DETEKSI KEMIRINGAN ALUR POLA SIDIK JARI DENGAN HAMMING NET SEBAGAI DASAR KLASIFIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA HASIL PERBANDINGAN IDENTIFIKASI CORE POINT PADA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE DIRECTION OF CURVATURE DAN POINCARE INDEX

PENGGUNAAN METODE POINCARE INDEX DALAM PENDETEKSIAN LETAK COREPOINT PADA SIDIK JARI

Implementasi Teori Graf Dalam Masalah Fingerprint Recognition (Pengenalan Sidik Jari)

PENGENALAN POLA SIDIK JARI

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

Penerapan Graf Terhubung untuk Menentukan Klasifikasi Sidik Jari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE

Penggunaan Graf dalam Pengklasifikasian Sidik Jari

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

Muhammad Nasir. Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km Lhokseumawe

KLASIFIKASI SIDIKJARI DENGAN PEMROSESAN AWAL TRANSFORMASI WAVELET Minarni *

Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE...

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

Pengenalan Aksara Lampung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 METODE PENELITIAN

Analisis Kualitas Interpolasi Terhadap Fitur Statistik pada Citra

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen

Arga Wahyumianto Pembimbing : 1. Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT 2. Christyowidiasmoro, ST., MT

EVALUASI PENGARUH FUNGSI AKTIFASI DAN PARAMETER KEMIRINGANNYA TERHADAP UNJUKKERJA PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

Descriptor Clustering SURF for Bag of Visual Words Representation in Fingerprint Images Using K-MEANS and Hierarchical Agglomerative Clustering

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

SISTEM IDENTIFIKASI BERDASARKAN POLA SIDIK JARI TANGAN MENGGUNAKAN MINUTIAE-BASED MATCHING

Teknik Ekstraksi Minutiae Untuk Sistem Verifikasi Keaslian Sidik Jari

PENGENALAN AKSARA JAWAMENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2. Henry Classification System. IMPLEMANTASI JARINGAN NEURON McCULLOC-PITT PADA HENRY CLASSIFICATION SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI POLA SIDIK JARI

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BANYAKNYA JUMLAH KELAS POLA YANG DIKENALI DAN TINGKAT KERUMITAN POLANYA

Pengenalan Citra Sidikjari Menggunakan Minutiae Dan Propagasi Balik

IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN DATA BERSKALA BESAR MENGGUNAKAN METODE HYBRID MINUTIAE DAN FILTER GABOR. Oleh : Siswo Santoso

IDENTIFIKASI PENYAKIT LEUKIMIA AKUT PADA CITRA DARAH MIKROSKOPIS

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) Salahuddin 1), Tulus 2), dan Fahmi 3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform)

IDENTIFIKASI RAMBU-RAMBU LALU LINTAS MENGGUNAKAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Verifikasi Sidik Jari Menggunakan Pencocokan Citra Berbasis Fasa Dengan Fungsi Band-Limited Phase Only Correlation (BLPOC)

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

PENGENALAN HURUF TULISAN TANGAN BERBASIS CIRI SKELETON DAN STATISTIK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN. Disusun oleh : Mario Herryn Tambunan ( )

APLIKASI PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA HAMMING DISTANCE

REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH

Oleh: Angger Gusti Zamzany( ) Dosen Pembimbing: Dr. Dwi Ratna Sulistyaningrum, S.Si, M.T.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

Pengolahan data merupakan proses awal yang dilakukan dalam program RBFNN sebelum masuk pada proses pelatihan (training) dan pengujian (testing).

PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS SCALED CONJUGATE GRADIENT

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

KLASIFIKASI DAN PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM)

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM)

Jaringan Syaraf Tiruan Bidirectional Associative Memory (BAM) Sebagai Identifikasi Pola Sidik jari Manusia

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE MOMENT INVARIANT DAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION (RBF)

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

ALGORITMA BACKPROPAGATION PADA JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK PENGENALAN POLA WAYANG KULIT

APLIKASI CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL DENGAN FITUR WARNA DAN BENTUK

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Analisis dan Perancangan Transformasi Wavelet. Untuk Jaringan Syaraf Tiruan pada. Pengenalan Sidik Jari

SLOPE CORRECTION PADA TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENALAN BARCODE BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

Deteksi Citra Sidik Jari Terotasi Menggunakan Metode Phase-Only Correlation

BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM

KLASIFIKASI POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK ANALISA KARAKTERISTIK SESEORANG

Sistem Pendeteksi Gambar Termanipulasi Menggunakan Metode SIFT

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

PENGENALAN GENDER MEMANFAATKAN WAJAH MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE KLASIFIKASI NEAREST NEIGHBOR

Oleh: Ulir Rohwana ( ) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. M. Isa Irawan, M.T.

IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR MINUTIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

VERIFIKASI PERSONAL BERDASARKAN CITRA TANGAN DENGAN METODE FILTER GABOR. Abstrak

Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Rancang Bangun Aplikasi Pengenalan Pola Sidik Jari

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

IDENTIFIKASI SIDIK JARI MENGGUNAKAN TEKNIK PENCOCOKAN TEMPLATE TAPIS GABOR

Pengenalan Plat Nomor Berdasarkan Klasikasi K-Nearest Neighbor (KNN)

Transkripsi:

DETEKSI KEMIRINGAN ALUR POLA SIDIK JARI DENGAN HAMMING NET SEBAGAI DASAR KLASIFIKASI Sri Suwarno 1, Sri Hartati 2 1 Program Studi Teknik Informatika UKDW Yogyakarta 2 Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA UGM Yogyakarta Abstrak Sidik jari memiliki dua fitur penting yang disebut fitur lokal (minutiae) dan fitur global (singularities) Fitur lokal terdiri dari bagian-bagian detail dari sidik jari, sedangkan fitur global terdiri alur (ridge), titik pusat (core), dan titik persimpangan (delta) Fitur lokal biasanya digunakan sebagai dasar pencocokan sidik jari, sedangkan fitur global biasanya dipakai untuk dasar klasifikasi Klasifikasi berdasarkan keberadaan dan posisi core dan delta memerlukan proses komputasi yang rumit dan panjang Pada penelitian ini sudut kemiringan alur diteliti, dengan harapan dapat dipakai sebagai dasar klasifikasi yang lebih sederhana dan lebih cepat proses komputasinya Pertama, citra grayscale sidik jari dikonversi menjadi citra biner, kemudian dilakukan proses thinning dan selanjutnya dikonversi menjadi citra bipolar Kedua, dibuat 12 definisi sudut potongan alur yang melewati blok berukuran 3x3 piksel Nilai dari piksel-piksel pada ke 12 blok tersebut digunakan sebagai target pelatihan bagi Hamming Network Dengan memproses setiap blok berukuran 3x3 piksel dari citra sidik jari dengan Hammning Network maka sudut kemiringan potongan alur pada blok tertentu dapat ditentukan Penelitian ini menghasilkan klasifikasi dengan ketepatan 63% dari 80 sampel pola sidik jari Kata kunci: sidik jari, klasifikasi, arah alur, hamming network 1 PENDAHULUAN Penggunaan sidik jari sebagai alat bukti identitas pribadi sudah diakui di seluruh dunia Sidik jari diyakini memiliki sifat unik dan permanen, dalam arti tidak ada dua atau lebih sidik jari yang sama dan sidik jari seseorang tidak berubah sepanjang hidupnya [6,9] Asumsi-asumsi ini mendorong penggunakan sidik jari sebagai salah satu alat bukti yang sah secara hukum Scotland Yard di Inggris dicatat mulai menggunakan sidik jari sebagai alat bukti pada bulan Juni 1900 [1] Proses pencocokan maupun pencarian pola sidik jari menghadapi berbagai macam kesulitan terkait dengan banyaknya data sidik jari yang ada dalam basis data, maupun banyaknya waktu yang diperlukan untuk mencocokkan pola satu persatu Ketika proses pencocokan masih dilakukan secara manual, kesulitan ini sangat terasa dan hanya dapat dilakukan oleh ahli yang jumlahnya sangat terbatas Setelah teknologi komputer diterapkan dalam proses pencocokan, waktu yang diperlukan relatif lebih cepat meskipun persoalan teknis yang lain muncul Faktor teknis ini biasanya terkait dengan kwalitas gambar sidik jari, resolusi gambar yang berbedabeda dan juga posisi geometris sidik jari yang berbeda-beda pula Banyak usaha telah dilakukan para ahli untuk mempercepat proses pencocokan maupun proses pencarian Perbaikan proses pencocokan biasanya dilakukan dengan cara memperjelas gambar pola sidik jari dan menonjolkan ciri khas (features) yang dimiliki oleh suatu sidik jari, sedangkan percepatan proses pencarian dilakukan dengan cara mengelompokkan pola sidik jari yang sejenis kedalam suatu klas tertentu Dengan adanya klasifikasi semacam ini, maka proses pencarian tidak perlu dilakukan pada seluruh basis data yang ada, tetapi cukup dilakukan pada klas yang sesuai [6][12][9] Penelitian ini difokuskan pada penentuan sudut kemiringan alur (ridge) dengan memanfaatkan Hamming Networks Cara ini lebih sederhana dan lebih cepat dibandingkan dengan cara lain yang mendasarkan klasifikasi pada keberadaan dan posisi core dan delta 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang klasifikasi pola sidik jari pada umumnya mengikuti klasifikasi yang dibuat oleh Sir Edward Henry dan Sir Francis Galton pada tahun 1892 1897 [6] Mereka membagi pola sidik jari menjadi 5 klas utama, yaitu left loop, right loop, whorl, arch dan tented arch, seperti terlihat pada Gambar 1 Klasifikasi pola sidik jari pada umumnya didasarkan pada ciri-ciri visual tertentu yang dimiliki oleh setiap sidik jari, misalnya bentuk dan arah alur (ridge), titik pusat (core), dan pertigaan (delta), yang semuanya itu biasa disebut dengan istilah singularities Contoh singularities sebuah sidik jari dapat dilihat pada Gambar 2 A-114

