HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

HASIL DA PEMBAHASA. Keadaan Umum

MATERI DAN METODE. Materi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

UJI KONSUMSI PAKAN dan AKTIVITAS MAKAN PADA KUKANG (Nycticebus coucang) SECARA Ex situ

AKTIVITAS TINGKAH LAKU HARIAN LUTUNG MERAH JANTAN (Presbytis rubicunda) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN SKRIPSI ADHI IRAWAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Lutung merah (Presbytis rubicunda)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci merupakan salah satu ternak penghasil daging dengan protein yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

IV. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sokokembang bagian dari Hutan Lindung Petungkriyono yang relatif masih

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

KONSERVASI Habitat dan Kalawet

4. ADAPTASI DAN TINGKAH LAKU TIKUS EKOR PUTIH

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

tumbuhan di sekitar pelajaran 8

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

Jurnal Fauna Tropika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL. Tabel 2 Jumlah imago lebah pekerja A. cerana yang keluar dari sel pupa. No. Hari ke- Koloni I Koloni II. (= kohort) Warna Σ mati Warna Σ Mati

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengadaan konservasi hewan. Suaka Margasatwa Paliyan memiliki ciri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Kawin

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

JMSC Tingkat SD/MI2017

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

MATERI DAN METODE. Materi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB V HASIL. Gambar 4 Sketsa distribusi tipe habitat di Stasiun Penelitian YEL-SOCP.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan yang paling esensial bagi manusia untuk

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

NUTRISI Rekomendasi Nutrisi Yang Dibutuhkan Selama dan Setelah Kemoterapi (Yayasan Kasih Anak Kanker Jogja)

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

Transkripsi:

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kondisi Penangkaran Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor terletak di Jalan Raya Bogor-Jakarta KM 46, Desa Sampora, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Penangkaran Mamalia merupakan bagian dari Bidang Zoologi sebagai tempat konservasi fauna Indonesia, khususnya untuk jenis fauna mamalia. Penangkaran mamalia ini mempunyai visi untuk mewujudkan model konservasi ex situ menjadi referensi nasional dalam pengelolaan satwa liar. Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan yang berada di sekitar kandang terdiri dari lokasi kandang, tingkat kebisingan, suhu dan kelembaban. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dan perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi aktivitas lutung yang diamati. Lokasi kandang lutung ditempatkan dekat dengan kandang satwa lainnya, seperti lutung jawa, kuskus dan oposum layang. Tingkat kebisingan yang terdapat di sekitar kandang ditimbulkan oleh suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti suara satwa lain dan suara manusia. Suara yang paling mengganggu adalah suara lalu-lalang kendaraan, intensitasnya cukup sering yaitu sekitar tiga puluh menit sekali. Hal ini sangat mengganggu aktivitas lutung dan sering membuat lutung ketakutan atau stres. Keadaan ketakutan atau stres yang dialami oleh lutung ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tibatiba menjadi aktif, berupa lokomosi dan vokalisasi. Kehadiran orang asing di penangkaran juga merupakan hal yang mengganggu dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi aktivitas lutung. Keadaan suhu dan kelembaban udara lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas lutung. Kisaran suhu di Penangkaran Mamalia selama pengamatan antara 24-28 o C dan kelembaban antara 78-98% dengan rataan suhu adalah sebesar 25,64 o C (pagi), 26,93 o C (siang) dan 25,50 o C (sore).

Rataan kelembaban untuk pagi, siang dan sore berturut-turut sebesar 89,43%, 85,50% dan 92,89%. Menurut Sukandar (2004), kondisi suhu lingkungan di habitat alami lutung berkisar antara 20-30 0 C dan kelembaban sekitar 80%, sehingga dapat dikatakan bahwa suhu udara di penangkaran cukup optimum sedangkan kelembabannya kurang optimum. Suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada pagi hari menyebabkan udara sangat dingin. Kondisi seperti ini akan menyebabkan lutung banyak melakukan pergerakan untuk menjaga panas tubuhnya. Suhu pada siang hari yang cukup panas (26,93 o C) dan kelembaban yang rendah (85,50%) menyebabkan lutung tidak banyak melakukan aktivitas lokomosi dan banyak melakukan aktivitas istirahat. Pada sore hari, perubahan suhu dan kelembaban tidak berbeda jauh dengan suhu dan kelembaban pada siang hari, sehingga aktivitas lutung pada sore hari hampir sama dengan aktivitas lutung pada siang hari. Kondisi Kandang Kandang lutung merah jantan yang digunakan di Penangkaran Mamalia, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI terbuat dari dua lapis kawat besi kasa dengan ukuran lubang masing-masing 2,7 cm dan 0,7 cm dan tebal kawat 0,1 cm dan 0,01 cm. Atap kandang terbuat dari genteng yang menutupi semua bagian kandang tersebut, sehingga tipe kandang ini dinamakan sebagai kandang tertutup. Kandang yang digunakan adalah kandang individu, yaitu setiap kandang hanya dihuni oleh seekor lutung. Kandang individu tersebut berukuran panjang 225 cm, lebar 200 cm dan tinggi 249 cm. Perlengkapan yang terdapat dalam kandang adalah tempat pakan, tempat minum, kotak tidur dan batang-batang kayu yang digunakan lutung untuk bergelantungan atau beraktivitas. Lantai kandang dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah sekitar 8,2 cm yang dilengkapi dengan parit kecil untuk memudahkan dalam membersihkan sisa pakan, feses dan urin yang jatuh ke lantai. Dinding kandang lutung bagian bawah berupa tembok dengan tinggi 74,5 cm dan bagian atasnya berupa dua lapis kawat loket dengan tinggi 174,5 cm. Pembersihan kandang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada pagi hari sekitar pukul 7.00 WIB dan sore hari pada pukul 17.00 WIB. Alat kebersihan yang digunakan berupa sapu, sapu lidi, pengki dan air yang 22

dialirkan dalam selang. Sumber air pun tidak sulit untuk diperoleh dan selalu tersedia sepanjang musim. Aktivitas Tingkah Laku Lutung Merah Jantan Lutung merupakan satwa diurnal, yaitu satwa yang aktif pada pagi hingga sore hari. Pengamatan aktivitas lutung merah jantan dilakukan mulai dari pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB. Aktivitas lutung dimulai dengan bangun pagi hari kemudian melakukan aktivitas lokomosi. Hasil pengamatan lutung pada penelitian ini sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Prayogo (2006) yang dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan, yaitu bahwa lutung memulai aktivitas dengan bangun pagi, kemudian melakukan pergerakan untuk mencari pakan. Hal ini terjadi karena suhu udara yang sangat dingin pada pagi hari, sehingga lutung perlu penyesuaian diri dengan melakukan pergerakan untuk meningkatkan panas tubuhnya agar tidak kedinginan. Aktivitas lain yang dilakukan setelah lutung bangun pagi adalah aktivitas grooming, defekasi dan urinasi. Aktivitas lutung merah jantan yang diamati adalah aktivitas makan, minum, urinasi, defekasi, lokomosi, grooming, vokalisasi dan istirahat. Aktivitas tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aktivitas yang berhubungan langsung dengan aktivitas makan dan aktivitas yang mempengaruhi pola makan lutung.persentase aktivitas lutung selama pengamatan ditunjukkan pada Gambar 3. 23

Persentase Aktivitas (%) 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 8.36 0.43 2.17 1.11 13.36 29.77 12.66 32.13 Jenis Aktivitas Gambar 3. Persentase Aktivitas Harian Lutung Merah Jantan Selama Pengamatan Data hasil pengamatan yang terdapat pada Gambar 3 menunjukkan aktivitas tertinggi pada lutung merah jantan adalah aktivitas istirahat, yaitu sebesar 32,13%. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan ini sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian Ruhiyat (1983), yang menyatakan bahwa aktivitas istirahat mendominasi semua aktivitas yang dilakukan surili (Presbytis aygula), yaitu sebesar 80% dari total semua aktivitas. Persentase aktivitas istirahat yang tinggi tersebut diakibatkan oleh suhu udara lingkungan sekitar yang tinggi. Kondisi suhu udara yang cukup panas membuat lutung banyak melakukan aktivitas istirahat, seperti duduk dan tidur. Suhu udara waktu siang hari (26,93 o C) menyebabkan lutung malas untuk bergerak untuk mengurangi pengeluaran panas tubuh. Aktivitas istirahat satwa primata di alam sebesar 32%. Aktivitas tersebut bukan aktivitas tertinggi di alam. Aktivitas tertinggi di alam adalah aktivitas makan (Duma, 2007). Hal ini terjadi karena pemberian pakan di penangkaran sudah disediakan, sehingga lutung hanya tinggal memakan jenis pakan yang tersedia. Dengan demikian lutung tidak perlu mencari pakannya sendiri. Aktivitas tertinggi kedua adalah aktivitas grooming sebesar 29,77%. Aktivitas grooming yang dilakukan adalah menelisik tubuh, mencari kutu dan menjilati bulunya. Aktivitas grooming biasanya dilakukan diantara waktu aktivitas istirahat, yaitu pada saat lutung duduk. Oleh karena itu dapat diindikasikan bahwa dengan tingginya aktivitas istirahat maka akan berpengaruh terhadap aktivitas grooming. 24

Aktivitas lokomosi adalah perpindahan atau pergerakan lutung dari suatu tempat ke tempat lain. Nilai persentase aktivitas lokomosi yang diperoleh adalah sebesar 13,36%. Aktivitas lokomosi satwa primata di alam dapat mencapai 27% (Chivers, 2001). Hal ini terjadi karena satwa primata di alam harus mencari pakan, sedangkan di penangkaran pakan telah tersedia. Selain itu, luasan kandang yang terbatas di penangkaran menyebabkan lutung lebih sedikit melakukan aktivitas lokomosi apabila dibandingkan dengan aktivitas lokomosi lutung di alam. Aktivitas vokalisasi merupakan tingkah laku lutung yang diungkapkan atau diekspresikan melalui suara. Nilai persentase aktivitas vokalisasi sebesar 12,66%. Aktivitas vokalisasi pada lutung selama pengamatan terjadi pada saat lutung lapar, istirahat dan adanya gangguan atau ancaman dari luar, seperti kehadiran orang asing di penangkaran. Aktivitas vokalisasi sering dilakukan di alam karena lutung merupakan satwa yang hidup secara berkelompok. Aktivitas vokalisasi digunakan oleh lutung untuk berkomunikasi dengan lutung lain dalam satu kelompok tersebut (Supriatna et al., 1986). Aktivitas makan mempunyai nilai persentase sebesar 8,36%. Aktivitas makan pada satwa primata di alam lebih tinggi apabila dibandingkan dengan aktivitas makan di penangkaran. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Putra (1993) yang dilakukan di Cagar Alam Situ Patengan, yang menyatakan bahwa persentase aktivitas makan pada surili (Presbytis comata comata) sebesar 29,98%. Ketersediaan pakan yang beraneka ragam di alam mengakibatkan satwa dapat dengan bebas mendapatkannya, sebaliknya pakan yang tersedia di penangkaran membuat satwa primata terbatas dalam pemilihan pakan. Aktivitas eliminasi yang meliputi aktivitas defekasi dan urinasi memiliki nilai persentase sebesar 1,11% dan 2,17%. Aktivitas urinasi dan defekasi biasanya dilakukan dengan posisi duduk atau jongkok dan biasanya sudah terbiasa dilakukan di suatu tempat tertentu, misalnya berjongkok di pinggir kotak tidur, tempat pakan, ataupun di atas batang kayu, tempat lutung bergelantungan. Aktivitas defekasi rata-rata diawali dengan aktivitas urinasi. Aktivitas terendah dari semua aktivitas adalah aktivitas minum, yaitu sebesar 0,43%. Hal ini terjadi karena kandungan air dalam pakan diperkirakan 25

telah mencukupi kebutuhan air pada lutung. Frekuensi minum lutung sangat jarang dan biasanya hanya dilakukan setelah aktivitas makan selesai (Putra, 1993). Aktivitas yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Aktivitas yang berhubungan langsung dengan pola makan, meliputi aktivitas makan (8,36%), minum (0,43%), urinasi (2,17%) dan defekasi (1,11%). Persentase dan alokasi waktu dari aktivitas makan, minum, urinasi dan defekasi dapat dilihat pada Gambar 4. 8.00 7.00 Persentase Aktivitas (%) 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Keterangan : Waktu Pengamatan Makan Minum Urinasi Defekasi Gambar 4. Aktivitas Lutung yang Berhubungan Langsung dengan Pola Makan Lutung Merah Jantan Aktivitas makan mendominasi seluruh kegiatan yang berhubungan langsung dengan pola makan lutung merah jantan kemudian diikuti aktivitas urinasi, defekasi dan minum. Aktivitas Makan Tingkah laku makan lutung diawali dengan pemilihan jenis pakan yang diberikan. Hasil penelitian Nurwulan (2002), menyatakan bahwa lutung biasanya 26

makan dengan posisi tubuh bergelantungan di atas pohon. Namun pada hasil pengamatan ini, lutung makan dengan posisi tubuh duduk di pinggir tempat pakan. Hasil pengamatan pada penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Pratiwi (2008) yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog dilakukan dengan cara duduk di atas tempat pakan sampai pakan tersebut hampir semuanya habis. Menurut Alikodra (1990), pakan yang diberikan pada lutung biasanya langsung dimakan di tempat atau dekat tempat pakan diletakkan. Pakan yang diberikan jarang dibawa ke tempat lain untuk dimakan, kecuali saat makan dekat dengan individu yang dianggap akan membahayakan. Cara pengambilan pakan oleh lutung dilakukan dengan menggunakan kedua tangannya, kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Pemberian pakan lutung di penangkaran dilakukan dengan cara pakan disiapkan setengah jam sebelumnya setelah itu pakan diletakkan di luar kandang. Hal ini mengakibatkan lutung menjadi aktif bergerak dan bersuara karena adanya rangsangan dari luar berupa pakan. Pakan tersebut lalu dimasukkan ke dalam kandang individu yang kosong yang terletak berhadapan dengan kandang lutung. Kandang individu lutung yang berisi pakan dan kandang lutung dibuka pintunya agar lutung bergerak menghampiri kandang individu lutung yang berisi pakan, kemudian pintu kandang individu lutung yang berisi pakan ditutup kembali setelah lutung berada pada kandang tersebut. Beberapa saat dilakukan pemilihan pakan terlebih dahulu oleh lutung sebelum akhirnya pakan tersebut dimakan. Lutung memiliki kecepatan makan yang tinggi, bahkan dua jenis pakan atau lebih dimasukkan ke dalam mulut untuk dikunyah sekaligus dan kemudian ditelan. Keunikan lain dari cara makan lutung adalah kedua tangannya tidak pernah kosong dari pakan, walaupun mulutnya masih mengunyah dan sudah cukup penuh dengan makanan. Kedua tangannya tetap memegang pakan lain yang umumnya berbeda jenis dan siap untuk dimasukkan kembali ke dalam mulutnya apabila sudah kosong. Jenis pakan hijauan, sayuran dan buah-buahan langsung dimasukkan ke dalam mulut dan dikunyah kemudian ditelan. Bagian batang dan daun yang sudah tua untuk jenis pakan hijauan tidak dimakan dan dibuang oleh lutung. Saat memakan daun beringin dan daun bunga kupu-kupu, batangnya tidak dimakan. Bunga dari tanaman bunga kupu-kupu ikut dimakan oleh lutung. Pakan 27

yang diberikan langsung dimakan dan hanya sedikit yang tersisa. Waktu yang diperlukan lutung untuk makan sekitar 45 sampai 60 menit. Biasanya aktivitas makan ini diakhiri dengan aktivitas minum, setelah itu lutung melakukan aktivitas lain seperti lokomosi, grooming dan istirahat. Aktivitas makan lutung dimulai pada pukul 09.00 WIB, aktivitas makan tersebut cukup rendah karena lutung hanya memanfaatkan sisa-sisa pakan pada hari sebelumnya. Peningkatan aktivitas makan lutung terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB yaitu pada waktu pemberian pakan. Aktivitas makan tertinggi juga dicapai pada waktu tersebut sebesar 7,95% (Gambar 4). Tingginya aktivitas makan lutung disebabkan oleh rangsangan rasa lapar. Pemberian pakan lutung juga pernah dilakukan dua kali saat penelitian preliminary, yaitu pada pukul 10.00 WIB dan 14.00 WIB, akan tetapi pada saat pemberian pakan yang kedua didapatkan lutung tidak mau makan bahkan tidak mau menghampiri tempat pakan. Hal ini mengindikasikan bahwa lutung memiliki tingkah laku makan yang terkonsentrasi pada waktu tertentu. Pernyataan tersebut didukung oleh Alikodra (1990), yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di alam dilakukan pada pagi hari, istirahat pada siang hari, sedangkan aktivitas bergerak mencari pohon untuk tidur dilakukan pada sore hari. Gambar 5. Aktivitas Makan pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010) Aktivitas makan paling rendah terjadi pada pukul 12.00-13.00WIB, yaitu sebesar 0,06% (Gambar 4). Hal ini terjadi karena lutung sudah mulai beristirahat. Lutung sebagai satwa diurnal akan aktif pada pagi dan siang hari, sedangkan pada sore hari lebih banyak digunakan sebagai waktu istirahat dan tidur. Pada 28

penelitian ini ditemukan tingkah laku lain yang bersamaan dengan tingkah laku makan dari lutung, yaitu tingkah laku lokomosi dan tingkah laku grooming. Tingkah laku lokomosi terjadi karena pakan yang dibuang akibat pemilihan pakan oleh lutung diambil kembali untuk dimakan. Tingkah laku grooming terjadi bersamaan saat lutung melakukan tingkah laku makan yaitu lutung mengusapusap wajahnya saat makan. Aktivitas Minum Aktivitas minum merupakan aktivitas yang paling rendah dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh lutung. Nilai total persentase aktivitas minum sebesar 0,43% dari keseluruhan aktivitas harian lutung (Gambar 3). Aktivitas minum pada lutung berlangsung sekitar 0,5-2 menit. Tingkah laku minum pada lutung dilakukan dengan cara lutung bergerak menghampiri tempat minum kemudian lutung mendekatkan mulutnya pada tempat air. Posisi tubuh saat minum dilakukan dengan cara duduk atau jongkok dan posisi kedua tangan lutung memegang sisi dari tempat minum lalu air minum dihisap atau disedot dengan menggunakan mulut dan lidahnya. Kandungan air yang cukup tinggi dalam pakan diperkirakan telah mencukupi kebutuhan air pada lutung, sehingga lutung tidak banyak minum. Jenis pakan yang diberikan berupa hijauan, sayuran dan buah-buahan segar yang mempunyai kadar air sekitar 80%. Hasil penelitian dari Pratiwi (2008) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu aktivitas terendah dari lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) adalah aktivitas minum sebesar 3,87% dari seluruh aktivitas yang diamati. Aktivitas minum primata di alam jarang ditemukan, biasanya satwa tersebut memakan jenis tanaman yang kadar air pakannya cukup tinggi, seperti umbut dan pandan hutan (Putra, 1993). Aktivitas minum tertinggi terjadi setelah puncak aktivitas makan pada pukul 11.00-12.00 WIB yaitu sebesar 0,25% (Gambar 4). Tingginya aktivitas minum pada waktu tersebut karena cuaca sudah mulai panas, sehingga lutung harus banyak minum. Aktivitas minum pada lutung dapat dilihat pada Gambar 6. 29

Gambar 6. Aktivitas Minum pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010) Menurut Almatsier (2005), konsumsi air minum ada kaitannya dengan rasa haus dan rasa kenyang. Hal ini sesuai dengan data hasil pengamatan pada pukul 10.00-11.00 WIB dan 11.00-12.00 WIB. Pada pukul 10.00-11.00 WIB menunjukkan aktivitas makan yang tinggi sehingga menyebabkan aktivitas minum rendah. Rendahnya aktivitas minum ini diakibatkan karena kandungan air dalam pakan sudah cukup tinggi. Pada pukul 11.00-12.00 WIB menunjukkan aktivitas makan yang cukup rendah sehingga menyebabkan aktivitas minum yang tinggi. Aktivitas Urinasi Aktivitas urinasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk cair. Aktivitas urinasi dilakukan setelah lutung terbangun dari tidurnya pada pagi hari. Tingkah laku lutung saat melakukan aktivitas urinasi yaitu dengan cara jongkok atau setengah duduk dan biasanya dilakukan pada suatu tempat tertentu, seperti di atas batang kayu tempat lutung bergelantungan, di pinggir kotak tidur dan di pinggir tempat pakan. Aktivitas urinasi pada lutung dapat dilihat pada Gambar 7. 30

