KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PANJANG TERHADAP LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR PANAS PIPA KONSENTRIK. Budi Santoso *)

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE WL 110 MODEL CONSENTRIS TUBE MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

BAB I. PENDAHULUAN...

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

ANALISIS PENGARUH KECEPATAN FLUIDA PANAS ALIRAN SEARAH TERHADAP KARAKTERISTIK HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE. Nicolas Titahelu * ABSTRACT

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI PITCH COILED TUBE TERHADAP NILAI HEAT TRANSFER DAN PRESSURE DROP PADA HELICAL HEAT EXCHANGER ALIRAN SATU FASA

OPTIMASI KONDENSOR SHELL AND TUBE BERPENDINGIN AIR PADA SISTEM REFRIGERASI NH 3

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

ANALISIS PERHITUNGAN LAJU PERPINDAHAN PANAS ALAT PENUKAR KALOR TYPE PIPA GANDA DI LABORATORIUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER. ALAT DAN BAHAN - Alat Seperangkat alat Double Pipe Heat Exchanger Heater Termometer - Bahan Air

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

SIMULASI PERPINDAHAN PANAS GEOMETRI FIN DATAR PADA HEAT EXCHANGER DENGAN ANSYS FLUENT

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

OPTIMASI SHELL AND TUBE KONDENSOR DAN PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA AC UNTUK PEMANAS AIR

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

BAB II DASAR TEORI. Analisis perpindahan panas dapat dilakukan dengan metode Log Mean

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL SKRIPSI PROGRAM SARJANA. Endrid Gusman

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

Analisa Pengaruh Laju Alir Fluida terhadap Laju Perpindahan Kalor pada Alat Penukar Panas Tipe Shell dan Tube

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS SARJANA. Disusun oleh:

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

BAB IV PENGOLAHAN DATA

JURNAL SKRIPSI PROGRAM SARJANA. Erwin Firmansyah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

SIMULASI EFEKTIFITAS ALAT KALOR TABUNG SEPUSAT DENGAN VARIASI KAPASITAS ALIRAN FLUIDA PANAS, FLUIDA DINGIN DAN SUHU MASUKAN FLUIDA PANAS DENGAN ALIRAN

KAJIAN EXPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN NANOFLUIDA Al2SO4 PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTER FLOW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE

Analisa Unjuk Kerja Secondary Superheater PLTGU Dan Evaluasi Peluang Peningkatan Effectiveness Dengan Cara Variasi Jarak, Jumlah dan Diameter Tube

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

Analisa pengaruh variasi laju aliran udara terhadap efektivitas heat exchanger memanfaatkan energi panas LPG

EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN GROOVE. Putu Wijaya Sunu*, Daud Simon Anakottapary dan Wayan G.

ANALISA PENGARUH VARIASI LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP EFEKTIVITAS HEAT EXCHANGER MEMANFAATKAN ENERGI PANAS LPG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGER DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB lll METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIVITAS PENUKAR KALOR TIPE PLATE P41 73TK Di PLTP LAHENDONG UNIT 2

BAB II TEORI DASAR 2.1 Perancangan Sistem Penyediaan Air Panas Kualitas Air Panas Satuan Kalor

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh)

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR

PERPINDAHAN PANASPADA GAS TURBINE CLOSED COOLING WATER HEAT EXCHANGERDI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON

ANALISIS DAN SIMULASI KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

STUDI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA RADIATOR PADA SUMBER ENERGI PANAS PADA RANCANG BANGUN SIMULASI ALAT PENGERING

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Oleh: INDRA SETYAWAN NIM. I

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

PENGARUH VARIASI SUDUT STATIC MIXER TERHADAP KINERJA HEAT EXCHANGER

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

KAJI EKSPERIMENAL PENGARUH PANJANG ERHADAP LAJU PERPINDAHAN PANAS ALA PENUKAR PANAS PIPA KONSENRIK Budi Santoso *) Abstract: his research analyzed the effect of length to the performance of the concentric pipe heat exchanger in parallel flow and counter flow. hree meter of length in concentric pipe heat exchanger were used, where lubricant SAE 2W-5 flowed in the shell side and water is flowed in the tube side. he heat exchanger was also analyzed for parallel flow and counter flow of the cold fluid. After testing, the performance of the heat exchanger with each temperature measurement distance, for counter flow heat exchanger shorter theoretic length obtained compared to the parallel flow. he heat transfer coefficient obtained for counter flow in three different temperature distance 1 meter, 2 meter and 3 meter were 166.27 W/m 2.K, 128.45 W/m 2.K and 128.5 W/m 2.K, and for parallel flow 166.29 W/m 2.K, 128.5 W/m 2.K and 124.52 W/m 2.K respectively. he heat exchanger effectiveness obtained from the experiment in three different temperature measurements 1 meter, 2 meter and 3 meter were 5.9 %, 1 % and 14.3 % for counter flow, and for parallel flow 7.2 %. 11.4 % and 13 % respectively. Keywords: concentric pipe, heat exchanger, parallel flow, counters flow PENDAULUAN Dalam dunia industri menggunakan penukar panas. Alat penukar panas ini digunakan untuk memindahkan panas dari satu fluida ke fluida lain. Perpindahan panas dapat terjadi dengan cara bercampur dan tidak bercampur tergantung tipe/jenis alat penukar kalor. Dalam penelitian yang dilakukan (Mokamati, S.V. dan Prasad, R.., 1998) dengan penukar panas panjang 5 mm, diameter dalam tabung 7 mm, diameter luar tabung 8 mm, diameter dalam selongsong 13 mm dan diameter luar selongsong 14 mm, untuk fluida panas berada di dalam tabung dan fluida panas di luat tabung. Penelitain menggunakan FD ( omputational Fluid Dinamics) untuk mensimulasikan perpindahan panas dan rugi tekanan ( presure drop). Simulasi tersebut dilakukan pada rentang Bilangan Reynolds dengan memberikan variasi kecepatan fluida panas dari 3 m/s s.d. 1 m/s, *)Staf Pengajar Jurusan eknik Mesin F UNS sedangkan fluida dingin dijaga pada kecepatan 6 m/s..hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien perpindahan panas semakin besar dengan semakin besarnya harga bilangan Reynolds. Menurut (horud, B., 23) Yang melakukan penelitian tentang penukar panas dan ejektor SOF G (system of solid oxide fuel cells and a gas turbine) mengemukakan bahwa penukar panas paling sederhana adalah tipe tabung konsentrik, dari penelitian tersebut diketahui bahwa pada aliran searah temperatur keluar fluida dingin tidak akan dapat melebihi emperatur fluida panas keluar, hal tersebut berbeda dengan aliran berlawanan, jika tidak ada batasan panjang maka aliran berlawanan memiliki kemungkinan temperatur keluar fluida dingin dapat melebihi temperatur keluar fluida panas. Oleh sebab itu aliran berlawanan adalah desain yang paling bagus. Percobaan untuk mengetahui pengaruh dari panjang sebuah penukar panas terhadap

