BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. enzim dari jalur lintas glikolitik dan heksosa monofosfat dari metabolisme

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

Kekurangan Zat Besi dan Anemia pada Atlit

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. asap dan ditelan, terserap dalam darah, dan dibawa mencapai otak, penangkap pada otak akan mengeluarkan dopamine, yang menimbulkan

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. Minuman isotonik atau dikenal juga sebagai sport drink kini banyak dijual

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan (konsepsi) adalah pertemuan antara sel telur dengan sel

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yaitu pencemaran lingkungan.

Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017 ISSN Seri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.


BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. anaerobik adalah lari cepat jarak pendek, interval training, lari seratus. yard, renang sprint, serta bersepeda cepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

KONSUMSI PISANG AMBON PADA AKTIVITAS FISIK SUBMAKSIMAL MENINGKATKAN KADAR GLUKOSA DARAH. Alin Anggreni Ginting

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya jam aktivitas masyarakat serta meningkatnya kesadaran. terhadap makanan dan minuman yang bermanfaat bagi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

PENDAHULUAN. suatu usaha peternakan Domba Priangan sehingga penyebaran dari suatu daerah

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan endurance merupakan bentuk latihan aerobik untuk meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam melakukan olahraga (Fink et al., 2011). Salah satu cabang olahraga yang melakukan latihan endurance berat adalah olahraga sepatu roda. Olahraga sepatu roda jarak jauh (5000m, 10km dan marathon) membutuhkan energi yang besar untuk mendapatkan performa optimal, dengan sistem energy yang dominan digunakan adalah sistem aerobik. Jarak tempuh sepatu roda pada saat kompetisi dapat mencapai 50 km, sehingga diperlukan latihan endurance dengan jarak yang jauh untuk mendapatkan kapasitas aerobik yang maksimal (Cetin, 2011; Carlsson et al., 2015). Namun Sugiharto (2006) mengungkapkan bahwa selain memberikan keuntungan, ternyata latihan aerobik dapat menyebabkan adanya gangguan homeostasis dalam tubuh. Secara fisiologis, pada saat istirahat, rantai respirasi manusia menghasilkan efek produk berupa radikal bebas yang dapat diatasi oleh antioksidan dalam tubuh. Namun latihan fisik berat yang dilakukan atlet sepatu roda dapat menginduksi terjadinya stress oksidatif yaitu peningkatan radikal bebas yang tidak diimbangi dengan peningkatan antioksidan dalam tubuh. Beberapa jenis latihan seperti bersepeda pada 65% VO 2max selama 90 menit, lari pada 70% VO 2max selama 3 jam, dan lari >21 km dilaporkan dapat meningkatkan radikal bebas (Vollaard et al., 2005; Bonilla et al., 2005). Peningkatan radikal bebas saat latihan terjadi karena adanya peningkatan konsumsi oksigen untuk memenuhi kebutuhan energi akibat peningkatan 1

kontraksi otot. Konsumsi oksigen dapat meningkat 10-15 kali lebih banyak dari normal pada latihan aerobik, bahkan mencapai 100-200x pada latihan berat (Bonilla et al., 2005; Sugiharto, 2006; Powers & Malcom, 2008). Radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya kelelahan otot pada atlet setelah melakukan latihan. Radikal bebas ini merusak DNA, komponen protein seluler, penghambatan sintesis protein, fragmentasi protein dan kematian sel. Selain itu, radikal bebas juga dapat merusak sel darah merah (eritrosit) sehingga mengganggu performa atlet (Powers & Malcom, 2008; Meamarbashi & Rajabi, 2013). Eritrosit berperan penting dalam transportasi oksigen dan zat gizi dalam tubuh dan sangat rentan terhadap kondisi stress oksidatif karena membrannya kaya akan lipid dan zat besi. Hal ini membuat eritrosit menjadi substrat yang mudah untuk dirusak oleh radikal bebas. Kerusakan membran eritrosit ini dapat membuat eritrosit lisis dan hemoglobin keluar dari sel (hemolisis intravaskuler) sehingga terjadi penurunan jumlah eritrosit dan hemoglobin. Penurunan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet endurance dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan darah dalam mengangkut oksigen dan juga kemampuan kardiorespiratorinya, sehingga pada akhirnya mengakibatkan rendahnya kapasitas aerobik yang berujung pada penurunan performa atlet (Nafita, 2012). Beberapa studi melaporkan bahwa olahraga endurance berat dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet. Hal ini dikarenakan adanya penurunan produksi eritrosit akibat destruksi eritrosit dari shock mekanik dan hemolisis. Penurunan jumlah eritrosit inilah yang 2

diduga menjadi penyebab penurunan hemoglobin (Moosavizademonir, 2011; Sanghavi et al., 2012). Solusi yang dapat dilakukan untuk menghindari dampak buruk dari rendahnya angka eritrosit dan hemoglobin pada atlet adalah mencegah penurunannya. Salah satu zat gizi yang dapat meminimalkan kerusakan eritrosit adalah zink. Zink dilaporkan dapat melawan pembentukan radikal bebas yang menginduksi peroksidasi membran eritrosit, dan berperan sebagai kofaktor enzim dalam memproduksi heme dan globulin. Selain itu zink juga penting dalam pembentukan Retinol Binding Protein untuk membawa vitamin A yang berperan dalam mobilisasi Fe dari hepar ke sumsum tulang dan jaringan yang membutuhkan (Powell, 2000; Ryu, 2007). Studi menunjukkan bahwa suplementasi zink dapat menurunkan fragilitas eritrosit, meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin secara signifikan pada atlet (Woodhouse et al., 1997; Kilic et al., 2004; Roozbeh et al., 2009; Polat, 2011). Penjelasan diatas menjadi dasar penulis untuk mengkaji pengaruh pemberian zink terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet sepatu roda yang melakukan lakukan endurance. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar menentukan intervensi yang sesuai untuk membantu meningkatkan performa atlet dari sudut pandang gizi dan kesehatan. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh latihan endurance terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda? 3

2. Bagaimana pengaruh pemberian zink terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda setelah latihan endurance? 3. Adakah perbedaan jumlah eritrosit dan hemoglobin secara siginifikan pada atlet sepatu roda antara kondisi tanpa suplementasi zink dengan kondisi tersuplementasi zink C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh latihan endurance terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda 2. Mengetahui pengaruh pemberian zink terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet sepatu roda setelah latihan endurance 3. Mengetahui perbedaan perubahan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet sepatu roda antara kondisi tanpa suplementasi zink dengan kondisi tersuplementasi zink D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Memberi tambahan ilmu dan pengalaman mengenai zat gizi yang dapat diberikan untuk memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin khususnya pada atlet cabang olahraga endurance. 2. Bagi Atlet Memberikan masukan kepada atlet dan sebagai bahan pertimbangan pelatih dalam memilih produk makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. 4

3. Bagi Institusi Memberi masukan kepada institusi atau pengambil kebijakan terkait untuk menerapkan program atau mengembangkan produk yang dapat membantu memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet. 4. Bagi Perkembangan Ilmu Menjadi dasar penelitian pengembangan produk dan pemberian intervensi yang sesuai untuk memperbaiki jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin atlet. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang serupa dengan penelitian ini belum pernah dilaksanakan, namun terdapat penelitian sejenis yang pernah dilakukan, yaitu : 1. Effect of Zinc Supplementation on hematological parameters of high performance athletes oleh Yahya polat (2011) Hasil penelitian ini menunjukkan suplementasi zink dan latihan dapat memperbaiki parameter hematologi atlet. Suplementasi zink sebesar 2,5 mg/kg/hari selama 8 minggu meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin secara signifikan setelah latihan. Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin lebih tinggi pada kelompok yang melakukan latihan dan tersuplementasi dibanding dengan kelompok yang hanya latihan dan kelompok yang hanya mendapatkan suplementasi. Persamaan penelitian : variabel terikat yaitu jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin serta variabel bebas yaitu suplementasi zink. Perbedaan penelitian : Desain pada penelitian ini adalah true experimental, sedangkan pada penelitian yang dilakukan menggunakan 5

