aktivitas simpatis yang lebih besar daripada maternal normotensif (Schobel et al., 1996; Greenwood et al., 2001; Fischer et al., 2004; Yusuf et al.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

Pengaruh Penggunaan Fenilpropanolamin (PPA) Terhadap Preeklampsia. Effect of Phenylpropanolamine (PPA) Used To Preeclampsia

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah salah satu faktor yang paling umum menyebabkan umur harapan hidup (UHH) lebih pendek dan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai salah satu penyulit kehamilan. 1. (AKI) di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN. serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG s) hingga tahun 2015 adalah dengan menurunkan ¾ risiko jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu adalah satu dari delapan program Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN. tahun diperkirakan wanita di dunia meninggal sebagai akibat. per kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Preeklamsia dan eklamsia merupakan masalah kesehatan yang. memerlukan perhatian khusus karena preeklamsia adalah penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu penyebab. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian ibu merupakan permasalahan global. Tingginya angka kematian ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. normal. Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia lebih atau sama dengan 35 tahun. Kelompok usia ini sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Penggunaan Fenilpropanolamin (PPA) terhadap Preeklampsia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI), sehingga menempatkannya diantara delapan tujuan Millennium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh. Mengontrol kehamilan secara rutin dan menjelaskan keluhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tergolong cukup tinggi. Angka kejadian preeklampsia sebanyak 861 dari

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan ibu hamil, kurangnya Antenatal Care (ANC), diabetes

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang memiliki Angka kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

B AB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, terdapat beberapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR) merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Poin ke 5 dalam Milenium Development Goals (MDG) adalah

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

HUBUNGAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT KATOLIK ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA TAHUN 2013

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang organ demi organ lengkap dengan segala fungsi masing-masing, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu. American College Obstetry and Gynecology (ACOG)

HUBUNGAN TEKANAN DARAH DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN EKLAMPSIA DI RUANG BERSALIN RSUP NTB TAHUN Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, diperkirakan ibu meninggal karena komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran preterm, dan intrauterine growth restriction (IUGR) (Sibai, 2005;

PENGARUH PENGGUNAAN PARASETAMOL SELAMA KEHAMILAN TERHADAP PREEKLAMPSIA DITA MARIA VIRGINIA Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian yang dialami ibu selama masa kehamilan masih cukup tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung antara minggu (hamil aterm) dan ini merupakan periode

PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator kesehatan suatu. negara. AKI di dunia secara global sebesar 216/ kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buruknya derajat kesehatan perempuan di Indonesia. di tunjukan dengan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir. Presentase bedah sesar di Ameika

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. Pre eklamsia atau toksemia preeklantik (pre eclamtic toxaemia, PET)

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

KELUARAN MATERNAL DAN PERINATAL PADA KASUS-KASUS PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2012

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI), selama periode tahun angka kematian ibu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiap tahun terdapat 36.000 kematian maternal di wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk negara yang memiliki angka Maternal Mortality Ratio (MMR) yang cukup tinggi (Sauvarin, 2006). Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu target Millenium Development Goals (MDGs). Target MDGs terhadap AKI di Indonesia sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 menunjukkan bahwa AKI masih tinggi yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan, 2011). Kematian maternal di Asia Tenggara sebesar 60-80% disebabkan oleh perdarahan, sepsis, gangguan hipertensi (termasuk preeklampsia), dan komplikasi karena aborsi yang tidak aman. Preeklampsia/eklampsia menyumbang 12% terjadinya kematian maternal dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 5-7% kehamilan akan mengalami preeklampsia. Preeklampsia/eklampsia juga merupakan salah satu faktor penyebab yang sering terjadi selain faktor penyebab lain (perdarahan dan infeksi) di Indonesia (Sauvarin, 2006; Kementerian Kesehatan, 2011; WHO, 1997; Hladunewich et al., 2007). Preeklampsia merupakan suatu bentuk gangguan hipertensi saat kehamilan dengan kriteria minimal tekanan darah > 140/90 mmhg setelah minggu gestasi ke-20 serta terjadi proteinuria >300 mg/24 jam atau > 1dipstik. Apabila preeklampsia berlanjut dan terapi kurang berhasil maka dapat berkembang menjadi eklampsia, dimana eklampsia akan menimbulkan maternal neurovaskular complication yang dapat dilihat dari munculnya hipertensi akut disertai kejang (Cunningham et al., 2010). Kondisi preeklampsia sendiri merupakan suatu kondisi yang masih belum dapat dipastikan patofisiologinya. Higgins & de Swit (2001) menyebutkan bahwa preeklampsia merupakan kelainan vasokonstriksi pada masa kehamilan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa preeklampsia terkait dengan peningkatan 1

