JURNAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PENGELOLA TEMPAT PERDAGANGAN ATAS PENJUALAN BARANG HASIL PELANGGARAN HAK CIPTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi

SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PENGELOLA TEMPAT PERDAGANGAN ATAS PENJUALAN BARANG HASIL PELANGGARAN HAK CIPTA

JURNAL KEDUDUKAN USAHA FOTOCOPY DALAM KERANGKA PERLINDUNGAN HAK CIPTA

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

BAB I Hak Cipta. I. Pendahuluan

INTISARI HAK CIPTA. UU No 28 Tahun 2014

HAK CIPTA SOFTWARE. Pengertian Hak Cipta

BAB III UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. A. Profil Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Rudy Susatyo. Yogyakarta, 8 Agustus Oleh

dengan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis hak atas kekayaan intelektual adalah karya cipta. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,

POTENSI PELANGGARAN HAK CIPTA MELALUI FILE SHARING

BAB II PENGATURAN ATAS PERLINDUNGAN TERHADAP PENULIS BUKU

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU YANG KARYANYA DIMANFAATKAN OLEH PELAKU USAHA KARAOKE

Tinjauan Umum Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia Undang-Undang Hak Cipta atas Kekayaan Intelektual (termasuk program-program komputer) UU No.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA [LN 2002/85, TLN 4229]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Karo, Analisis Yuridis Perlindungan Hak Ekonomi Terhadap Buku Teks pada Penerbit Gadjah Mada...

PELANGGARAN TERHADAP HAK MEREK TERKAIT PENGGUNAAN LOGO GRUP BAND PADA BARANG DAGANGAN

PERLINDUNGAN HAK CIPTA TERHADAP FILM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pengaturan Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) bukanlah hal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JURNAL PELAKSANAAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH KARENA PEWARISAN DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL

UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KARYA CIPTA MUSIK

PROSES LAHIRNYA HAK CIPTA TERHADAP PEMBUATAN VIDEO KLIP BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku tersebar di seluruh daerah. Keberadaan suku-suku tersebut

Diperiksa oleh: Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian, dan Kerja Sama Tanggal:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HAK CIPTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia akan menghadapi era perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang industri, ilmu pengetahuan, kesusasteraan atau seni. 1 Hak atas kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Hak Cipta (UUHC) memberikan perlindungan hukum yang lebih baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan kepercayaan terhadap merek tersebut. untuk memperoleh/meraih pasar yang lebih besar. Berdasarkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar tercipta keadilan demikian halnya di Indonesia yang menjadikan

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, seni dan sastra (art and literary) yang di dalamnya mencakup

BAB III PENUTUP. MP3 dapat diartikan dalam dua hal, yakni sebagai program komputer

PERLINDUNGAN KARYA SENI FOTOGRAFI BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA. Nurul Liza Anjani, 1 Etty Susilowati 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut dapat melalui jalur pendidikan. Pendidikan

PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA MUSIK DALAM BENTUK KASET

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL ATAS EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan mencakup berbagai macam jenis dan cara. Pembajakan sudah. dianggap menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana tidak setiap usaha baik dalam skala kecil, menengah, meupun

2 Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perub

Etika dan Ketentuan dalam Teknologi Informasi &Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diketahui sebagai surga bagi para pembajak, hal tersebut dapat. No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, pada :

BAB I PENDAHULUAN. Buku sebagaimana pepatah menyatakan adalah jendela dunia. Setiap isi

BAB I PENDAHULUAN. erat hubungannya. Seiring dengan berkembangnya teknologi para

NI MATUZAHROH, S.PSI, M.SI BAHAN DISKUSI WORKSHOP SENTRA HKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK SENTRA HKI-UMM

BAB I PENDAHULUAN. timbul sebagai hasil kerja kreativitas daya fikir manusia yang. dipublikasikan kepada masyarakat umum baik dalam bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual (Margono, 2001:4).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan buku adalah jendela dunia. Buku adalah media yang sangat

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

BAB I PENDAHULUAN. di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun bidang-bidang lainnya yang

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS KARYA DESAIN INDUSTRI KREATIF DITINJAU DARI PERSYARATAN KEBARUAN MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

Ketentuan dan Praktik Royalti dalam Hak Kekayaan Intelektual DWI ANITA DARUHERDANI, SH., LL.M. SEKRETARIS JENDERAL ASOSIASI KONSULTAN HKI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA DAN PROGRAM KOMPUTER Pengertian Hak Cipta dan Dasar Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. menentukan strategi pemberdayaan ekonomi di negaranya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini penggunaan komputer sudah memasuki hampir semua. bidang kehidupan, baik di kalangan perguruan tinggi, perkantoran,

