BAB II TINJAUAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN


BAB I PENDAHULUAN. praktiknya, pengaturan tata letak memiliki beragam dampak strategis dalam kegiatan. tanggapan yang cepat (Heizer dan Render, 2011).

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PASAR TRADISIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plaza,

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

- BAB II - TINJAUAN JUDUL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PELAYANAN PASAR REMU DAN PASAR BOSWESEN DI KOTA SORONG

BUPATI BANGKA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Demikian pula dengan pembangunan pasar dalam arti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB III: DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB 3 Perkembangan Pasar yang Dipengaruhi Gaya Hidup di Jakarta

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

JENIS & STRUKTUR PASAR. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa.

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

REDESAIN PASAR RUMPUT JAKARTA SELATAN MENJADI PASAR MODERN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

Perancangan Kembali Pasar Tawangmangu di Kota Malang

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB II KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL DESA SIDEMEN KECAMATAN SIDEMEN KABUPATEN KARANGASEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kotler (2002:83) pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan


PEMERINTAH KOTA PASURUAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

REDESAIN PASAR MODERN SUKAPURA JAKARTA. Oleh : Erni Sri Mulyani, Bambang Adji Murtomo, Wijayanti.

BABHI ANALISA PEMBANGUNAN DAN PENATAAN PASAR BAWAH

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERPASARAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

Pasar Modern BSD City The Concept

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

BAB III TINJAUAN TEMA

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul proyek : Pasar Rumput Lokasi tapak : Jl. Raya Sultan Agung No.4 Kel. Pasar Manggis Kec.Setiabudi Jakarta Selatan Luas tapak : ± 3,1 Ha,terkena rencana jalan DTR Pemda DKI Jakarta, jadi ± 2,1 Ha 1 Sasaran Proyek : Masyarakat menengah, pedagang kecil dan eceran Pemilik dan pengelola : PD. Pasar Jaya Peruntukan : Karya Perkantoran dan Perdagangan KDB/KLB/lantai maks. : 60% /2,4 /4 lantai II.2. Definisi Proyek 2 II.2.1. Pengertian Pasar Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya milik Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Jaya. II.2.2. Fungsi Pasar Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat penting. Bagi konsumen, adanya pasar akan mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan seharihari. Adapun bagi produsen, pasar menjadi tempat untuk mempermudah proses penyaluran barang hasil produksi. Secara umum, pasar mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai sarana distribusi, pembentukan harga, dan sebagai tempat promosi. 1 Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta 2009. 27 April 2012 2 Perda DKI Jakarta No.3 Tahun 2009 5

II.3. Klasifikasi Pasar 3 II.3.1. Berdasarkan Lingkup Pelayanannya Berdasarkan lingkup pelayanannya, pasar dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Lingkungan ; ruang lingkup pelayanannya meliputi satu lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut dan jenis barang yang diperdagangkan terutama kebutuhan sehari-hari, melanyani 300-30.000 penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. b. Wilayah ; ruang lingkup pelayanannya meliputi beberapa lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut dan barang yang diperdagangkan lebih lengkap dari pada pasar lingkungan, melanyani jangkuan 30.000 200.000 penduduk. c. Kota ; pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah kota dan barang yang diperjualbelikan lengkap, melnyani jangkauan sekitar 200.000 1.000.000 penduduk. Dilengkapi dengan fasilitas seperti toko,bank dll. II.3.2. Berdasarkan Transaksi Berdasarkan cara transaksinya pasar dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Pasar Tradisional adalah pasar yang dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang diperjualbelikan adalah barang-barang kebutuhan pokok. Ciri-ciri Pasar Tradisional : Bangunan temporer, semi permanen atau permanen. Kebersihan tidak terjaga dengan baik. Fasilitas parkir tidak memadai. Terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli. Penataan barang dagangan seadanya. b. Pasar Modern adalah pasar yang penjual dan pembelinya tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Ciri-ciri Pasar Modern : 3 Perda DKI Jakarta No.3 Tahun 2009 6