Gambar 1 Klasifikasi pola sidik jari [6] ridge core delta Gambar 2 Singularities sidik jari Banyak penelitian telah dilakukan yang berfokus pada singularities untuk proses klasifikasi ini Zhang, Q, et al [12] melakukan penelitian untuk mengklasifikasikan pola sidik jari berdasarkan analisis terhadap singularities dan pseudoridges Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keakuratannya mencapai 95% meskipun ada beberapa data yang salah masuk pada klas lain Core dan delta sebagai dasar klasifikasi juga digunakan oleh Wei, L,[11] Dalam menentuan core Wei menggunakan Poincare index yang cukup rumit, sehingga memerlukan komputasi yang lama Hasil yang dicapai pada penelitian ini cukup baik Klasifikasi berdasarkan arah alur sudah dilakukan banyak peneliti Wang, S,et al [9] meneliti klasifikasi sidik jari berdasarkan directional field dan core dengan memanfaatkan k means dan 3-nearest neighbor sebagai classifier Mereka melaporkan bahwa penelitian tersebut menghasilkan hasil yang memuaskan dan waktu yang diperlukan juga lebih cepat Directional field juga dapat digunakan untuk mendeteksi core seperti yang dilakukan oleh Rahmati, M Dan Jannatpour, A [8] Berbeda dengan kebanyakan penelitian, mereka menggunakan blok berbentuk heksagonal untuk mengekstrak directional field Penelitian mereka menghasilkan ketelitian sampai 95% dari 40 citra yang diuji Penelitian sejenis yang juga banyak digunakan adalah dengan menghitung nilai histogram Nilai histogram adalah banyaknya sesuatu yang dipakai sebagai dasar pembeda Wang, SD dan Lee, C, [10] memanfaatkan konsep histogram untuk pengenalan sidik jari Mereka menghitung directional micropattern dan menggunakan LVQ networks untuk proses pengenalan tersebut Hasil yang dilaporkan penelitian ini mencapai 9962% dengan menggunakan database sidik jari yang tidak terlalu besar Dari sekian banyak penelitian berdasarkan directional field, salah satu yang cukup rumit adalah yang dilakukan Bazen, MA dan Gerez SH [2] Mereka menggunakan semua piksel tanpa melalui proses binesisasi, sehingga tidak ada informasi yang hilang Dari semua piksel dihitung nilai directional field-nya Penelitian tersebut menghasilkan ketelitian yang sangat tinggi A-115

