BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

dokumen-dokumen yang mirip
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS RUAS JEMBATAN SEMUT JEMBATAN MERAH

Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Singosari Malang sebagai Heritage Tourism

Matrix SWOT pada Kawasan Kemunduran Rendah

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

Bab I Pendahuluan I - 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

Revitalisasi Desa Bungaya sebagai Desa Wisata Budaya di Kabupaten Karangasem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN SEKRETARIAT SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN BIDANG PENGEMBANGAN KEPENDIDIKAN BIDANG PENDIDIKAN NON FORMAL SEKSI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB III METODE PERANCANGAN

Kriteria PELESTARIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG PENELEH KOTA SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

MUSEUM NEGERI JAWA BARAT SRI BADUGA DI BANDUNG (Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernacular)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

PEDOMAN REVITALISASI KAWASAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18/PRT/M/2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan Kawasan Wisata Budaya Kabupaten Sumenep

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

WALIKOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH di Sidoarjo BAB III. Metodelogi Perancangan

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

BAB III METODE PERANCANGAN

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

Transkripsi:

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif, kota Siak Sri Indrapura menjadi bagian dari dua kecamatan yaitu kecamatan Siak dan kecamatan Mempura. Berbagai usaha pembangunan dilakukan di kabupaten Siak, terutama di ibukotanya. Pada saat sekarang kawasan cagar budaya kota lama siak mengalami kemunduran bahkan cenderung di beberapa sektor akan mati Untuk itu diharapkan adanya upaya merubah wajah kawasan cagar budaya kota Siak Sri Indrapura menjadi lebih baik dengan komoditas yang dapat dijual dalam paket wisata kota air dan kota budaya Siak Sri Indrapura. Revitalisasi Kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan masyarakat. Dalam merumuskan arahan penanganan revitaisasi kawasan perlu diketahui faktor-faktor penyebab penurunan vitalitas kawasan cagar budaya kota lama dengan pasti dan juga perlu diketahui apa saja yang bisa diperbaiki atau dikembangkan, supaya arahan yang dihasilkan sesuai dan tepat sasaran

RUMUSAN MASALAH Faktor apa yang mempengaruhi penurunan vitalisasi sehingga menyebabkan penurunan fungsi kawasan Konsep revitalisasi seperti apa yang sesuai untuk kawasan cagar budaya kota lama Siak Tujuan tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan arahan revitalisasi kawasan cagar budaya kota lama Siak Sasaran penelitian 1. Mengidentifikasi penyebab kerusakan kawasan cagar budaya 2. Menentukan faktor faktor yang menyebabkan penurunan vitalitas kawasan kota lama 3. Merumuskan konsep revitalisasi kawasan kota lama Siak yang sesuai.

Lingkup wilayah yang akan menjadi wilayah penelitian adalah kawasan cagar budaya kota lama siak di daerah kelurahan kampung dalama Siak Sri Indrapura, Lingkup Pembahasan Ruang lingkup pembahasan yang akan menjadi batasan penelitian ini adalah pelestarian kawasan cagar budaya dengan arahan revitalisasi kota. Adapun untuk mendapatkan rumusan revitalisasi yang tepat, diperlukan identifikasi penyebab penurunan vitalitas kawasan yang berpengaruh dalam merevitalisasi kawasan baik secara fisik, ekonomi sosial atau instutional

Kawasan cagar budaya Cara pelestarian cagar budaya Penurunan vitalitas kawasan cagar budaya revitalisasi Arahan revitalisasi kawasan cagar budaya kota lama Siak

Indikator Penelitian Berdasarkan pustaka diatas dapat ditarik beberapa indikator yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : Indikator kekumuhan daerah tepian sungai Indikator kerusakan fisik cagar budaya Indikator tidak mampu bersaing dengan kawasan lain Indikator memudarnya nilai kebudayan masyarakat Indikator pengetahuan masyarakat tentang Cagar Budaya Indikator upaya pemerintah dalam pelestarian kawasan

