Modul ke: Modul Perkuliahan XI Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Semiotik Fakultas 11ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations
Judul Sub Bahasan Pendekatan Historis Pengertian Analisis Semiotik Jenis-Jenis Semiotik Model Kerangka Analisis Langkah-langkah Penelitian Semiotik
Pendekatan Historis Analisis semiotik modern dapat dikatakan telah dimulai dengan dua orang-swiss linguis Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan filsuf Amerika Charles Sanders Peirce (1839-1914). Saussure, dalam bukunya, A Course in General Linguistics, yang diterbitkan tahun 1915, menunjukkan kemungkinan analisis semiotik. Ini berkaitan dengan banyak konsep yang dapat diterapkan untuk tanda-tanda. Divisinya dari tanda menjadi dua komponen, penanda/signifier (atau "suara-gambar") dan petanda/signify atau ("konsep"), dan sarannya bahwa hubungan antara penanda dan petanda adalah sewenang-wenang (arbitrary) yang sangat penting untuk pengembangan semiotika.
Semiotik Peirce disebut sebagai semiotika sistem, dan yang telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda. Semiologi Saussure berbeda dengan semiotik Peirce dalam beberapa hal, tetapi karena keduanya prihatin dengan tanda-tanda. Peirce, di sisi lain, berfokus pada tiga aspek tanda: ikon, indeks, dan dimensi simbolik. Tiga Aspek Tanda (Charles Sanders Peirce) Ikon Indeks Simbol Ditandakan dengan Kemiripan Kausal (Sebab Akibat) Konvensi Contoh Lukisan, Patung Api / Asap Bendera Proses Dapat melihat Dapat memahami Harus mempelajari
Pengertian Semiotik Semiotika tidak banyak dilembagakan sebagai disiplin akademis. Ini adalah bidang studi yang melibatkan banyak sikap teoritis yang berbeda dan alat-alat metodologis. Salah satu definisi luas adalah bahwa dari Umberto Eco, yang menyatakan bahwa 'semiotika berkaitan dengan segala sesuatu yang dapat diambil sebagai tanda' (Eco 1976, 7 ). Sementara untuk ahli linguistik Saussure, 'semiologi' adalah 'ilmu yang mempelajari peran tanda-tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial',. Bagi filsuf Charles Peirce semiotik adalah ' doktrin formal tandatanda ' yang terkait erat dengan logika. Baginya, ' tanda... adalah sesuatu yang berdiri untuk seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Dia menyatakan bahwa ' setiap pikiran adalah tanda ' (Peirce 1931-1958, 1,538;. Cf 5.250ff, 5.283ff ).
Semiotika dan bahwa cabang linguistik yang dikenal sebagai semantik memiliki kepedulian yang sama dengan arti dari tandatanda, tapi John Sturrock berpendapat bahwa sedangkan semantik berfokus pada kata-kata apa maksud, semiotika ini berkaitan dengan bagaimana tanda-tanda bermakna (Sturrock, 1986: 22). Untuk CW Morris, semiotika merangkul semantik, bersama dengan cabang-cabang tradisional lainnya linguistik: 1. Semantik : hubungan tanda-tanda untuk apa yang mereka perjuangkan; 2. Sintaktis ( atau sintaks ) : hubungan formal maupun struktural antara tanda-tanda; 3. Pragmatik : hubungan tanda-tanda untuk interpreter (Morris, 1938: 6-7).
Semiotika sering digunakan dalam analisis teks (meskipun jauh lebih dari sekedar mode analisis tekstual). Di sini barangkali harus dicatat bahwa 'text' dapat eksis dalam media apapun dan mungkin verbal, non-verbal, atau keduanya. Istilah teks biasanya mengacu pada pesan yang telah direkam dalam beberapa cara (misalnya menulis, audio dan videorecording) sehingga secara fisik independen dari pengirim atau penerimanya. Sebuah teks merupakan kumpulan dari tanda-tanda (seperti kata-kata, gambar, suara dan / atau gerakan) dibangun (dan ditafsirkan) dengan mengacu pada konvensi yang berhubungan dengan genre dan dalam media tertentu komunikasi.