00 Seminar Nasional Informatika 2010 (semnasif 2010) ISSN: 1979-2328 Penelitian ini dilakukan berdasarkan ide-ide yang ada pada literatur-literatur tersebut dengan modifikasi pada metode penentuan sudut kemiringan alurnya Untuk mengurangi preprocessing yang panjang, akan diteliti kemungkinan klasifikasi yang tidak berdasarkan pada core dan delta tetapi berdasarkan sudut kemiringan alur (ridge) Agar tidak memerlukan proses pendeteksian alur yang rumit, maka digunakan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Penelitian ini akan memanfaatkan JST dengan arsitektur Hamming Net yang dikombinasikan dengan Maxnet untuk proses klasifikasi Arsitektur ini dipilih karena sangat cocok untuk keperluan clustering dan algoritmanya relatif sederhana 3 METODE PENELITIAN Seperti terlihat pada Gambar 1, setiap klas sidik jari memiliki arah alur yang khas Pada luasan tertentu sekelompok alur memiliki arah yang sama Sekelompok alur tersebut secara bersama-sama akan berubah arah pada luasan yang lain Penelitian ini bertujuan mendeteksi sudut kemiringan sekelompok alur dalam suatu area tertentu Pada citra sidik jari berformat graysacle, alur sidik jari memiliki intensitas warna yang lebih gelap dibandingkan dengan latar belakangnya Perbedaan intensitas ini juga ditunjukkan oleh nilai intensitas dari piksel-piksel yang membentuk alur maupun latar belakang Nilai intensitas setiap piksel berkisar antara 0 255, dengan intensitas hitam mendekati 0 sedangkan intensitas putih mendekati 255 Nilai intensitas grayscale perlu dikonversi menjadi biner agar lebih mudah dimanipulasi pada proses pengolahan pendahuluan (preprocessing) Dari pengalaman empiris sebelumnya dan berdasarkan sejumlah literatur, ditemukan bahwa proses binerisasi lebih baik hasilnya kalau nilai threshold yang dipakai bersifat lokal pada blok kecil, dibandingkan mengggunakan threshold global dari seluruh citra Pada penelitian ini binerisasi menggunakan blok berukuran 10x10 piksel dengan pertimbangan rata-rata lebar alur berkisar antara 6 9 piksel Nilai threshold lokal dihitung menggunakan nilai mean dari seluruh piksel pada suatu blok Sebelum proses pendeteksian sudut dilakukan, proses thinning perlu dilakukan untuk mendapatkan ketebalan alur sebesar 1 piksel atau mendekati 1 piksel Untuk dapat memanfaatkan fungsi-fungsi yang disediakan MATLAB, nilai intensitas alur dan latar belakangnya perlu dibalik, yaitu intensitas alur menjadi putih dan intensitas latar belakang menjadi hitam Karena Hamming Network mensyaratkan tipe data bipolar, maka citra biner ini perlu dikonversi menjadi biner bipolar, yaitu semua nilai 0 dikonversi menjadi -1 Proses pendeteksian sudut alur dilakukan dengan cara membagi area gambar kedalam blok-blok kecil dengan ukuran 3x3 piksel Ukuran ini dipilih agar kemungkinan kombinasi piksel dalam membentuk sudut kemiringan alur tidak terlalu banyak Adapun definisi sudut kemiringan alur yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 o 0 o 0 o 90 o 90 o 90 o 45 o 45 o 45 o 135 o 135 o 135 o Gambar 3 Definisi Sudut Kemiringan Alur Berdasarkan pola pada Gambar 3 dibuatlah 12 vektor yang masing-masing terdiri dari 9 elemen dengan warna putih bernilai -1 dan warna hitam bernilai 1 Vektor inilah yang dipakai sebagai target bagi Hamming Network Gambar 4 adalah diagram arsitektur Hamming Network yang dikombinasikan dengan MAXNET Secara prinsip, Hamming Network digunakan untuk menghitung tingkat kemiripan antara vektor input dengan vektor target, sedangkan MAXNET dipakai untuk menentukan tingkat kemiripan yang paling besar A-116

