BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP SPIRITUAL CARE DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan, kemampuan dan norma norma, menyediakan layanan spesifik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI BANGSAL RAWAT INAP WARDAH RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Spiritualitas merupakan sesuatu yang di percayai oleh seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien yang dirawat diruang ICU (Intencive Care Unit) dilakukan secara terus menerus dalarn 24 jam. Perawatan diruang ICU

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Caring merupakan dasar dari seluruh proses keperawatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization

Oleh : Grace Yopi Yaseda, Siti Farida Noorlayla, Mohammad As ad Effendi STIKes Surya Mitra Husada kediri ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga

SKRIPSI. Oleh VERONICA LEGARANO

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

Ibm PELATIHAN ASUHAN SPIRITUAL BAGI PERAWAT DI RSI SITI HAJAR MATARAM TAHUN Irwan Hadi 1), Sopian Halid 2), Dian Istiana 3) STIKES YARSI Mataram

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kesatuan dari aspek jasmani dan rohani serta memiliki sifat yang

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes.

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Gamping adalah rumah sakit swasta yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan. bervariasi setiap individu (Kaplan dan Sadock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dalam kriteria penelitian atau masuk dalam drop out sehingga tersisa 105

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan kondisi yang positif dalam tubuh manusia. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari penyakit mungkin saja tidak sehat. Islam melihat kesehatan secara menyeluruh dalam semua segi kehidupan. Pandangan Islam terhadap kesehatan secara menyeluruh, mempunyai arti bahwa kesehatan meliputi; kesehatan fisik, emosi, psikis serta spiritual, semuanya menjadi pertimbangan secara bersamaan. Menjaga badan dalam keadaan sehat merupakan tanggung jawab (amanat), kondisi kesehatan yang baik merupakan anugerah dari Allah SWT (Kasule, 2007). Sehat adalah suatu keadaan yang bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek; fisik, emosi, sosial dan spiritual (Aziz, 2004). Salah satunya cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umatnya adalah sakit. Sakit adalah suatu keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (Potter dan Perry, 2005). Kondisi sakit karena penyakit diklasifikasikan berdasarkan waktu menjadi akut dan kronis yang merupakan gangguan pathofisiologikal sebagai respon normal terhadap; biologi, fisik, kimia atau penderitaan badan (Kasule, 2007).

Allah SWT berfirman tentang sakit dalam surat Shaad ayat 34 yang artinya; Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. Seseorang yang sakit berupaya mencari penyembuhan, dan pemulihan kesehatan yang berkualitas, dan cepat tanggap atas keluhan klien, serta penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman. Salah satu pelayanan kesehatan tersebut adalah rumah sakit (Ristrini 2005). Bentuk pelayanan di rumah sakit antara lain pelayanan Intensive di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC). Kondisi klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC) adalah klien dengan kasus kegawatan yang beresiko tinggi dan mengancam kehidupan sehingga memerlukan terapi intensif segera dan pemantauan alat-alat canggih yang dipasang pada tubuh klien (PERDACI, 2008). Klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC) membutuhkan pelayanan yang optimal dan membutuhkan pelayanan secara utuh serta menyeluruh atau total care, yaitu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu klien yang sudah mulai ketergantungan dalam perawatan (Aziz, 2004). Perawatan total (total care) yang diberikan kepada klien pada tahapan ketergantungan ini seperti; pemantauan ABC (Airway, Breathing, and Circulation), perawatan fisik yang membuat klien nyaman, membantu klien dalam activity daily living (ADL) serta pemenuhan kebutuhan dasar klien (Potter

dan Perry, 2005). Keadaan klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan Intermediate Care (IMC) biasanya menjadi cemas dan merasa takut, yaitu terhadap kondisi kesehatannya, tindakan-tindakan keperawatan, alat-alat yang terpasang pada tubuhnya, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati (Oswari, 2005). Seseorang yang berada di dalam ruang ICU dan ruang IMC umumnya merasakan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman, terhadap integritas. Klien mungkin mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian sehingga mereka menjadi rentan terhadap distress spiritual. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang membuat mereka mampu untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut (Potter dan perry, 2005). Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta keterikatan, dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Hamid, 2000). Manusia sebagai klien yang merupakan makhluk bio-psiko-sosio dan spiritual merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing (Kusnanto, 2004). Perawat sebagai tenaga kesehatan professional mepunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan

keperawatan yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual. Perawat harus berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien (Hamid, 2000). Hasil penelitian dari Sonontiko (2002) menunjukkan bahwa pemahaman perawat tentang pemenuhan kebutuhan spiritual di Rumah Sakit biasanya kurang optimal, perawat diharapkan memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan spiritual pasien agar mutu pelayanan perawatan meningkat. Kesejahteraan spiritual dari individu dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku perawatan diri yaitu sumber dukungan untuk dapat menerima perubahan yang dialami (Hamid, 2000). Perawatan yang berkualitas harus memasukkan aspek spiritual dalam interaksi antara perawat dan klien dalam bentuk hubungan saling percaya, memfasilitasi lingkungan yang mendukung dan memasukkan spiritual dalam perencanaan jaminan yang berkulitas (Azis, 2006). Berdasarkan kenyataan tersebut, seorang perawat seharusnya dapat mengerti dan memahami spiritualitas serta bagaimana spiritual dapat mempengaruhi klien (Potter dan Perry, 2005). Keperawatan spiritual merupakan suatu elemen perawatan kesehatan berkualitas dengan menunjukkan kasih sayang pada klien sehingga terbentuk hubungan saling percaya dan rasa saling percaya diperkuat ketika pemberi perawatan menghargai dan mendukung kesejahteraan spiritual klien (Potter and Perry, 2005).

Pengembangan hubungan perawat-klien yang mengasihi adalah inti dari perawatan spiritual. Tercapainya kehadiran dan keterbukaan bersama klien memberdayakan perawat untuk memberikan perawatan dalam cara yang sensitif, kreatif, dan sesuai. Perawat juga mempelajari untuk mengarahkan harapan klien, sambil membentuk hubungan yang menyembuhkan. Hal ini membantu klien berorientasi pada masa depan dan mampu berupaya kearah penyembuhan dan pemulihan (Potter dan Perry, 2005). Spiritual sebagai kapasitas untuk hidup secara penuh dan menggambarkan peran keperawatan sebagai salah satu dimana perawat mempunyai tanggung jawab etis untuk mendampingi dalam menghilangkan hambatan untuk bisa hidup secara optimal dengan terpenuhinya kebutuhan klien (Makhija, 2002). Dari survey pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 21 agustus 2010 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, diperoleh data bahwa 7 perawat ICU belum mengetahui tentang spiritual care atau perawatan spiritual. Perawat memahami bahwa spiritual care merupakan bimbingan rohani yang dilakukan oleh petugas rohaniawan. Sebagai perawat yang memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara menyeluruh, perawat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan spiritual dari kliennya. Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien. Pentingnya spiritual care bagi klien di ruang Intensive Care yaitu sebagai sumber kekuatan dan akan memberi rasa aman ketika klien menghadapi

stress emosional, penyakit fisik, bahkan kematian khususnya di ruang Intensive Care. Dari data tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual care kepada klien di ruang Intensive Care RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care dengan pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien di ruang Intensive Care RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; 1. Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien di ruang Intensive Care RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care.

b) Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC) RS PKU Muhammadiyah. c) Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care terhadap mengetahui pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien di ruang Intensive Care RS PKU Muhammadiyah. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan perawat Intensive Care tentang spiritual care terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien di ruang Intensive Care RS PKU Muhammadiyah diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Manfaat untuk responden Agar pasien di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC) merasa aman, damai, dan kebutuhan spiritualnya terpenuhi. 2. Manfaat untuk peneliti a) Sebagai tambahan ilmu dimana peneliti dapat melihat kemampuan dalam membahas berbagai aspek tentang spiritual. b) Dapat menjadi referensi ilmu baik dalam menempuh jenjang profesi maupun dalam penerapan sebagai abdi masyarakat. 3. Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan wawasan dan pengetahuan perawat tentang spiritual care terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC), sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan spiritual kepada klien di ruang ICU dan ruang IMC. 4. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Dengan diketahuinya hubungan klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC), maka dapat digunakan sebagai salah satu acuan bagi tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual kepada rumah sakit setempat untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. 5. Peneliti lain Dapat digunakan sebagai acuan untuk riset selanjutnya dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan bidang spiritual khususnya pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien.

E. Penelitian Terkait 1. Meidiana Dwidiyanti (2003) mahasiswa UNDIP melakukan penelitian yang berjudul Pemahaman Perawat terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Klien Pada Lansia di RSU Mardi Lestari. Penelitian ini menggunakan metode jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomologi, data diperoleh dari diskusi kelompok terarah. Kesimpulan dari penelitian Meidiana adalah pemahaman perawat terhadap kebutuhan spiritual klien di RSU Mardi Lestari Sragen belum optimal. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada metode dan pendekatan yang digunakan dan subjek yang diteliti. Penelitian dari Meidiana menggunakan metode jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomologi serta berfokus pada lansia sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan yang diteliti adalah perawatyang bekerja di ruang ICU dan ruang IMC. 2. Ibrahim (2003) melakukan penelitian dengan judul Keefektifan Bimbingan Spiritual Islam Kepada Klien Terminal Terhadap Kecemasan dan Motivasi Hidup di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen semu dengan subyek penelitian klien penyakit terminal yang bertujuan untuk menganalisis tentang keefektifan bimbingan spiritual Islam terhadap klien terminal dalam menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup. Hasil penelitian Ibrahim menunjukkan bahwa pemberian bimbingan spiritual efektif untuk

menurunkan kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup bagi klien yang mengalami penyakit terminal, tetapi setelah dibimbing selama 2 minggu kecemasan klien terminal berangsur-angsur meningkat lagi. Perbedaan dari penelitian ini adalah metode dan subjek yang diteliti. Dalam penelitian Ibrahim merupakan penelitian eksperimen dengan subyek penelitian klien penyakit terminal yang bertujuan untuk menganalisis tentang keefektifan bimbingan spiritual Islam terhadap klien terminal dalam menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup sedangan penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual klien di ruang ICU dan ruang IMC. 3. Kusumasari (2003) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat Terhadap Spiritual Care di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini bersifat korelasional dengan desain Cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data (Notoatmojo, 2000) dan memakai Uji statistik Non Parametrik. Analisis statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Spearman Rank. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap perawat terhadap spiritual care di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, sehingga hipotesis diterima

yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat terhadap spiritual care maka semakin tinggi pula sikap perawat terhadap spiritual care. Persamaan dari penelitian kusumasari dengan penelitian ini adalah meneliti tingkat pengetahuan perawat dan menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaannya adalah penelitian ini hanya menelititi tingkat pengetahuan perawat tanpa sikap perawat sedangkan penelitian dari kusumasari meneliti perawat dari salah satu bangsal di rumah sakit dan sikap perawat. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Responden Responden dalam penelitian ini adalah perawat ICU dan ruang IMC di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tempat Tempat penelitian ini adalah di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC) RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada Mei 2011 4. Materi Materi yang dibahas adalah tingkat pengetahuan perawat tentang spiritual care terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan ruang Intermediate Care (IMC).