PEMAHAMAN DAN PENERAPAN ASESMEN OTENTIK PADA GURU MATA PELAJARAN PENGOPERASIAN MESIN OTOMASI DASAR SMK SWASTA SE-KOTA MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik tes dan non-tes. Dalam teknik tes misalnya pemberian beberapa

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MOTIVASI PENILAIAN K-13 TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SMP NASIONAL KOTA MALANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Implementasi peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

Theresyam Kabanga Program Studi PGSD UKI Toraja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

Oleh: Sadono 1) & Kana Hidayati 2) 1) SMA Muhammadiyah I Yogyakarta 2) Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan telah berusaha untuk memperbaiki kemampuan siswa yang

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

I bm GURU MAHIR MENDESAIN PENILAIAN AUTENTIK Sukmawarti, Rahmat Kartolo, Surtiani Ibtisam

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang

ELLISIA KUMALASARI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS PORTOFOLIO DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya tujuan pendidikan. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan didesain

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

I. PENDAHULUAN. Program telekomunikasi dalam bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi atau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indri Murniawaty, 2013

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. menunjukkan kondisi ini adalah berdasarkan The Third Internasional

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

PENERAPAN CREATIVE APPROACH BERBASIS PICTORIAL RIDDLE APPROACH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP DI SURAKARTA

ANALISIS KESULITAN GURU MATEMATIKA KELAS VII DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 DI SMP N 12 SURAKARTA

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENILAIAN PORTOFOLIO D ALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR PAD A MATA PELAJARAN PROD UKTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI TENTANG PENERAPAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

Analisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK SASTRA MELALUI METODE PRESENTASI DISKUSI. Eri Sutatik SMA Negeri 2 Tanggul Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

Transkripsi:

42 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 20, NO. 2, OKTOBER 2012 PEMAHAMAN DAN PENERAPAN ASESMEN OTENTIK PADA GURU MATA PELAJARAN PENGOPERASIAN MESIN OTOMASI DASAR SMK SWASTA SE-KOTA MALANG Oleh: Hamzah Fansyuri*) Eddy Sutadji**) Imam Sudjono**) * Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang **Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Email: eddysudtadji@um.ac.id ; imam.manufatur@gmail.com Abstrak: Penilaian merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dengan kegiatan pembelajaran. Perubahan Kurikulum 2004 menjadi 2007 membawa implikasi terjadinya perubahan penilaian pada pembelajaran PMOD. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar akan efektif apabila didukung oleh kegiatan penilaian yang efektif pula. Asesmen otentik adalah suatu proses kegiatan penilaian yang dlakukan oleh guru untuk memperoleh informasi atau data yang sebenarnya tentang gambaran suatu perkembangan hasil belajar siswa. Asesmen otentik pada pembelajaran PMOD tidak hanya mengukur ranah psikomotorik saja namun juga Afektif dan kognitif siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang digunakan berupa angket. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan Analisis data secara deskriptif menggunakan persentase (%.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PMOD di SMK Swasta se- Kota Malang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (100%). maka pemahaman guru terhadap asesmen otentik sudah baik, sedangkan yang menerapkan asesmen otentik, sekitar 83% sudah melaksanakan dan hanya 17% yang belum sepenuhnya melaksanakan. Data hasil penelitian pada siswa menunjukkan bahwa penerapan asesmen otentik dari guru sekitar 75,36%. Dalam hal penerapan asesmen otentik, asesmen peper and pencil tes yang sering menonjol dibandingkan dengan asesmen yang lain. Kata Kunci: Pemahaman, Penerapan, Asesmen Otentik Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas,damai terbuka dan demokratis. Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat martabat manusia Indonesia. Untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan pemerintah melalui Depdiknas. Salah satu upaya yang tengah dikembangkan saat ini adalah Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), sebagai penyempurna kurikulum yang sebelumnya. Dengan adanya pendekatan kurikulum ini diharapkan lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai standar mutu nasional dan internasional. Hal ini sangat relevan dengan tuntutan zaman telah sampai pada era perdagangan bebas, dimana pasangan SDM akan sangat terbuka. Konsekuensinya SDM Indoneia harus mampu bersaing

