REALITAS PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 JOGONALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat. disimpulkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki asumsi, karakteristik dan prosedur penelitian yang berbeda.1 Adapun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang

BAB III METODE PENELITIAN

PERSEPSI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM POSYANDU (Studi Kasus di Desa Madurejo, Prambanan, Sleman DIY)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah, Peneliti sebagai instrument pertama, bersifat deskriptif, lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dua macam penelitian, yaitu penelitian kuantitatif dan kualitatif. Keduanya

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

METODE PENELITIAN. mengungkapkan fenomena atau peristiwa sosial tertentu dan pemahaman atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, dan perilaku yang dapat diamati.

BAB III METODE PENELITIAN. dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pacitan. Pemilihan lokasi penelitian ini karena SMAN 1 Ngadirojo. berbagai prestasi yang diraih oleh siswa dan guru.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. (SMA) Muhammadiyah 1 Karanganyar yang beralamat di Jl. Brigjen Slamet

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Kemampuan Berbahasa Lisan Siswa Kelas IV SD Inpres Pandanwangi Kecamatan Toili Barat Kabupaten Banggai Melalui Media Gambar Denah

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa SPBU di atas adalah SPBU yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kata metoda (metodology) dan penelitian (research). Secara etimologi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis dan Pendekatan Penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara

BAB III METODE PENELITIAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IV SDN MOJOLUHUR

BAB III METODE PENELITIAN. Bandarlampung sebagai tempat penelitian ini karena sekolah ini merupakan salah

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan negara. Di negara-negara maju, pendidikan sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap peneliti selalu dihadapkan pada persoalan yang menuntut jawaban yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan untuk dapat memperoleh sumber data yang valid, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, karena memandu penelitian agar hasil dari penelitian benar-benar valid

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Asrifah Imami NIM : K BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

REALITAS PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA N 1 JOGONALAN RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Jangkung Dwi Prasetyo 06413244022 JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

REALITAS PEMBELAJARAN SOSIOLOGI SISWA DI SMA N 1 JOGONALAN Oleh: Jangkung Dwi Prasetyo dan Dr. Aman, M.Pd. ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui realitas pembelajaran sosiologi di SMA N I Jogonalan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang bersifat naturalistik. Sedangkan strategi yang digunakan mengingat penelitian tersebut sudah direncanakan secara terperinci dalam proposal sebelum peneliti terjun ke lapangan, maka strateginya yang cocok adalah embedded research (penelitian terpancang). Adapun langkahlangkahnya adalah 1) pengumpulan sumber melalui wawancara, dan teknik dokumentasi); 2) mereduksi data dengan tujuan untuk menyederhanakan dan mengkategorisasi data; 3) menyajikan data dalam bentuk deskripsi memorial; 4) menarik kesimpulan sebagai hasil interpretasi; 5) mengajukan rekomendasi berupa implikasi; dan 6) menyusun laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa realitas pembelajaran sosiologi di SMA N 1 JOGONALAN sudah baik. Guru sosiologi melakukan evaluasi secara berkelanjutan baik proses maupun hasil pembelajaran sosiologi. Unsur suasana pembelajaran yang menyangkut (motivasi belajar sosiologi, sikap siswa, kedisiplinan, aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran sosiologi) merupakan komponen yang menjadi perhatian guru sosiologi di samping hasil belajar sosiologi. Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala sekolah dan dua guru sosiologi, maka sistem evaluasi proses dan hasil belajar sangat cocok untuk diterapkan secara konsisten. Cocok dalam artian evaluasi yang menjadi wewenang guru dan satuan pendidikan ini akan memberikan informasi bagaimana perkembangan belajar peserta didik dalam mata pelajaran sosiologi. Untuk itu, yang harus mendapat perhatian lebih adalah efektivitas dan efesiensi serta kepraktisan sistem evaluasi yang diterapkan. Instrumen yang dikembangkan harus praktis dan mudah digunakan. Terlalu rumitnya sebuah instrumen akan mempersulit guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran, apalagi menyangkut proses yang cukup rumit untuk dinilai. Kata Kunci: Model, Evaluasi, Pembelajaran sosiologi A. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan agar peserta didik lebih siap bersaing dalam persaingan global nantinya. Usaha peningkatan pendidikan bisa ditempuh dengan meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan meningkatkan kualitas pembelajaran serta model evaluasi yang baik. Model evaluasi yang baik harus memenuhi prinsip-prinsip penilaian seperti yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan 1

pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidikan menggunakan berbagai teknik penilaian, yaitu berupa tes, observasi, penugasan baik secara perorangan ataupun secara kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan). Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan nasional, pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti halnya pengembangan dan penyempurnaan kurikulum, pengembangan materi pembelajaran, perbaikan model evaluasi, pengadaan buku dana alat-alat pelajaran, perbaikan sarana prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi guru, serta peningkatan mutu pimpinan sekolah (Diknas, 2001:3). Namun demikian, upaya tersebut sampai sekarang belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Kualitas pendidikan dipengaruhi beberapa faktor, seperti: guru, siswa, pengelola sekolah (Kepala Sekolah, karyawan dan Dewan/Komite Sekolah), lingkungan (orang tua, masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran, dan kurikulum (Edy Suhartoyo, 2005:2). Pada kenyataannya, praktek evaluasi yang sering di lakukan oleh guru di SMA N I Jogonalan pada saat ini hanya terfokus pada hasil bukan pada proses belajar, selain itu penilaian hanya dilakukan pada aspek pengetahuan dengan mengesampingkan aspek sikap dan keterampilan. Kebijakan tentang syarat kelulusan berdasarkan hasil ujian nasional mata pelajaran tertentu adalah bukti bahwa pencapaian hasil belajar lebih penting dibandingkan dengan penilaian proses belajar, nilai-nilai luhur seperti kejujuran dan kepedulian sosial yang terkandung dalam pendidikan hanyalah slogan yang Tidak pernah menjadi pusat perhatian evaluasi. Akibat lebih jauh adalah banyaknya kecurangan yang terjadi pada ujian nasional demi mencapai target 100% kelulusan, pembelajaran nilai-nilai spiritualitas dan sportifitas selama tiga tahun hancur hanya dalam tiga hari ujian nasional. Evaluasi yang dilakukan oleh guru SMA I jogonalan dilakukan dengan memberikan nilai tanpa ditindaklanjuti dengan pemberian komentar atau tanggapan atas hasil belajar siswa. Dengan model ini siswa tidak tahu pasti letak kelebihan dan kekurangannya sehingga ia tidak dapat meningkatkan kemampuan dan memperbaiki kelemahan yang selama ini dimilikinya. Realitas ini amat kontras apabila dibandingkan dengan esensi penilaian yang merupakan rangkaian kegiatan dalam usaha untuk memperoleh, menganalisis, dan 2

menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara modelatis dan berkesinambungan, sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, Realitas pembelajaran sebaiknya ditinjau bukan hanya terhadap hasil belajar, akan tetapi juga proses belajar maupun penilaian terhadap input itu sendiri. Penilaian terhadap hasil belajar selama ini di SMA I Jogonalan pada umumnya juga terbatas pada output, sedangkan outcome jarang tersentuh kegiatan penilaian. Keberhasilan program pembelajaran hanya diukur dan penilaian hasil belajar siswa, sedangkan bagaimana kualitas proses pembelajaran sosiologi yang telah berjalan kurang mendapat perhatian. B. Kajian Teori Nana Sudjana, A. Thabrani Rusyan (1989:168). mendefinisikan pembelajaran sebagai Suatu model atau lebih dikenal dengan model instruksional, menunjuk pada pengertian sekelompok atau seperangkat bagian atau komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu model senantiasa merupakan suatu keseluruhan atau totalitas dari semua bagian yang satu sama lain tidak dapat dipisah-pisahkan. Bruce Weil mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran, yang pertama yaitu proses pembelajaran merupakan bentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Yang kedua, berhubungan dengan tipe pengetahuan yang harus dimiliki seperti pengetahuan fisis, sosial, dan logika. Ketiga, dalam proses pembelajaran harus melibatkan keterlibatan lingkungan sosial. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Oemar Hamalik, 2001:28). Sedangkan Slameto (1998:2) mengungkapkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Proses belajar yang dilakukan individu akan memperoleh hasil belajar yang merupakan perubahan atau perkembangan dalam diri individu yang dapat berupa sikap,nilainilai,perilaku dan tingkat intelektualnya. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok (Syaiful bakri Djasmariah, 1994:20). Zaenal Arifin mengemukakan prestasi sebagai kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelsaikan suatu hal (Zaenal Arifin, 1990:3). Jadi, proses belajar 3

adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 1992: 22). Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilakukan telah tercapai, maka untuk itu dilakukan pengukuran prestasi belajar.mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran (bersifat kuatitatif). Pengertian menialai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kulitatif) (Suharsimi, 2000). Untuk mengukur prestasi belajar biasanya menggunakn tes pada saat akhir pembelajaran dan juga observasi selama peroses pembelajaran langsung. C. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Definisi penelitian kualitatif menurut Bogdan and Taylor adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Lexy.J, Moleong, 2006:4). Dengan menggunakan metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya (Hadari, Nawawi,1983:67). Penelitian ini dilakukan di SMA N I Jogonalan, Jl Raya Yogya-Solo Km 7/23 Jogonalan, Klaten penelitian dilakukan selama dua bulan (Maret-April 2013). Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Untuk itu, data-data kualitatif perlu ditafsirkan agar mendekati kebenaran yang diharapkan (Waluyo, 2000:20). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Informan atau nara sumber yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa dan guru sosiologi, tempat dan aktivitas pembelajaran sosiologi di SMA N I Jogonalan, serta teks yang berupa arsip dan dokumen resmi mengenai pelaksanaan program pembelajaran, kurikulum, alat tes, dan catatan-catatan lain yang relevan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Wawancara Mendalam (in-depth interviewing), Observasi Langsung dan Mencatat Dokumen (Content Analysis). Sedangkan peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk lebih memvalidkan data (Paton, 1980: 100). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif (Miles dan Huberman, 1984). Dalam model analisis ini, tiga komponen analisisnya 4

yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Secara skematis proses analisis interaktif ini dapat digambarkan sebagai berikut: D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dalam realitas pembelajaran di SMA 1 Jogonalan, guru melibatkan subjek siswa, guru, dan kepala sekolah sebagai responden. Subjek siswa yang diwawancarai sebanyak 10 siswa yang diambil pada kelas XI IPS A, XI IPS B dan XI IPS C. Sementara responden guru sosiologi sebanyak 1 orang dan kepala sekolah 1 orang. Berdasarkan hasil wawancara siswa terhadap realitas pembelajaran sosiologi di Di SMA I Jogonalan mengindikasikan bahwa: Guru sosiologi melakukan evaluasi secara berkelanjutan baik proses maupun hasil pembelajaran sosiologi. Unsur suasana pembelajaran yang menyangkut (motivasi belajar sosiologi, sikap siswa, kedisiplinan, aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran sosiologi) merupakan komponen yang menjadi perhatian guru sosiologi di samping hasil belajar sosiologi. Hal ini dibuktikan adanya format daya serap siswa dan prosentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka dapat diketahui pemahaman atau keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, memang kinerja guru sosiologi dalam evaluasi pembelajaran sosiologi di SMA N I Jogonalan ini sudah baik dan merangsang peserta didik untuk belajar. Guru cukup disiplin, dan cukup disegani oleh siswa (S3, Wawancara, 15 April 2013). Materi yang diajarkan menggunakan buku-buku yang telah distandarkan oleh BSNP sehingga wajar apabila siswa menilai materi yang ada sudah baik dan relevan untuk pembelajaran (Wawancara, 13 April 2013). Meski demikian, siswa 5

