ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. ditempuh oleh seorang sufi secara individual. Kemudian para sufi itu

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Amin, Samsul Munir. Karomah Para Kiai. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2008.

BAB III MASUKNYA TAREKAT SHIDDIQIYYAH DI PLOSO-JOMBANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB II PERKEMBANGAN TAREKAT DI JAWA TIMUR. yang berpangkal dari syari at, sebab jalan utama disebut syar sedangkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB IV PERKEMBANGAN TAREKAT SHIDDIQIYYAH TAHUN sekali hambatan-hambatan pada proses pemunculannya. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional tertua di Indonesia. Pesantren adalah lembaga yang bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. harus dihadapi manusia saat ini dan seterusnya. Pada dasarnya manusia sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN. pusat pengajian untuk menghafal dan mengkaji Al-Qur an atau pusat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

Syahrul A dam: Etos Ekonomi Kaum Tarekat Shiddiqiyyah

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB V PEMBAHASAN. A. Strategi Kyai dalam menciptakan budaya religius pada masyarakat. melalui kegiatan pengajian kitab kuning

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Tasawuf adalah salah satu dari 3 cabang ilmu yang wajib. diketahui oleh pemeluknya, yakni Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. akronim yang menggabungkan dua nama nabi dan satu sifat Allah Subhanahu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. komitmen organisasi dari para anggota dalam upaya meningkatkan kualitas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Setelah diuraikan bab dari penelitian lapangan tentang SEJARAH PERKEMBANGAN JAMAAH MANAQIB SYAIKH ABDUL QODIR

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara (Kepulauan Antara) yang terletak di antara Benua Asia Tenggara dan Australia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretasi, dan historiografi. Heuristik atau dalam bahasa Jerman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka merupakan suatu proses dalam membuat suatu kerangka

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang. kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan Islam, yakni munculnya kelompok Jama ah Tabligh yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. komunitas muslim terbentuk disuatu daerah, maka mulailah mereka

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Dudung. Metode Penulisan Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara

BAB I PENDAHULUAN. istilah yang dieja-indonesiakan dari kata "Ahl al-sunnah wa al Jama'ah". Ia. a. Ahl (Ahlun), berarti "golongan" atau "pengikut".

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan bukan jatuh dari langit, ia harus tumbuh dalam pribadi

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Berdasarkan rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilakukan, beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Setelah satu masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari penelitian ini secara deskriptif naratif. Tujuan penelitian ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

al-musyarrāt Fī tasḥīh Dalāil al-khaīrāt, Menara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk merekonstruksi kembali

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut masa remaja (adolescence) peralihan masa perkembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang metodologi penelitian yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. bukti bahwa sejarah itu perlu. Sejarah merupakan hasil peradaban manusia. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (Fields Research) dengan menggunakan metode sejarah. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tarekat adalah gerakan sufi dimana umat Islam mengamalkan ritual-ritual keagamaan dengan menjalankan wirid-wirid tertentu. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah, yang secara harfiah berarti jalan mistik untuk mendekati Allah 1. Pada mulanya, suatu tarekat hanya berupa jalan atau metode yang ditempuh oleh seorang sufi secara individual. Kemudian para sufi itu mengajarkan pengalamannya kepada murid-muridnya, baik secara individual maupun kolektif. Dari sini, terbentuklah suatu tarekat, dalam pengertian Jalan menuju Tuhan di bawah bimbingan seorang guru. Setelah suatu tarekat memiliki anggota yang cukup banyak maka tarekat tersebut kemudian dilembagakan dan menjadi sebuah organisasi tarekat 2. Tarekat berkembang pesat di Indonesia, salah satunya adalah Tarekat Shiddiqiyyah. Tarekat ini berpusat di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Keberadaan ajaran tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, dimulai dengan masuknya ajaran tersebut di Desa Losari. Pembawa 62. 1 Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan, (Yogyakarta: LKiS, 2004), hlm. 2008), hlm. 63. 2 Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: LKiS. 1

