SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I)

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKHIR. Muhammad Iqbal Iwan Setiajie Anugrah Dewa Ketut Sadra Swastika

LAPORAN AKHIR. Edi Basuno Ikin Sadikin Dewa Ketut Sadra Swastika

LAPORAN AKHIR. Dewa K. Sadra Swastika Rita Nur Suhaeti

ICASEPS WORKING PAPER No. 90

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS PENGEMBANGAN MULTI USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

KEBUTUHAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PETANI DI KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR. Isbandi¹ dan Debora Kana Hau² 1)

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

DAFTAR ISI. JUDUL... i ABSTRAK...iii ABSTRACT...iv. LEMBAR PENGESAHAN...v. RINGKASAN...vi. RIWAYAT HIDUP...x. KATA PENGANTAR...xi. DAFTAR ISI...

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

LAPORAN KEGIATAN PANEN RAYA PADI GOGO RANCAH DI LOKASI P4MI, DESA KEMIRI, KECAMATAN KUNDURAN, KABUPATEN BLORA Tanggal 13 Maret 2007

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

REVITALISASI PERTANIAN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 OPTIMALISASI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERTANIAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Transkripsi:

SURVEI PENDASARAN SOSIAL EKONOMI PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELAUI INOVASI (P4M2I) Dr. Dewa K. S. Swastika Dr. Bambang Irawan Ir. Herman Supriadi, MS Dr. Edi Basuno Ir. Endang L. Hastuti, MS Ir. Rita Nursuhaeti, MSi Ir. Muhammad Iqbal, MSc Ir. Iwan Setiajie Anugrah, MSi Ir. Ikin Sadikin Ir. Amar K. Zakaria PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2004

RINGKASAN EKSEKUTIF Pendahuluan a. Latar Belakang 2. Di Pulau Jawa telah lama terjadi alih fungsi lahan secara berkelanjutan dari pertanian ke non pertanian. Untuk mengimbangi berkurangnya lahan pertanian di Pulau Jawa, memperkuat ketahanan pangan nasional, dan memperluas sumber pendapatan petani, maka perlu ada upaya pemanfaatan lahan kering yang masih tersebar luas di luar Jawa. 3. Potensi lahan kering nasional yang pada tahun 1999 diperkirakan seluas 12,23 juta ha, sampai saat ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal, padahal sebagian besar lahan kering tersebut masih dapat ditingkatkan produktivitasnya. Pemanfaatan lahan kering di luar Jawa secara optimal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan dalam pengadaan pangan pada Pulau Jawa. 4. Masalahnya ialah bahwa tingkat produktivitas lahan kering di luar Jawa relatif masih rendah. Hal ini disamping disebabkan kondisi lahannya yang kurang subur, juga disebabkan modal petani yang terbatas dan lemahnya dukungan kelembagaan yang ada, sehingga mereka tidak mampu menerapkan teknologi yang lebih maju. Akibatnya produktivitas sumberdaya pertanian rendah, sehingga petani terperangkap dalam kemiskinan. 5. Munculnya gejala kemiskinan disebabkan antara lain oleh daya dukung alam di daerah tersebut yang kurang memadai, prasarana sosial ekonomi yang belum merata, kelembagaan sosial ekonomi yang belum menjangkau masyarakat setempat serta mutu sumberdaya manusia yang relatif masih rendah. 6. Suatu upaya pemberdayaan bagi petani miskin melalui inovasi teknologi pertanian dan pemasaran berwawasan agribisnis, merupakan langkah strategis dalam meningkatkan pendapatan petani. Namun sebelum mereka mampu melakukan inovasi dan praktek agribisnis, diperlukan adanya xv