Istilah 'media' digunakan dalam berbagai cara oleh teori yang berbeda, dan mungkin termasuk kategori besar seperti berbicara dan menulis atau cetak dan penyiaran atau berhubungan dengan bentuk-bentuk teknis tertentu dalam media massa (radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, foto, film dan catatan) atau media komunikasi interpersonal (telepon, surat, fax, e- mail, video conferencing, chatting berbasis sistem komputer). Beberapa teori mengklasifikasikan media yang sesuai dengan 'saluran' yang terlibat (visual, auditori, taktil/sentuhan dan sebagainya) (Noth 1995, 175). Pengalaman manusia pada dasarnya multiindrawi, dan setiap representasi dari pengalaman tunduk pada kendala dan kemampuan dari media yang terlibat. Setiap media dibatasi oleh saluran yang memanfaatkan.
Jenis-Jenis Semiotik 1. Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu. 2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. 3. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
4. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah system tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat. 5. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan c erita lisan (folklore). 6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. 7. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud normanorma.
8. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambing rangkaian kata berupa kalimat. 9. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah system tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
Model-Model Kerangaka Analisis Semiotik 1. Model Ferdinand De Saussure Teori semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan pertanda (signified). Eksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda terdiri dari: Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-konsep dari bunyibunyian dan gambar, disebut signified.
2. Model Roland Barthes Semiotik, atau dalam istilah Barthes semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.
Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama. 1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda) 3. Denotative sign (tanda denotatif) 4. Connotative Signifier (Penanda Konotatif) 5. Connotative Signified (Petanda Konotatif) 6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
Dari uraian Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda (Sobur, 2006). Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
3. Model Charles Sander Peirce Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), objek, dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi (dalam Junaedi, 2008).
Langkah-Langkah Penelitian Analisis Semiotik Berikut ini langkah-langkah umum yang bisa dijadikan pedoman (Cristomy, 2001b) Penelitian Semiotika / semiotik khususnya dalam kajian Ilmu Komunikasi : 1. Cari topik yang menarik perhatian anda. 2. Buat pertanyaan penelitian yang menarik (mengapa, bagaimana, dimana, apa). 3. Tentukan alasan /rationalisasi dari penelitian anda? 4. Rumuskan penelitian anda dengan mempertimbangkan tiga langkah sebelumnya (topik, tujuan, dan rationalisasi). 5. Tentukan metode pengolahan data (kualitatif/semiotika)
6. Klasifikasi data : (a) Identifikasi teks; (b) Berikan alasan mengapoa teks tersebut dipilih dan perlu diidentifikasi; (c) Tentukan pola semiosis yang umum dengan mempertimbangkan hierarki maupun sekuennya atau, pola sintagmatik dan paradigmatik; (d) Tentukan kekhasan wacananya dengan mempertimbangkan elemen semiotika yang ada. 7. Analisis data berdasarkan : (a) Ideologi, interpretan kelompok, frame work budaya; (b) Pragmatik, aspek sosial, komunikatif; (c) Lapis makna, intertekstualitas, kaitan dengan tanda lain, hukum yang mengaturnya; (d) Kamus vs ensiklopedi. 8. Kesimpulan.
Referensi Eriyanto (2002). Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi dan Konstruksi Media. Yogyakarta: LKis. Sobur, Alex (2001). Analisis Teks Media. Satu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nueuman, W. Lawrence (1994). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. Allyn and Bacon. Rakhmat, Jalaludin (1999). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono (2006). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Bandung: Afbaeta.
Referensi Jabareen, Yosef (2009). Building a Conceptual Framework: Philosophy, Definitions, and Procedure. International Journal of Qualitataive Method. International Institute for Qualitataive Methodology. University of Alberta. Sandelowski, Margarete (2000). Focus on Research Methods Whatever Happened to Qualitative Description? University of North Carolina at Chapel Hill. Sukidin, Basrowi (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekia. Chandlers, Daniel. Semiotic for Beginers. http://users.aber.ac.uk/dgc/documents/s4b/sem01.htm l
Terima Kasih Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm