkatan berat badan yang adekuat, dan ibu mungkin tidak bisa menjaga suplai asupan ASI bagi bayi (Bobak,2005). Tabel 2.5 Pedoman Asupan rata-rata pada Bayi Yang Diberi ASI Usia Lahir sampai 3 minggu 3 Minggu sampai 2 bulan 2 Bulan sampai 3 bulan Kuantitas / Pemberian Makan Jumlah Pemberian Makan Selama 24 Jam 2-3 ons ( 60-90 ml ) 6 sampai 10 5 ons ( 150 ml ) 5 sampai 8 5-7 0ns ( 150-210 ml ) 5 sampai 6 Sumber : Bobak, 2005.

30 C. KERANGKA TEORI Berdasarkan teori diatas dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Gambar 3.1 Kerangka Teori Faktor Internal Pemberian ASI : - Aspek Psikologis - Aspek Fisiologis - Status Gizi Ibu Menyusui (gizi ibu baik atau kurang dan kebutuhan makanan yang dikonsumsi ibu) Faktor Eksternal Pemberian ASI : - Dukungan Keluarga - Lingkungan - Kebiasaan Bayi diberi ASI - Sosial Ekonomi Produksi ASI Cukup Frekuensi Menyusui Meningkat : - Menyusui lebih sering dan lama. - Bayi menyusu 8-12x sehari. - Popok basah sebanyak 6 buah dalam sehari. - BAB 2x sehari - Bayi kenyang selama menyusu. Faktor Pendukung Peningkatan Berat Badan Bayi : - Pertumbuhan berat badan dan perkembangan bayi setelah lahir. - Kesehatan bayi baik (ikterik, muntah, flu biasa, diare, demam, kolik dapat teratasi). - Bayi menyusu efektif - Kebutuhan nutrisi bayi baik Peningkatan Berat Badan Bayi Sumber : Dimodifikasi dari Hasselquist (2006) & Ramaiah (2005).

31 D. KERANGKA KONSEP Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Bebas (independent) Variabel Terikat (dependent) Status Gizi Ibu Berat Badan Bayi Frekuensi Menyusui E. VARIABEL PENELITIAN Variabel Bebas : - Status Gizi Ibu - Frekuensi Menyusui Variabel Terikat : Berat Badan Bayi F. HIPOTESA Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka hipotesa penelitiannya yaitu Terdapat hubungan antara status gizi ibu dan frekuensi menyusui dengan berat badan bayi.

32