BAB IV KONSEP PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL RANCANGAN

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

ΒΑΒ 4: Κονσεπ Περανχανγαν

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning


BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V. Sport Hall/Ekspresi Struktur KONSEP PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. konsep dasar yang digunakan dalam Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

Fasilitas Pendidikan Tata Busana Kebaya di Surabaya

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 25 Konsep Hub

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP PERANCANGAN. bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis didapat

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal dan Konsep Umum Pertimbangan awal dalam mengambil ide awal antara lain, karena keberadaannya yang terletak di tengah daerah urban, yang dikelilingi oleh fungsi-fungsi yang sebagian besar terdiri dari daerah perumahanl, membutuhkan penyelesaianpenyelesaian rancangan yang memperhatikan keadaan sekitar. Terutama mengenai masalah pengaruh audial terhadap fungsi hunian di sebelah Timur dan Selatan lokasi proyek. Oleh karenanya diperlukan suatu barrier/ pelindung audial agar aktivitas yang berlangsung di dalam fasilitas tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, begitu juga sebaliknya. Sehingga diharapkan bangunan ini dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan. Selain itu karena fungsi auditorium bersifat publik menjadi dasar untuk menjadikan auditorium musik klasik ini menjadi suatu mixed-used facility yang menggabungkan fungsi pendidikan, entertainment, dan komersial sehingga diharapkan auditorium dapat tetap ramai dikunjungi untuk menutup biaya operasionalnya sendiri dan juga dapat menjadi sarana bagi perkembangan musik klasik pada khususnya di kota Bandung. Auditorium ini terletak di gerbang kota Bandung (dekat tol Padalarang-Cileunyi) menjadikan bangunan ini sangat penting bagi perkembangan pariwisata. Selain itu fungsinya yang bersifat publik dan tuntutan fungsi yang diharapkan mampu menampung sejumlah besar penonton menjadikan bangunan ini menjadi bangunan yang besar. Keadaan temperature udara di sekeliling lahan yang relatif panas di siang hari juga mendorong perancang untuk mengintegrasikan konsep mixed-used dengan konsep eco-architecture sehingga tercipta ruang-ruang mikro di sekeliling Auditorium Musik Klasik 83

bangunan dengan suhu yang nyaman serta secara keseluruhan dapat menciptakan ruang kota yang asri. 4.2 Konsep Tapak 4.2.1 Pengelompokan Fungsi Pengelompokan fungsi didapat dengan memperhatikan sirkulasi yang terjadi di luar lahan dan yang akan terjadi di dalam lahan, keadaan lahan yang mempengaruhi kegiatan dalam lahan, selain itu juga mempertimbangkan hubungan jauh dekatnya hubungan fungsional yang ada dari masing-masing bagian. Pengelompokan fungsi yang didapatkan adalah : Orientasi menghadap ke 2 ruas jalan yaitu Jl. Prof. Sutami, dan Jl. Setra Murni. Untuk entrance bangunan dipilih melalui Jl. Prof. Sutami sebagai jalan utama. Fungsi auditorium, sebagai fungsi utama diletakan di bagian sudut lahan bagian barat daya, agar terlihat dengan jelas dari jalan sebagai titik tangkap (vocal point). Fungsi Sekolah Musik dan Komersial, sebagai fungsi penunjang diletakkan di bagian timur. Fungsi Auditorium dan Fungsi Penunjang dihubungkan dengan Lobby Utama sebagai fungsi yang mengikat kedua fungsi tersebut. Ruang luar diletakkan di tengah bangunan sebagai pengikat aktivitas dan pusat orientasi. Selain itu juga berfungsi sebagai view, mengingat orientasi bangunan ini adalah ke dalam. 4.2.2 Pencapaian, Sirkulasi dan Parkir Ide sirkulasi kendaraan yang diterapkan adalah meminimalisasi intensitas terlihatnya kendaraan pada permukaan lahan dan mengkonsentrasikan sirkulasi kendaran dan parkir pada area basement 1 dan 2. Untuk mencapai hal tersebut maka penerapan yang memungkinkan adalah: Auditorium Musik Klasik 84

Mengingat keadaan lalu lintas yang ada di sekitar site, maka entrance dan exit antara pejalan kaki dengan kendaraan dipisahkan supaya tidak saling mengganggu Fungsi komersial dapat dicapai oleh pengunjung langsung setelah memasuki lobby Area servis diletakkan di bagian belakang, supaya tidak terlihat langsung oleh pengunjung Sirkulasi artis dipisahkan dengan sirkulasi penonton dengan sedemikian rupa untuk menghindari ketidaklancaran acara. 4.2.3 Penataan Massa Bentuk massa harus menarik karena lokasi lahan yang terletak di pojok maka menjadikannya potensial sebagai eyecatcher. Selain itu fungsi bangunan sebagai fasilitas publik maka kesan yang ditampilkan melalui bangunan sangat penting karena hal itu merupakan salah satu cara menarik pengunjung. Konsep massa berupa beberapa masa dengan berbagai fungsi yang berbeda disatukan dengan ruang luar. Bentuk massa yang digunakan adalah kotak-kotak. Untuk memberi kesan terbuka dan mengalir, maka penggunaan bahan-bahan transparan juga perlu dipertimbangkan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesan bahwa auditorium musik klasik ini bukan untuk kalangan tertentu saja namun memang ditujukan untuk siapa saja. Permainan bidang geometri juga perlu dipertimbangkan untuk memberi kesan dinamis. Fungsi auditorium berada di bagian barat daya depan. Dan fungsi-fungsi penunjang diletakkan di bagian timur. Dengan fungsi komersial diletakkan di lantai dasar, maka fungsi ini dapat mengikat dan menjadi penunjang utama. Kemudian fungsi sekolah musik diletakkan di atasnya, karena fungsi tersebut membutuhkan ketenangan tersendiri. Auditorium Musik Klasik 85

4.2.4 Pembentukan Ruang Luar Ruang luar dapat berperan sebagai pengikat satu bangunan dengan bangunan yang lainnya. Selain itu ruang luar juga berfungsi sebagai view bagi pengunjung yang berada di dalam bangunan, mengingat orientasi bangunan ini adalah ke dalam.terdapat jalur hijau pada jalur parkir pengunjung, selain berperan sebagai buffer, juga sebagai peneduh bagi jalur pedestrian dan parkir. Terdapat ruang terbuka hijau di tengah bangunan, sebagai pengikat fungsi-fungsi utama, juga sebagai view pengunjung bangunan. 4.3 Konsep Bangunan 4.3.1 Selubung Bangunan Gambaran keterbukaan menjadi dasar dari penciptaan selubung bangunan auditorium musik klasik ini. Konsep ini diterjemahkan menjadi konsep transparan, dengan penggunaan second skin dan konsep-konsep yang berhubungan dengan musik yaitu konsep irama dan ritme juga ikut dimasukkan untuk menciptakan karakter yang kuat akan musik. Konsep transparan yang dipakai juga harus dapat menjawab bagaimana selubung bangunan ini juga dapat memberi keamanan. Kesan aman didapat dari sesuatu yang bersifat padat karena itu dibuatlah selubung bangunan yang bersifat padat namun bersifat transparan pada saat yang sama. 4.3.2 Material Material yang digunakan merupakan perpaduan unsur alami dengan unsur modern. Dengan menggunakan banyak material kaca dipadukan dengan material baja untuk menguatkan kesan bangunan Modern, dan dipadukan dengan unsur Auditorium Musik Klasik 86

alami seperti batu dan kayu, untuk menguatkan kesan bangunan tropis. Sedangkan untuk struktur material utama yang digunakan adalah beton. Gambar 4.1 merupakan contoh batu dan pola batu yang digunakan dalam rancangan agar rancangan tersebut memberi kesan alami. Gambar 4.1 Material alami Auditorium 4.3.3 Penampilan Bangunan Melahirkan permainan bidang dan material sehingga tercipta fasade yang dinamis dan menarik Permainan perpaduan bentuk transparan dengan bentuk masif, terutama dalam menyelesaikan bidang bangunan yang di dalamnya berfungsi privat atau umum. Bentuk transparan juga salah satu cara untuk memberi kesan bangunan ini ramah, dan terbuka sehingga pengunjung tidak enggan untuk datang terutama pada bagian lobby dan fungsi komersial. Penegasan unsur vertikal-horisontal untuk memberi aksen fasade Gambar 4.2 merupakan beberapa contoh penampilan bangunan yang menjadi preseden rancangan. Perpaduan bidang masih dan transparan (gambar 4.2 kiri), kemudian bidang transparan yang besar namun berwarna-warni sehingga kesan transparan yang dimiliki sedikit berkurang (gambar 4.2 tengah dan kanan). Gambar 4.2 Contoh Penampilan Bangunan auditorium Auditorium Musik Klasik 87

4.3.4 Ruang Dalam Gambar 4.3 Material kayu yang digunakan untuk interior auditorium Ide interior yang dipilih oleh perancang adalah pemakaian material kayu sebagai elemen akustik sekaligus pemberi suasana visual yang hangat. Material kayu memiliki peranan yang sangat besar untuk memberi pantulan suara yang optimal. Langit-langit dibuat tidak rata dengan menggunakan panel reflektor yang terbuat dari bahan multipleks yang tersusun 2 lapis. Untuk mengoptimalkan penguatan bunyi yang terjadi dalam ruangan sehingga bunyi dengungan dalam ruangan tidak langsung menghilang melainkan akan terus bergetar selama 1,5-2 detik. Kursi disusun secara continental arrangement bukan Tradisional. Untuk menghasilkan sudut pandang maksimum ke arah panggung dari segala arah. Perbedaan tinggi lantai antar kursi penonton tidak terlalu besar untuk memberi kesan akrab dengan panggung. Warna Coklat kayu menjadi warna dominan dalam Interior Auditorium, Warna lain yang ikut mendukung suasana hangat antara lain merah, Hitam, dan Oranye. 4.3.5 Arsitektur Tropis Bangunan ini berbentuk kotak yang berekspresi modern dengan atap datarnya. Dari sudut arsitektur tropis, keberadaan atap ini kurang menguntungkan karena daerah tropis memiliki curah hujan yang tinggi sehingga bangunan tropis memerlukan atap yang miring untuk mengakomodasi aliran air hujan. Untuk mengakomodasi penyaluran air hujan yang relatif deras, bagian tengah dari massa utama yang memiliki bentangan cukup besar tidak dibuat rata, melainkan Auditorium Musik Klasik 88

menggunakan atap pelana yang ditenggelamkan ke dalam bangunan. Dengan begitu, ekspresi modern tetap ada dan pengaliran air hujan tetap terakomodasi. 4.4 Konsep Struktur 4.4.1 Sistem Struktur Struktur bangunan menggunakan sistem grid di mana perletakkan kolom diatur dengan jarak yang sama sehingga memudahkan dalam perancangan dan proses konstruksi. Struktur grid ini juga memudahkan usaha perawatan karena bangunan tersusun dari modul-modul yang jelas. Bangunan ini menggunakan sistem struktur kolom dan balok yang sebagian besar menggunakan material beton, sementara untuk kuda-kuda atap diletakkan (truss) rangka baja sebagai penyalur berat atapnya. Untuk pondasi digunakan sistem pondasi sumuran mengingat bangunan ini memiliki 2 lantai basement yang dimanfaatkan untuk area parkir dan ruang-ruang untuk utilitas bangunan. Namun untuk ruang konser diwajibkan untuk menggunakan struktur bentang lebar. Hal ini untuk memaksimalkan pandangan penonton ke arah panggung. Karena tuntutan fungsi tersebut, bahwa penonton harus bisa melihat ke arah panggung dengan baik, maka di dalam ruang konser tidak boleh terdapat kolom di tengah ruangan. Kolom-kolom berada di pinggir ruangan, dan kolom-kolom tersebut diikat dengan balok sehingga tidak terjadi buckling. 4.4.2 Detail Konstruksi Konstruksi rangka atap menggunakan truss baja konvensional, yang menyalurkan berat atap ke kolom beton. Corrugated metal sheet digunakan sebagai penutup atap dengan lapisan insulasi di bawahnya untuk mengurangi panas yang lepas ke Auditorium Musik Klasik 89

ruangan di bawahnya. Sekaligus untuk menyaring suara agar terbuang keluar dan mengganggu akustik dalam ruang. 4.4.3 Cara Membangun Beton yang digunakan untuk kolom dan balok adalah beton konvensional, sementara beberapa plat lantai harus dicor di tempat karena bentuknya yang melengkung-lengkung secara horizontal. Sementara truss untuk penyangga atap adalah truss konvensional dengan spesifikasi standar dari produsen, sehingga didatangkan dari pabrik kemudian dirakit di tempat. 4.5 Konsep Utilitas 4.5.1 Penyaluran Air Hujan Air hujan yang jatuh di permukaan atap disalurkan ke jalur-jalur talang yang merupakan bagian dari dak-dak beton. Talang-talang vertikal ini diletakkan di sudut-sudut bangunan sehingga tak mengganggu tampak bangunan. Sementara pada area-area yang cenderung terbuka dan tidak memiliki atap miring, air hujan akan jatuh ke di atas dak beton. Air akan di alirkan ke tepi-tepi plat dimana terdapat saluran air yang akan mengantarkan air hujan ke pipa-pipa vertikal yang disembunyikan pada cekungan yang dibuat di dalam kolom. Dari jalur-jalur air di tanah tersebut, bersama dengan aliran air permukaan tanah kemudian air hujan disalurkan ke saluran air di selatan lahan dan akhirnya ke saluran air besar di tepi jalan Ir. H. Juanda. 4.5.2 Sistem Penangkal Petir Sistem penangkal petir ditunjukkan pada Gambar 4.4 berikut. Auditorium Musik Klasik 90

Batang tegak penangkap Baja Galvanish pipa silinder pejal Ø 8 mm penangkap horizontal Penghantar Pada Dinding Baja Galvanish Ø 8 mm elektroda pentanahan Baja Galvanish, silinder pejal Ø ½ GROUNDING SKEMA : INSTALASI PENANGKAP PETIR Gambar 4.4 Sistem Penangkal Petir 4.5.3 Sistem Pengondisian Udara Sistem pengondisian udara ditunjukkan pada gambar 4.5 berikut. Gambar 4.8 Sistem Pengondisian Udara Berdasarkan fungsi-fungsi yang telah ada, terlihat bahwa pengkondisian udara buatan diterapkan pada ruangan-ruangan yang memiliki kebutuhan akustik seperti auditorium, studio musik, serta recital hall yang memerlukan pengkondisian buatan. Auditorium Musik Klasik 91

4.5.4 Akustik Akustik lingkungan, atau pengendalian bunyi secara arsitektural merupakan suatu cabang pengendalian lingkungan pada ruang-ruang arsitektural yang dapat menciptakan suatu lingkungan yang kondisi mendengarkannya ideal untuk manusia. Pengendalian bunyi secara arsitektural mempunyai dua sasaran, yaitu : a. Menyediakan keadaan yang paling disukai untuk produksi, perambatan, dan penerimaan bunyi yang diinginkan di dalam ruang. b. Peniadaan atau pengurangan bising yang tidak diinginkan dan getaran yang cukup. Akustik diterapkan pada bangunan auditorium, area amphiteater, studio latihan, dan studio pada fasilitas bangunan pendidikan. Secara prinsip dinding latar belakang panggung dan sisi belakang penonton harus menggunakan bahan yang mampu menyerap sekaligus memantulkan bunyi yang dalam hal ini digunakan pelapis berupa karpet. Sementara dinding samping panggung, sepanjang sisi samping auditorium, serta langit-langit harus menggunakan bahan yang dapat memantulkan bunyi, dalam hal ini adalah material kayu. Bidang lantai diberi lapisan luar berupa karpet agar dapat menyerap bunyi. Namun permukaan luar lantai tetap menggunakan parket dengan tingkat kekerasan tertentu. Dengan begitu bunyi dari sumber bunyi dapat tersebar ke area penonton dengan merata karena adanya dinding pemantul suara di sisi samping auditorium. 4.5.5 Elektrikal Sumber listrik berasal dari PLN yang dialirkan ke gardu utama di Sukajadi dan didistribusikan ke zona hunian melalui gardu distribusi di Setrasari. Di dalam keadaan darurat, listrik dalam bangunan dapat disuplai dari generator sebanyak 2 pusat unit generator yang dapat dijalankan secara terpisah. Unit generator pertama ditujukan untuk mengakomodasi auditorium, sedangkan unit generator yang kedua ditujukan untuk mengakomodasi fungsi-fungsi pendukung. Auditorium Musik Klasik 92