dukungan fasilitas umum (sarana/prasarana) yang sesuai untuk meningkatkan akses petani terhadap informasi pasar input dan output. 7. Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin Melalui Inovasi (P4M2I) ditujukan untuk meningkatkan kemampuan petani berinovasi dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. 8. Untuk dapat memperoleh gambaran sosial ekonomi petani yang akan terlibat, sebelum P4M2I ini dilaksanakan, maka dilakukan survai pendasaran (Baseline Survey) terhadap petani di sekitar lokasi proyek. Survai pendasaran ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi awal tentang indikator sosial ekonomi rumah tangga petani sebelum kegiatan proyek dilakukan. Data dan informasi ini sangat diperlukan untuk mengevaluasi manfaat dan dampak dari kegiatan P4M2I, terutama setelah proyek tersebut dilaksanakan. b. Tujuan dan Keluaran Penelitian 9. Tujuan dari Baseline Survey ini adalah untuk: (i) mengidentifikasi kondisi sarana dan prasarana fisik, sistem produksi dan pemasaran komoditas pertanian di wilayah proyek; (ii) mengidentifikasi kondisi berbagai kelembagaan pendukung; (iii) mengetahui karakteristik rumah tangga tani, struktur penguasaan lahan, pola usaha tani, tingkat penerapan teknologi, dan produktivitas usahatani; dan (iv) mengetahui struktur pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tani. 10. Keluaran yang diharapkan dari survai ini adalah (i) informasi tentang kondisi sarana dan prasarana fisik, sistem produksi dan pemasaran komoditas pertanian di wilayah proyek; (ii) informasi tentang kondisi berbagai kelembagaan pendukung, (iii) informasi mengenai karakteristik rumah tangga tani, struktur penguasaan lahan, pola usaha tani, tingkat penerapan teknologi, dan produktivitas usahatani, dan (iv) informasi tentang struktur pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tani. xvi

Metodologi a. Kerangka Pemikiran 11. Pelaksanaan P4M2I dimaksudkan untuk memberdayakan masyarakat tani di pedesaan, khususnya mereka yang berusaha tani di lahan marginal, dalam mengelola sumber daya lahan yang umumnya kurang subur. Melalui pemberdayaan, diharapkan masyarakat tani dapat menolong diri mereka sendiri yang sekaligus mengurangi ketergantungan secara berkelanjutan. 12. Melalui P4M2I berbagai inovasi akan diperkenalkan kepada masyarakat petani di lokasi proyek, dengan harapan pada akhirnya masyarakat akan mampu melaksanakan pembangunan sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan fungsi pemerintah terbatas sebagai fasilitator. Inovasi ini didasarkan pada permasalahan yang telah diidentifikasi di lokasi pengembangan. 13. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa proyek-proyek pembangunan tidak selalu menyiapkan data dasar pada awal dari sebuah proyek, sehingga biasanya pihak manajemen sulit dalam mengevaluasi dampak kegiatan, karena tidak memiliki pembanding. Tampaknya P4M2I menyadari hal tersebut, sehingga dilakukan Survai Pendasaran yang dilaksanakan oleh Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian (PSE). b. Lokasi Kegiatan dan Petani Contoh 14. Survai pendasaran ini dilaksanakan di lima kabupaten, yaitu Blora dan Temanggung di Jawa Tengah, Lombok Timur di NTB, Ende di NTT, dan Donggala di Sulawesi Tengah. Dari tiap kabupaten dipilih lima desa yang mendapat proyek P4M2I, dan jumlah petani contoh untuk tiap desa sebanyak 30 orang, sehingga jumlah petani contoh di 5 kabupaten adalah sebanyak 750 orang. 15. Penarikan contoh dilakukan dengan metoda kombinasi sengaja dan acak. Sengaja dimaksudkan dalam hal menentukan desa/dusun atau kelompok xvii

tani yang berdomisili di sekitar lokasi investasi, sedangkan acak diberlakukan dalam pengambilan contoh petani. c. Jenis dan Analisis Data 16. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara di tingkat petani, sedangkan data sekunder, dikumpulkan dari monografi desa, kecamatan dalam angka, kabupaten dalam angka, dan wawancara dengan informan kunci. 17. Informasi dan data yang dibutuhkan mencakup: sistem usahatani dominan; tingkat penerapan teknologi; sistem pemasaran input dan hasil pertanian; sumber pendapatan, pengeluaran rumah tangga; kelembagaan pendukung, kondisi infrastruktur; sumber-sumber informasi pertanian, permasalahan yang dihadapi dalam sistem usahatani, serta informasi lain yang relevan dengan maksud kegiatan. 18. Laporan ini merupakan rangkuman secara ringkas yang disarikan dari laporan masing-masing kabupaten. Sedangkan laporan lebih rinci disajikan pada laporan masing-masing kabupaten. Hasil dan Pembahasan a. Profil Kemiskinan 19. Upaya pengentasan masyarakat dari kemiskinan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka kemiskinan secara meyakinkan dari sebesar 54.2 juta jiwa atau 40.1 persen pada tahun 1976 menjadi hanya 22.5 juta jiwa atau 11.3 persen pada tahun 1996. 20. Krisis ekonomi dan kemarau panjang sejak pertengahan 1997 telah menyebabkan peningkatan secara tajam jumlah penduduk miskin di Indonesia menjadi 48 juta jiwa atau 23.4 persen dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1999. xviii

21. Perkembangan angka kemiskinan di empat provinsi lokasi P4M2I juga menunjukkan kecenderungan yang sama dengan di tingkat nasional, yaitu menurun sebelum krisis, dan meningkat tajam pada masa krisis ekonomi. b. Peran Sektor Pertanian 22. Di lima kabupaten contoh, sektor pertanian memegang peran sangat penting. Hal ini ditunjukkan oleh sumbangannya terhadap PDRB dan perannya dalam menyerap tenaga kerja. 23. Sebagian besar masyarakat miskin berada di pedesaan dan umumnya bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, untuk mengentaskan mereka dari kemiskinan, maka pembangunan sektor pertanian secara terpadu harus mendapat prioritas utama. c. Infrastruktur 24. Sarana dan prasarana (infrastruktur) utama yang sangat berpengaruh dalam kelancaran sistem usahatani antara lain: jalan desa, jalan usahatani, saluran irigasi, pasar, sarana perkreditan, sistem informasi, dan kelembagaan pendukung lainnya. Dalam laporan ini, bahasan difokuskan pada sarana jalan dan pengairan. 25. Kondisi jalan dari kota kabupaten sampai ke desa-desa contoh umumnya sudah tergolong baik. Namun demikian, jalan usahatani umumnya belum ada. Kondisi ini menyulitkan petani dalam mengangkut sarana produksi dan hasil pertanian. Karena mendesaknya kebutuhan akan jalan usahatani, maka desa-desa contoh di beberapa kabupaten (seperti Temanggung, Lombok Timur, Ende, dan Donggala) yang mendapat bantuan dana dari P4M2I memprioritaskan investasi desa pada pembangunan jalan usahatani. 26. Selain jalan usahatani, masalah utama yang dihadapi petani di desa-desa conoth adalah banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Oleh karena itu, masyarakat desa di beberapa kabupaten (seperti Blora, Ende, dan Donggala) yang mendapat bantuan dana dari P4M2I xix

memprioritaskan investasi desa pada pembangunan dan rehabilitasi bendungan, check-dam, saluran irigasi, embung, dan sumur timba. d. Karakteristik Rumah Tangga dan Kondisi Rumah Tinggal 27. Petani contoh di lima kabupaten relatif berusia produktif, yaitu dari rata-rata 41 tahun (di Lombok Timur) sampai 49 tahun (di Ende), dengan kisaran antara 23-68 tahun. Hanya sebagian kecil kepala keluarga yang berusia di atas 55 tahun. 28. Ukuran rumah tangga berkisar antara 2-7 orang, dengan rataan 4 orang per keluarga. Dari segi pendidikan kepala keluarga, umunya rendah yaitu antara rata-rata 6 tahun (di Blora) sampai 8 tahun (di Lombok Timur dan Donggala). 29. Mayoritas responden (84% di Donggala dan 100% di Blora) telah memiliki rumah sendiri dengan luas pekarangan berkisar antara rata-rata 125 m2 (di Ende) sampai 459 m 2 (di Blora). Luas bangunan rumah bervariasi dari ratarata 42 m 2 (di Ende) sampai rata-rata 95 m 2 (di Temanggung). 30. Dari segi kualitas bangunan, sebagian besar sudah menggunakan dinding terluas dari semen (di Temanggung, Lotim, dan Donggala). Sedangkan di Blora sebagian besar menggunakan dinding papan sederhana, dan di Ende menggunakan dinding dari bambu. Untuk lantai terluas, sebagian besar responden sudah menggunakan lantai seman, kecuali di Blora yang sebagian besar menggunakan lantai tanah. 31. Kondisi sanitasi yang dicerminkan oleh sarana MCK cukup memadai, di Temanggung dan Blora, dimana sebagian besar responden memilikinya. Sedangkan di Lombok Timur, Ende dan Donggala, kondisi sanitasi masih belum memadai. 32. Untuk air minum, sebagian besar responden di Temanggung, Ende dan Donggala memperolehnya dari mata air. Sedangkan responden di Blora dan Lombok Timur, sebagian besar menggunakan air sumur untuk minum. xx