ajaran tersebut adalah Kyai Muchtar Mu thi yang mendapatkannya dari Syekh Syueb Jamali 3. Pada mulanya nama tarekat yang diajarkan Syekh Syueb Jamali kepada Kyai Muchtar Mu thi adalah Tarekat Khalwatiyyah. Namun, menurut Syekh Syueb Jamali nama Tarekat Khalwatiyyah yang beliau ajarkan kepada Kyai Muchtar Mu thi bukanlah nama tarekat yang asli 4. Salah satu syarat untuk menjadi murid Tarekat Shiddiqiyah yaitu harus melakukan ritual bai at. Pembai atan 5 dilakukan agar seseorang tersebut sanggup melakukan kewajiban sebagai murid Tarekat Shiddiqiyah. Orang yang pertama kali menjadi bai at Tarekat Shiddiqiyyah adalah Slamet Makmun yang dibai at pada tahun 1960 6. Pada periode tahun 1970-1980 pengikut Tarekat Shiddiqiyyah bertambah banyak sudah mencapai ribuan. Tetapi ibarat pohon semakin tingggi, semakin besar angin menerpanya. Pada periode ini Tarekat Shiddiqiyyah mendapat rintangan yang cukup gencar dari kalangan umat Islam sendiri. Pada periode ini banyak tuduhan-tuduhan yang ditunjukkan kepada Tarekat Shiddiqiyyah, seperti 3 Ahmad Sodli, Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur, (Semarang: Balai Penelitian Krohanian/Keagamaan Republik Indonesia, 1994), hlm. 16. 4 A. Munjin Nasih, Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu thi, (Jombang: Al-Ikhwan, 2006), hlm. 128. 5 Pembai atan adalah sebuah prosesi perjanjian antara seorang murid terhadap seorang mursyid. Seseorang murid menyerahkan dirinya untuk dibina dan dibimbing dalam rangka membersihkan jiwanya, dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Kemudian sang mursyid menerimanya dnegan mengajarkan dzikir (talqin al-dzikir) yang harus dilalui oleh seorang salik, khususnya seorang yang memasuki jalan hidup kesufian melalui tarekat. Menurut para ahli tarekat baiat merupakan syarat sahnya suatu perjalanan spiritual (suluk). Lihat: Kharisudin Aqib, Inabah: Jalan Kembali dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa, (Surabaya: PT.Bina Ilmu, 2005), hlm. 75. 6 Sodli, op.cit., hlm. 16. 2

Tarekat Shiddiqiyyah tidak mutakhbarah (tidak sah) dan Tarekat Shiddiqiyyah adalah ajaran klenik yang akan merusak syari at Islam 7. Tanggapan-tanggapan negatif dari berbagai pihak yang tidak menyukai munculnya Tarekat Shiddiqiyyah ini juga menjadi suatu hambatan yang harus dilalui oleh para murid Tarekat Shiddiqiyyah. Ini tidak berarti bahwa Kyai Muchtar Mu thi tidak pernah bereaksi terhadap tanggapan negatif dari kyai dan umat Islam yang mengkritiknya, Kyai Muchtar Mu thi juga telah menulis beberapa risalah singkat. Kyai Muchtar Mu thi bersikeras bahwa ia tidak mendirikan tarekat baru namun, tarekatnya sama dengan tarekat (mukhtabarah) lain yang mempunyai mata rantai mursyid hingga Nabi Muhammad 8. Tahun 1973 Tarekat Shiddiqiyyah mendirikan Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah (YPS) yang bertujuan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi yang berkembang dalam tarekat ini ke dunia luar selain warganya sendiri, Yayasan ini diberi nama Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah (YPS) Pusat didirikan oleh keluarga besar Tarekat Shiddiqiyyah pada tanggal 10 dzulhijah 1393 atau 15 Januari 1973, berkedudukan di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang 9. Diantara usaha penyebar luasan ajaran tarekat ini yang paling 7 Turmudi, op.cit., hlm. 17. 8 Ibid, hlm.87. 9 Syahrul Adam, Tarekat Shiddiqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003). hlm. 35. 3

menonjol adalah pendirian pondok pesantren pada tahun 1974 yang diberi nama Pondok Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah 10. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan uraian di atas, maka permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan Tarekat Shiddiqiyah di Ploso- Jombang pada tahun 1959-1979? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian tentang kajian Islam yang berjudul Tarekat Shiddiqiyah, Ploso-Jombang Tahun 1959-1979 ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perkembangan tarekat Shiddiqiyah di Ploso-Jombang pada tahun 1959-1979. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan informasi tentang perkembangan Tarekat Shiddiqiyah 1959-1979. 2. Dalam bidang akademik diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan bagi penelitian berikutnya khususnya penelitian yang mengangkat tema tarekat di Indonesia. 10 Mochammad Munif, Sejarah Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah, (Jombang: Buku Tidak Diterbitkan 1984), hlm. 30. 4

D. Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, untuk memperjelas lingkup permasalahan maka diperlukan adanya pembatasan masalah. Dalam hal ini maka diperlukan dua pembatasan masalah yaitu batasan spasial dan batasan temporal. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jombang tepatnya Desa Losari Kecamatan Ploso, karena di tempat tersebut merupakan pusat pengajaran Tarekat Shiddiqiyah yaitu Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah. Ploso merupakan sebuah kecamatan yang terletak di bagian utara Kota Jombang di mana kecamatan ini berada di sebelah selatan dibatasi oleh Sungai Brantas. Ploso merupakan persimpangan jalan Provinsi Jombang-Tuban dengan jalur Lengkong- Mojokerto. Wilayah kecamatan Ploso memiliki luas 25,96 km 2. Batas wilayah sebelah utara adalah Kecamatan Kabuh, sebelah timur adalah Kecamatan Kudu, sebelah selatan adalah Kecamatan Tembelang, dan sebelah barat adalah Kecamatan Plandaan. Pembatasan masalah selanjutnya adalah batasan temporal yang dikaji pada penelitian ini adalah antara tahun 1959-1979. Pengambilan tahun 1959 dijadikan sebagai batasan awal penelitian ini dikarenakan pada tahun ini merupakan tahun pertama kali mulai diajarkannya Tarekat Shiddiqiyah oleh Kyai Muchtar Mu thi di Jombang. Dan sebagai batasan akhir penelitian ini adalah pada tahun 1979 dikarenakan pada tahun ini merupakan masa mulai dikenalnya Tarekat Shiddiqiyyah sebagai tarekat mutakhbarah (sah) oleh masyarakat luas yang sebelumnya dicap sebagai tarekat yang tidak mutakhbarah (tidak sah). 5