Untuk mencari sudut kemiringan suatu alur, nilai-nilai bipolar dalam blok berukuran 3x3 dipakai sebagai masukan bagi Hamming Network Hamming Network bersama MAXNET selanjutnya akan menentukan sudut berapa yang paling mirip dengan sudut alur dalam blok tersebut Apabila komposisi nilai piksel dalam blok menghasilkan lebih dari satu nilai maksimum, maka blok tersebut ditolak karena tidak dapat ditentukan dengan pasti sudut kemiringannya Proses penentuan sudut kemiringan ini dilanjutkan pada blok-blok lain dalam citra sidik jari Setelah semua blok ditentukan nilai sudut kemiringannya, maka hasilnya dirangkum dalam suatu vektor output yang memiliki 4 elemen, yaitu total_sudut_0, total_sudut_90, total_sudut_45 dan total_sudut_135 Urutan posisi elemen dibuat seperti ini agar sudut 45 o berdampingan dengan sudut 135 o sehingga mudah dilihat nilai rasionya Nilai-nilai elemen pada vektor output berupa bilangan desimal yang tidak mudah diklasifikasikan Agar vektor ini lebih mudah diklasifikasikan, dilakukan proses binerisasi dengan menggunakan threshold dari vektor tersebut Berdasarkan vektor output inilah klas suatu sidik jari ditentukan dan hasil klasifikasinya dibandingkan dengan hasil klasifikasi secara manual Sebagai acuan klasifikasi manual digunakan ketentuan yang sudah diterima secara umum, seperti terlihat pada Gambar 5 Sebagai data uji untuk penelitian ini digunakan 80 citra sidik jari berformat grayscale dengan ukuran 300x300 piksel yang diambil dari database citra sidik jari yang merupakan lampiran dari referensi [a] x 1 x i y 1 y 2 MAXNET X 9 y 12 Gambar 4 Arsitektur Hamming Net dan Maxnet Gambar 5 Pola Alur Sebagai Dasar Klasifikasi : a) Left Loop, b) Right Loop, c) Whorl, d) Arch, e) Tented Arch [a] A-117