2 aktivitas simpatis yang lebih besar daripada maternal normotensif (Schobel et al., 1996; Greenwood et al., 2001; Fischer et al., 2004; Yusuf et al., 2004). Pada satu sisi banyak wanita hamil mengkonsumsi obat bebas pada awal kehamilan karena tidak menyadari kehamilannya. Lebih dari 90% maternal menggunakan obat baik obat bebas maupun resep pada saat hamil (Andrade, et al., 2004). Salah satu over-the-counter (OTC) yang sering digunakan adalah obat flu karena 18-30% maternal mengalami flu pada awal kehamilan sebagai akibat dari penurunan sistem imun maternal (Ellegard et al., 2000). Obat flu yang beredar di pasaran umumnya mengandung beberapa zat aktif seperti dekongestan, antihistamin, serta terkadang dilengkapi dengan antipiretik, ekspektoran, dan antitusif. Dekongestan terbagi menjadi 2 macam yaitu sistemik (oral) dan topikal. Dekongestan oral umumnya mengandung oleh fenilpropanolamin (PPA) atau pseudoefedrin. Mekanisme kerja dekongestan yaitu dengan merangsang pelepasan norepinefrin (NE) dari saraf simpatis dimana norepinefrin ini kemudian akan terikat pada α-adrenoreseptor sehingga menghasilkan vasokonstriksi pembuluh darah (Corboz et al., 2008). α- adrenoreseptor terdapat pada otot polos dimana α 2 -adrenoreseptor lebih banyak terdapat di daerah pada daerah nasal sedangkan α 1 -adrenoreseptor terdapat di banyak pembuluh darah dan otot polos lain pada tubuh. Flavahan (2004) menemukan bahwa pada konsentrasi rendah PPA akan menimbulkan vasokonstriksi akibat ekspresi α 2 -adrenoreseptor sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi PPA juga akan mengaktifkan α 1 -adrenoreseptor. Mekanisme kerja PPA selain merangsang simpatis untuk mensekresikan NE juga akan menghambat reuptake NE sehingga kadar NE menjadi lebih besar dibandingkan pemakaian dekongestan lain. Penggunaan PPA selama kehamilan akan semakin memperbanyak kadar NE. Hal ini akan meningkatkan stimulasi pada α-adrenoreseptor sehingga semakin memacu timbulnya vasokonstriksi yang mungkin akhirnya dapat menimbulkan preeklampsia. Farmakokinetik PPA juga akan berubah terkait dengan perubahan fisiologi maternal. Perubahan yang paling signifikan terjadi pada absorbsi dan distribusi.