E. Metode Penelitian Menulis sebuah karya sejarah haruslah dapat merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif. Penelitian ini secara metodis harus sesuai dengan metodologi atau prosedur kerja seorang sejarawan yaitu antara lain heurisitk, kritik ekstern dan kritik intern, interpretasi, dan historiografi. Heuristik merupakan sebuah langkah awal dalam penulisan sebuah sejarah. Sebagai langkah awal ialah apa yang disebut dengan heurisitk, dalam tahap ini penulis sudah mengumpulkan arsip-arsip terkait dengan Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Akta Notaris Goesti Djoehan, Nomor: 137 tentang Anggaran Dasar Pendidikan Shiddiqiyyah, tanggal 10 April 1973. Kemudian, Kutipan Surat Pengakuan Pemerintah (Kejaksaan Tinggi Jawa Timur) Terhadap Tarekat Shiddiqiyyah, tanggal 30 Juni 1973. Lalu, Lampiran Surat dari Konsulat Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (G.U.P.P.I) kepada Tarekat Shiddiqiyyah pada tanggal 21 Juni 1972. Dan Surat Keterangan Camat Kepala Wilayah Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang terhadap Pimpinan Tarekat Shiddiqiyyah Pada Tanggal 08 November 1975. Dalam proses ini penulis juga menemukan buku-buku, sumber arsip dan sumber-sumber lainnya serta saksi hidup (dianalisis melalui wawancara) terkait dengan Tarekat Shiddiqiyyah. Dalam hal ini penulis sudah melakukan wawancara dengan dua Khalifah 11 Shiddiqiyyah yang juga merupakan pelaku sejarah Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Bapak Mochammad Munif dan Bapak Masruchan Mu thi. Dan 11 Persepsi murid-murid terhadap khalifah, bukan saja sebagai guru dan pemimpin kelompok, melainkan dipandang juga sebagi ulama dan pemimpin agama, dalam arti turut mengembangkan syari at Islam. Khalifah merupakan pusat penyebaran doktrin, karena berfungsi sebagai sumber ilmu pengetahuan. Lihat: Abu Hamid, Syekh Yusuf: Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994), hlm. 239. 6

seorang warga Tarekat Shiddiqiyyah yaitu Bapak Musta in Karim yang sudah menjadi anggota Tarekat Shiddiqiyyah sejak tahun 1970. Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber tersebut. Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal 12. Kritik ekstern yang telah dilakukan dalam penulisan ini adalah dengan cara melakukan penelitian terhadap sumber-sumber yang ada, misalnya sumber-sumber material seperti arsip masih dalam kondisi yang baik sehingga masih dapat diteliti. Dan sumber lisan yang menjadi saksi sejarah perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah pada tahun 1959-1979 yaitu Bapak Mochammad Munif dan Bapak Masruchan Mu thi yang merupakan Khalifah Tarekat Shiddiqiyyah, serta Bapak Musta in Karim yang merupakan warga Tarekat Shiddiqiyyah. Para informan tersebut dapat dipercaya dan akurat karena mereka merupakan pelaku sejarah juga dalam perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah pada tahun 1959-1979. Kritik intern merupakan tahapan cross check, di mana dalam tahapan ini juga harus dilakukan dengan cara mengamati dari dalam mengenai isi dari data-data dan sumber sejarah yang diperoleh. Dalam hal ini juga harus ditemukan kesamaan antara informasi yang disampaikan oleh sumber lisan dan sumber-sumber material mengenai Tarekat Shiddiqiyah. Dalam tahapan cross check ini penulis sudah menemukan kesamaan dengan sumber material yaitu arsip, buku dan informan dalam penelitian ini. 12 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 132. 7

Interpretasi merupakan tahapan yang sangat menentukan, karena dalam tahapan ini data-data yang telah diperoleh harus ditafsirkan dengan cara membandingkan data-data yang diperoleh. Penafsiran ini hanya boleh dilakukan apabila seorang sejarawan yakin dengan teori yang telah dimiliki, tidak begitu saja memberikan penafsiran tanpa data yang lengkap dan mendukung. Interpretasi data dapat membantu sejarawan dalam mengolah materi temuan untuk menyusun hipotesis awal. Kemudian historiografi merupakan proses terakhir dalam metode penulisan sejarah, historiografi merupakan cara penulisan, penguraian, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini merupakan penelitian yang berjudul Tarekat Shiddiqiyyah, Ploso-Jombang Tahun 1959-1979. F. Kerangka Konseptual Penelitian dengan judul Tarekat Shiddiqiyyah, Ploso-Jombang Tahun 1959-1979 ini merupakan sebuah kajian sejarah Islam, hal ini dikarenakan kajian yang dibahas ini mencakup beberapa konsep Islam, seperti peranan kyai dalam pengembangan Islam, tarekat, pendidikan agama Islam yang dilakukan melalui sebuah pesantren, dan lain sebagainya. Namun, dalam skripsi ini lebih membahas dalam bidang tarekat. Secara etimologis, kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah yang berarti jalan, tempat lalu lintas, aliran, mahzab, metode, mode atau sistem. Kemudian kata thariqah dalam bahasa Arab ini dibakukan dalam bahasa Indonesia menjadi 8