33. Kondisi yang menggembirakan ialah bahwa sebagian besar responden di lima kabupaten telah menggunakan listrik PLN untuk penerangan, sebagai cerminan keberhasilan listrik masuk desa. Sarana penerangan dari PLN ini akan sangat membantu bergeraknya roda ekonomi di pedesaan, sehingga dapat mempercepat proses pengentasan masyarakat dari kemiskinan. 34. Sebagian besar responden di lima kabupaten bekerja sebagai petani. Tingginya proporsi responden yang bekerja sebagai petani mencerminkan besarnya ketergantungan mereka pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pembangunan sektor pertanian harus lebih diprioritaskan lagi disertai dengan pembangunan infrastruktur pendukung sektor pertanian, seperti jalan desa, jalan usahatani, bendungan, saluran irigasi, pasar, dan sarana pendukung lainnya. e. Lahan Usaha dan Pola Tanam 35. Penguasaan lahan kering (tegalan) bervariasi antar daerah, yaitu rata-rata 0.30 ha di Blora sampai rata-rata 0.91 ha di Donggala. Pola tanam yang dominan pada agro-ekosistem ini adalah :Jagung-Tembakau dan Jagung Sayuran di Temanggung dan Lombok Timur, dan tanaman campuran di Ende, serta Jagung-Jagung dan Jagung-Kac.tanah di Donggala. 36. Untuk lahan sawah tadah hujan, luas penguasaan bervariasi dari rata-rata 0.11 ha per petani di Ende, sampai rata-rata 0.69 ha di Blora. Pola tanam yang dominan pada agro-ekosistem ini adalah: Padi-Jagung di Semua kabupaten, Padi-Sayuran di Temanggung, Blora dan Donggala, Jagung- Jagung, di Temanggung, Padi-Tembakau di Lombok Timur, atau Sayuran- Sayuran di Donggala. 37. Luas penguasaan lahan sawah irigasi per pertani juga bervariasi dari ratarata 0.22 ha di Ende sampai 0.51 ha di Donggala. Pola tanam dominan pada lahan ini adalah: Padi-Padi di Temanggung, Lombok Timur dan Donggala, Padi-Sayuran di Temanggung, Blora, dan Donggala, Padi- Jagung di Blora, Lombok Timur, dan Ende, Padi-Tembakau di Temanggung, dan Padi-Kac.tanah di Donggala. xxi

38. Lahan kebun yang luas penguasaannya berkisar dari rata-rata 0.34 ha di Temanggung sampai 1.06 ha di Donggala, umumnya ditanami tanaman tahunan seperti: kelapa, kopi, kakao, jambu mete, kemiri, dan buah-buahan. f. Tingkat Penerapan teknologi 39. Indikator utama tingkat penerapan teknologi antara lain adalah tingkat penggunaan sarana produksi seperti benih unggul, pupuk dan pestisida, serta tingkat produktivitas. 40. Umumnya petani di desa-desa contoh telah menggunakan padi varietas unggul, yaitu IR-64. Namun dari segi kualitas benih belum memadai, karena varietas ini sudah ditanam berkali-kali. Petani membuat benih sendiri dengan menyisihkan dari hasil panen, agar tidak membeli benih berlabel yang dinilai mahal. 41. Pemupukan berimbang belum dikenal, yang dicerminkan oleh tidak lengkapnya jenis pupuk yang digunakan. Petani contoh hanya menggunakan dua jenis pupuk (Urea dan SP36) dengan dosis yang bervariasi, dari yang rendah (Donggala) sampai melebihi rekomendasi (Blora). Di kabupaten Ende, petani tidak menggunakan pupuk. Dengan teknologi yang diterapkan petani, produktivitas padi berkisar dari 1.87 ton/ha di Lombok Timur sampai 5.36 ton/ha di Donggala. 42. Untuk teknologi usahatani jagung, Sebagian besar petani di Temanggung, Ende dan Donggala menggunakan varietas lokal, karena untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga. Sedangkan di Blora dan Lombok Timur, sebagian besar petani menggunakan jagung hibrida, untuk tujuan dijual. 43. Dosis pemupukan jagung umumnya masih dibawah rekomendasi, baik Urea maupun SP36. Dengan teknologi yang diterapkan petani, produktivitas jagung bervariasi dari 0.78 ton/ha (jagung lokal) di Donggala sampai 4.82 ton/ha (hibrida) di Lombok Timur. 44. Untuk tanaman tahunan, hampir seluruh petani responden di lima kabupaten contoh tidak menggunakan pupuk. Pemupukan umumnya xxii