Hamzah Fansyuri, Eddy Sutadji & Iman Sudjono, Pemahaman dan Penerapan... 43 dengan SDM asing dari berbagai Negara. Salah satu komponen yang ada dalam sebuah kurikulum adalah sistem penilaian hasil belajar siswa. Sistem yang dilakukan oleh guru pada KTSP yang dikembangkan, baik pengetahuan maupun sikap dan nilainilai secara integrative (Firman, 2003: 2). Hal ini yang membedakan penilaian pada KTSP dengan penilaian yang telah dilaksanakan pada kurikulum sebelumnya yang hanya menekankan pada aspek pengetahuan saja. Pemberlakuan KTSP menuntut adanya pengembangan sistem penilaian yang menjadikan siswa mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan yaitu dengan asesmen otentik. Menurut Blaustain (dalam Ibrahim, 2009:9), asesmen otentik adalah suatu proses kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru untuk memperoleh informasi atau data yang sebenarnya tentang gambaran perkembangan hasil belajar siswa. Pada asesmen ini yang dinilai adalah seluruh aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Digunakan asesmen otentik menuntut guru untuk terus menerus memantau kegiatan siswa pada aspek-aspek tersebut selama proses pembelajaran berlangsung. Segala perilaku siswa yang terjadi selama proses pembelajaran menjadi info yang penting bagi guru dalam pelaksanaan penilaian. Dengan demikian prestasi siswa tidak hanya ditentukan dari hasil akhir saja melainkan juga terintegrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan asesmen otentik menuntut perhatian yang besar dari guru dalam melaksanakan penilaian terhadap para siswanya. Segala perilaku siswa yang terjadi selama proses pembelajaran menjadi informasi yang penting bagi guru dalam melaksanakan penilaian. Dengan demikian prestasi siswa tidak hanya ditentukan dari hasil akhir saja melainkan juga terintegrasi selama proses pelajaran berlangsung, sehingga pembelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar sesuai KTSP dapat berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan Pemahaman dan Penerapan Asesmen Otentik pada Guru Mata Pelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar SMK Swasta se-kota Malang, meliputi Latar Belakang Guru, Pemahaman Guru terhadap Asesmen yang digunakan, Penerapan pembelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Asesmen Otentik SMK Swasta se-kota Malang. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Penelitian ini hanya ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu (Budiwanto, 2005:42). Penelitian dilaksanakan bertujuan untuk mendeskripsikan tentang bagaimana Pemahaman dan Penerapan Asesmen Otentik pada Guru Mata Pelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar SMK Swasta se-kota Malang, meliputi Latar Belakang Guru, Pemahaman Guru terhadap Asesmen yang digunakan, Penerapan pembelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Asesmen Otentik SMK Swasta se-kota Malang. Lokasi penelitian ini adalah SMK Muhammadiyah 1 Malang dan SMK Nasional Malang, SMK PGRI 3 Malang.

44 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 20, NO. 2, OKTOBER 2012 Responden dalam penelitian Pemahaman dan Penerapan Asesmen Otentik pada Guru Mata Pelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar SMK Swasta se-kota Malang adalah guru dan sebagai penguat angket guru digunakan angket siswa. Banyaknya responden yang mengisi angket dalam penelitian seperti pada Tabel 1 Tabel 1 Sebaran Responden Guru NAMA SEKOLAH SMK Muhammadiyah 1 Malang SMK Nasional Malang SMK PGRI 3 Malang Jumlah Tabel 2 Sebaran Responden Siswa NAMA SEKOLAH SMK Muhammadiyah 1 Malang SMK Nasional Malang SMK PGRI 3 Malang Jumlah BANYAK RESPONDEN 4 orang 4 orang 4 orang 12 orang BANYAK RESPONDEN 80 orang 80 orang 80 orang 240 orang Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen non tes yang berupa angket atau koesioner. Setelah pengumpulan data dengan menyebarkan angket, selanjutnya dilakukan pengembangan pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengamatan dan wawancara yang ditujukan kepada guru mata pelajaran pengoperasian mesin otomasi dasar sebagai kros cek. Penggunaan teknik angket merupakan cara yang lebih praktis dalam menjaring data yang diperlukan, itu disebabkan karena keterbatasan waktu peneliti dan kesibukan para responden. Angket atau koesioner yang digunakan adalah angket atau koesioner tertutup yaitu angket atau koesioner yang disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Winarno, 2007:62). Butir-butir pertanyaan angket merupakan hasil pengembangan peneliti dengan memilih variabel dan indikator yang ada dengan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing serta kepada dosen ahli (justifikator). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam penelitian, maka dapat disajikan pemaparan data yang dibagi, yaitu (A) latar belakang guru pengajar, (B) pemahaman terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan dan Asesmen Otentik, dan (C) penerapan pembelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Asesmen Otentik SMK Swasta se-kota Malang. Latar Belakang Guru/Responden Guru yang menjadi responden dalam penelitian adalah guru jurusan teknik mesin di SMK Swasta se-kota Malang. Sebanyak 12 responden, 75% di antaranya lulus dari Sarjana Pendidikan, 17% lulus Sarjana Non Pendidikan, serta 8% lulus pasca sarjana. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru jurusan teknik mesin di SMK Swasta se-kota Malang berpendidikan Sarjana Pendidikan. Dalam hal pengalaman mengajar PMOD, 25% guru berpengalaman mengajar antara 4-9 tahun, 67% berpengalaman mengajar PMOD lebih dari 12 tahun, dan hanya 8% kurang dari 12 tahun mengajar PMOD. Sedangkan untuk banyaknya jam pelajaran yang dipegang guru dalam satu

Hamzah Fansyuri, Eddy Sutadji & Iman Sudjono, Pemahaman dan Penerapan... 45 minggu 8% guru mengajar 10 jp dalam satu minggu, 17% guru mengajar 10-15 jp per minggunya, demikian pula yang mengajar lebih dari 20 jp juga sebanyak 17% dan sisanya 58% yang berarti besar sekali presentasi guru mengajar 15-20 jp. Pemahaman Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Asesmen Otentik Terlihat bahwa seluruh sekolah SMK Swasta se-kota Malang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 100% guru-guru telah mengetahui tentang Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan dan mengetahui perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan Kurikulum Berbasis. Pemahaman guru tentang asesmen dalam KTSP adalah bahwa asesmen harus mampu menggambarkan kondisi siswa sebenarnya yang dapat dilihat dalam proses dan hasil belajar, dan asesmen yang mampu menggali kopetensi siswa. Padahal menurut KTSP asesmen harus juga mampu mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kopetensi dan sekaligus untuk mengukur efektifitas proses pembelajaran. Untuk itu penilaian yang efektif harus diikuti oleh kegiatan analisis terhadap hasil penilaian dan merumuskan umpan balik yang perlu dilakukan dalam perencanaan proses pembelajaran berikutnya; (Hudojo, 1988: 95). Penerapan Asesmen Otentik dan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan serta metode pembelajaran yang digunakan Dapat dilihat bahwa penerapan Asesmen Otentik sebagian besar responden sebesar 83% sudah melaksanakan dan hanya 17% yang belum melaksanaan sepenuhnya. Setelah dilakukan wawancara terhadap responden maka dapat diketahui alasan belum dapat melaksanakan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Asesmen otentik dengan sepenuhnya adalah karena jumlah siswa yang terlalu banyak/kelas besar dan waktu yang tersedia tidak mencukupi, pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Asesmen Otentik penilaian harus dapat menggambarkan kondisi masing-masing siswa dengan berbagai keunikannya, keterbatasan sarana dan prasarana, terutama untuk sekolah yang sebagian besar siswa berasal dari keluarga yang mempunyai tingkat perekonomian rendah serta input siswa yang minim sehingga masih sulit untuk menerapkan system penilaian, dari persentasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Asesmen Otentik oleh guru PMOD di SMK Swasta se-kota Malang baik. Dapat dilihat bahwa untuk mendukung terlaksananya asesmen otentik maka guru menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Metode pembelajaran yang dipilih oleh responden dalam pelaksanaan proses pembelajaran PMOD adalah problem solving 42%, kombinasi berbagai metode 25%, begitu juga cooperatif learning 17%, sedangkan problem posing 8%, dan learning cycle 8%. berdasarkan penelitian guru PMOD di SMK Swasta se-kota Malang sudah menggunakan metode yang bervariasi dengan harapan supaya peserta didik tidak bosen belajar PMOD yang mereka peroleh dapat bermanfaat dalam kehidupan seharihari. Dengan menggunakan metode yang bervariasi diharapkan kegiatan belajar mengajar lebih menjadi bermakna dan kelas

46 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 20, NO. 2, OKTOBER 2012 praktek menjadi lebih efektif, karena dalam pembelajaran tersebut siswa mendapatkan berbagai pengalaman dari apa yang dipelajarinya sehingga memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan serta kemampuan akademik mereka dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, maka penggunaan metode yang bervariasi akan menghasilkan kegiatan belajar mengajar tidak membosankan sehingga memotivasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, dengan menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran dapat tercipta lingkungan yang kondusif dan menyenangkan sehingga terbentuk siswa dengan kesadaran perilaku, sikap, kritis dan kreatif. guru hendaknya memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metode dan teknik penilaian sehingga dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat metode dan teknik yang dianggap paling sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran, serta pengalaman belajar yang telah ditetapkan. Diantara metode yang dimaksud adalah asesmen portofolio, asesmen jurnal, asesmen pensil dan kertas (paper and pencil tes) (Hudojo, 1988: 111). Jenis asesmen yang digunakan Asesmen Portofolio dapat diketahui bahwa guru yang selalu menggunakan asesmen portofolio sebanyak 8%, guru sering menggunakan asesmen portofolio sebanyak 58% responden, 17% guru hanya kadang-kadang menggunakan aesemen portofolio, dan ada juga guru yang tidak menggunakan asesmen portofolio yaitu sebanyak 17%. pada pelaksanaan pembelajaran PMOD guru tidak menggunakan asesmen portofolio karena guru belum terbiasa sebanyak 58% dan guru berpendapat asesmen portofolio pada pembelajaran PMOD sulit diterapkan sebanyak 42%. Dapat dilihat bahwa asesmen portofolio yang digunakan oleh guru mempunyai kelebihan yaitu siswa lebih mudah memahami materi sebanyak 58% responden, siswa menjadi lebih mandiri sebanyak 25% responden, dan siswa lebih aktif menyelesaikan tugas sebanyak 17% responden. Selain kelebihan asesmen portofolio juga mempunyai kelemahan yaitu guru menyatakan bahwa asesmen portofolio membutuhkan banyak waktu 67%, dan siswa lebih tergantung pada teman 33%, Asesmen Jurnal Dapat diketahui bahwa 75% guru kadang-kadang menggunakan asesmen jurnal daam pelaksanaan pembelajaran PMOD dan 17% guru tidak menggunakan asesmen jurnal. Sisanya 8% guru selalu menggunakan asesmen jurnal. Guru tidak menggunakan asesmen jurnal dikarenakan pada pelaksanaan PMOD sulit untuk diterapkan sebanyak 75% dan pada pelaksanaan asesmen jurnal waktu yang dibutuhkan lebih banyak 25%. Dapat dilihat bahwa asesmen jurnal dapat digunakan guru dalam penilaian PMOD karena mempunyai kelebihan yaitu guru menyatakan bahwa dengan asesmen jurnal membuat siswa lebih aktif dan kreatif sebanyak 58%, guru menyatakan dengan asesmen jurnal 3 ranah pendidikan dapat terukur sebanyak 34%, dan dapat mengetahui secara langsung penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam pembelajaran PMOD 8%.