Sintesa Pustaka

Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai situasi atau kejadian, menerangkan hubungan antar fenomena, serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Selain itu, Travers (1978) menyatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Tahapan Penelitian 1. Perumusan Masalah identifikasi permasalahan yang akan diangkat, yaitu permasalahan yang terjadi pada kota lama Siak yaitu menurunnya vitalitas kawasan. Oleh karena itu dibutuhkan penyelesaian yang salah satunya yang sesuai adalah revitalisasi. 2. Studi litelatur mengumpulkan informasi yang mempunyai relevensi dengan tema penelitian ini dan disintesakan untuk mendapatkan kajian teori yang sesuai dan akan digunkan dalam penelitian ini. Sumbersumbernya dapat berupa buku, jurnal, makalah, hasil penelitian, tugas akhir terdahulu, artikel, internet, media massa, media elektronik dan lain-lain. 3. Pengumpulan Data mengumpulkan data dan informasi terkait obyek penelitian. Kebutuhan data disesuaikan dengan analisa dan variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer. Karena itu pada tahap ini dilakukan dua teknik pengumpulan data, melalui observasi lapangan, wawamcara, survey instansional dan media. 4. Analisa Dalam penulisan penelitian ini, terdapat tiga tahapan analisis, yaitu : Menganalisa faktor faktor yang menyebabkan penurunan vitalitas di kawasan Merumuskan arahan yang sesuai dalam merevitalisasi kawasan. 5. Penarikan Kesimpulan Hasil dari proses analisa yang telah dilakukan akan menghasilkan suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas rumusan permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Setelah proses penarikan kesimpulan, akan dirumuskan rekomendasi tentang revitalisasi pada kawasan penelitian yang dapat dilakukan.

Parkir sembarangan aktivitaskawasan Bangunan cagar budaya

No Sasaran Penelitian 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penurunan vitalitas kawasan kota lama 2 Merumuskan arahan revitalisasi kawasan studi Variabel - Aktifitas pemukiman pada tepian sungai - Terjadinya abrasi pada tepian sungai - Kondisi cagar budaya - Kondisi fisik bangunan pada kawasan kota lama - Menurunnya kualitas prasarana kawasan - Menurunnya aktifitas perdagangan - Menurunnya penghasilan pedagang - Memudarnya kebudayaan lokal - Keberadaan pertunjukan - Tingkat pengetahuan masyarakat - kebijakan tentang cagar budaya - minimnya dana untuk pelestarian - pengawasan (Arahan Revitalisasi) yang mengalami penyesuaian dg hasil dari tahap 1,2 dan 3 Data dan informasi yang dibutuhkan - Potensi dan Masalah Kawasan penelitian - Faktor-faktor penyebab permasalahan penurunan vitalitas menurut responden - Arahan revitalisasi menurut responden - Arahan revitalisasi di kawasan lain Responde n studi empiri Pakar, Instansi Pemerinta han, dan studi empiri Cara mendapatkan data dan informasi - Wawancara - Studi empiri - Wawancara - Studi empiri Teknik Analisis - Analisa deskriptif - Teknik Triangulasi Keluaran Faktor penyebab penurunan vitalitas kawasan Arahan revitalisasi kawasan kota lama

Dari hasil pembahasan analisa deskriptif dapat ditarik kesimpulan ada enam faktor yang menyebabkan penurunan vitalitas kawasan cagar budaya kota lama Siak, yaitu : 1. Faktor kerusakan pada kawasan tepian sungai karena pembuangan limbah rumah tangga dan abrasi pantai yang menyebabkan kekumuhan 2. Faktor menurunnya nilai ekonomi kawasan cagar budaya akibat berpindahnya kegiatan jual beli dan kurangnya daya tarik kawasan cagar budaya. 3. Faktor menurunnya kualitas fisik lingkungan kawasan akibat banyaknya bangunan yang tidak terawat 4. Faktor rendahnya kesadaran masyarakat tentang cagar budaya karena belum ada peraturan yang mengikat secara jelas tentang cagar budaya 5. Faktor tidak adanya pelaksanaan peraturan daerah tentang cagar budaya 6. Faktor tidak adanya daya tarik budaya karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan budaya lokal

Proses Analisa Triangulasi Arahan Revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Kota Lama Faktor Peneyebab Penurunan Vitalitas Kawasan Cagar Budaya Kota Lama Siak Arahan Revitalisasi Menurut Sintesa Pustaka Dan Referensi Konsensus Pakar Konsensus Regulator Arahan Revitalisasi Kawasan cagar budaya Kota Lama

Analisa Perumusan Arahan Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Kota Lama Siak 1. Faktor kerusakan pada kawasan tepian sungai karena pembuangan limbah rumah tangga dan abrasi pantai yang menyebabkan kekumuhan Karakter air dan lingkungannya menjadi ciri dari pengolahan ruang-ruang Kota Siak, dan harus dimanfaatkan keberadaannya melalui pengolahan ruang kota sehingga memberikan nilai tambah yang tinggi bagi kesejahteraan warga kota. Pembersihan sungai Siak untuk menunjang kegiatan wisata bahari dan kegiatan budaya yang ada, khususnya bagi komunitas masyarakat di kawasan cagar budaya kota lama guna menunjang kegiatan wisata kota Pengembangan waterfront city sebagai kawasan komersil dan hiburan dengan kondisi air yang baik dan tidak berbau maka kawasan tersebut terjamin akan banyak di singgahi pengunjung. Selain itu pula dapat juga dibanguna area terbuka (plaza) di kawasan tersebut. Waterfront dengan konsep sebagai kawasan komersial dan hiburan ini pastinya akan sanagat digemarai oleh masyarakat perkotaan.

Faktor menurunnya nilai ekonomi kawasan cagar budaya akibat berpindahnya kegiatan jual beli dan kurangnya daya tarik kawasan cagar budaya. Mengarahkan masyarakat yang berdomisili di kawasan cagar budaya kota lama untuk menggunakan Ruko sebagai rumah tinggal dan mengarahkan para pemilik usaha dikawasan untuk menambah jam usaha khususnya di malam hari sehiiigga akan muncul berbagai aktivitas pendukung yang dapat menghidupkan kawasan ini di malam hari. Peningkatan kualitas fisik bangunan dan kawasan sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjung yang datang untuk membeli barang dagangan Mengadakan kerjasama dengan pihak swasta dengan memberikan kemudahan atau insentif dalam prosedur investasi seperti memberikan kemudahan ijin usaha bagi investor yang nantinya akan membuka usaha di kawasan, dengan syarat jenis usaha yang diperbolehkan adalah jenis usaha yang sesuai dengan tema kawasan dan tidak merugikan masyarakat.

Faktor menurunnya kualitas fisik lingkungan kawasan akibat banyaknya bangunan yang tidak terawat Memberikan bantuan dana secara berkala untuk pemeliharaan bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas sosial seperti sekolah, rumah ibadah, makam dan lain-lain oleh pemerintah kota agar kualitas kondisi fisik bangunan tetap terjaga dan terhindar dari kesan tua dan kumuh yang selama ini dirasakan karena minimnya dana perawatan untuk fasilitas-fasilitas sosial tersebut. Perbaikan dan pemugaran bangunan-bangunan yang khas dengan terlebih dahulu menetapkan bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya.

Faktor rendahnya kesadaran masyarakat tentang cagar budaya karena belum ada peraturan yang mengikat secara jelas tentang cagar budaya Meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masayarakat dalam pelestarian kawasan melalui berbagai media informasi seperti buletin dan pelibatan masyarakat di kawasan secara intensif dalam program-program pelestarian atau perbaikan kawasan. Membentuk masyarakat peduli Cagar Budaya dengan melakukan sosialisasi dan melibatkan masyarakat dalam segala bentuk pelestarian

Faktor tidak adanya pelaksanaan peraturan daerah tentang cagar budaya Perumusan peraturan daerah yang mengatur tentang tata guna lahan yang diperbolehkan di kawasan, yaitu permukiman, fasilitas sosial dan sarana wisata. Bagi penggunaan lahan yang bertentangan dengan ketentuan namun telah ada di kawasan saat ini, seperti perdagangan dan jasa, selanjutnya hanya diperbolehkan pada lahan yang berada di sepanjang pasar siak saja dengan pengaturan mobilitas pengunjung yang tidak mengganggu kegiatan wisata Perumusan peraturan daerah yang mengatur tentang insentif pajak bumi dan bangunan terhadap pemilik bangunan cagar budaya, dimana pemberian insentif dilakukan berdasarkan parameter luasan bangunan, lokasi dan pemanfaatannya. Insentif-insentif seperti ini akan mendorong dan memotivasi masyarakat untuk tetap menjaga kondisi kawasan sebagai kawasan wisata budaya dan juga kawasan cagar budaya.

Faktor tidak adanya daya tarik budaya karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan budaya lokal Menjadikan kawasan cagar budaya kota lama Siak sebagai salah satu tujuan dari rangkaian jalur wisata heritage di Kota Siak. Tema yang dapat diangkat oleh kawasan adalah sebagai wisata kampung budaya lokal di tengah kota, yaitu sebuah kampung yang berada di tengah hiruk-pikuk dan modernisasi pusat Kota Siak namun menawarkan berbagai kebudayaan lokal dan peninggalan sejarah, sehingga membuat pengunjung merasa pada masa-masa awal berkembangnya Kota Siak. Menjadikan keberadaan bangunan dan tempat-tempat yang bernilai historis, budaya dan pendidikan bagi kawasan sebagai daya tarik dari kawasan yang dilengkapi dengan dokumentasi berupa papan informasi di depan gedung, yang menceritakan tentang sejarah dan nilai penting bangunan dan tempat tersebut terhadap keberadaan kawasan.

Arahan Makro 1. Menjadikan kawasan cagar budaya kota lama Siak sebagai salah satu tujuan dari rangkaian jalur wisata heritage dengan tema wisata kampung budaya lokal di tengah kota 2. Memberikan insentif dalam prosedur investasi seperti kemudahan ijin usaha di kawasan 3. Penataan lingkungan kawasan tepian sungai Siak 4. Pengadaan guidelines tentang cara-cara perbaikan, renovasi dan pemugaran bangunan atau lingkungan agar tidak terjadi tindakan-tindakan bersifat perusakan atau bersifat tidak selaras 5. Perumusan perda tata guna lahan yang membolehkan pemanfaatan sebagai permukiman, fasum dan sarana wisata saja 6. Perumusan perda mengenai insentif PBB terhadap pemilik bangunan cagar budaya berdasarkan parameter luasan bangunan, lokasi dan pemanfaatannya

Arahan Mikro 1. Menjadikan bangunan dan tempat bersejarah kawasan sebagai daya tarik yang dilengkapi dengan papan informasi mengenai dokumentasi bangunan dan tempat bersejarah di kawasan 2. Dengan warisan sejarah dan nilai budayanya, diharapkan kawasan cagar budaya kota lama Siak dapat menjadi destinasi wisata unggulan. Saat ini, Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia telah merencanakan menjadikan kota tua mereka, selain sebagai ciri khas kota juga destinasi pariwisata 3. Penataan kawasan tepian sungai Siak agar dapat menjadi kawasan ang mendukung wisata bahari sebagai penunjang wisata dan menggerakan ekonomi masyarakat. 4. Menjadikan bangunan perumahan dan struktur ruang kampung sebagai daya tarik kawasan 5. Mengadakan kegiatan proses pembuatan makanan tradisional ataupun kerajinan tradisional yang dapat dilihat secara terbuka atau bahkan diikuti oleh pengunjung 6. Pengadaan rumah makan yang menyajikan makanan khas kawasan dan Kota Siak 7. Pengadaan galeri seni yang juga berfungsi sebagai pusat informasi kawasan 8. Menyelenggarakan lokakarya dan sosialisasi mengenai kawasan wisata budaya pada masyarakat dengan menggunakan best practice 9. Memberikan bantuan dana secara berkala untuk pemeliharaa bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas sosial oleh pemerintah kota

KESIMPULAN Merevitalisasi kawasan tepian sungai dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan dan mendukung terciptanya kualitas kehidupan yang lebih baik serta meningkatkan ekonomi masyarakat dengan pariwisata Mempertahankan keberadaan bangunan bangunan khas yang ada dari kerusakan yang bersifat alami atau yang disengaja, dengan penetapan bangunan bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya, untuk nantinya dapat menerima insentif berupa dana perawatan / perbaikan dan pengurangan retribusi yang terkait dengan pemerintah daerah Mengarahkan masyarakat yang berdomisili dikawasan untuk menggunakan ruko sebagai rumah tinggal dan mengarahkan para pemilik usaha dikawasan untuk menambah jam usaha khusunya dimalam hari sehingga akan muncul berbagai aktivitas pendukung yang dapat menghidupkan kawasan kota lama di malam hari Optimalisasi fungsi organisasi / komunitas kebudayaan kota lama untuk memberikan edukasi tentang nilai nilai kesejahteraan, tradisi kebudayaan, event kebudayaan pada seluruh masyarakat manjadikan upaya pengembangan Kawasan cagar budaya kota lama Siak sebagai kawasan wisata budaya

SARAN Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai aspek regulasi lebih detail terhadap pertumbuhan bangunan dan lingkungan baru pada Kawasan cagar budaya kota lama Siak demi mempertahankan keberadaan bangunanbangunan bersejarah, sehingga ciri khas kawasan kota tetap terjaga. Dalam menerapkan konsep reveitalisasi ini perlu adanya dukungan dan kerjasama penuh dari masyarakat, developer dan pemerintah agar upaya revitalisasi terhadap kawasan dapat berjalan dengan baik dan lancar serta bisa diterapkan langsung pada lapangan. Dukungan dan kerjasama dari pemerintah yaitu adanya insentif dan disentif terhadap pemeliharaan bangunan bersejarah, serta perlu adanya modal yang besar dalam pelaksanaannya agar berhasil.

sekian Terima kasih