DAMPAK PEREDARAN PRODUK CAKRAM OPTIK ISI (CD DAN VCD) BAJAKAN DI KOTA SURABAYA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PRODUSEN ATAS PENYEBARAN DVD BAJAKAN DI INDONESIA (DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA)

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

PELAKSANAAN PENGATURAN KARYA CIPTA POTRET DALAM PRAKTIK DI KOTA DENPASAR

UPAYA KANTOR WILAYAH KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BALI DALAM MENCEGAH PELANGGARAN HAK CIPTA

KRITERIA PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DAN RELEVANSINYA TERHADAP PRAKTEK PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGANDAAN BUKU. mempunyai sampul pelindung untuk melindungi bagian dalamnya. 54 Buku

LEGAL ASPEK PRODUK TIK IMAM AHMAD TRINUGROHO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. (Trade Related Aspect on Intellectual Property Rights) adalah keharusan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang berarti bahwa semua manusia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Selain itu, Indonesia juga meratifikasi Berne Convention for the

AKIBAT HUKUM ATAS PELANGGARAN MEREK OLEH PIHAK YANG BUKAN PEMEGANG LISENSI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU

HAK DESAIN INDUSTRI SAKLAR PUTAR (SWITCH GEAR) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

kata kunci: Hak Kekayaan Intelektual ; Merek

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR. Oleh. Putu Bagus Satya Nugraha

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perlindungan terhadap karya cipta manusia. menjadi semakin penting dengan terjadinya revolusi

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN MEREK TERKENAL ASING

BAB I PENDAHULUAN. kita juga mempunyai beragam budaya serta karya tradisional. Namun tanpa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 T a h u n Tentang Desain Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perlu dilindungi oleh Undang-Undang. 1

UPAYA PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN HAK CIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas. Oleh karena itu dengan pesatnya perkembangan TIK, penerapan

Transkripsi:

JURNAL PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PENGELOLA TEMPAT PERDAGANGAN ATAS PENJUALAN BARANG HASIL PELANGGARAN HAK CIPTA Disusun oleh : Antonius Maria Claret Alvin Widanto Pratomo NPM : 120510840 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Hukum Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2016

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PENGELOLA TEMPAT PERDAGANGAN ATAS PENJUALAN BARANG HASIL PELANGGARAN HAK CIPTA Antonius Maria Claret Alvin Widanto Pratomo Fakultas Hukum, Universitas Atmajaya Yogyakarta amcawp@gmail.com ABSTRACT Copyright is a legal term used to describe the rights that creators have over their literary and artistic works. Copyright is a part of intelectual property that containing moral rights and economic rights. An author have moral rights and economic rights to be recognized as the creator and do some economic activities in order to gain some commercial advantage over the work he has created. Nowadays, copyright no longer be guaranteed because some people doing piracy and also sell it on trade center. To find solution from that problem, this essay created titled Trade Centers Management Responsibility on Copyright Pricay Selling. Based on Government regulations that banned piracy selling in trade center, this essay created. For further knowledges, researches conducted to found the rule application on trade centers. The research did using empiric method at several trade centers in Yogyakarta. From the research, we could found that not all of trade center applying the rules to the tenants. So, we could find conclusion from the problem that to help management to prevent penalty caused bad tenant, they can make agreement between them that declaring tenant not allowed to selling any kind of copyright piracy. Keywords: Trade Center, Responsibility, Intelectual Property, Copyright, Piracy 1. PENDAHULUAN Berkembangnya manusia modern, menimbulkan konsekuensi kebutuhan hidup yang makin rumit. Perkembangan tersebut memaksa manusia untuk terus menciptakan inovasi-inovasi serta kreasi-kreasi yang baru dan dapat berguna bagi kehidupan manusia. Inovasi yang tersebut, tidak terlepas dari tangantangan pencipta karya. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Pencipta yang telah menuangkan gagasannya terhadap suatu kreasi dan inovasi dalam bentuk nyata, secara langung akan memperoleh Hak Cipta terkait dengan ciptaannya tersebut. Hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 1 1 Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, http://e- tutorial.dgip.go.id/wp-content/uploads/brosur/panduan- 2013.pdf, diakses pada 12 Novemer 2015