Hamzah Fansyuri, Eddy Sutadji & Iman Sudjono, Pemahaman dan Penerapan... 47 Dapat dilihat bahwa selain mempunyai kelebihan, asesmen jurnal mempunyai kelemahan yaitu guru menyatakan bahwa bila menggunakan asesmen jurnal maka membutuhkan banyak waktu dan tugas menjadi lebih bertambah sebanyak 59%, siswa mengerjakan dengan terpaksa 33%, dan banyak data yang dibutuhkan dalam asesmen jurnal 8%. Paper and Pencil Tes Dari Diagram 4.25 dapat diketahui bahwa semua guru 100% sering menggunakan asesmen paper and pencil tes dalam penilaiannya. Asesmen paper and pencil dapat digunakan oleh guru karena mempunyai kelebihan yaitu dengan asesmen paper and pencil tes maka penilaian siswa menjadi lebih mudah sebanyak 67%, asesmen paper and pencil tes dapat digunakan untuk penilaian siswa dalam kelas besar sebanyak 25%, dan nilai yang didapat siswa lebih baik sebanyak 8%, Asesmen paper and pencil tes selain mempunyai kelebihan juga mempunyai kelemahan yaitu siswa cenderung menyontek sebanyak 58%, guru menyatakan bahwa pada asesmen paper and pencil tes aspek efektif belum dapat diukur sebanyak 25%, dan untuk hasil siswa yang dapat dilihat dari penilaian tujuan per kelas sebanyak 17%, Penerapan asesmen otentik pada siswa dalam penilaian Hasil rata-rata keseluruhan siswa jurusan teknik perkakas mesin SMK Swasta se Kota Malang dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan guru terhadap asesmen otentik dikategorikan BAIK dengan rata-rata presentase jawaban Selalu sebesar 75,36% sehingga dapat disimpulkan dari angket siswa diatas bahwa dalam penerapannya siswa belum sepenuhnya mendapatkan penerapan asesmen otentik dari guru mata pelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari serangkaian hasil analisis untuk membahas permasalahan yang berasal dari latar belakang penulisan penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar guru mata pelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar di SMK Swasta se-kota Malang berpendidikan akhir lulusan sarjana pendidikan dan yang mengajar lebih dari 9 tahun berpengalaman mengajar PMOD, serta Sebagian guru tersebut telah mengikuti sosialisasi kurikulum melalui seminar, penataran, sarasehan dan workshop. 2. Dalam pemahaman terhadap asesmen otentik, guru mata pelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar SMK Swasta se-kota Malang cukup paham terhadap asesmen otentik. 3. Dalam penerapan terhadap asesmen otentik, guru mata pelajaran Pengoperasian Mesin Otomasi Dasar SMK Swasta se-kota Malang berdasarkan hasil penelitian sekitar 83% sudah melaksanakan, dan hanya sekitar 17% yang tidak melaksanakan sepenuhnya. sedangkan dari hasil pengamatan siswa 75,36% siswa sudah mendapatkan penerapan asesmen otentik oleh guru, sehingga masuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan asesmen otentik di bidang studi Pengoperasian

48 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 20, NO. 2, OKTOBER 2012 Mesin Otomasi Dasar SMK Swasta se- Kota Malang baik. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, beberapa saran yang dikemukakan sebagai berikut: 1. Perlu adanya pemahaman lebih mendalam tentang asesmen otentik (Authentic Assessment) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan mengikuti seminar, lokakarya, dan membaca tentang asesmen otentik. 2. Perlu adanya sikap terbuka terhadap perubahan kurikulum. 3. Perlu kreativitas dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dengan materi yang diajarkan. 4. Perlu peningkatan kualitas guru, hal ini dilakukan dengan cara memotivasi dan menfasilitasi guru untuk mengikuti seminar atau lokakarya 5. Perlu kerjasama dari guru untuk mengawasi sikap dan tingkah laku siswa agar tidak melanggar peraturan. DAFTAR PUSTAKA Budiwanto, Setyo. 2005. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang. Firman, S. 2003. Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara Hudojo, 1988. Pengembangan Kurikulum dan Pelaksanaannya di depan Kelas. Surabaya : PT Usaha Nasional. Hujodo, 1998. Mengajar Belajar Pengoperasian Mesin Otomasi Dasa. Jakarta: PT Karya Bersama. Ibrahim, M. 2002. Asesmen otentik (Authentic Assessment). Jakarta : Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Tim Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang