Achmad Irmansyah Universitas Terbuka ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

PEMBELAJARAN PENGURANGAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DI KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk. pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

P 9 Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel Di SMP Kelas Vii

Kata Kunci: Pendidikan Matematika Realistik, Hasil Belajar Matematis

Pembelajaran Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Melalui Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA

Penguasaan dan pengembangan Ilmu

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERHITUNG BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

Oleh : Qomaria Amanah Mahasiswa S1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

PENGEMBANGAN MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUM LIMAS YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK PMRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 PALEMBANG

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Oktober 2016, Vol. 1, No.1. ISSN:

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MELALUI PENDEKATAN PMR DALAM POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS. FMIPA UNP,

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh: SASMITASARI E1R

II. KAJIAN TEORI. Perkembangan sebuah pendekatan yang sekarang dikenal sebagai Pendekatan

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENGAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMR BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL KELAS VII

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR)

Pembelajaran Matematika Realistik Sebagai Sebuah Cara Mengenal Matematika Secara Nyata

PENANAMAN NORMA-NORMA SOSIAL MELALUI INTERAKSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PMRI DI SEKOLAH DASAR

ABSTRAK DAN OUTLINE EXECUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.1, Februari 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Binti Anisaul Khasanah 1, Siti Khoiriah 2

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOTITION) PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN NILAI TEMPAT (RATUSAN, PULUHAN, DAN SATUAN) DENGAN COOPERATIVE LEARNING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

MODEL PEMBELAJARAN RME ( REALISTICS MATHEMATIC EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI KRAPYAK 2 TAHUN AJARAN

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DIRRECT INSTRUCTION DENGAN STRATEGI MOTIVASI ARCS PADA MATERI GRAPH

Oleh : Muhamad Toyib K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI HIMPUNAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS V SD NEGERI 2 AMBON

Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MELALUI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN CACAH MELALUI PENDEKATAN RME DI KELAS I

RAHMAT FAUZI NIM. K

Nawal Ika Susanti Institut Agama Islam Darussalam (IAIDA) Banyuwangi Miftachul Fauzi. Abstrak

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MENGGUNAKAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

Key Words: Accelerated learning, student s achievement, Linier Program

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KARANGTANJUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PERKALIAN

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh

PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

PENERAPAN METODE PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Ana Susana SMK 1 Kawung Surabaya

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 17 Parepare

HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MATERI POKOK KINEMATIKA DI KELAS XI IPA MAN I PEKANBARU

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN PMRI PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL UNTUK SMP KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika Jurusan PMIPA FKIP UHO.

PROSIDING ISBN :

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK KELAS IV SDN 48 KETANJAK MELIAU ARTIKEL PENELITIAN.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR LUAS BANGUN SEGIBANYAK SEDERHANA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KONKRIT

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)

PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

Ely Syafitri, S.Pd Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 26 MAKASSAR.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS I MEKAH I SDIT MARHAMAH MUARALABUH SOLOK SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali

PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-H SMP NEGERI 7 MALANG

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

DESAIN ATURAN SINUS DAN ATURAN COSINUS BERBASIS PMRI

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR K3LH MELALUI PEMBERIAN KUIS PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 MARE KABUPATEN BONE

PEMBELAJARAN PMRI. Oleh Muhammad Ridhoni (Mahasiswa Magister Pend. Matematika Universitas Sriwijaya, Palembang)

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PMR PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII SMPN 2 KEPOHBARU BOJONEGORO

Dina Safitri, Masjudin, Eliska Juliangkary Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA DAN AKTIVITAS GURU PADA MATERI BIOTEKNOLOGI PANGAN KELAS IX MTs MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PEMBELAJARAN MATERI LUAS PERMUKAAN BALOK DAN KUBUS DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POLA BILANGAN