Bangunan permanen umumnya dilengkapi dengan fasilitas memadai. Kebersihan dan kenyaman konsumen lebih diutamakan. Barang dapat dipilih sendiri oleh konsumen. Interaksi antara penjual dan pembeli terbatas. II.3.3. Berdasarkan Jenis Barang Dagangan Berdasarkan jenis barang dagangannya, pasar dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Pasar Homogen yaitu pasar yang menjual hanya satu jenis barang dagangan saja, seperti pasar buah dan pasar ikan. b. Pasar Heterogen yaitu pasar yang menjual lebih dari satu jenis barang dagangan, seperti hasil pertanian dan kebutuhan sehari-hari. II.3.4. Berdasarkan Jenis Pedagang Berdasarkan jenis pedagangnya, pasar dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Pedagang Kios/ Grosir ; perorangan atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan barang-barang dalam partai (jumlah) besar kepada pedagang eceran. b. Pedagang Eceran ; suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Pedagang eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai ke konsumen. Pedagang eceran sangat penting artinya bagi produsen karena melalui pengecer produsen memperoleh informasi berharga tentang barangnya. c. Pedagang Kaki lima ; perorangan atau pedagang yang di dalam kegiatan usahanya melakukan penjualan barang-barang tertentu yang tidak memiliki tempat dan bangunan sendiri yang umumnya memakai tempat-tempat/ fasilitas untuk kepentingan umum serta tempat lain yang bukan miliknya. II.3.5. Berdasarkan Waktu Kegiatan Berdasarkan waktu kegiatan, pasar dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Pasar Siang: pasar yang kegiatannya antara pukul 05.00 s.d. 18.00 WIB b. Pasar Malam: pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s.d. 05.00 WIB. c. Pasar Siang-Malam: pasar yang kegiatannya sepanjang hari / 24 jam. 7

II.4. Standar Ketentuan Pasar II.4.1. Standar Perencanaan Pasar Berdasarkan Perda DKI Jakarta No.2 Tahun 2010, standar perencanaan pasar terbagi menjadi : 1. Kios : Berukuran 2 x 2.25 m / 3 x 3m /3 x 4m / 3x 6m. Kios paling luar menghadap ke luar sehingga fungsi etalase menjadi maksimal. 2. Toko : Berukuran 2 x 3m / 3 x 3m. 3. Los : Berukuran 6 x 20m / 40 x 60m 4. Koridor : Koridor utama dengan lebar ideal 2-3 m sedangkan koridor penghubung antar kios lebar minimalnya adalah 180 cm. 5. Jalan : Lebar jalan minimal 5 m. 6. TPS : Tidak di jalan utama agar pasar tidak terlihat kumuh. Untuk kegiatan mini swalayan/ toko/ waralaba yang diselenggarakan oleh satu badan usaha yang mempunyai kegiatan usaha dibeberapa lokasi dan mempunyai luasan secara kumulatif lebih besar dari 500 m2 wajib menyediakan tempat usaha bagi usaha kecil dan atau usaha informal/ pedagang kakil-5 sebesar 20% dari jumlah luas efektif bangunannya dan tidak dapat diganti dalam bentuk lain. Dari uraian mengenai pasar di atas, Pasar Rumput yang akan direncanakan adalah pasar tradisional dengan pengelolaan yang modern ruang lingkupnya wilayah Kec. Setia Budi dan sekitarnya, jenis dagangan heterogen yang terdiri dari kios, eceran dan PKL (pedagang kaki-5) dengan jam operasional siangmalam. II.5. Studi Banding 4 II.5.1. Hypermart Puri Indah, Jakarta Terletaknya di Jalan Puri Permai dengan lahan seluas ± 3,5 Ha. Jenisnya tergolong pasar modern yang mengedepankan kebersihan dan kenyamanan. Pemilik PT. Matahari Putra Prima Tbk. Berdasarkan survei di lapangan didapat jumlah los kering 300 unit, los basah 80 unit, kios 10 buah, konter 10 buah. Untuk ukuran koridor utama kios 4 m, lorong los 1,8 m, loading dock 48m²/2 unit, area parkir 200 unit, jarak TPS dari bangunan 3 m tertutup. 4 Studi lapangan 8

PASAR RUMPUT Los Kering a Los basah Service,Pengelola,Loading,TPS Kios Koridor Utama Parkir Mobil Parkir Motor Tanggapan : b c d + Pasar bersih + Sirkulasi sesuai dengan besaran studi gerak dan nyaman. + Loading dock cukup baik b karena lokasi tidak mengganggu jalan utama dalam pasar. + RTH dijadikan parkir motor. - Dimensi Koridir utama tidak sesuai dengan standar PD Pasar Jaya 3 meter. - Dimensi lorong tidak sesuai dengan standar PD pasar jaya 1,5 meter. - Area parkir kapasitas tidak sesuai standar pasar modern 60 m²/ Unit. e Gambar 2.1. (a) tampak atas Hypermart Puri, (b) koridor kios utama,, (c,d) area parkir mobil dan (e) lorong orong los II.5.2. Pasar Puri Kembangan, Jakarta Pasar tradisional yang letaknya di jl. Puri Raya berdiri di lahan yang luasnya ± 1Ha. Pemiliknya swasta PT. Puri Indah. Jumlah los 75 buah, kios 56 buah, pedagang kaki-5 56 buah (jajanan makan), dimensi koridor utama 4 m, dimensi 9