desain kuasi experimental. Subjek pada penelitian ini adalah atlet tinju, sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan adalah atlet sepatu roda. Selain itu intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah latihan tinju 90-120 menit, 3 kali dalam satu minggu selama 8 minggu. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan subjek melakukan latihan endurance selama 12 hari dengan bentuk jadwal latihan diatur oleh pelatih atlet. Dosis dan lama pemberian zink pada penelitian ini adalah 2,5 mg/kg/hari selama 8 minggu sedangkan pada penelitian yang dilakukan zink diberikan 30 mg/hari selama 6 hari. 2. Effect of Zinc Supplementation on Hematological Prameters in Athletes oleh Mahmet Kilic et al. (2004) Hasil penelitian ini menunjukkan suplementasi zink memiliki efek positif terhadap parameter hematologi. Suplementasi zink sulfat 3 mg/kg/hari selama 4 minggu dapat meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin pada atlet secara signifikan. Jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin lebih tinggi secara signifikan pada kelompok yang mendapatkan suplementasi, baik yang melakukan latihan maupun tidak melakukan latihan, dibanding dengan kelompok yang tidak mendapatkan suplementasi. Tidak ada perbedaan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin yang signifikan antara kelompok yang melakukan latihan dan kelompok yang tidak melakukan latihan. Persamaan penelitian : variabel terikat yaitu jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin serta variabel bebas yaitu suplementasi zink. 6

Perbedaan penelitian : Desain pada penelitian ini adalah true experimental, sedangkan pada penelitian yang dilakukan menggunakan desain kuasi experimental. Subjek pada penelitian ini adalah pegulat, sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan adalah atlet sepatu roda. Selain itu intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah latihan selama 90-120 menit/hari, 5 hari dalam 1 minggu selama 4 minggu. Bentuk latihan berupa latihan teknis, angkat beban dan lari. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan subjek melakukan latihan endurance selama 12 hari dengan bentuk jadwal latihan diatur oleh pelatih atlet. Dosis dan lama pemberian zink pada penelitian ini adalah 3 mg/kg/hari selama 4 minggu sedangkan pada penelitian yang dilakukan zink diberikan 30 mg/hari selama 6 hari. 3. Effect of Zinc Supplementation on Blood Rheology During Exercise oleh Khaled et al. (1999). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi zink mengurangi peningkatan viskositas darah selama latihan. Rigiditas eritrosit dan viskositas darah dengan koreksi hematokrit 45% meningkat saat latihan pada placebo, namun tidak ada perubahan pada kelompok suplementasi. Persamaan penelitian : variabel bebas yaitu suplementasi zink. Perbedaan penelitian : Variable terikat pada penelitian ini adalah viskositas darah, sedangkan pada penelitian yang dilakukan berupa jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin. Desain pada penelitian ini adalah true experimental dengan crossover, sedangkan pada penelitian yang 7

dilakukan menggunakan desain kuasi experimental. Subjek pada penelitian ini adalah pria sehat, sedangkan subjek pada penelitian yang dilakukan adalah atlet sepatu roda. Selain itu intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah latihan pada hari terakhir suplementasi selama 25 menit yang dilakukan secara berurutan dalam 5 menit dengan jeda 10 menit. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan subjek melakukan latihan endurance selama 12 hari dengan bentuk jadwal latihan diatur oleh pelatih atlet. Suplementasi zink yang diberikan dalam penelitian ini sebesar 20 mg selama 7 hari sedangkan pada penelitian yang dilakukan zink diberikan sebesar 30 mg selma 6 hari. 8