dilakukan hanya sekali pada saat tanam dengan pupuk kandang seadanya oleh petani yang kebetulan mempunyai ternak di kandang. Hal ini mencerminkan masih rendahnya tingkat penerapan teknologi, sehingga produktivitas juga relatif rendah. g. Pemeliharaan Ternak 45. Jenis ternak yang umum dipelihara oleh petani di desa-desa contoh adalah: sapi, kambing/domba dan ayam. Namun demikian, di beberapa daerah ditemukan petani yang memelihara kerbau dan babi. 46. Teknologi pemeliharaan ternak di lima kabupaten contoh umumnya secara tradisional, kecuali untuk ayam ras yang prosentasenya sangat kecil. Karena umumnya mereka memelihara ternak bukan untuk tujuan komersial, melainkan hanya sebagai sambilan atau kesenangan yang lebih banyak berfungsi sebagai tabungan. h. Kelembagaan Pertanian 47. Kelompok tani di lima kabupaten contoh hanya berperan pada saat ada acara penyuluhan, atau pertemuan untuk perencanaan tanam, terutama di lahan sawah tadah hujan atau irigasi. Kelompok tani belum berfungsi dalam pengadaan sarana produksi atau pemasaran hasil secara kolektif. Dalam dua hal ini masing-masing petani melakukannya sendiri. 48. Lembaga penyuluhan menjadi tidak jelas, sejak Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tidak lagi merupakan lembaga penyuluhan di tingkat kecamatan. Namun demikian, masih ada Kantor Cabang Dinas Pertanian Kecamatan, yang fungsinya lebih banyak sebagai lembaga struktural dari pada fungsional penyuluhan. 49. Di semua desa contoh di lima kabupaten belum ada satu pun Bank, Badan Kredit Desa, Lumbung Desa, atau Koperasi Non-KUD di desa-desa lokasi kajian. Di beberapa desa baru ada lembaga keuangan non formal, yakni Kelompok Simpan Pinjam dan Pelepas Uang. xxiii

50. Sebagian besar petani di semua desa contoh memenuhi modal usaha dari modal sendiri. Jika kekurangan modal, mereka umumnya meminjam kepada keluarga atau kios sarana produksi, dengan sistem pembayaran tunai setelah panen. 51. Penjualan hasil pertanian umumnya dilakukan di desa, dimana pedagang pengumpul tingkat desa atau kecamatan yang datang membeli hampir semua hasil pertanian yang diperdagangkan. Rantai pemasaran umumnya sederhana, yaitu dari petani ke pedagang pengumpul, lalu ke pedagang besar di kota kabupaten atau propinsi. Untuk komoditas perkebunan (kakao, kemiri, dan mete), jalur terakhir adalah eksportir di kota provinsi. i. Struktur Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga 52. Sumber pendapatan utama rumah tangga petani di empat kabupaten contoh (selain Ende) adalah dari on-farm. Sumber kedua dari non-farm, dan sumber ketiga dari usaha off-farm, terutama berburuh tani. Hanya di kabupaten Ende sumber pendapatan utama dari usaha non-farm, terutama dari berdagang dan pegawai negeri sipil. 53. Dari lima kabupaten contoh, sekitar 54 persen sampai 61 persen dari total pengeluaran digunakan untuk kebutuhan pangan. Sisanya (39%-46%) digunakan untuk non-pangan. Dari pengeluaran untuk pangan, maka pengeluaran untuk makanan pokok (beras dan jagung) menempati urutan pertama. Sedangkan untuk pengeluaran non-pangan, pengeluaran terbesar adalah untuk pendidikan. 54. Tingginya proporsi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan (terutama makanan pokok) mencerminkan kondisi masyarakat tani yang masih miskin dengan pendapaan rendah. Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan 55. Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 telah meningkatkan angka kemiskinan baik di tingkat nasional maupun di xxiv