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATEMATIC EDUCATION (RME ) TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD Achmad (achmad@ut.ac.id) Irmansyah Universitas Terbuka ABSTRACT The research purpose was to describe the successfulness of Realistic Mathematic Education Model which was based on the completion aspect of students learning result, students activity level, teacher s ability to manage learning, and students response toward the model applied in this research. This research was conducted toward the third year students of SD Islam Terpadu which consist of 25 students. In gathering data, pen and paper test technique was used to measure students achievement. Observation was done to know students activities and teacher s ability in manage learning.questioner was also given to know the students perceptions toward the model applied. Statistic and descriptive analysis were used to analyze the data. The research finding showed that the students activities were not effective, while the teacher s ability in managing learning was effective. In the end, standard for students achievement were not reached. On the other hand, students responses toward the model applied were positive. Keywords: Realistic Mathematic Education, students perception Masalah pendidikan matematika selalu menjadi sorotan, karena masih rendahnya prestasi belajar siswa pada bidang studi tersebut. Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di Indonesia telah lama dilaksanakan, namun keluhan tentang kesulitan belajar matematika masih saja terus dijumpai. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika bukan semata-mata karena materi yang sulit, tetapi bisa juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang dilaksanakan. Betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang diberikan belumlah menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan matematika yang diinginkan. Salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses belajar yang dilaksanakan (Sudjadi,2001a). Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada umumnya masih terpusat pada guru, bukan pada siswa. Dalam pengajaran matematika guru cenderung mentransfer pengetahuan yang mereka miliki ke dalam pikiran siswa. Siswa sering diposisikan sebagai orang yang tidak tahu apa-apa yang hanya menunggu apa yang guru berikan (Ratumanan, 2000). Dalam kurikulum matematika sekolah di Indonesia dan dalam pembelajarannya selama ini terpateri kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/ teorema/definisi (2) diberikan contoh-contoh dan (3) diberikan latihan soal-soal. (Soedjadi, 2001a). Kebiasaan pembelajaran semacam ini menyebabkan guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, sementara siswa hanya menjadi pendengar dan pencatat yang baik. Hasilnya adalah siswa yang kurang mandiri, tidak berani

Jurnal Pendidikan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2011, 33-40 mengemukakan pendapat sendiri, selalu meminta bimbingan guru, dan kurang gigih melakukan ujicoba dalam menyelesaikan masalah matematika, sehingga pengetahuan yang dipahami siswa hanya sebatas apa yang diberikan guru. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya memberikan arahan kepada siswa tentang bagaimana siswa harus belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Weinstein dan Meyer (dalam Arends, 1997) bahwa: good teaching includes teaching students how to learn, how to remember, how to think, and how to motivate themselves. Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai fasilitator dan motivator untuk mengoptimalkan belajar siswa. Ratumanan (2000) menyarankan agar guru berpandangan bahwa matematika merupakan proses, sehingga pengajaran matematika merupakan suatu usaha membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga pengetahuan tersebut terkonstruksi kembali. Dalam pandangan konstruktivis, mengajar bukanlah meneruskan pengetahuan dari kepala guru ke kepada siswa, tetapi mengajar adalah proses negosiasi makna. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif, sedangkan siswa dipandang sebagai bagian yang aktif dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri. Salah satu ciri lingkungan belajar yang beraliran konstruktivis adalah jika dalam mengajar guru mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistis dan relevan serta melibatkan siswa baik secara emosional maupun sosial agar pembelajaran matematika menjadi menarik dan menyenangkan (Hudoyo, 1998). Selanjutnya Burril (1997) mengemukakan bahwa: Good teaching is not making learning easy!, is not making hard either. Students, teachers, parents, and administrators should understand that good teaching means that students are actively engaged in the learning process. Students are involved with problems, they struggle with ideas, and they take part in the dialogue. Model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang menuntut siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dengan kemampuannya sendiri melalui aktivitas yang dilakukannya dalam kegiatan pembelajaran. Ide utama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran RME adalah siswa harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinventing) konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Prinsip menemukan kembali berarti siswa diberi kesempatan menemukan sendiri konsep matematika dengan menyelesaikan berbagai soal kontekstual yang diberikan pada awal pembelajaran. Berdasarkan soal, siswa membangun model berdasarkan situasi kemudian menyelesaikan hingga mendapatkan pengetahuan formal matematika (Gravemeijer, 1994). Selain itu dalam pandangan ini, matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran matematika harus dikaitkan dan menjadi bagian dari kegiatan manusia sehari-hari (Gravemeijer, 1994). Upaya untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika ini dilakukan dengan memanfaatkan realita dan lingkungan yang dekat dengan anak. Soedjadi (2001a) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik daripada masa yang lalu. Lebih lanjut Soedjadi (2001a) menjelaskan yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. 34