koridor kios 1,8 m, dimensi lorong los 1,5 m, dimensi kios 2,3 m x 3 m, dimensi los 1,2 m x 1,8 m, kapasitas parkir mobil 60 Unit. Los Kering Los Basah PKL (Pedagang Kaki Lima) Los Kios a b c Gambar 2.2. (a) layout denah Pasar Puri (b) koridor kios utama (c) lorong los Tanggapan : + Pasar bersih. + Pasar menjadi pusat karena lingkungan sekitar adalah pemukiman. + Dimensi lorong los tidak sesuai standar namun cukup nyaman. - Lorong los tidak sesuai ketentuan PD Pasar Jaya dimensi 1,8 m. - Lokasi parkir tidak sesuai standar pasar tradisional 100 m²/1 unit. - Koridir utama tidak sesuai dengan standar 2-3 m². II.5.3. Pasar Ciledug Pasar tradisional yang letaknya di jl. Ciledug Raya berdiri di lahan yang luasnya ± 1,2 Ha. Jumlah kios 127 unit, jumlah los 207 unit, pedagang kaki-5 50 unit, dimensi koridor utama 2 m, dimensi koridor antar kios 2,5 m, dimensi lorong los 1,5 m, dimensi kios 3 m x 4 m dan dimensi los 2,4 m x 1, 8m, 2m x 3m. Pencahayaan siang hari remang, tempat pembuangan sampah jarak dari bangunan 2m dan terbuka dan parkir 100 unit. 10

PASAR RUMPUT Los Kios Ruko 2 lantai PKL (Pedagang Kaki Lima) Batas Tapak b c a Gambar 2.3. (a) tampak atas Pasar Ciledug (b) koridor antar kios (c) los basah (d) parkir mobil (e) los kering (f) tempat pembuangan sampah (TPS) sementara d e f Tanggapan : + Lokasi strategis sebagai fasilitas umum berada di jalan utama ciledug d pencapain mudah ke tapak. + Sirkulasi udara cukup karena penggunaan atap bentang lebar. + Sirkulasi pelaku pasar baik karena menerapkan orientasi pada jalan utama. - Pasar banyak genangan air dan sampah sementara dimana tidak teratur. - Pencahayaan yang kurang atau remang. - Lokasi tempat pembuangan sampah jarak ke bangunan 2 meter. Dari ketiga pasar di atas, didapat data yang akan dibandingkan dengan standar pasar yang akan digunakan untuk merencanakan proyek pasar rumput. (lihat tabel 2.4) bisa dilihat dibawah ini. 11

12

II.5.4. Kesimpulan Dari hasil studi banding di lapangan data sesuai standar ketentuan yang akan digunakan untuk merencanakan proyek pasar rumput adalah sebagai berikut : Jenis Pasar : Tradisional (4) Jenis Barang Dagangannya : Heterogen (4) Kios : 3 m x 4 m/unit (4) Koridor Utama : 3 m (3) Koridor Antar Kios : 1,8 m (3) Lorong Los : 1,5 m (3) Los : 2,4 m x 1,8 m/unit (4) Loading dock : 48m²/2 unit (4) Pos Keamanan : 1m x 1,5 m/unit (4) Kapasaitas Parkir Mobil : 100 m² / unit (3) Toilet : 1m x 1,5 m/unit (4) Tempat Pembuangan Sampah : Minimal 10 jarak dari bangunan psr. (2) Pedagang : Eceran,PKL (pedagang kaki lima) (4) Waktu dan Kegiatan : Siang Malam,24 Jam (4) Jumlah Lantai : 2 Lantai (4) Fasilitas Sirkulasi Vertikal : Tangga (4) : Musholla,Counter Makanan,Koperasi Pencahayaan Los,Kios,Koridor : Minimal 100 Lux, Jelas,terang (2) Waktu dan Kegiatan : Psr.Siang Malam, 24 jam (4) Sumber : 1) PERATURAN PRESIDEN No.112 Tahun 2007 2) KEMENTRIAN KESEHATAN 3) PERDA NO.2 TAHUN 2010 DKI JAKARTA 4) PD PASAR JAYA Hasil studi banding di lapangan yang tidak digunakan dalam perencanaan pasar karena tidak sesuai standar ketentuannya, sebagai berikut : Koridor utama kios : 4 m,3 m (pasar puri,hypermart) Koridor antar kios : 2 m (Pasar puri), 2,5 m (pasar ciledug) Parkir : 1,2Ha/100 unit (psr.ciledug), 1 Ha/60 unit (psr.puri), 3,5 Ha/200 unit (Hypermart) Pencahayaan : - 100 Lux,Remang (,pasar ciledug). 13