empat provinsi. Pada tahun 2003, angka kemiskinan di empat provinsi masih tergolong tinggi, sehingga masih memerlukan langkah operasional untuk pengentasan masyarakat dari kemiskinan. (2) Sektor pertanian di lima kabupaten contoh masih memegang peranan sangat penting, baik sebagai sumber PDRB maupun dalam menyerap tenaga kerja, terutama bagi masyarakat miskin. Oleh karena itu, untuk mengentaskan masyarakat pedesaan dari kemiskinan, maka pembangunan sektor pertanian secara terpadu dengan pembangunan infrastruktur harus mendapat prioritas utama. (3) Kelembagaan kelompok tani yang ada hanya berperan pada saat ada acara penyuluhan atau pertemuan untuk perencanaan tanam. Sedangkan dalam hal pengadaan sarana produksi atau pemasaran hasil secara kolektif kelompok ini belum berfungsi. Oleh karena itu, perlu upaya pemberdayaan kelompok tani dengan inovasi baru. (4) Jalur pemasaran hasil pertanian di lokasi contoh cukup sederhana, yaitu dari petani ke pedagang pengumpul, kemudian ke pedagang besar di kota kabupaten atau propinsi. Untuk komoditas perkebunan (kakao, kemiri, dan mete) jalur terakhir adalah eksportir di kota provinsi. (5) Lembaga penyuluhan menjadi tidak jelas sejak Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) tidak lagi diprogramkan menjadi lembaga penyuluhan di tingkat kecamatan. Padahal dimasa lalu BPP dengan para penyuluhnya menjadi ujung tombak pembangunan pertanian di pedesaan. Oleh karena itu, perlu revitalisasi tenaga penyuluh di tiap kecamatan dan desa. (6) Lembaga keuangan yang bisa diakses petani secara mudah juga belum tersedia. Untuk meningkatkan akses petani terhadap sumber modal, diperlukan lembaga perkreditan formal (seperti BRI Unit Desa) dengan prosedur administrasi yang sederhana. xxv

(7) Pola tanam di setiap desa di lima kabupaten berbeda karena adanya perbedaan agro-ekosistem. Pada lahan irigasi pedesaan atau sawah tadah hujan, pola tanam petani umumnya padi-padi; padi-jagung; padisayuran; atau padi-tembakau. Pada lahan kering petani umumnya menanam jagung-jagung atau jagung-sayuran. (8) Penerapan teknologi tanaman semusim tergolong masih sederhana. bahkan di Ende petani tidak melakukan pemupukan, baik untuk jagung maupun palawija lainnya. (9) Dengan tingkat penerapan teknologi yang ada, produktivitas padi berkisar antara 1.9 ton sampai 5.4 ton/ha. Produktivitas jagung berkisar antara 1.1 ton sampai 4.8 ton/ha. Produktivitas ini diyakini masih bisa ditingkatkan dengan sentuhan inovasi teknologi yang lebih baik. (10) Sebagian besar pendapatan rumah tangga tani berasal dari kegiatan on-farm. Sedangkan sumber pendapatan kedua terbesar adalah kegiatan non-farm dan diikuti oleh kegiatan off-farm. Implikasinya ialah bahwa penyediaan lapangan kerja di luar sektor pertanian masih sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga, mengingat kemampuan sektor pertanian sudah mulai terbatas. (11) Dalam hal pengeluaran, sebagian besar pengeluaran rumah tangga dicurahkan untuk kebutuhan pangan, terutama beras dan sayurmayur. Tingginya proporsi pengeluaran untuk pangan mencerminkan kondisi masyarakat yang masih tergolong miskin. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya pengentasan masyarakat dari kemiskinan. (12) Pemberdayaan petani miskin secara terintegrasi seperti P4M2I dapat dijadikan model pembangunan pedesaan di masa mendatang. Namun dalam pelaksanaannya memerlukan sistem pengawasan yang memadai agar tujuan proyek dalam memberdayakan masyarakat petani dapat dicapai secara efektif dan efisien. xxvi