Achmad, Efektifitas Pembelajaran Matematika Model Pembelajaran RME telah dikembangkan di Belanda selama kurang lebih 30 tahun, dan menunjukkan hasil yang baik. RME juga dikembangkan di beberapa negara lain seperti USA (yang dikenal dengan Mathematics in Context), Afrika Selatan, Malaysia, Inggris, Brazil, dan lain-lain (Fauzan, 2001). Laporan dari TIMMS (Third International Mathematics and Science Study) menyebutkan bahwa berdasarkan penilaian TIMSS, siswa di Belanda memperoleh hasil yang memuaskan baik dalam ketrampilan komputasi maupun kemampuan pemecahan masalah (dalam Yuwono, 2001). Belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi karena matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif (Hudojo, 1988). Belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar berkenaan dengan ideide, struktur-struktur yang diatur menurut urutan yang logis. Proses pembelajaran matematika dengan RME menggunakan masalah kontekstual (contextual problems) sebagai titik awal dalam belajar matematika. Dalam hal ini siswa melakukan aktivitas matematisasi horisontal, yaitu siswa mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek matematika yang ada pada masalah tersebut. Siswa bebas mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menyelesaikan masalah kontekstual dengan caranya sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki. Kemudian siswa dengan bantuan atau tanpa bantuan guru, menggunakan matematisasi vertikal (melalui abstraksi maupun formalisasi) tiba pada tahap pembentukan konsep. Setelah dicapai pembentukan konsep, siswa dapat mengaplikasikan konsepkonsep matematika tersebut kembali pada masalah kontekstual, sehingga memperkuat pemahaman konsep. Gravemeijer (1994) mengemukakan bahwa terdapat tiga prinsip kunci dalam model pembelajaran RME yaitu (a) Petunjuk menemukan kembali/matematisasi progresif (guided reinvention/progessive mathematizing), (b) Fenomena yang bersifat mendidik (didactical phenomenology), (c) Mengembangkan model sendiri (Self developed models). Dalam menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri, sehingga dimungkinkan muncul berbagai model buatan siswa. Model-model tersebut diharapkan akan berubah dan mengarah kepada bentuk yang lebih baik menuju ke arah pengetahuan matematika formal, sehingga diharapkan terjadi urutan pembelajaran seperti berikut masalah kontekstual model dari masalah kontekstual tersebut model ke arah formal pengetahuan formal (Soedjadi, 2001b). Berdasarkan prinsip dan karakteristik model pembelajaran RME maka yang menjadi cirri-ciri dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut (Nur, 2000). 1. Pembelajaran dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan berbasis pada pengalaman yang telah dimiliki siswa. 2. Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu aktivitas atau eksplorasi. 3. Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan pada komputasi dan hanya mementingkan langkah-langkah prosedural serta keterampilan, melainkan penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah. 4. Siswa mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami matematika dengan penalaran. 5. Siswa belajar matematika dengan pemahaman secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan awal. 35

Jurnal Pendidikan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2011, 33-40 6. Dalam pembelajaran siswa dilatih untuk megikuti pola kerja, intuisi coba salah dugaan/spekulasi hasil. 7. Terdapat interaksi yang kuat antara siswa yang satu dengan siswa lainnya. 8. Memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas penerapan model pembelajaran RME dalam pembelajaran matematika. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (a) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran RME, (b) Respon siswa terhadap model pembelajaran RME, (c) pencapaian ketuntasan belajar siswa yang belajar dengan RME. Melalui penelitian ini, diharapkan bahwa informasi efektivitas pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran RME dapat dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran matematika, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan matematika melalui peningkatan aktivitas siswa dan minat siswa dalam belajar. METODOLOGI Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Islam Terpadu Kota Pontianak yang berjumlah 25 siswa. Prosedur penelitian ini terdiri dari: (a) tahap persiapan yakni mengembangkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dan melakukan ujicoba perangkat pembelajaran dan instrument, (b) tahap pelaksanaan yakni memberikan pre-test, melaksanakan pembelajaran RME, memberikan post-test, mengobservasi kemampuan guru dan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan, dan memberikan angket kepada siswa tentang persepsi mereka, (c) tahap analisis data yaitu menganalisis data pre-test dan post-test, menganalisis data kemampuan guru, dan menganalisis data angket. Selanjutnya pelaporan hasil dilakukan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi kemampuan guru mengelola pembelajaran dengan RME, deskripsi respon siswa terhadap pembelajaran RME dan deskripsi ketuntasan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran RME dalam kerangka pembelajaran tatap muka. Deskripsi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Matematika Metode RME Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan rata-rata kemampuan guru mengelola pembelajaran mulai dari tahap pendahuluan, tahap kegiatan inti sampai tahap mengakhiri pembelajaran, sebanyak 4 pertemuan. Data kemampuan guru mengelola pembelajaran dianalisis dengan menghitung ratarata setiap aspek yang diamati dalam mengelola pembelajaran dari empat kali pertemuan. Selanjutnya nilai rata-rata tersebut dikonversikan dengan kriteria: nilai 1,00-1,49 = tidak baik; nilai 1,50-2,49 = kurang baik; nilai 2,50-3,49 = baik; dan nilai 3,50-4,00 = sangat baik. Kemampuan guru mengelola pembelajaran dikatakan efektif, bila rata-rata nilai setiap aspek yang diamati dalam mengelola pembelajaran dari empat kali pertemuan termasuk kategori baik atau sangat baik. Dari tabel 1 terlihat bahwa rata-rata nilai setiap aspek yang diamati dalam mengelola pembelajaran dari empat kali pertemuan termasuk dalam kategori baik atau sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam mengelola pembelajaran RME tergolong efektif. 36

Achmad, Efektifitas Pembelajaran Matematika Tabel 1. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran RME Kategori Pengamatan Pertemuan ke - Ratarata Ket I II III IV Pendahuluan 1. Memotivasi/ mengkomunikasikan 1 3 3 4 2,5 Baik tujuan pembelajaran 2. Menghubungkan materi dengan 2 4 3 4 3,25 Baik materi sebelumnya Kegiatan inti 1. Memberikan masalah kontekstual. 3 3 4 3 3,25 Baik 2. Mengarahkan siswa untuk menemukan dan cara menjawab soal dengan memberi petunjuk seperlunya. 2 3 2 3 2,5 Baik 3. Mengamati cara siswa 3 3 3 4 3,25 Baik menyelesaikan masalah secara bergiliran 4. Mendorong siswa untuk membandingkan jawaban antar siswa dalam kelompok 2 2 3 3 2,5 Baik 5. Mendorong siswa untuk mengemukakan ide atau menanggapi ide siswa lain dalam diskusi kelas. 3 3 3 3 3 Baik 5. Menghargai berbagai penda-pat. 3 3 3 3 3 Baik 6. Mengendalikan negoisasi 2 3 2 3 2,5 Baik 7. Mengarahkan siswa untuk 2 4 4 4 3,5 Sangat Baik menarik kesimpulan suatu prosedur / konsep. 8. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan siswa 2 3 2 3 2,5 Baik Penutup 1. Menegaskan kembali kesimpulan 4 4 4 4 4 Sangat Baik materi. 2. Memberikan tugas rumah 4 4 4 4 4 Sangat Baik Pengelolaan Waktu 3 2 3 3 2,75 Baik Suasana Kelas 1. Antusias siswa 3 3 3 4 3,25 Baik 2. Antusias guru 3 3 3 4 3,25 Baik 37