laju perpindahan panas pada penukar panas (heat exchanger) pipa ganda (konsentrik) dan perbandingan effektivitas perpindahan panas antara penukar panas aliran sejajar dan berlawanan arah. Batasan permasalahan adalah (1) f luida kerja adalah fluida incompresible, dengan fluida panas adalah minyak oli SAE 2W-5 dalam kondisi baru dan fluida dingin adalah air, (2) p engambilan data dilakukan pada kondisi aliran dan temperatur steady, (3) seksi uji adalah penukar panas (heat exchanger) berupa pipa ganda (konsentrik) selongsong dan tabung (shell and tube) horizontal, (4) p enelitian dilakukan dengan variasi jarak pengambilan data temperatur pada satu meter, dua meter dan tiga meter sepanjang penukar panas (heat exchanger), (5) p enelitian dilakukan dengan aliran sejajar (parallel flow) dan aliran berlawanan arah (counter flow), (6) alat penukar panas diisolasi dari lingkungan, dimana diharapkan panas yang yang hilang ke lingkungan dapat seminimal mungkin sehingga diharapkan pula hanya terdapat perpindahan panas antara fluida panas dan dingin, (7) k onduksi pada arah aksial dari tabung diabaikan, (8) p erubahan energi potensial dan energi kinetik diabaikan, (9) tidak ada perubahan fase dalam fluida, (1) aliran fluida sisi selongsong (Oli) secara gravitasi. LANDASAN EORI Mekanisme perpindahan panas dari penukar panas pipa ganda aliran searah (parallel flow) dan aliran berlawanan ( counter flow) dapat dilihat pada Gambar 1. dan Gambar 2. Panas yang dipindahkan dapat dituliskan sebagai, dq = -m.cp,h.dh = m.cp,c.dc (1) Dapat pula dinyatakan dengan dq = U (h-c) da (2) Gambar 1. Perpindahan panas pada penukar panas pipa ganda aliran searah h c A h c h c, h c dq h - h, da d c - h, d d h, c - d dx h, d c, dq dx h, d d x x Gambar 2. Perpindahan panas pada penukar panas pipa ganda aliran berawanan arah atau, q UA LMD (3) dan ( h2 c 2 ) ( h 1 c 1) LMD ln(( ) /( )) h2 d d h, d h h - d c, c2 Heat ransfer Heat ransfer h c h1 h c, c1

Efektifitas suatu penukar panas ( heatexchanger effektivenes) didefinisikan sebagai berikut, Effektifitas perpindahan panas nyata perpindahan panas yang mungkin mudah dalam bongkar pasang. Pasa sistem perpipaan fluida panas terdapat tiga buah katup untuk pengaturan fluida, seperti diperlihatkan pada Gambar 3. perpindahan panas nyata ( actual) dihitung dari energi yang dilepaskan oleh fluida panas atau energi energi yang diterima oleh fluida dingin. Untuk penukar panas aliran searah (parallel flow) dirumuskan sebagai berikut, q m c ) m c ( ) (4) h h( hi ho c c co ci untuk aliran berlawanan arah (counter flow): q m c ( ) m c ( ) (5) h h hi ho Perpindahan panas maksimum dari suatu alat penukar panas diperoleh bila salah satu fluida mengalami perubahan suhu mengalami beda suhu maksimum yang terdapat dalam penukar panas tersebut, yaitu selisih fluida masuk dari fluida panas dan fluida dingin. Fluida yang memiliki beda suhu maksimum adalah fluida yang memiliki harga mc-nya minimum, hal ini disebabkan pada kesetimbangan energi mensyaratkan bahwa energi yang diterima fluida sama dengan energi yang dilepas oleh fluida yg lain. Sehingga persamaan untuk perpindahan panas maksimum diperoleh : q mc) ( ) (6) maks ( min h masuk cmasuk fluida minimum dapat terjadi pada fluida panas maupun fluida dingin tergantung dari laju aliran massa dan panas-spesifiknya. Efektivitas suatu penukar panas adalah, q (7) q max c c ci co Gambar 3. Sistem perpipaan fluida panas Untuk fluida dingin pipa yang digunakan adalah pipa PV, seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Gambar 4. Sistem perpipaan fluida dingin Untuk mengetahui temperatur ini digunakan thermocouple tipe K dengan dilengkapi satu set personal komputer (P) untuk display data yang diperoleh. hermocouple dipasang pada jarak m, 1 m, 2 m, dan 3 m, seperti terlihat pada Gambar 5. PERALAAN Untuk fluida panas pipa yang digunakan adalah pipa besi ¾ dengan sambungan berupa sambungan ulir dengan maksud agar Gambar 5. Penempatan hermocouple