Dari definisi tersebut, maka perlu diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan Hak Cipta: 1. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. 2. Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. 3. Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah. Berdasarkan ketentuan di atas, maka hak cipta dapat didefinisikan sebagai suatu hak monopoli untuk memperbanyak atau mengumumkan ciptaan yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta lainnya yang dalam implementasinya memperhatikan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2 Kalau ditelusuri lagi secara mendalam, hak cipta, sesuai dengan Pasal 4 UU Nomor 28 Tahun 2014, merupakan hak eksklusif yang terdiri Hak Moral dan Hak Ekonomi. 3 Hak Moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk: a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum; b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya; c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan; 2 Hanafi, 2000, Tindak Pidana Hak Cipta dan Problematika Hukumnya, Pusat Studi Hukum UII, Yogyakarta, hlm. 189. dan e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Hak Ekonomi sesuai dengan Undang- Undang 28 tahun 2014, merupakan hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan. Hak Ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri pencipta untuk melakukan: a) Penerbitan ciptaan b) Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya c) Penerjemahan ciptaannya d) Pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian ciptaan e) Pendistribusian Ciptaan atau salinannya f) pertunjukan Ciptaan; g) Pengumuman Ciptaan; h) Komunikasi Ciptaan; dan i) Penyewaan Ciptaan. Secara lebih dalam dapat dipahami bahwa, Hak Ekonomi yang dimaksudkan di atas merupakan keuntungan ekonomis yang didapatkan oleh pencipta atas segala penggunaan komersial hasil ciptaannya. Termasuk dalam Hak Ekonomi adalah hak untuk penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya, yang terdapat dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b. Dengan menciptakan sebuah ciptaan, seseorang berhak untuk mendapatkan hak komersil serta Hak Moral dari ciptaannya tersebut. Pada Pasal 9 ayat (1) dijelaskan hak- Hak Ekonomi yang seharusnya diperoleh pemegang hak cipta, dan dalam Pasal 9 ayat (3) disebutkan secara jelas bahwa Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara komersial ciptaan. Pada 3 Budi Agus Riswandi & M. Syamsudin, 2004, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 3.

praktiknya di lapangan, hak komersial serta Hak Moral atas ciptaan yang seharusnya bisa didapatkan hilang karena perbuatan oknumoknum tidak bertanggung jawab yang secara ilegal memperbanyak ciptaan tersebut tanpa seijin dan tanpa sepengetahuan pencipta guna keuntungan pribadinya sendiri atau dikenal sebagai pembajakan Penggandaan suatu ciptan tanpa seizin pencipta merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak cipta. Pelanggaran-pelangaran hak cipta yang saat ini marak dilakukan jelas merupakan suatu tindakan yang merugikan pencipta. Digandakannya suatu ciptaan tanpa seijin pencipta, akan menyebabkan pencipta kehilangan suatu nilai komersial yang seharusnya bisa didapatkan ketika orang lain membeli karya ciptanya dengan cara yang legal. Kegiatan ini jelas merugikan, namun pelaku pelanggaran hak cipta terus melakukan upayaupaya ilegal melanggar hak cipta seorang pencipta demi keuntungan pribadinya. Banyaknya pedagang yang menjual barang-barang hasil pelanggaran hak cipta saat ini sudah menjadi pemandangan yang lumrah. Tidak hanya berdagang di pinggir jalan, bahkan kita juga bisa mendapatkan dengan mudah pedagang-pedagang serupa yang secara terus terang menyatakan menjual barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat-tempat perdagangan terkemuka di seluruh Indonesia. Penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta yang marak kita temui di pusat-pusatpusat perdagangan terkemuka di Indonesia, secara jelas melanggar Pasal 10 yang berbunyi Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya. Berdasarkan Pasal tersebut, terlihat upaya pemerintah guna mengajak para pengelola tempat perdagangan untuk turut serta melindungi pencipta dari perbuatan melanggar hak cipta, dengan melarang perdagangan barang hasil pelanggaran hak cipta dijual di tempattempat perbelanjaan. Disahkannya undang-undang hak cipta yang baru pada september 2014 diharapkan dapat membantu menyelesaikan persoalan pembajakan yang makin merajalela di Indonesia. Dari Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014, didapatkan beberapa poin penting: 1. Pengelola pusat perbelanjaan dilarang membiarkan praktik perdagangan barang ilegal di tempat yang dikelolanya. 2. Pidana pelanggaran atas ketentuan hak cipta dipenjara 1 hingga 10 tahun atau denda Rp100 juta hingga Rp4 miliar. 3. Pengelolaan royalti atau Hak Ekonomi dilakukan lewat satu pintu, dengan pendirian lembaga manajemen kolektif (LMK). Lembaga penyiaran dan penyedia konten (seperti radio, televisi, karoke, restoran, dan lainnya) akan diminta membayar royalti untuk karya yang digunakan untuk kepentingan komersil. 4 2. METODE Penelitian yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah penelitian empiris. Yang bersumber data primer dari data yang diperoleh langsung dari responden tentang obyek yang diteliti. Data tersebut diperoleh langsung dari responden dengan cara wawancara. 1) Lokasi penelitian ini adalah beberapa tempat perdagangan, dan tempat perbelanjaan yang terletak di Yogyakarta. 2) Responden subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan dalam penelitian. Responden dalam penulisan ini adalah: a. Beberapa pengelola tempat perdagangan yang ada di Yogyakarta. 4 http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/10/141001_uuhakcipta, Bisakah Pemerintah Atasi Pembajakan?, diakses pada 7/3/2015, pukul 14.04

b. Salah pelaku usaha yang membuka lapak di wilayah tempat tersebut. Sedangkan data Sekunder merupakan Wawancara dengan narasumber yang berkapasitas sebagai ahli, yaitu kantor Wilayah Dirjen Kekayaan Intelektual, Kemtenerian Hukum dan HAM Yogyakarta. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hak cipta terdiri atas Hak Moral dan Hak Ekonomi. Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan. Hak Ekonomi merupakan hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait. 5 Hak Moral dalam buku Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum karangan Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin adalah hak-dak yang melindungi kepentingan pribadi pencipta. Konsep Hak Moral ini brasal dari sistem hukum kontinental, yaitu dari Prancis. Menurut konsep hukum kontinental, Hak pengarang (droit d autere, author rights) terbagi menjadi Hak Moral yang menyangkut perlindungan atas reputasi pencipta dan Hak Ekonomi untuk mendapatkan keuntungan yang bernilai ekonomi seperti uang. 6 Hak Moral melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan 7 Sedangkan Hak Ekonomi merupakan hak untuk mendapat keuntungan ekonomi melalui penggunaan komersial hasil ciptaannya, seperti yang dikatakan Rachmadi Usman dalam bukunya Hukum Atas kekayaan Intelektual (Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia), bahwa Hak Ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan seta produk hak terkait. 8 Pelanggaran Hak Cipta dalam kaitannya dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 yang menyatakan Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang basil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya., diartikan bahwa Pasal ini melarang pembiaran oleh pengelola atas penjualan serta penggandaan seluruh hasil pelanggaran hak cipta. Sehubungan dengan barang hasil pelanggaran hak cipta, maka pelanggaran-pelanggaran yang dapat termasuk adalah sebagai berikut: a) Penggandaan Menurut Pasal 1 ayat (23) Pembajakan adalah Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara tidak sah dan pendistribusian barang hasil penggandaan dimaksud secara luas untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Kemudian pada Pasal 9 ayat (1) dijelaskan hak-hak 5 Adrian Sutedi, 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 115 6 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia), 1997, Bandung: Citra Aditya Bakti, hlm. 72 7 Rachmadi Usman, Hukum Atas kekayaan Intelektual (Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia), 2003, Bandung: Tim Alumni, hlm 112 8 idem

