VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Model Pengembangan Usaha Agroindustri Nenas AINI-MS yang dihasilkan

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I PENDAHULUAN. Nenas diyakini berasal di Selatan Brazil dan Paraguay kemudian

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB III GAMBARAN UMUM DAN PROFIL KOMODITAS TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. sebagian penduduk indonesia berprofesi sebagai petani. Perkembangan komoditas

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

5. GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN KARAKTERISTIK PETANI

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

Transkripsi:

VII. ANALISIS SITUASI USAHA PERKEBUNAN DAN AGROINDUSTRI NENAS DI KABUPATEN SUBANG DAN KARAWANG 1. Lokasi Penelitian Lapang Penelitian lapang dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat, khususnya usaha perkebunan nenas rakyat dan usaha agroindustri kecil dodol nenas di Kecamatan Jalancagak, serta pabrik pengalengan nenas di Karawang, Jawa Barat. Perkebunan nenas rakyat di Jalancagak merupakan sebagian dari kegiatan perkebunan nenas di Subang yang tersebar di 5 (lima) kecamatan di wilayah Kabupaten tersebut. Sebagian lahan perkebunan nenas di Jalancagak merupakan tanah garapan yang sebelumnya dikuasai oleh PTP dan sebagian lagi tanah rakyat. Pabrik pengalengan nenas di Karawang, yaitu PT INNI sepenuhnya dimiliki swasta dan pabrik tersebut tidak memiliki kebun nenas sendiri. Pasok bahan baku nenas segar diperoleh dari perkebunan nenas rakyat di Subang. Pabrik pengalengan nenas ini sesungguhnya mampu mengolah sampai 80 ton nenas segar per hari, tetapi seringkali hanya mengolah 10 ton nenas segar karena kurang lancarnya pasok bahan baku dari Subang. Kabupaten Subang berada di dalam wilayah Propinsi Jawa Barat, yang di sisi utaranya berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Di sebelah selatan, Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bandung, sementara di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Purwakarta, dan di sisi Timur berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang. Luas wilayah Kabupaten Subang adalah 2.051,76 km persegi dengan jumlah penduduk sebesar 1.329.838 jiwa. Kabupaten Subang memiliki kepadatan penduduk rata-rata 648 jiwa/km persegi, dengan tingkat kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Subang sebesar 2.309 jiwa/km persegi dan tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Cijambe sebesar 336 jiwa/km persegi. Pada tahun 2001 PDRB Kabupaten Subang mencapai 4,5 trilyun rupiah. (BPS, 2003)

Memasuki era otonomi daerah, Kabupaten Subang telah memilih agribisnis sebagai aktivitas untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat. Pemilihan ini terkait dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Sebagai daerah yang diapit oleh pegunungan dan laut, Subang dapat dibagi ke dalam tiga zona, yaitu, laut, dataran rendah, dan pegunungan. Zona laut di sebelah utara merupakan sumber kehidupan utama bagi warga Kecamatan Balanakan dan Legonkulon. Hasil ikan laut dari kedua Kecamatan ini mencapai 14.070 ton atau setara dengan 46 persen produksi perikanan Subang yang sebesar 30.151 ton dengan nilai Rp 334,9 milyar (BPS, 2003). Zona dataran rendah di Subang dimanfaatkan untuk sawah. Kabupaten Subang memiliki areal persawahan terluas ketiga di Jawa Barat, yaitu seluas 84.701 hektar atau 41,28 persen dari luas total wilayah Subang. Kabupaten di Jawa Barat yang memliki lahan sawah terluas pertama dan kedua adalah Kabupaten Indramayu (118.513 hektar) dan Karawang (93.590 hektar). Zona pegunungan di wilayah Subang merupakan areal komoditas perkebunan seperti kopi, cengkeh, dan teh. Pada tahun 2001 dari areal perkebunan kopi rakyat seluas 446,5 hektar dihasilkan 5.282 ton kopi. Sementara dari perkebunan cengkeh seluas 670 hektar dihasilkan 1.995 ton cengkeh. Perkebunan teh seluas 296 hektar menghasilkan teh sejumlah 1.895 ton (BPS, 2003). Selain ketiga komoditas perkebunan di atas, Subang juga memiliki kelompok buah-buahan andalan, di antaranya nenas. Pada tahun 2003 Kabupaten Subang menghasilkan 135.296 ton nenas segar dari luas kebun sekitar 3.500 ha yang sebagian besar berada di wilayah Kecamatan Jalancagak. Namun demikian, perkebunan nenas rakyat juga terdapat di empat kecamatan lain, yaitu Kecamatan Sagalaherang, Cisalak, Tanjungsiang, dan Cijambe. 87