Parameter-parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah (1) temperatur Oli masuk (hi), (2) temperatur Oli keluar (ho), (3) temperatur air masuk (ci), (4) temperatur air keluar (co), (5) debit aliran oli (mt), dan (6) debit aliran air, (ms) 7 6 5 q 4 (W ) 3 2 1 air HASIL DAN PEMBHANSAN Dari pengujian aliran berlawanan dan aliran sejajar diperoleh rata-rata temperatur pada tiap-tiap titik pengambilan data seperti terlihat pada Gambar 6a dan Gambar 6b. emperatur ( ' ) 9 8 7 6 5 4 3 2 81.3 78.5 76.5 75 34.5 33.9 33.5 33.3 Fluida dingin Fluida Panas q (W) X (m) minyak oli Gambar 7a. Grafik hubungan panjang panas pada aliran berlawanan, 7 6 5 4 3 1 4 x ( m ) Gambar 6a. Grafik hasil pengujian temperatur untuk aliran berlawanan 2 1 x (m) air minyak oli emperatur ( ' ) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 8.9 77.4 32.6 33.3 33.7 33.8 4 x ( m ) 75.4 74.6 Fluida dingin Fluida Panas Gambar 6b. Grafik hasil pengujian temperatur untuk aliran sejajar q (W) Gambar 7b. Grafik hubungan panjang panas pada aliran sejajar 6 5 4 3 2 1 x (m) ounter Flow Pararel Flow Gambar 7c. Grafik hubungan panjang panas air untuk aliran searah dan berlawanan,

q (W) 7 6 5 4 3 2 1 ounter Flow Pararel Flow tersebut mengakibatkan perbedaan temperatur ( ) menjadi lebih kecil. Pada penukar panas aliran berlawanan temperatur air yang memasuki penukar panas adalah 33.3 o, sedangkan temperatur air yang memasuki penukar panas aliran sejajar adalah 32.6 o seperti terlihat pada Gambar 6a. dan 6b. X (m) 16 Gambar 7d. Grafik hubungan panjang panas minyak oli untuk aliran searah dan berlawanan Dari Gambar 7 terlihat bahwa semakin panjang penukar panas maka laju perpindahan panas akan makin besar, hal ini dikarenakan semakin panjang penukar panas maka luas permukaan kontak akan semakin besar, kondisi ini mengakibatkan temperatur keluar ( hi) minyak oli akan makin turun dan temperatur air ( co) akan bertambah naik sehingga selisih beda temperatur akan makin besar untuk masing masing fluida. Dari Gambar 7 juga terlihat laju perpindahan panas pada penukar panas aliran sejajar lebih tinggi dari penukar panas aliran berlawanan, Laju perpindahan panas pada aliran berlawanan pada panjang 1 meter 275,48 W untuk air dan 28,31 W untuk oli, pada panjang 2 meter 459,14 W untuk air dan 479,4 W untuk oli, pada panjang 3 meter 551,5 W untuk air dan 628,6 W untuk oli. Laju perpindahan panas pada aliran sejajar panjang 1 meter 321,4 W untuk air dan 349,9 W untuk oli, pada panjang 2 meter 55,1 W untuk air dan 548,5 W untuk oli, pada panjang 3 meter 551 W untuk air dan 628 W untuk oli. Hal ini dikarenakan pada aliran berlawanan temperatur air yang memasuki penukar panas lebih tinggi dibandingkan dengan yang akan memasuki penukar panas aliran sejajar, hal effektivitas (%) 14 12 1 8 6 4 2 X (m) ounter Flow Pararel Flow Gambar 8. Grafik hubungan dimensi panjang dengan effektivitas penukar panas Dari Gambar 8 terlihat bahwa semakin panjang penukar panas maka effektivitas akan makin meningkat hal tersebut dikarenakan semakin bertambah panjang penukar panas maka beda temperatur yang dihasilkan akan makin besar, hal tersebut menyebabkan laju pendinginan oli (q oli) akan makin besar sedangkan perubahan pada laju pendinginan maksimum (q max) hanya dipengaruhi oleh konduktivitas termal dari minyak oli, karena temperatur masing masing fluida yang akan memasuki penukar panas tidak mengalami perubahan sehingga perubahan yang terjadi pada laju pendinginan maksimum (qmax) ini tidak terlalu signifikan. Dari hasil perhitungan effektivitas yang di tunjukkan pada Gambar 8. terlihat bahwa pada panjang penukar panas 1 meter dan 2 meter penukar panas aliran sejajar memiliki harga effektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan penukar panas aliran berlawanan, sedangkan pada panjang 3