tarekat 13. Dalam sebuah tarekat terdapat seorang guru yang bertanggung jawab untuk mengajarkan tarekat yang disebut dengan Mursyid. Mursyid merupakan seseorang yang memiliki kewajiban utuk bertanggung jawab dalam memimpin, mengajarkan dan membimbing ajaran sebuah tarekat terhadap muridnya. Mursyid adalah seorang pemangku jabatan spiritual dalam tarekat yang berwenang memberikan petunjuk jalan bagi perjalanan (suluk) ruhaniah sang murid. Secara organisasi, jabatan mursyid dapat berganti dari seorang mursyid ke mursyid yang lain. Pergantian ini dilakukan apabila terjadi hal-hal yang menyebabkan kemestian pergantian, seperti meninggal dunia atau sebab lainnya 14. Istilah mursyid berasal dari bahasa Arab, dari kata irsyada, yaitu memberi tunjukajar. Dalam arti kata lain, mursyid berarti, seseorang yang pakar dalam memberi tunjuk-akar terutamanya dalam bidang kerohanian, dalam istilah para sufi 15. Dalam Tarekat Shiddiqiyyah Kyai Muchtar Mu thi merupakan Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah yang mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah sampai saat ini. Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda yaitu: 1. Sebagai gelar kehormatan bagi barangbarang yang dianggap keramat, umpamanya, Kyai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta. 2. Gelar kehormatan untuk orang-orangtua pada umumnya. 3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin 13 Noer Iskandar al-barsany, Tasawuf, Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2001), hlm. 52. 14 Huda, op.cit., hlm.215. 15 Zulkifli, Gelar Dalam Islam: Sejarah, Asal-usul dan Makna Gelar Dalam Islam, (Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2009), hlm. 57. 9

pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya. Perlu dtekankan di sini bahwa ahli-ahli pengetahuan Islam di kalangan umat Islam disebut ulama. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan. Di Jawa Tengah dan Jawa timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kyai 16. Secara teknis pesantren adalah tempat di mana para santri tinggal. Frasa ini merupakan gambaran paling penting dari pesantren, yaitu sebagai suatu lingkungan pendidikan dalam pengertiannya yang menyeluruh. Pesantren mirip dengan akademi militer atau biara dalam arti bahwa mereka yang berada di sana mengalami suatu kondisi totalitas. Dibandingkan dengan lingkungan pendidikan parsial yang ditawarkan oleh sistem pendidikan publik Indonesia sekarang, yang menjadi kultur pendidikan umum bangsa. Pesantren dengan sendirinya merupakan suatu kultur yang unik 17. G. Tinjauan Pustaka A. Munjin Nasih dalam bukunya yang berjudul Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid: Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu thi 18 membahas tentang Biografi sang Mursyid Tarekat Shiddiqiyah yaitu Kyai Muchtar Mu thi. Dalam buku ini dijelaskan tentang perjalanan hidup sang Mursyid yaitu Kyai Muchtar Mu thi mulai dari kelahiran dan masa kecil, kemudian perjuangan hidup 16 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 55. 17 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. 233. 18 A. Munjin Nasih, Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid: Kyai Muchammad Muchtar Bin Haji Abdul Mu thi, (Jombang: Al-Ikhwan, 2006). 10

