BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerbitkan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keuangan daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih meningkatkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

PELAPORAN HASIL REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. ini mulai menaruh perhatian besar terhadap praktik-praktik akuntansi dibanding

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi sistem penganggaran telah berjalan sejak disahkan paket. undang-undang keuangan negara yaitu Undang-Undang (UU) Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik baik di pusat maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang

pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan.

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN Keadaan Ekonomi Daerah. Tabel 1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD. Realisasi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah, dan ringkasan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kepala daerah juga harus menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dilampiri laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat enam bulan setelah tahun anggaran berakhir. Penyajian laporan keuangan tersebut dilakukan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. 1

2 LKPD mempunyai peran penting dalam mewujudkan akuntabilitas pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah berupaya membuat regulasi-regulasi yang mengatur sistem pelaporan keuangan pemerintah. Salah satu regulasi tersebut adalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang diterbitkan pada tanggal 17 Januari 2008. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang mengacu pada Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut diatur mengenai kewajiban Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) untuk melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah sebelum laporan keuangan tersebut diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). APIP yang bertugas melakukan reviu laporan keuangan pemerintah daerah adalah Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota. Tujuan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah adalah untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan pemerintah daerah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Hasil reviu laporan keuangan disampaikan kepada kepala daerah sebagai dasar pembuatan pernyataan tanggung jawab kepala daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menegaskan bahwa dalam menyampaikan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan hendaklah disertai dengan pernyataan tanggung jawab (PTJ).

3 Hasil audit BPK tahun 2013 menunjukkan bahwa semua pemerintah kabupaten/kota di DIY baik yang beropini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) maupun Wajar Dengan Pengecualian (WDP), masih mempunyai temuan hasil pemeriksaan. Menurut Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK (2008), temuan pemeriksaan (TP) merupakan temuan atau indikasi permasalahan yang diperoleh selama pemeriksaan. Temuan pemeriksaan merupakan suatu prosedur, praktik atau transaksi yang dilakukan auditi, menyimpang dari prosedur standar operasional (SOP), atau bahkan menyimpang dari peraturan dan hukun yang berlaku. Auditor harus melaporkan temuan pemeriksaan dalam laporan auditnya dan auditi berkewajiban untuk menindaklanjuti temuan tersebut. Dengan adanya reviu oleh Inspektorat diharapkan laporan keuangan pemerintah daerah terbebas dari salah saji material, sehingga kualitas laporan keuangan menjadi lebih baik. Laporan keuangan yang berkualitas akan membantu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan APBD. Untuk mencapai tujuan tersebut maka reviu harus dilaksanakan secara optimal. Auditor/pereviu diwajibkan memiliki keahlian khusus untuk melakukan reviu. Ritonga (2010) menyatakan bahwa pelaksana reviu harus paham akuntansi khususnya akuntansi pemerintahan. 1.2. Rumusan Masalah Pemerintah sebagai agen dari masyarakat yang diberi wewenang mengelola APBD dan memberikan pelayanan kepada publik, dituntut untuk dapat memenuhi harapan masyarakat yaitu transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya tersebut. Salah satu bentuk akuntabilitas pemerintah

4 adalah penyampaian laporan keuangan yang berkualitas. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, salah satunya adalah faktor reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat. Reviu atas laporan keuangan yang efektif akan meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Ritonga (2010) menyatakan bahwa terdapat kesenjangan di bidang reviu laporan keuangan antara apa yang diminta oleh Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 dengan kemampuan teknis Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) dalam melakukan reviu laporan keuangan secara mandiri. Untuk itu APIP dituntut agar memiliki kemampuan teknis yang memadai dalam mereviu laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam rangka meningkatkan kualitas laporan keuangan maka Inspektorat Kabupaten Gunungkidul, Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Kota Yogyakarta telah melaksanakan reviu atas laporan keuangan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008. Namun demikian, hasil audit BPK menunjukkan bahwa semua Kabupaten/Kota di DIY baik yang memperoleh opini WTP maupun WDP masih mempunyai temuan pemeriksaan. Temuan Pemeriksaan merupakan indikasi permasalahan yang diperoleh selama pemeriksaan. Dalam Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK dinyatakan bahwa pada dasarnya temuan pemeriksaan terkait dengan: 1) ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) penyimpangan, dan ketidakpatutan yang material untuk dilaporkan; 3) kelemahan sistem pengendalian intern yang material untuk dilaporkan; 4) kegagalan suatu program yang diperiksa; dan 5) ketidaksesuaian kondisi dengan kriteria yang ditetapkan.

5 Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penting untuk ditelusuri kualitas reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota se-diy dan hubungan antara kualitas reviu dengan temuan hasil pemeriksaan BPK. 1.3. Pertanyaan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1) Bagaimana kualitas reviu laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota se-diy? 2) Bagaimana hubungan antara kualitas reviu laporan keuangan pemerintah daerah dengan temuan pemeriksaan BPK? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengevaluasi kualitas reviu laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota se-diy. 2) Menganalisis hubungan antara kualitas reviu laporan keuangan pemerintah daerah yang dilakukan Inspektorat Kabupaten/Kota se-diy dengan jumlah temuan pemeriksaan BPK. 1.5. Motivasi Penelitian Penelitian ini dilandasi motivasi peneliti untuk memberikan sumbangsih pemikiran secara ilmiah terkait dengan pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah terutama pada Inspektorat Kabupaten/Kota se-diy.

6 1.6. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat praktis Manfaat praktis yang diinginkan penulis antara lain agar dapat memberikan informasi/masukan kepada para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan supaya pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah oleh Inspektorat menjadi lebih berkualitas. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran kepada Inspektorat dalam upaya meningkatkan kualitas reviu di Inspektorat Kabupaten/Kota se-diy sehingga reviu bisa terlaksana sesuai dengan peraturan yang ada. b. Manfaat akademis Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat akademis yaitu untuk menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah. 1.7. Sistematika Penulisan Secara garis besar penelitian ini dibagi ke dalam 6 bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.

7 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini memuat uraian mengenai tinjauan literatur yang menjelaskan pengertian reviu laporan keuangan pemerintah daerah, dasar hukum dan ruang lingkup reviu, proses reviu, kompetensi pereviu, kualitas reviu, temuan pemeriksaan, penelitian terdahulu, dan pengembangan hipotesis. BAB III : LATAR BELAKANG KONTEKSTUAL OBJEK PENELITIAN Bagian ini menjelaskan secara deskriptif tentang objek penelitian. Selain itu, bagian ini juga memuat secara kontekstual aplikasi teori-teori atau konsep-konsep yang dimuat dalam kajian literatur di lingkungan organisasi yang menjadi objek penelitian. BAB IV : METODA PENELITIAN Metoda penelitian berisi pembahasan mengenai rancangan penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data kualitatif, dan teknik analisis data kuantitatif. BAB V : ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang temuan-temuan di lapangan yang menggambarkan fakta-fakta untuk dapat menjawab tujuan penelitian. Bagian ini memuat evaluasi kualitas reviu LKPD

8 yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten/Kota se-diy dan analisis hubungan kualitas reviu dengan temuan pemeriksaan BPK. BAB VI : SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Bagian ini memuat simpulan yang menunjukkan bagaimana hasil temuan yang diperoleh dan relevansinya dengan tujuan dan pertanyaan penelitian. Bagian ini juga menjelaskan tentang keterbatasan penelitian menurut sudut pandang keilmuan dan efektivitas penelitian ini untuk menjawab masalah yang dihadapi. Saran dalam bab ini merupakan aksi praktikal secara organisasional atau manajerial yang dapat dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut dari temuan.