BAB.I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. yang menghasilkan produk berupa jasa pelayanan, baik pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara, fungsi perencanaan, pengorgamsas1an,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan hak publik. Mardiasmo, (2002).

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berhasil menjalankan tugas dengan baik atau tidak (Suprapto, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/ Lembaga Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan oleh stakeholders atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah baik pihak internal dan eksternal yang informasi tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan sebagai bukti pertanggung jawaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Akuntabilitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan berdasarkan laporan-laporan perusahaan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. ini mulai menaruh perhatian besar terhadap praktik-praktik akuntansi dibanding

Transkripsi:

BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2006). Akuntabilitas diartikan sebagai hubungan antara pihak yang memegang kendali dan mengatur entitas dengan pihak yang memiliki kekuatan formal atas pihak pengendali tersebut dan untuk mewujudkan akuntabilitas dibutuhkan juga pihak ketiga yang independen untuk memberikan penjelasan atau alasan yang masuk akal terhadap seluruh kegiatan yang dilakukan dan hasil usaha yang diperoleh sehubungan dengan pelaksanaan suatu tugas dan pencapaian suatu tujuan tertentu karena dalam penyelenggaraan pemerintahan akuntabilitas pemerintah tidak dapat diketahui tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana masyarakat beserta penggunaannya (Sadjiarto, 2000). Akuntabilitas meliputi berbagai dimensi antara lain akuntabilitas hukum, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas keuangan (Rasul, 2003). Terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas keuangan, pemerintah

bertanggung jawab untuk mempublikasikan laporan keuangan kepada pemangku kepentingannya (stakeholder). Governmental Accounting Standards Board (1999) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Telah diketahui bahwa ada banyak pihak yang akan mengandalkan informasi dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai. Kiswara (2011) menyatakan bahwa kebermanfaatan (usefulness) merupakan suatu karakteristik yang hanya dapat ditentukan secara kualitatif dalam hubungannya dengan keputusan, pemakai, dan keyakinan pemakai terhadap informasi. Oleh karena itu, kriteria ini secara umum disebut karakteristik kualitatif (qualitative characteristics) atau kualitas (qualities) informasi. Adapun kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan terdiri dari : (1) relevan; (2) andal; (3) dapat dibandingkan; dan (4) dapat dipahami. LKPP yang berkualitas jika memenuhi karakteristik kualitatif. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan tersebut, pemerintah pusat mengembangkan sebuah Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). SAPP akan menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK RI sebelum diserahkan ke DPR. SAPP terdiri dari dua subsistem yaitu Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem

Akuntansi Instansi (SAI). SA-BUN akan menghasilkan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. Sedangkan SAI menghasilkan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/Lembaga. Oleh karena itu, kualitas LKPP dipengaruhi oleh implementasi SA-BUN dan SAI, karena pada dasarnya LKPP merupakan konsolidasi dari Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL). Dengan kata lain, kualitas LKKL turut menentukan kualitas LKPP. Audit yang dilakukan BPK-RI atas LKPP selama 5 tahun terakhir (2009-2013) masih terdapat opini disclaimer seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel.1.1. Perkembangan opini LK-KL tahun 2009-2013 Opini Tahun 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % Wajar Tanpa Pengeculian 42 58 50 65 61 76 62 71 65 76 Wajar Dengan Pengecualian 24 33 25 32 17 21 22 25 19 22 Tidak Memberi Pendapat 7 9 2 3 2 3 3 4 2 2 Tidak Wajar - - - - - - - - Jumlah LKKL 73 77 80 87 86 Sumber : BPK-RI (2014) Meskipun secara persentase proporsi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diberikan BPK RI terhadap LK-K/L mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 dan sebaliknya proporsi opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP) mengalami penurunan dari 2009 sampai dengan tahun 2013. Kondisi ini menggambarkan usaha K/L menuju arah perbaikan dalam menyusun laporan keuangannya. Hal ini terkait dengan Sistem Pengendalian Intern yang tidak memadai dan belum optimal. BPK menemukan beberapa kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, yang terdiri atas: 1. Pencatatan tidak/belum dilakukan secara akurat

2. Proses penyusunan laporan tidak sesuai dengan ketentuan 3. Terlambat menyampaikan laporan 4. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai 5. Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai. (BPK-RI 2014) Choirunisah (2008), mengatakan untuk menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas dibutuhkan sumber daya manusia yang juga berkualitas. Dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama bagi tim pelaksana SAI pemberian pendidikan dan pelatihan terkait perlu ditingkatkan. Intensitas dan kualitas materi yang diberikan pada saat pelatihan, dioptimalkan. Pengorganisasian tim SAI bisa dilakukan dengan pembentukan tim khusus dengan pembagian tugas yang jelas sehingga jika ada keterlambatan dalam penyampaian laporan atau penurunan kualitas laporan yang dihasilkan dapat mudah dideteksi titik kelemahannya. Nugraheni dan Subaweh (2008) dalam penelitiannya menemukan terdapat pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengetahuan pengelola Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon I (UAPPA-EI) dan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang (UAPPB) dan ketersediaan sarana dan prasarana terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional. Sementara Siahaan dan Fachruzamman (2013) memberikan kesimpulan yang inkonsistensi dengan Nugraheni dan Subaweh (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa pemahaman SAP dan variabel Latar Belakang Pendidikan tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan, variabel Pendidikan dan Pelatihan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan, variabel Implementasi SAI mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas Laporan Keuangan SKPD Pemerintah Kota Tangerang.

Mustafa, dkk (2010) dalam penelitiannya menemukan Kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan, namun pengendalian intern akuntansi dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan. Keterandalan pelaporan keuangan tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan, sementara kapasitas SDM dan pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan. Kapasitas SDM berpengaruh terhadap keterandalan bisa disebabkan karateristik SDM di Kota Kendari masih memiliki kapasitas yang rendah dan taraf pendidikan yang masih relatif rendah khususnya dalam bidang akuntansi. Keterandalan pelaporan keuangan tidak berpengaruh terhadap ketepatwaktuan bisa disebabkan oleh upaya untuk memenuhi sebuah kriteria penyajian pelaporan keuangan yang andal, diperlukan berbagai upaya baik yang bersifat material maupun non material, yang mengakibatkan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan sebuah sistem pelaporan keuangan yang andal akan semakin lama. Sukmaningrum (2012) dalam penelitiannya menemukan sistem pengendalian intern berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah, sedangkan kompetensi sumber daya manusia tidak berpengaruh. Kompetensi sumber daya manusia tidak signifikan dikarenakan kurangnya sumber daya manusia itu sendiri dari segi kualitas dan kuantitas. Faktor eksternal tidak dapat digunakan sebagai pemoderasi hubungan antara kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern terhadap kualitas informasi laporan keuangan. Faktor eksternal berperan sebagai variabel bebas dan tidak berpengaruh terhadap kualitas informasi laporan keuangan, hal ini dikarenakan dinamika perubahan sektor pemerintahan tidak diakomodasi oleh kesiapan sumber daya manusia dan tidak proaktif terhadap tekanan-tekanan publik. Berdasarkan fenomena-fenomena dan inkonsistensi temuan beberapa peneliti diatas, merupakan ide untuk melakukan penelitian kembali dengan judul Analisis Determinan

Kualitas Laporan Keuangan Kementerian/lembaga Satuan Kerja di wilayah kerja KPPN Banda Aceh. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut apakah Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Sistem Pengendalian Intern (SPI), Komitmen Organisasi, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Aksesbilitas berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap kualitas laporan keuangan kementerian/lembaga satuan kerja di wilayah kerja KPPN Banda Aceh? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Sistem Pengendalian Intern (SPI), komitmen organisasi, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Aksesbilitas berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Kementerian/lembaga Satuan Kerja di wilayah kerja KPPN Banda Aceh. 1.4. Manfaat Penelitian Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang luas antara lain : 1. Bagi satuan kerja kementerian/lembaga di wilayah kerja KPPN Banda Aceh, sebagai bahan masukan didalam menyikapi fenomena sehubungan dengan masih ditemukannya opini WDP pada beberapa LK-K/L. 2. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan, membuka cakrawala berpikir dan menambah wawasan mengenai penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP), Kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM), Sistem Pengendalian Intern (SPI), komitmen organisasi, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Aksesbilitas. 3. Menambah literatur dan acuan bagi penelitian di bidang akuntansi pemerintahan, terutama yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai kualitas laporan keuangan. 1.5. Originalitas Penelitian Dilihat dari kerangka konsep yang dikembangkan, penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Sukmaningrum (2012) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas informasi laporan keuangan pemerintah daerah studi empiris pada pemerintah kabupaten dan kota Semarang. Beberapa perbedaan antara penelitian Sukmaningrum (2012) dengan penelitian ini terletak pada : 1. Objek Penelitian Penelitian Sukmaningrum (2012) populasinya adalah seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) dan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) yang ada di kabupaten dan kota Semarang. Sementara pada penelitian ini populasinya adalah seluruh Satuan Kerja Kementerian/Lembaga Negara di wilayah kerja KPPN Banda Aceh yang berjumlah 423 satuan kerja yang tersebar di 2 Kotamadya dan 3 Kabupaten di Provinsi Aceh. 2. Variabel Penelitian Sukmaningrum (2012) meneliti 3 (tiga) variabel bebas yaitu kompetensi SDM, Sistem Pengendalian Intern, dan faktor eksternal, serta 1 (satu) variabel terikat Kualitas Laporan Keuangan. Sementara dalam penelitian ini meneliti 6 (enam) variabel bebas yaitu penerapan standar akuntansi pemerintah (SAP), kualitas sumber daya manusia (SDM),

sistem pengendalian intern (SPI), komitmen organisasi, pemanfaatan teknologi informasi dan aksesbilitas serta 1 (satu) variabel terikat yaitu kualitas laporan keuangan. 3. Tahun Penelitian Penelitian Sukmaningrum (2012) dilakukan pada tahun 2012 sementara pada penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.