Kyai Muchtar Mu thi dan penggambaran berthasawuf sang Mursyid. Dalam buku ini lebih membahas tentang perjalanan hidup Kyai Muchtar Mu thi sebelum beliau mulai mengajarkan Tarekat Shiddiqiyyah. Ahmad Sodli dalam bukunya yang berjudul Studi kasus Tarekat Shiddiqiyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur 19, menjelaskan tentang sejarah dan struktur sosial Tarekat Shiddiqiyah, Praktek Ibadah Tarekat Shiddiqiyah, dan hubungan Tarekat Shiddiqiyah dengan masyarakat lingkungan sekitarnya. Mochammad Munif dalam bukunya yang berjudul Sejarah Kemenangan Perjuangan Shiddiqiyyah Pada Tahun 1970 (Jilid I) 20, menjelaskan tentang perjuangan warga Tarekat Shiddiqiyyah dalam menghadapi tuduhan-tuduhan bahwa Tarekat Shiddiqiyyah bukanlah tarekat yang mutakhbarah oleh kelompok Islam lain di Jombang, yang digelar secara terbuka melalui peristiwa berdirinya PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 Tahun di Bakalan Rayung Jombang pada tahun 1970. Mochammad Munif (Khalifah Tarekat Shiddiqiyyah) dalam bukunya yang tidak diterbitkan yang berujudul Sejarah Pesantren Majama al Bahrain/Shiddiqiyyah 21. Dalam buku yang tidak diterbitkan ini penulis yaitu Mochammad Munif menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa sejarah dalam 19 Ahmad Sodli, Studi kasus Tarekat Shiddiqiyah di Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur, (Semarang: Balai Penelitian Aliran Kerohanian / Keagamaan, 1994). 20 Mochammad Munif, Sejarah Kemenangan Perjuangan Shiddiqiyyah Pada Tahun 1970 (Jilid I), (Jombang: Al-Ikhwan, 2010). 21 Mochammad Munif, Sejarah Pesantren Majama al Bahrain/Shiddiqiyyah, (Jombang: Buku Tidak Diterbitkan, 1984). 11

Tarekat Shiddiqiyyah yang terjadi pada tahun 1973-1984, yang pembahasannya difokuskan pada kegiatan Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah yang merupakan tempat pusat pengajaran dan penyebaran Tarekat Shiddiqiyyah. Buku ini disusun pada saat Pesantren Majma al Bahrain Shiddiqiyyah berusia 10 tahun. Al Misbahul Munir mahasiswa Institut Negeri Agama Islam Surabaya dlaam skripsinya yang berjudul Tasawuf Modern: Studi tentang Penerapan Thoriqoh Shiddiqiyyah 22. Dalam skripsinya Al Misbahul Munir menuliskan tentang filsafat aqidah dari Tarekat Shiddiqiyyah dan penerapannya bagi warga Tarekat Shiddiqiyyah. Dan di dalam skripsi ini juga dijelaskan bagaimana model ajaran tasawuf dalam Tarekat Shiddiqiyyah. Syahrul Adam dalam Laporan Hasil Penelitiannya yang berjudul Tarekat Shiddiqqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur 23. Buku ini merupakan laporan hasil penelitian. Dalam laporan hasil penelitian ini penulis membahas tentang Tarekat Shiddiqiyyah dan usaha-usaha perubahan sosial Tarekat Shiddiqiyyah baik dalam bidang keagamaan, pendidikan, ekonomi dan kemasyarakatan. Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada tahun 2003. 22 Al Misbahul Munir, Tasawuf Modern: Studi Tentang Penerapan Thoriqoh Shiddiqiyyah, (Surabaya: Institut Agama Islam Negeri, 2009). 23 Syahrul Adam, Tarekat Shiddiqiyyah dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso Jombang Jawa Timur, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2003). 12

H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan ini peneliti membaginya dalam 5 bab yaitu antara lain: 1. Bab I berisikan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual dan sistematika penulisan. 2. Bab II menjelaskan tentang munculnya tarekat di Indonesia dan perkembangan tarekat di Jawa Timur. 3. Bab III menjelaskan masuknya Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang pada tahun 1959-1973. 4. Bab IV menjelaskan tentang perkembangan Tarekat Shiddiqiyyah di Ploso-Jombang pada tahun 1973-1979. 5. Bab V merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. 13