Jurnal Pendidikan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2011, 33-40 Deskripsi Respon Siswa terhadap Pembelajaran Dalam beberapa pustaka telah disebutkan bahwa pembelajaran matematika dengan metode RME akan lebih menarik dibandingkan dengan metode ekspositori yang biasa dilakukan. Untuk itu perlu diketahui bagaimana pendapat siswa terhadap metode ini. Tabel 2 menunjukkan tanggapan atau pendapat siswa terhadap pembelajaran cara RMEyang dikelompokkan dalam kategori senang dan tidak senang terhadap komponen mengajar yang terkait dengan materi, buku siswa, suasana belajar di kelas, dan cara guru mengajar. Dari Tabel 2 tersebut ternyata sebagian besar siswa (72% sampai 100%) senang dengan cara pembelajaran RME. Tabel 2. Pendapat Siswa Terhadap Cara Pembelajaran RME atas Beberapa Komponen Pembelajaran Komponen pembelajaran Senang Tidak senang Materi pelajaran Buku siswa Suasana belajar di kelas Cara guru mengajar 96% 100% 72% 100% 4% 0% 28% 0% Dalam penelitian ini siswa juga ditanya apakah metode pembelajaran RME tersebut menurut mereka tergolong baru atau tidak baru. Hasilnya tertera pada Tabel 3. Ternyata sebagian besar siswa menganggap pendekatan pembelajaran tersebut adalah baru bagi mereka. Terbukti bahwa selama ini sebagian besar siswa belum mengenal cara pembelajaran matematika dengan RME. Tabel 3. Pendapat Siswa Terhadap Kebaruan dari Komponen Pembelajaran RME Keterangan Baru Tidak baru Materi pelajaran Buku siswa Suasana belajar di kelas Cara guru mengajar 84% 88% 68% 96% 16% 12% 32% 4% Berkaitan dengan prospek pembelajaran RME selanjutnya, tampaknya ditanggapi dengan positip oleh siswa. Ketika ditanyakan apakah siswa berminat mengikuti kegiatan belajar berikutnya seperti yang telah diikuti sekarang ini, yaitu dengan metode RME, 84% siswa menjawab berminat. Sisanya (16%) menjawab tidak berminat. Walaupun yang tidak berminat relatif sedikit, namun hal ini juga perlu menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru kelas, karena ternyata tidak semua siswa memiliki gaya belajar dan preferensi yang sama. Pembelajaran matematika dengan metode RME juga menggunakan buku siswa yang dirancang secara khusus sebelumnya. Berkaitan dengan buku siswa tersebut, dicari tahu pula pendapat siswa terhadap buku ini mengenai bahasa yang digunakan dan penampilan buku secara umum. Hasilnya tertera pada Tabel 4. Ternyata buku siswa juga mendapat respons yang positif. Sebagian besar siswa dapat memahami bahasa yang digunakan (96%), dan sebagian besar pula tertarik pada penampilan buku siswa tersebut (84%). 38