Gambar 7. Aktivitas Urinasi dan Defekasi pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010) Aktivitas urinasi tertinggi dicapai pada pukul 09.00-10.00 WIB, yaitu sebesar 0,41% (Gambar 4). Hasil ini sama dengan hasil penelitian Prayogo (2006), yang menunjukan bahwa aktivitas urinasi lutung dengan nilai tertinggi adalah pada pukul 08.00-10.00 WIB. Tingginya aktivitas urinasi lutung pada pagi hari dipengaruhi oleh keadaan udara yang cukup dingin. Suhu udara 25,64 o C dan kelembaban 89,43% pada pagi hari menyebabkan lutung perlu penyesuaian diri terhadap kondisi suhu udara tersebut melalui urinasi agar panas tubuhnya tetap stabil. Aktivitas urinasi yang tinggi juga dipengaruhi dari konsumsi pakan yang dicerna dan tidak termetabolisme dalam tubuh sehingga dikeluarkan melalui urin. Aktivitas Defekasi Aktivitas defekasi merupakan aktivitas membuang kotoran yang berbentuk padat. Aktivitas defekasi mulai dilakukan semenjak lutung memulai aktivitasnya pada pagi hari, seperti aktivitas urinasi. Tingkah laku dan posisi tubuh lutung saat melakukan defekasi mirip seperti posisi ketika lutung melakukan urinasi, yaitu dilakukan dengan cara jongkok atau setengah duduk. Aktivitas defekasi pada lutung biasanya dilakukan di tempat tertentu, seperti aktivitas urinasi, yaitu di atas batang kayu tempat lutung bergelantungan, di pinggir kotak tidur dan di pinggir tempat pakan. Aktivitas defekasi lutung dapat dilihat pada Gambar 7. Aktivitas defekasi tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu sebesar 0,20% (Gambar 4). Tingginya aktivitas defekasi ini disebabkan oleh hasil 31

pencernaan konsumsi pakan pada hari sebelumnya yang tidak dicerna dan tidak digunakan lagi oleh tubuh, sehingga harus dikeluarkan pada keesokan harinya. Bentuk feses yang normal pada lutung adalah berbentuk bulat panjang agak lonjong dan cukup padat. Feses yang dikeluarkan terkadang tidak normal, yaitu feses berbentuk cair dan agak lembek. Hal ini diduga dari bahan pakan atau sistem pencernaan lutung yang sedang terganggu. Aktivitas yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung Aktivitas yang mempengaruhi pola makan lutung terdiri dari aktivitas lokomosi (13,36%), grooming (29,77%), vokalisasi (12,66%) dan istirahat (32,13%). Persentase dan alokasi waktu dari aktivitas lokomosi, grooming, vokalisasi dan istirahat dapat dilihat pada Gambar 8. 7.00 6.00 Persentase Aktivitas (%) 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Keterangan : Waktu Pengamatan Lokomosi Grooming Vokalisasi Istirahat Gambar 8. Aktivitas Lutung yang Mempengaruhi Pola Makan Lutung Merah Jantan Aktivitas istirahat mendominasi seluruh kegiatan yang mempengaruhi pola makan lutung merah jantan kemudian diikuti oleh aktivitas grooming, lokomosi dan vokalisasi. 32

Aktivitas Lokomosi Aktivitas lokomosi pada lutung merupakan aktivitas pergerakan atau perpindahan yang dilakukan oleh lutung dari suatu titik ke titik yang lain. Aktivitas lokomosi ini dapat dilakukan dengan cara berjalan, berlari, melompat dan bergelantung. Pergerakan lutung yang paling sering dilakukan adalah quadrupedal, yaitu berjalan dengan menggunakan keempat tungkainya yang dilakukan dengan arah horizontal maupun vertikal (Fleagle, 1978). Lutung melakukan gerakan berjalan dengan keempat tungkainya dari sudut kandang ke sudut kandang lainnya atau ketika mengelilingi bagian dalam kandang dan dilakukan secara berulang kali. Gerakan bergelantung sangat jarang dilakukan, namun sering dijumpai pergerakan lutung yang berjalan di atas dinding kandang dan dibagian dasar kandang. Aktivitas lokomosi satwa primata di alam dapat mencapai 27% (Chivers, 2001). Aktivitas lokomosi lutung yang diamati sebesar 13,36% dari seluruh aktivitas lutung (Gambar 3). Hasil penelitian Pratiwi (2008) terhadap lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog menunjukkan hal serupa, yaitu aktivitas lokomosi menduduki peringkat ketiga sebesar 19,77% setelah aktivitas istirahat dan grooming. Rendahnya aktivitas lokomosi disebabkan karena pakan lutung telah tersedia di penangkaran sehingga lutung tidak banyak melakukan pergerakan mencari pakan. Selain itu, aktivitas lokomosi lutung terbatas akibat luasan atau besaran kandang. Pakan yang beraneka ragam dan ruang lingkup yang tanpa batas di alam menyebabkan lutung banyak melakukan pergerakan atau lokomosi. Lutung bergerak biasanya untuk mencari pakan, apabila di tempat tersebut jenis pakannya telah habis maka lutung akan berpindah ke tempat lain yang banyak terdapat pakan. Aktivitas lokomosi lutung dapat dilihat pada Gambar 9. 33