3 Peningkatan progesteron selama masa kehamilan akan mengurangi motilitas intestinal. Hal ini akan berpengaruh pada absorbsi obat dan hasilnya akan meningkatkan Tmax (waktu dimana konsentrasi plasma berada di puncak). Peningkatan hormon plasenta dan steroid akan mempengaruhi proses distribusi dengan mengganggu ikatan antara obat dengan albumin. Hormon plasenta dan steroid akan terikat lebih kuat pada albumin sehingga mampu menggantikan ikatan antara obat dan albumin. Hal ini akan memacu banyaknya obat bebas sehingga akan meningkatkan ikatan obat-reseptor (Dawez & Chowienczyk, 2001). Semakin tinggi Tmax dan semakin banyak ikatan obat-reseptor maka dosis lazim PPA akan menjadi lebih besar pada tubuh maternal daripada wanita yang tidak hamil sehingga kemungkinan risiko preeklampsia semakin besar. Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas maka peneliti bermaksud meneliti apakah terdapat hubungan antara penggunaan obat flu yang mengandung dekongestan khususnya PPA dengan timbulnya kondisi preeklampsia/eklampsia. Lokasi penelitian menggunakan RSUP Dr. Sardjito karena merupakan rumah sakit rujukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan sehingga diharapkan dapat diperoleh sampel yang representatif. B. Perumusan Masalah Preeklampsia/eklampsia merupakan penyakit yang belum diketahui penyebabnya secara pasti sehingga pengobatan dan upaya pencegahannya menjadi lebih sulit. Kondisi ini juga dapat mengancam keselamatan maternal dan janin. Apabila dapat ditemukan faktor risiko yang dapat dicegah sejak dini maka hal ini dapat sangat membantu menurunkan angka preeklampsia/eklampsia. Maka perlu diteliti mengenai hubungan penggunaan fenilpropanolamin (PPA) terhadap timbulnya preeklampsia/eklampsia. Oleh karena itu dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: Berapa besar risiko penggunaan fenilpropanolamin (PPA) selama masa kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia/eklampsia di RSUP Dr. Sardjito?

4 1. 2. 1. 2. C. Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui hubungan penggunaan fenilpropanolamin (PPA) selama masa kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia/eklampsia di RSUP Dr. Sardjito. Tujuan khusus Mengetahui besarnya risiko penggunaan fenilpropanolamin (PPA) selama masa kehamilan terhadap terjadinya preeklampsia/eklampsia di RSUP Dr. Sardjito. D. Manfaat Penelitian Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pelayanan terhadap maternal baik di rumah sakit, praktek dokter, maupun farmasi di apotek untuk mecegah terjadinya preeklampsia/eklampsia. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, khususnya maternal perinatal dan farmasi. E. Keaslian Penelitian Penelitian terdahulu mengenai faktor risiko preeklampsia/eklampsia dan penggunaan fenilpropanolamin selama masa kehamilan antara lain: 1. Greenwood et al. (2001) melakukan penelitian berjudul Symphathetic Neural Mechanisms in Normal and Hypertensive Pregnancy in Human, dengan hasil yang menyatakan bahwa aktivitas saraf simpatis pada wanita hamil normotensif lebih besar daripada wanita tidak hamil (P<0,05) tapi lebih kecil daripada wanita hamil dengan hipertensi (P<0,001). 2. Flavahan (2005) dengan penelitian berjudul Phenylpropanolamine Constricts Mouse and Human Blood Vessels by Preferentially Activating α2- Adrenoreceptors menyatakan bahwa pada konsentrasi rendah fenilpropanolamin akan menyebabkan vasokontriksi pada α2-adrenoreceptors

5 namun dengan konsentrasi lebih tinggi juga akan merangsang α1- adrenoreceptors. 3. Ohonsi & Ashimi (2008) meneliti dengan judul Pre-Eclampsia A Study of Risk Factors secara prospektif observasional. Hasil penelitian menyatakan bahwa umur reproduktif dan parity, kelas sosial ekonomi yang rendah, unbooked status, riwayat hipertensi pada keluarga, dan kelebihan berat badan saat kehamilan menjadi faktor risiko yang signifikan terhadap timbulnya preeklampsia. 4. Redorbosa et al. (2010) meneliti mengenai penggunaan terhadap risiko preeklampsia dengan rancangan kohort. Penelitian tersebut berjudul Use of AcetaminophenDuring Pregnancy and Risk of Preeclampsia, Hypertensive and Vascular Disorders: A Birth Cohort Study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan asetaminofen pada trimester ketiga akan meningkatkan risiko preeklampsia (RR=1,40, 95% CI: 1,24-1,58). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada variabel dan lokasi penelitian. Penelitian ini lebih ingin melihat risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia dihubungkan dengan penggunaan fenilpropanolamin (PPA) selama masa kehamilan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di RSUP Dr. Sardjito dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medis pasien disertai dengan adanya wawancara dengan pasien/keluarga pasien.