Achmad, Efektifitas Pembelajaran Matematika Tabel 4. Komentar Siswa Terhadap Keterbacaan dan Penampilan Buku Siswa Keterangan Ya Tidak a. Apakah kamu dapat memahami bahasa yang digunakan dalam buku siswa? b. Apakah kamu tertarik pada penampilan (tulisan, gambarnya, letak gambarnya) yang terdapat pada buku siswa 96% 84% 4% 16% Ketuntasan belajar siswa Setelah mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode RME maka perbandingan nilai pre-test dan post-test adalah sebagaimana tertera pada Tabel 5. Dengan pembelajaran RME terjadi kenaikan skor rata-rata siswa dari 11,12 menjadi 19,12 dari skor maksimum 30. Jumlah siswa yang tuntas belajar juga meningkat dari 8 orang menjadi 33 orang, dari keseluruhan 44 orang siswa. Dilihat dari tes hasil belajar, seperti yang tercantum pada Tabel 5, persentase ketuntasan hasil belajar setelah diberikan pembelajaran MRE adalah 75%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran ini belum mencapai ketuntasan klasikal. Menurut observasi, ada beberapa hal yang menyebabkan ketidak tercapaian ketuntasan belajar. Antara lain guru belum bisa mengakomodasi dan mengarahkan pendapat siswa yang berbeda-beda. Pada hal dalam pembelajaran RME diperlukan kreativitas dan kemampuan guru dalam kegiatan tersebut. Selain itu, ketika siswa mengerjakan tugas guru sering memberikan petunjuk yang terlalu berlebihan, sehingga kreativitas siswa dalam mengerjakan tugas dengan caranya sendiri, terbatas dan tidak berkembang.walaupun ketuntasan secara klasikal tidak tercapai, namun jika dilihat dari ketuntasan sebelum diterapkan model pembelajaran RME telah terjadi kenaikan ketuntasan belajar sebesar 57% menurut pendapat guru yang diobservasi. Tabel 5.Tes Hasil Belajar PRETES POSTES Rata-rata skor (skor maximal 30) 11,12 19,12 Jumlah siswa yang tuntas (dari 44 orang siswa) 8 33 Persentase Ketuntasan 18 % 75 % Untuk mendeskripsikan ketuntasan belajar siswa digunakan nacuan KKM yang termuat dalam KTSP tahun 2008. Seorang siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memiliki daya serap >65%.Ketuntasan klasikal tercapai apabila > 85% siswa pada suatu kelas tuntas belajar (Depdiknas 2008). KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian deskriptif tentang pembelajaran matematika dengan metode RME dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Guru yang diteliti ternyata telah memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan pembelajaran matematika dengan metode RME. Guru juga telah dapat melaksanakan pembelajaran tersebut secara efektif. 2. Respons siswa terhadap pembelajaran matematika RME adalah positif. Sebagian besar siswa senang dengan metode tersebut, dan sebagian besar pula menganggap sebagai hal yang baru. 39

Jurnal Pendidikan, Volume 12, Nomor 1, Maret 2011, 33-40 3. Berkaitan dengan ketuntasan belajar, walaupun terjadi peningkatan hasil belajar, namun menurut standar yang berlaku ketuntasan belajar siswa belum tercapai. Secara umum, penelitian yang lebih mendalam masih perlu untuk dilakukan guna mencari tahu faktor-faktor lain yang mempengaruhi dan menyebabkan ketidaktuntasan belajar tersebut. Selain itu perlu pula dilakukan perbandingan hasil belajar dengan RME dan dengan metode ekspositori biasa. Dengan demikian informasi yang lebih mendalam dapat diketahui dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di dalam kelas secara umum. REFERENSI Arends, R.I. (1997). Classroom instruction and management. New York: Mc Graw-Hill Companies. Burril, G. (1997). President s report: Choice and challenges. Journal for research in mathematics education, V. 28(3), tahun 1997. Fauzan, A. (2001). Pengembangan dan implementasi prototipe I & II perangkat pembelajaran geometri untuk siswa kelas 4 SD menggunakan pendekatan realistik. Makalah disajikan pada seminar nasional realistic mathematics education (RME) di jurusan matematika FMIPA UNESA tanggal 24 Februari 2001. Gravemeijer, K. (1994). Developing realistic mathematics education. Ultrecht: Freudenthal Institute. Hudojo, H. (1988). Mengajar belajar matematika. Jakarta: P2LPTK, Dirjen Dikti, Depdikbud. Nur, M. (2000). Realistic mathematics education. Pusat penelitian matematika dan sains UNESA Surabaya. Ratumanan, T.G. (2000). Pengajaran interaktif: Arah baru dalam pengajaran matematika. Dimuat dalam prosiding seminar nasional matematika ITS, 2 November 2000. Soedjadi, R. (2001a). Pembelajaran matematika. Makalah disajikan pada seminar nasional realistic mathematics education (RME) di jurusan matematika FMIPA UNESA tanggal 24 Februari 2001. Soedjadi, R. (2001b). Pembelajaran matematika realistik; pengenalan awal dan praktis. Makalah disajikan pada workshop pengembangan pembelajaran RME untuk SD di PPPG matematika Yogyakarta tanggal 4 11 Juli 2001. Yuwono, I.(2001). RME (Realistic Mathematics Education) dan hasil studi awal implementasinya di SLTP. Makalah disajikan pada seminar nasional realistic mathematics education (RME) di jurusan matematika FMIPA UNESA tanggal 24 Februari 2001. 40