Gambar 9. Aktivitas Lokomosi pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010) Aktivitas lokomosi dilakukan pertama kali setelah lutung terbangun dari tidurnya di pagi hari. Aktivitas tertinggi terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB, yaitu sebesar 3,03% (Gambar 8). Aktivitas lokomosi yang tinggi pada waktu tersebut terjadi karena lutung mendapatkan rangsangan dari luar berupa pakan. Lutung menjadi aktif bergerak karena lutung mempunyai rangsangan rasa lapar dan keinginan untuk mendapatkan pakan tersebut. Pemberian pakan membuat lutung harus bergerak karena pakan yang diberikan berada pada kandang individu lutung yang kosong, yang terletak berhadapan dengan kandang lutung. Selain itu, aktivitas lokomosi juga dipengaruhi oleh suhu udara yang rendah (25,64 o C) dan kelembaban yang tinggi (89,43%) pada pagi hari. Kondisi lingkungan seperti ini akan menyebabkan udara yang dingin, sehingga lutung banyak melakukan aktivitas lokomosi untuk menjaga panas tubuhnya agar tetap stabil. Aktivitas lokomosi paling rendah terjadi pada pukul 12.00-13.00 dan 13.00-14.00 WIB, yaitu sebesar 0,18% (Gambar 8). Cuaca yang panas pada siang hari dengan temperatur sebesar 26,93 o C dan kelembaban sebesar 85,50% menyebabkan lutung banyak kehilangan energi tubuh, sehingga untuk menghindari hal tersebut lutung mengurangi aktivitas lokomosi dan banyak melakukan aktivitas istirahat. Aktivitas Grooming Aktivitas grooming adalah aktivitas membersihkan diri atau merawat diri dari kotoran dan parasit yang dilakukan dengan cara mengusap, meraba, menjilat, menelisik, menggaruk, menjilat dan menggigit. Aktivitas grooming pada lutung 34

lebih banyak dilakukan pada bagian tangan, kaki dan ekor. Selain itu terdapat juga kebiasaan lain, yaitu meraba dan mengusap-usap bagian anus dan alat kelaminnya ketika lutung selesai melakukan aktivitas urinasi dan defekasi. Aktivitas seperti ini dimasukkan ke aktivitas grooming. Aktivitas grooming lutung dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Aktivitas Grooming pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010) Menurut Prayogo (2006), aktivitas grooming dibedakan menjadi dua macam, yaitu autogrooming dan allogrooming. Autogrooming adalah merawat diri yang dilakukan sendiri, sedangkan allogrooming adalah merawat diri yang dilakukan bersama individu lain. Satwa primata pada umumnya hidup berkelompok, sehingga aktivitas grooming akan dilakukan bersama-sama individu lainnya. Aktivitas grooming yang dilakukan lutung di penangkaran adalah autogrooming karena lutung ditempatkan pada kandang individu sehingga aktivitas grooming dilakukan sendiri. Aktivitas grooming biasanya dilakukan pada pagi hari ketika lutung mulai bangun dari tidurnya, selain itu lutung melakukan grooming pada waktu selesai makan, minum, urinasi dan defekasi. Aktivitas grooming lutung di penangkaran sering dijumpai bersamaan dengan aktivitas makan, seperti mengusap-usap wajah saat lutung sedang makan. Aktivitas grooming tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB, menjelang aktivitas istirahat total atau tidur, yaitu sebesar 6,11% (Gambar 8). Aktivitas grooming juga sering dilakukan disela-sela aktivitas istirahat, seperti saat duduk. Aktivitas grooming paling rendah terjadi pada pukul 13.00-14.00 WIB, yaitu sebesar 0,29% (Gambar 8). Rendahnya aktivitas grooming pada waktu ini 35

diakibatkan karena lutung biasanya sudah mulai tidur dalam kandang. Hal ini didukung oleh pernyataan Alikodra (1990), yang menyatakan bahwa aktivitas makan lutung di alam dilakukan pada pagi hari, istirahat pada siang hari, sedangkan aktivitas bergerak mencari pohon untuk tidur dilakukan pada sore hari. Aktivitas Vokalisasi Aktivitas vokalisasi merupakan ekspresi atau ungkapan tingkah laku satwa yang dinyatakan melalui suara terhadap lingkungan atau keadaan sekitar. Vokalisasi adalah salah satu karakteristik yang dimiliki oleh satwa arboreal pemakan daun karena merupakan sistem isyarat yang efektif bagi kelompok yang tidak dapat saling melihat (de Vore, 1979). Aktivitas vokalisasi lutung dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Aktivitas Vokalisasi pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010) Aktivitas vokalisasi lutung selama pengamatan dimulai pada pukul 06.00 sampai dengan pukul 13.00 WIB kemudian aktif lagi pada pukul 15.00 sampai dengan pukul 18.00 WIB (Gambar 8). Aktivitas vokalisasi pada pagi hari terjadi karena lutung merah merasa lapar sehingga lutung bersuara untuk mendapatkan pakan. Selain itu, disebabkan juga karena lutung merasa terganggu oleh aktivitas manusia yang bekerja atau lalu-lalang di sekitar lokasi kandang. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan Supriatna et al. (1986) pada lutung merah (Presbytis rubicunda) di Cagar Alam Tanjung Puting, Kalimantan Tengah, yang menyatakan bahwa lutung merah di alam akan melakukan vokalisasi pada pagi hari dalam membagi kelompoknya menjadi kelompok-kelompok kecil untuk 36

mencari pakan dan melakukan panggilan peringatan apabila mereka melihat adanya penyusup atau gangguan. Aktivitas vokalisasi tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB sebesar 4,04% (Gambar 8). Aktivitas vokalisasi pada sore hari dikarenakan lutung akan memulai melakukan aktivitas istirahat panjang atau tidur. Aktivitas vokalisasi lutung merah di alam pada sore hari dilakukan untuk memanggil kelompokkelompok kecilnyaagar berkumpul kembali untuk beristirahat setelah mencari pakan karena lutung merupakan satwa diurnal. Aktivitas vokalisasi ini dilakukan oleh lutung merah jantan dewasa dalam kelompok tersebut (Supriatna et al., 1986). Aktivitas Istirahat Aktivitas istirahat terbagi kedalam dua jenis, yaitu istirahat total dan istirahat sementara. Istirahat total berarti lutung melakukan posisi badan seperti duduk, diam tak bergerak dan tidur. Sedangkan istirahat sementara adalah keadaan atau posisi badan yang tidak bergerak yang dilakukan diantara aktivitas hariannya, misalnya antara aktivitas lokomosi dan grooming. Aktivitas istirahat sementara dilakukan lutung dalam waktu yang singkat dibandingkan dengan aktivitas istirahat total.waktu istirahat penting dilakukan oleh lutung dan primata lainnya untuk mencerna pakan yang telah dikonsumsinya (Alikodra, 1990). Aktivitas istirahat biasa dilakukan lutung setelah selesai melakukan aktivitas makan, ketika suhu udara tinggi dan pada waktu sore hari. Posisi tubuh lutung ketika melakukan aktivitas istirahat sangat bervariasi, mulai dari duduk sampai merebahkan tubuhnya. Posisi istirahat lutung pada pagi dan siang hari biasanya dilakukan sambil duduk dengan matanya terpejam. Tingkah laku istirahat lutung pada sore hari berbeda dengan aktivitas istirahat pada pagi dan siang hari. Pada sore hari lutung biasanya tidur dalam kotak tidur yang telah disediakan. Posisi tubuhnya kurang dapat diperhatikan, karena bentuk kotaknya yang hampir menutupi seluruh bagian tubuh lutung. Aktivitas istirahat lutung dapat dilihat pada Gambar 12. 37

Gambar 12. Aktivitas Istirahat pada Lutung Merah (Sumber : Irawan, 2010) Aktivitas istirahat memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan jumlah aktivitas lainnya, yaitu sebesar 32,13% (Gambar 3). Aktivitas istirahat tersebut terdiri dari aktivitas istirahat total sebesar 9,04% dan aktivitas istirahat sementara sebesar 23,09%. Hasil penelitian dari Pratiwi (2008) di Pusat Penyelamatan Satwa Gadog juga menunjukkan hal yang serupa, yaitu aktivitas tertinggi dari lutung kelabu (Trachypithecus cristatus) didominasi oleh aktivitas istirahat sebesar 28,19% dari seluruh aktivitas yang diamati. Hal ini didukung juga dari hasil penelititan yang dilakukan Prayogo (2006) di Taman Margasatwa Ragunan, yang menyatakan bahwa persentase aktivitas istirahat lutung perak (Trachypithecus cristatus) mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas lainnya, yaitu sebesar 25,94%. Hasil pengamatan menunjukan bahwa aktivitas istirahat tertinggi terjadi pada pukul 16.00-17.00 WIB, yaitu sebesar 4,02% (Gambar 8). Tingginya aktivitas istirahat pada waktu tersebut akibat dari proses pencernaan pakan yang dikonsumsi lutung. Aktivitas istirahat terendah terjadi pada pukul 10.00-11.00 WIB, yaitu sebesar 0,51% (Gambar 8). Hal ini terjadi karena pada waktu tersebut pakan mulai diberikan sehingga lutung banyak melakukan aktivitas makan. Pemilihan Pakan Pemilihan pakan pada lutung dapat menunjukkan jenis pakan yang paling disukai oleh lutung dan pakan yang paling tidak disukai. Selain itu tingkat kesukaan jenis pakan dapat diketahui dengan cara menghitung jumlah konsumsi pakan. Church (1976), mengatakan bahwa satwa memiliki sifat seleksi yang 38

cukup tinggi terhadap pakan yang tersedia, sehingga satwa akan lebih banyak memakan jenis pakan yang paling disukainya. Tingkat palatabilitas pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aroma, tekstur, suhu, rasa dan kandungan nutrisi. Jenis pakan yang diberikan pada penelitian ini terdiri atas delapan macam, yaitu daun beringin, daun bunga kupu-kupu, sawi putih, kacang panjang, pisang siam, apel malang, jambu biji dan ubi jalar. Kacang panjang yang diberikan dipotong dengan ukuran kurang lebih 10 cm untuk memudahkan lutung dalam memakan pakan tersebut. Pemberian ubi jalar sudah biasa dijadikan sebagai pakan lutung di penangkaran. Ubi jalar dan pisang siam yang diberikan, kulit buahnya dikupas terlebih dahulu. Bunga tanaman daun bunga kupu-kupu terkadang diikutsertakan saat pemberian daun bunga kupu-kupu. Urutan pemilihan pakan digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui tingkat kesukaan pakan yang diberikan. Urutan ranking pakan atau ranking jenis pakan yang diberikan pada lutung merah jantan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Urutan Pemilihan Pakan pada Lutung Merah Jantan Jenis Pakan Rata-rata Ranking Daun beringin 1,68 1 Ubi jalar 2,57 2 Pisang siam 3,14 3 Apel malang 4,50 4 Jambu biji 4,71 5 Sawi putih 6,21 6 Daun bunga kupu-kupu 6,32 7 Kacang panjang 6,86 8 Keterangan : angka 1 sampai dengan angka 8 menunjukkan nomor urutan pemilihan pakan dari pakan yang pertama kali dipilih sampai pakan yang terakhir dipilih untuk dikonsumsi. Hasil pengamatan menunjukkan urutan pemilihan pakan lutung dari yang paling disukai hingga yang tidak disukai, masing-masing adalah daun beringin, ubi jalar, pisang siam, apel malang, jambu biji, sawi putih, daun bunga kupu-kupu 39

dan kacang panjang. Pakan yang diberikan pada pagi hari biasanya sebagian besar langsung habis dimakan. Pakan yang kurang disukai, seperti sawi putih, daun bunga kupu-kupu dan kacang panjang masih tersisa dalam jumlah sedikit. Waktu makan lutung berkisar antara 45 sampai 60 menit dan selama jangka waktu tersebut jenis pakan yang diberikan hampir semuanya habis dimakan. Daun beringin menjadi pilihan pakan yang paling disukai oleh lutung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rijksen (1978), yaitu lutung merupakan spesies folivorus, sehingga pakan yang dikonsumsinya berupa dedaunan. Daun beringin yang dimakan berupa daun yang muda atau pucuk daun karena lutung biasanya mengonsumsi dedaunan yang masih muda atau pucuk daun. Daun beringin yang dimakan dipisahkan dari batangnya. Ubi jalar menduduki peringkat kedua dalam pemilihan pakan lutung. Menurut Matsuzawa (1950), pada umumnya satwa primata menyukai pakan dengan rasa manis. Tingginya kandungan karbohidrat ubi jalar, yaitu sekitar 75-90% yang menyebabkan rasa manis membuat lutung menyukainya (Harli, 2000). Peringkat ketiga ditempati oleh pisang siam dalam pemilihan pakan lutung karena daging buahnya yang berwarna kuning memiliki kandungan energi dan lemak yang cukup tinggi, yaitu sebesar 136 kalori dan 12,6 g (Mailangkay, 2002) sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan energi untuk lutung. Apel malang menduduki peringkat keempat karena daging buahnya berwarna kekuningan, bertekstur agak kasar, aroma buahnya yang tidak tajam dan rasanya segar karena mengandung cukup banyak air (Yulianti et al., 2007). Urutan kelima ditempati oleh jambu biji karena daging buahnya berwarna putih atau merah, serta berasa asam-manis (Astawan dan Kasih, 2008). Apel malang dan jambu biji yang diberikan sebagai pakan lutung, kulit buah dan bijinya ikut dimakan. Lutung merah selain sebagai spesies folivorus juga termasuk spesies gramnivorus, yaitu pemakan biji-bijian. Biji-bijian dapat dikonsumsi oleh lutung merah karena kemampuan kandungan mikroba yang terdapat dalam sistem pencernaannya mampu mengubah tingkat keasaman atau ph pakan (Davies, 1986). Sawi putih menempati urutan keenam dalam pemilihan pakan lutung. Warna hijau daun yang lebih muda dibandingkan dengan warna daun jenis pakan 40

lain (daun beringin dan daun bunga kupu-kupu) menjadikan lutung menyukai jenis pakan ini. Selain itu, sawi putih juga mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu sebesar 6,99 g (Nurwulan, 2002). Lutung memakan sawi putih pada bagian daun terlebih dahulu kemudian batangnya. Daun bunga kupu-kupu menempati urutan ketujuh karena daun bunga kupu-kupu memiliki kandungan protein kasar sebesar 21,13% (Hadiati, 2003), akan tetapi daun bunga kupu-kupu mengandung tanin yang dapat merupakan faktor pembatas pada bahan pakan satwa (Sadili, 2003) sehingga perlu diperhatikan dalam pemberiannya. Tanaman bunga kupu-kupu yang dimakan oleh lutung berupa daun dan bunganya. Batang tanaman bunga kupu-kupu tidak ikut dimakan oleh lutung. Terakhir dalam urutan pemilihan pakan pada lutung adalah kacang panjang karena jenis pakan ini pada waktu dikonsumsi sulit dipegang oleh lutung. Hal ini terlihat dari banyaknya pakan kacang panjang yang jatuh saat lutung memakan kacang panjang. Tekstur kacang panjang yang lunak dan memiliki kadar bahan kering dan serat kasar rendah dibandingkan dengan jenis pakan lainnya, yaitu sebesar 9,21% dan 1,59% membuat lutung tidak menyukai jenis pakan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Nicole dan Anggraeni (2006) yang menyatakan bahwa pemberian kacang panjang sebagai bahan pakan satwa primata dan mamalia di Kebun Binatang Surabaya sebaiknya diganti karena satwa primata dan mamalia kurang menyukai pakan tersebut, khususnya untuk spesies lutung merah (Presbytis rubicunda). Salah satu faktor lain yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan satwa liar yang dipelihara di penangkaran adalah saluran pencernaannya (Prayogo, 2006). Lutung merah merupakan satwa folivorus dan gramnivorus, sehingga jenis pakan yang diberikan berupa dedaunan, umbi-umbian dan buahbuahan. Hal ini dilakukan agar lutung dapat memperoleh nutrisi sesuai dengan habitat aslinya. 41