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Contoh Hasil Penelitian A = Arch TA = Tented Arch LL = Left Loop RL = Right Loop W = Whorl No Nama File # Sudut Kemiringan 0 o 90 o 45 o 135 o # Blok Ditolak Output biner Pengamatan visual Catatan 1 101_1tif 515 335 732 390 8028 1010 A / LL RAGU 2 101_2tif 499 318 649 453 8081 1010 LL RAGU 3 101_3tif 502 333 812 370 7983 0010 A/LL RAGU 4 101_4tif 628 321 472 658 7921 1001 A SESUAI 5 101_5tif 428 355 815 361 8041 0010 LL SESUAI 6 101_6tif 440 338 770 340 8112 0010 LL SESUAI 7 101_7tif 360 380 870 357 8033 0010 LL SESUAI 80 110_8tif 301 450 528 496 8225 0111 LL RAGU Hasil penelitian dari 80 sampel dirangkum dalam bentuk tabel seperti Tabel 1 Kolom Output biner merupakan hasil binerisasi dari vektor output dengan menggunakan threshold lokal dari vektor tersebut Dari kolom ini terlihat bahwa untuk klas yang sama nilai output binernya dapat berbeda Sebaliknya ada sejumlah citra dari klas berbeda menghasilkan nilai output biner yang sama Kolom Pengamatan visual diisi berdasarkan pengamatan peneliti terhadap citra sidik jari Nilai kolom ini didasarkan pada acuan Gambar 5 Dari pengalaman empiris selama mengadakan pengamatan, kadang-kadang ditemui pola sidik jari yang tidak mudah ditentukan klas-nya karena tidak semua sidik jari memiliki fitur yang ditentukan pada acuan Gambar 5 Tidak adanya fitur-fitur pada suatu sidik jari dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kwalitas citra yang tidak baik, bagian citra ada yang terpotong, atau memang ada sidik jari yang pola alurnya tidak normal Kondisi semacam ini menyebabkan penentuan klas menjadi tidak tegas, bahkan kalau dilakukan secara manual Faktor lain yang juga mempengaruhi hasil penelitian adalah posisi geometris pola sidik jari Karena metode ini mengandalkan distribusi sudut kemiringan suatu blok, maka kalau terjadi proses rotasi pada citra akan mempengaruhi penghitungan blok dengan sudut kemiringan tertentu Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa klas Left Loop mempunyai blok dengan sudut kemiringan 45 o yang dominan Sebaliknya untuk klas Right Loop blok yang dominan adalah yang memiliki sudut kemiringan 135 o Pada sejumlah citra sidik jari, peran blok dengan sudut 0 o dan 90 o tidak banyak pengaruhnya Pada klas Whorl secara teoritis semua sudut dominan, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi binernya mirip dengan klas lain Dengan demikian, metode ini tidak cocok untuk mendeteksi sidik jari dengan klas Whorl Secara keseluruhan metode ini dengan menggunakan sampel data yang ada menghasilkan tingkat ketepatan sekitar 63% Pola-pola yang meragukan klas-nya menghasilkan perhitungan yang tidak tepat 5 KESIMPULAN Berdasarkan uji coba terhadap sampel yang digunakan, dapat disimpulkan hal-hal berikut Metode ini memerlukan komputasi yang sederhana sehingga waktu komputasinya cepat Metode ini tidak cocok untuk mendeteksi sidik jari dengan klas Whorl Metode ini secara tepat mendeteksi sidik jari dengan klas Left Loop dan Right Loop Metode ini masih dapat diperbaiki kinerjanya dengan memperbesar ukuran blok dan memperbanyak definisi sudut kemiringan alur A-118

6 DAFTAR PUSTAKA [1] Ashbourn, J, 2000, Biometrics: Advanced Identity Verification The Complete Guide, Springer, London, [2] Bazen AM dan Gerez SH, 2002, Systematic Methods for the Computation of the Directional Fields and Singular Points of Fingerprints, IEEE Transactions on Pattern Analysis and Machine Intelligence, Vol 24, No 7, July, pp 905-919 [3] Bow, ST, 2002, Pattern Recognition and Image Processing, 2 nd Edition, Revised and Expanded, Marcell Deker, Inc, New York, [4] Fausett, L, Fundamentals of Neural Networks, Architectures, Algorithms and Applications, Prentice-Hall [5] Kulkani, JA, Jayadevan R, Mali SN, Abhyankar HH, Holambe RS, A New Approach for Fingerprint Classification based on Minutiae Distribution, International Journal of Computer Science Volume 1 Number 4 [6] Maltoni, D, Maio, D, Jain, AK, Prabakhar, S, 2003, Handbook of Fingerprint Recognition, Springer, New York, [7] Mostafa, M, Allah, A, 2005, Artificial Neural Networks Based Fingerprint Authentification With Clusters Algorithm, Informatica 29, [8] Rahmati, M Dan Jannatpour, A, Fingerprint Classification using singular points and Fourier image, Computer Engineering Department, Amir Kabir University of Technology [9] Wang, S, Zhang, WW, Wang, YS, 2002, Fingerprint Classification by Directional Fileds, IEEE [10] Wang, S dan Lee, C, Fingerprint Recognition Using Directional Micropattern Histograms and LVQ Networks, Department of Electrical Engineering, National Taiwan University [11] Wei, L, 2008, Fingerprint Classification Using Singularities Detection, International Journal Of Mathematics and Computer Simulation, Issue 2, Volume 2 [12] Zhang, Q, Huang, K, Yan, H, 2002, Fingerprint Classification Based on Extraction and Analysis of Singularities and Pseudoridges, Australian Computer Society, Inc A-119