2. Perkebunan dan Agroindustri Nenas di Subang dan Karawang Kebun nenas yang ada di Kabupaten Subang dapat dikatakan seluruhnya diusahakan oleh rakyat secara terpisah-pisah. Di lima kecamatan di Kabupaten Subang yang menjadi lokasi perkebunan nenas belum terlihat usaha yang terkoordinasi untuk mengusahakan perkebunan nenas. Dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Jalancagak diperoleh informasi bahwa hasil perkebunan nenas di wilayah ini dijual sebagai bahan baku untuk pabrik pengolahan nenas di Karawang, di samping ada pula yang dijual dalam bentuk nenas segar dan sebagian lainnya diolah secara tradisional oleh pekebun sendiri untuk dijadikan dodol nenas. Pada tahun 1990-an di Kabupaten Subang pernah didirikan industri pengolahan nenas, yaitu PT Morelli yang produk utamanya adalah nenas kalengan dan PT Agrindo, yang produk utamanya adalah jus nenas. Bahan baku berupa nenas segar diperoleh dari kebun-kebun petani. Usaha tersebut mengalami kegagalan dan kedua pabrik tersebut akhirnya harus ditutup. Pada saat ini, di kalangan petani nenas Subang sendiri sudah timbul kesadaran untuk meningkatkan usaha perkebunan nenas menjadi suatu usaha agroindustri nenas yang lebih besar, yang sedapat mungkin melibatkan petani bukan sekadar sebagai pemasok bahan baku melainkan juga sebagai pelaku aktif dalam usaha agroindustri nenas. Produk agroindustri nenas yang dihasilkan oleh petani nenas Subang pada saat ini masih terbatas pada beberapa produk olahan sederhana seperti dodol nenas dan keripik nenas. Pemasaran produk-produk olahan tersebut masih terbatas di Kabupaten Subang sendiri dan beberapa wilayah tetangga, khususnya wilayah Jabotabek. Beberapa petani nenas saat ini sudah mulai mengusahakan perkebunan nenas organik yang menurut keterangan mampu menghasilkan buah nenas yang berukuran besar dengan rasa yang enak. Kelebihan dari nenas organik ini, selain buahnya 88

berukuran besar, adalah tidak mudah busuk. Namun demikian, menurut bandar (pedagang pengumpul) prospek nenas organik masih belum begitu baik karena panen tidak dapat dilakukan serentak. Di samping itu, beberapa petani sudah mulai menerjuni usaha pembuatan serat kain dari limbah nenas. Produk serat kain dari nenas ini diperkirakan memiliki prospek pasar ekspor yang baik. a. Perkebunan Nenas Rakyat di Kecamatan Jalancagak Kecamatan Jalancagak merupakan salah satu dari lima kecamatan penghasil nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Lahan yang digunakan untuk kebun nenas pada umumnya adalah tanah pekarangan dan lahan tidur milik PTP. Nenas yang diusahakan oleh petani di Subang adalah dari jenis Smooth cayenne yang menurut pengalaman petani merupakan jenis nenas yang paling sesuai dengan kondisi lahan dan iklim setempat. Nenas jenis Smooth cayenne juga dikenal sebagai jenis yang tahan terhadap hama penyakit dan rasanya manis serta mengandung kadar air yang tinggi. Gambar 7.1 memperlihatkan salah satu kebun nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak. Gambar 7.1. Kebun nenas rakyat di Kecamatan Jalancagak, Subang (Hasil penelitian, 2003) Pada umumnya petani nenas Subang masih menggunakan cara-cara sederhana dalam mengusahakan perkebunan nenas. Petani nenas di Subang tidak 89

dibersihk secara khusu pengamatan dilakukan pe 1. Pengolah Pen tanah sed

3. Pemeliharaan Pada umumnya petani hanya melakukan pemeilharaan minimal saja terhadap tanaman nenas. Pemeliharaan yang dilakukan hanyalah berupa penyiangan untuk menghilangkan gulma dan sedikit penjarangan tanaman berupa pemindahan anak -anak nenas agar jarak antar-tanaman tidak terlalu rapat. Kegiatan pemupukan dan penghilangan hama hanya dilakukan sekadarnya karena harga pupuk dan obat-obatan relatif mahal di samping juga harga hasil panen yang sangat berfluktuasi sehingga petani tidak berani mengeluarkan biaya terlalu besar untuk pemeliharaan kebun. Akibat pemeliharaan yang minimal ini, buah yang dihasilkan relatif kecil-kecil, hanya sekitar 25 persen yang mampu mencapai berat di atas satu kilogram. Petani setempat merasa bahwa penyuluh pertanian setempat belum berperan besar dalam membantu petani, sehingga petani benar-benar menggantungkan diri pada pengalaman sendiri. Pembersihan gulma dilakukan dengan menyemprotkan Parasol sekitar 2 liter per hektar kebun dan setelah gulma mati dibersihkan dan ditimbun dengan tanah. Selain itu, gulma yang berada di antara tanaman disiangi secara manual. Penyemprotan dengan Parasol ini dilakukan sekitar enam bulan sekali. Penyiraman tanaman biasanya hanya mengandalkan curah hujan, meskipun adakalanya, di musim kemarau, petani melakukan penyiraman sendiri tergantung kebutuhan. Pemupukan juga tidak terlalu banyak dilakukan. Beberapa petani yang mampu menggunakan pupuk Urea, KCl, dan TSP untuk memupuk kebun. Pemupukan dilakukan dua kali setahun dengan setiap hektar menghabiskan sekitar 100 kg pupuk. 91

b. Industri Pen Industr pabrik yang juga mengha kaleng dan p produk-produ Subang. Seb

Karawang, tetapi pada saat ini pasok nenas ke pabrik di Karawang tersebut masih tidak berkesinambungan. Beberapa kelompok tani di Kecamatan Jalancagak sudah mulai mengusahakan pengolahan nenas menjadi dodol nenas untuk mendapatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada pabrik serta mengurangi risiko kerusakan buah. Dodol nenas dinilai petani merupakan produk olahan yang paling baik peluangnya untuk dikembangkan karena pemasarannya relatif mudah dan modal yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar. Selain itu, semua bahan kebutuhan produksi dapat dengan mudah diperoleh di Subang dan sekitarnya. Wilayah pemasaran dodol nenas Subang adalah di sekitar Subang dan Jabotabek. Gambar 7.4 memperlihatkan sebuah warung di tepi jalan raya Subang-Bandung yang menjual hasil industri kecil nenas olahan. Gambar 7.4. Warung penjual nenas olahan di tepi jalan raya Subang-Bandung (Hasil penelitian, 2003) Salah satu kelompok tani yang sudah mengusahakan produksi dodol nenas secara baik adalah kelompok tani Mekar Sari. Kelompok yang beranggotakan 20 orang ini mampu menghasilkan sekitar 500 kg dodol nenas setiap bulannya dengan penjualan senilai sekitar Rp 5 juta. Kelompok Mekar Sari merupakan 93