menganggap dengan jam pelajaran yang terbatas, materi pelajaran dianggap terlalu sarat dengan materi. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah terhadap kinerja guru sosiologi dalam menerapkan model evaluasi di Di SMA I Jogonalan sudah cukup baik. Guru melaksanakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan di sepanjang pelaksanaan pembelajaran yang menyangkut proses, dan pada hasil pembelajaran pada waktu ujian akhir semester. Kepala sekolah mengakui bahwa kinerja guru sosiologi telah menjalankan tugas dalam proses belajar mengajar sosiologi dengan baik. Penilaian terhadap guru sosiologi dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu semester. Rata-rata kinerja guru di Di SMA N I Jogonalan sudah baik dalam melaksanakan tugasnya (KS, Wawancara, 16 April 2013). Hasil penilaian siswa terhadap implementasi komponen dan indikator hasil Pembelajaran Sosiologi yang diselenggarakan di sekolah selama di SMA N I Jogonalan ini masih menonjolkan dimensi kognitif dibanding menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran. Salah satu penyebabnya adalah guru masih terfokus mengejar materi atau guru kadang kurang menguasai materi. Sedangkan hasil penilaian guru dengan melihat proses pembelajaran sosiologi yang selama ini dilaksanakan, bahwa meskipun kesadaran sosiologi siswa termasuk klasifikasi baik, tetapi sikap memahami fenomena di masyarakat siswa masuk dalam klasifikasi cukup. Penilaian proses dan hasil belajar yang dilaksanakan di kelas merupakan penilaian internal terhadap proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru di kelas atas nama sekolah untuk menilai kompetensi peserta didik pada tingkat tertentu pada saat dan akhir pembelajaran. Penilaian proses merupakan suatu kegiatan guru yang berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala sekolah dan dua guru sosiologi, maka model evaluasi proses dan hasil belajar sangat cocok untuk diterapkan secara konsisten. Cocok dalam artian evaluasi yang menjadi wewenang guru dan satuan pendidikan ini akan memberikan informasi bagaimana perkembangan belajar peserta didik dalam mata pelajaran sosiologi. Untuk itu, yang harus mendapat perhatian lebih adalah efektivitas dan efesiensi 6

serta kepraktisan model evaluasi yang diterapkan. Instrumen yang dikembangkan harus praktis dan mudah digunakan. Terlalu rumitnya sebuah instrumen akan mempersulit guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran, apalagi menyangkut proses yang cukup rumit untuk dinilai. E. Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini yaitu model evaluasi yang diterapkan oleh guru sosiologi di SMA I Jogonalan ini menerapkan model evaluasi formatif dan sumatif, yang lebih spesifikasi lagi adalah Model evaluasi proses dan hasil belajar sosiologi. Adapun komponen-komponen yang dievaluasi dalam proses pembelajaran sosiologi mencakup: sikap siswa terhadap pelajaran sosiologi, motivasi belajar sosiologi, kedisiplinan, tanggung jawab, dan aktivitas serta kreativitas dalam pembelajaran sosiologi. Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh guru sosiologi, berorientasi pada penguasaan berbagai kecakapan siswa baik yang akademik maupun yang non akademik. Penilaian proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh guru sosiologi ini merupakan penilaian internal (internal assessment). Di SMA N I Jogonalan ini model evaluasi atau penilaian proses dan hasil belajar ini sudah berjalan, namun demikian belum dilaksanakan secara komprehensif, serta belum didukung oleh adanya instrumen yang lengkap. Demikian juga dengan penilaian hasil belajar yang masih didominasi oleh penilaian yang sifatnya kognitif tetapi belum didukung oleh istrumen yang kredibel. Demi terciptanya mengenai realitas pembelajaran sosiologi di SMA N 1 Jogonalan yang lebih baik diharapkan SMA N 1 Jogonalan perlu memperbanyak model pembelajaran supaya siswa lebih tertarik sehingga akan dapat memperbaiki hasil belajar siswa. Selain itu penilaian proses perlu ditingkatkan, hal ini akan berpengaruh terhadap motivasi siswa karena tidak hanya hasilnya saja yang dinilai namun juga pada proses pelaksanaan pembelajaran. F. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Edy Suhartoyo. (2005). Pengalaman peningkatan mutu pendidikan melalui pengembangan budaya sekolah di SMAN 1 Kasihan Bantul. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Pengembangan Budaya Sekolah, tanggal 23 November 2005 di Universitas Negeri Yogyakarta.hlm,2 7

Hadari, Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Pontianak: UGM Press, 1983, Lexy.J, Moleong,2006. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, Miles, M.B. and Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourceboo of New Methods. Beverly Hills CA: Sage Publications. Nana Sudjana. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru, Nana Sudjana. (1992). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm.22-31 Oemar Hamalik. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Patton, M.Q. 1980. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills, CA.: Sage Publication. Slameto. 1998. Proses Belajar Mengajar dalam Model Kredit (SKS). Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, Suharsimi Arikunto. & Cepi Safruddin AJ. (2004). Evaluasi program pendidikan, panduan teoritis praktis bagi praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Waluyo, H.J. 2000. Hermeneutik Sebagai Pusat Pendekatan Kualitatif, dalam Historika, No.11. Surakarta: PPS UNJ KPK UNS. 8