Ekonomi yang seharusnya diperoleh pemegang hak cipta, dan dalam Pasal 9 ayat (3) disebutkan secara jelas bahwa Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan. Dalam hal pelanggaran terkait Pasal 10, terdapat pihakpihak yang melakukan pembajakan suatu ciptaan demi mendapatkan suatu keuntungan komersial bagi dirinya. b) Distribusi Distribusi menurut Pasal 1 ayat (17), Pendistribusian adalah penjualan, pengedaran, dan/atau penyebaran Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait. Dalam kaitannya dengan pelanggaran, maka distribusi dilakukan tanpa seijin pencipta demi mendapatkan keuntungan komersial bagi pelaku. Pelaku secara ilegal melakukan distribusi barang-barang hasil pelanggaran hak cipta tersebut demi keuntungan pribadinya sendiri. Definisi khusus mengenai tempat perdagangan serta pengelolanya tidak ditemukan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan peraturan perundangundangan terkait, ditemukan beberapa definisi yang berhubungan dengan pengelola tempat perdagangan, sehingga memamng perlu dilakukan interpretasi dengan mengacu pada Peraturan Perundangan yang berhubungan. Berkaitan dengan fakta yang ada di lapangan, dilakukan wawancara dengan responden dari beberapa pengelola tempat perdagangan di Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui penerapan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014, serta mendapatkan beberapa poin mengenai keberadaan tenant yang menjual barang hak cipta seperti CD musik atau lukisan, kemudian apakah barang yang dijual oleh tenant tersebut merupakan barang-barang yang asli. Berkaitan dengan adanya Pasal 10 Undang- Undang Nomor 28 tahun 2016, maka perlu juga diketahui apakah pengelola sudah mengetahui keberadaan Pasal tersebut, kemudian jika pengelola sudah mengetahui keberadaan Pasal tersebut perlu diketahui apakah pengelola telah melakukan penerapan Pasal tersebut terhadap para tenant di tempat perdagangannya, jika belum perlu diketahui kesediaan pengelola dalam menerapkan Pasal tersebut. Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengelola Tempat Perdagangan yang ada di Yogyakarta, ditemukan bahwa belum semua pengelola tempat perdagangan menerapkan pasal terkait, bahkan terdapat pula responden yang belum mengetahui tentang adanya pasal terkait. Berkaitannya dengan penerapan Pasal terkait dalam perjanjian, belum semua pengelola tempat perdagangan yang berada di Yogyakarta menerapkannya. Penerapan Pasal terkait dalam perjanjian antara pengelola baru dilakukan oleh pengelola Mall Galeria dan Lippo Plaza. Dalam prakteknya, masingmasing pengelola tempat perdagangan tersebut menuturkan pernah melakukan tindakan represif berupa tindakan pengusiran terhadap tenant yang mengabaikan larangan penjualan serta penggandaan barang hasil pelanggatan hak cipta di tempat perdagangan

tersebut, berbeda halnya dengan pengelola Ambarukmo plaza dan Toko Progo. Seorang tenant di Ambarukmo Plaza yang menjadi responden skripsi ini menuturkan tidak adanya Pasal terkait dalam perjanjian antara pengelola dengan tenant di tempat perdagangan tersebut. Begitu halnya dengan pengelola Toko Progo yang mengaku belum mencantumkan Pasal terkait dalam perjanjiannya dengan tenant yang berada di tempat perdagangan tersebut. Berdasarkan wawancara tersebut ditemukan bahwa belum semua pengelola tempat perdagangan memiliki kesadaran untuk mencantumkan Pasal terkait dalam perjanjiannya dengan tenant. Padahal pencantuman Pasal terkait dalam perjanjian dapat membantu pengelola dalam kaitannya dengan tanggungjawab pengelola untuk melarang adanya pelanggaran tersebut di tempat perdagangan tersebut. Mengingat luasnya cakupan kerja serta wilayah dari suatu tempat perdagangan, pencantuman Pasal terkait dalam perjanjian antara pengelola dengan tenant menjadi penting untuk membantu pengelola dalam menerapkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014. Seorang narasumber menuturkan mengenai prospek berjalannya Pasal 10 Undang-undang Nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta mengingat bidang kerja pengelola yang luas serta banyaknya tenant yang mengisi suatu tempat perdagangan. Bapak Haryanto selaku Kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah Yogyakarta bagian HKI menuturkan bahwa Pasal ini bagus adanya guna membantu perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dalam hal ini Hak Cipta. Jika memang terdapat pelanggaran hak cipta, pemerintah diharapkan dapat memotong hulu dari pelanggaran tersebut, yaitu mengurangi tempattempat yang dimungkinkan dapat menjadi lokasi penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta. Berkaitan dengan luasnya bidang kerja pengelola sehingga tidak dapat melakukan pengawasan langsung secara terus menerus, secara lebih lanjut diterngkan Bapak Haryanto bahwa pengawasan tersebut tetap harus dilakukan guna mencegah terjadinya pelanggaran oleh tenant. Pemerintah sebagai lembaga legislatif, berusaha melindungi pencipta dengan memutus peredaran barang hasil pelanggaran hak cipta Pemerintah mengundangkan larangan bagi pengelola tempat perdagangan untuk memperbolehkan adanya penjualan serta penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat perdagangan yang dikelolanya, sesuai dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam Pasal 10 Undang-Undang terkait secara jelas melarang pembiaran oleh pengelola atas penjualan barang hasil pelanggaran di tempat perdagangan. Berkaitan dengan upaya yang dapat dilakukan pengelola tempat perdagangan untuk melaksanakan kewajiban melarang penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya, pengelola dapat melakukan berbagai langkah, dari langkah preventif hingga langkah represif. Langkah preventif yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola demi mencegah terjadinya penjualan serta penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat

perdagangan yang dikelolanya adalah mencantumkan klausula yang berkaitan dengan larangan tersebut di dalam perjanjian kontrak antara pengelola tempat perdagangan dengan tenant yang ada di tempat perdagangan tersebut. Klausula dalam perjanjian tersebut dapat mengatur tentang larangan kepada tenant untuk menjual dan menggandakan barang hasil pelanggaran hak cipta serta konsekuensi yang akan terjadi jika tenant melakukan pelanggaran tersebut. Guna mengantisipasi adanya gugatan dari pencipta ketika ditemukan adanya pelanggaran tersebut, pengelola sebaiknya melakukan pengawasan langsung guna mengetahui serta melakukan kontrol terhadap barang-barang yang dijual oleh tenant. Ketika ditemukan tenant yang melakukan melakukan penjualan serta penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat perdagangan yang dikelolanya, pengelola dapat melakukan langkah represif berupa penutupan kios hingga tuntutan pidana maupun perdata, maupun konsekuensi-konekuensi lain yang dimungkinkan sesuai hukum dan perjanjian antara pengelola dan tenant. Dalam hal ini, pengelola dapat terbantu jika suatu ketika terdapat tenant yang melakukan pelanggaran tersebut dan mendapat gugatan dari pencipta. 4. KESIMPULAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan Berkaitan dengan penerapan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang menyatakan bahwa Pengelola tempat perdagangan dilarang membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya, maka pengelola bertanggungjawab melarang segala penjualan serta penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat perdagangan yang dikelolanya. Dalam hal ditemukan praktek penjualan serta penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat perdagangan yang dikelolanya, seperti terdapat penjualan CD musik bajakan, lukisan palsu, atau barang-barang hasil pelanggaran hak cipta lainnya, maka pengelola bertanggungjawab penuh terhadap pelanggaran tersebut sesuai dengan yang diatur dalam undang-undang terkait yaitu pidana denda sebanyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Kemudian berkaitan dengan penerapan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, pengelola dapat melakukan tindakan preventif untuk melarang adanya tenant yang melakukan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya dengan mencantumkan klausula terkait dalam perjanjian antara penglola dengan tenant. Dalam perjanjian tersebut, pengelola dapat melimpahkan tanggungjawab hukum pada tenant jika tenant melakukan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya. Sehingga dari kesimpulan tersebut, penulis memberikan saran yaitu, Guna mencegah terjadinya praktek pelanggaran penjualan serta penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta di tempat perdagangan yang dikelolanya, maka pengelola dapat melakukan kontrol langsung terhadap tenant-tenant yang berada di tempat perdagangan yang dikelolanya.

Pengelola juga dapat mengambil tindakan jika represif jika menumakn adanya pelanggaran terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya. Namun mengingat besarnya cakupan wewenang serta luas wilayah suati tempat perdagangan yang tidak jarang menimbulkan kesulitan dalam melakukan pengawasan, maka pengelola dapat mengantisipasi terjadinya pelanggaran dengan mencantumkan Pasal-Pasal terkait dalam perjanjiannya dengan tenant yang ada di tempat perdagangannya. 5. REFERENSI a. Buku-buku Hanafi, 2000, Tindak Pidana Hak Cipta dan Problematika Hukumnya, Pusat Studi Hukum UII, YogyakartaBudi Agus Riswandi & M. Syamsudin, 2004, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, P.T. RajaGrafindo Persada, Jakarta Adrian Sutedi, 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Praktiknya di Indonesia), 1997, Bandung: Citra Aditya Bakti Rachmadi Usman, Hukum Atas kekayaan Intelektual (Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia), 2003, Bandung: Tim Alumni b. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5599 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Sekretariat Negara. Jakarta Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M-DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Tempat perdagangan dan Toko Modern. Menteri Negara/Sekretariat Negara. Jakarta Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 56/M-DAG/PER/9/2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 70/M- DAG/PER/12/2013 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Tempat perdagangan dan Toko Modern. Menteri Negara/Sekretariat Negara. Jakarta Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 61/M-DAG/PER/8/2015 tentang Pembangunan pengelolaan Perdagangan, Negara/Sekretariat Jakarta Pedoman dan Sarana Menteri Negara. c. Website Bisakah Pemerintah Atasi Pembajakan? http://www.bbc.co.uk/indone sia/berita_indonesia/2014/10/ 141001_uuhakcipta Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, http://etutorial.dgip.go.id/wpcontent/uploads/brosur/pandu an-2013.pdf