meter penukar panas aliran berlawanan lebih tinggi dibandingkan aliran sejajar. Seperti yang telah di utarakan sebelumnya dari penukar panas diperoleh hasil untuk aliran sejajar pada panjang 1 meter adalah 5,9 %, untuk 2 meter adalah 1 % dan untuk 3 meter diperoleh harga 14,3 %. Sedangkan untuk aliran berlawanan diperoleh hasil pada panjang penukar panas 1 meter adalah 7,2 %, untuk 2 meter 11,4 % dan untuk 3 meter 13 %. KESIMPULAN Dari hasil-hasil yang di paparkan di atas terlihat bahwa pada penukar panas aliran sejajar memiliki harga effektivitas yang lebih tinggi dari aliran berlawanan, hal ini dikarenakan pada aliran berlawanan air yang akan memasuki penukar panas melewati tepat diatas boiler sehingga menyebabkan temperatur air yang akan memasuki penukar panas naik dan mengakibatkan effektifitas penukar panas aliran berlawanan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan aliran sejajar. Pengaruh dari temperatur masuk ini makin lama akan makin berkurang sehingga pada panjang 3 meter diperoleh efektivitas penukar panas berlawanan lebih tinggi dari penukar panas aliran sejajar. Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan bahwa laju pendinginan minyak oli akan bertambah seiring dengan pertambahan panjang penukar panas. Laju pendinginan pada aliran berlawanan pada titik 1 meter 28,31 W, pada titik 2 meter 479,4 W, pada titik 3 meter 628,6 W. Laju pendinginan pada aliran sejajar titik 1 meter 349,9 W, pada titik 2 meter 548,5 W, pada titik 3 meter 628 W. Efektivitas perpindahan panas dari penukar panas ( heat exchanger) jenis pipa konsektrik akan meningkat seiring dengan panjang dari penukar panas. Pada penukar panas aliran sejajar pada panjang 1 meter adalah 5,9%, untuk 2 meter adalah 1 % dan untuk 3 meter diperoleh harga 14,3%. Sedangkan untuk aliran berlawana diperoleh hasil pada panjang penukar panas 1 meter adalah 7,2 %, untuk 2 meter 11,4 % dan untuk 3 meter 14 %. UAPAN ERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Sukirno dan Metri yang telah membantu terlaksananya penelitian ini dan Program Semi-Que IV yang telah memberikan dukungan peralatan. DAFAR PUSAKA Holman, J.P. 1994, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta Incropera, F.D. 1996, Fundamental Heat and Mass ransfer, John Wiley and Sons, anada. Kreith Frank, 1997, Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas, Erlangga, Jakarta Saunders, E.A.D, 1988, Heat Exchanger Selection, Design And onstruction, Longman Grup UK Limited, England. he American Society for esting Material, 1978 Annual Handbook of ASM Standart, Part 1 Mokamati, S.V. and Prasad, R.., 1998. Numerical Simulation of Fluid Flow and Heat ransfer In a oncentric ube Heat Exchanger, University of British olumbia, Vancouver, B, anada. horud, B. 23, Heat exchangers and ejectors for the SOF-G system, he Norwegian University of Science and echnology.