BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

II. TINJAUAN PUSTAKA

Aliran Fluida. Konsep Dasar

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.2. Dasar Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP

SIMULASI DAN PERBANDINGAN DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWAREPIPE FLOW EXPERT PADA PERUMAHAN PT. INALUM POWER PLANT PARITOHAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN DASAR TEORI

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

FLUID FLOW ANALYSIS IN PIPE DIAMETER 12.7 MM ACRYLIC (0.5 INCHES) AND 38.1 MM (1.5 INCH) Eko Singgih Priyanto, Ridwan., ST., MT

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pompa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

SKRIPSI. ANALISA LAJU ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT V 6.39 di PERUMAHAN GRAHA INDAH KELAPA GADING.

BAB III ANALISA ALIRAN TURBULENT TERHADAP ALIRAN FLUIDA CAIR PADA CONTROL VALVE ANSI 150 DAN ANSI. 300 PADA PT.POLICHEM INDONESIA Tbk

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

KOEFISIEN RUGI-RUGI SUDDEN EXPANSION PADA ALIRAN FLUIDA CAIR

Panduan Praktikum 2012

pipa acrylic diameter 5, mm (1 inci) dan pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5 inci) Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis yai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Pressure Drop, Standar ANSI B36.10, Pipa Lengkung Pendahuluan

BAB II LANDASAN TEORI

JURNAL. Analisis Penurunan Head losses Pada Belokan 180 Dengan Variasi Tube Bundle Pada Diameter Pipa 2 inchi

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ALAT PRAKTIKUM PENGUJIAN HEADLOSS ALIRAN FLUIDA TAK TERMAMPATKAN. Dwi Ermadi 1*,Darmanto 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

Analisa Pengaruh Variasi Sudut Sambungan Belokan Terhadap Head Losses Aliran Pipa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

KOEFISIEN GESEK PADA RANGKAIAN PIPA DENGAN VARIASI DIAMETER DAN KEKASARAN PIPA

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu penyediaan air bersih yang mampu menyediakan air yang dapat

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh)

ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL TUGAS AKHIR

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

PERPINDAHAN MASSA KONVEKTIF DENGAN KONTROL TURBULENSI MENGGUNAKAN GANGGUAN DINDING PADA SEL ELEKTROKIMIA PLAT SEJAJAR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FLUIDA DINAMIS. 1. PERSAMAAN KONTINUITAS Q = A 1.V 1 = A 2.V 2 = konstanta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND)

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul kecil dari pada benda padat dan molekul-molekulnya lebih bebas bergerak, dengan demikian fluida lebih mudah terdeformasi. 2.2 Sifat-Sifat Fluida Prinsip dasar ini menyangkut konsep-konsep penting aliran fluida, karena sifat-sifat fluida inilah yang mempengaruhi statika maupun dinamika dari fluida atau obyek yang ada pada fluida tersebut. 2.2.1 Massa Jenis (Density) Massa jenis sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf Yunani ρ (rho), didefinisikan sebagai massa fluida per satuan volume. Massa jenis biasanya digunakan untuk mengkarakteristikkan massa sebuah sistem fluida. m (2.1) V Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 Harga kerapatan suatu fluida berbeda dengan fluida lainnya, untuk cairan pengaruh tekanan dan temperatur sangat kecil terhadap harga kerapatan. 4

Gambar 2.1 Grafik kerapatan air sebagai fungsi temperatur 2.2.2 Volume Jenis Volume jenis, Ʋ adalah volume per satuan massa dan oleh karena itu merupakan kebalikan dari massa jenis (kerapatan). V m 1 (2.2) Keterangan: = volume jenis, m 3 /kg V = volume, m 3 m = massa, kg Sifat ini tidak biasa digunakan dalam mekanika fluida, tetapi digunakan dalam termodinamika. 2.2.3 Berat Jenis (specific weight) Berat jenis dari sebuah fluida, dilambangkan dengan huruf yunani γ (gamma), didefinisikan sebagai berat fluida per satuan volume. Berat jenis berhubungan dengan kerapatan melalui persamaan: g (2.3) 5

Keterangan: = berat jenis, N/m 3 = massa jenis (kerapatan), kg/m 3 = percepatan gravitasi, m/s 2 Seperti halnya kerapatan yang digunakan untuk mengkarakteristikan massa sebuah sistem fluida, berat jenis digunakan untuk mengkarakteristikan berat dari sistem tersebut. 2.2.4 Gravitasi Jenis (Specific Gravity) Gravitasi jenis sebuah fluida, dilambangkan sebagai SG. Didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan fluida tersebut dengan kerapatan air pada temperatur tertentu. Biasanya temperatur tersebut adalah 4 C, dan pada temperatur ini kerapatan air adalah 1000kg/m 3. Dalam bentuk persamaan, gravitasi jenis dinyatakan sebagai : SG (2.4) H o 2 2.2.5 Kekentalan (viscosity) Kekentalan atau viskositas adalah sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan terhadap tegangan geser oleh fluida tersebut. Jadi, viskositas disebabkan oleh gesekan secara molekular antar partikel fluida. Menurut hukum Newton untuk aliran dalam plat sejajar adalah: du (2.5) dy 6

Gambar 2.2 Perilaku sebuah fluida yang ditempatkan antara dua plat parallel Faktor konstanta μ adalah properti dari fluida yang dinamakan dengan viskositas dinamik. Sangat sering dalam persoalan aliran fluida, viskositas muncul dalam bentuk yang dikombinasikan dengan kecepatan sebagai: Keterangan: = Viskositas kinematik, m 2 /s μ = viskositas dinamik, kg/m.s ρ = massa jenis, kg/m 3 (2.6) Persamaan diatas disebut sebagai viskositas kinematik dan dilambangkan dengan huruf Yunani (nu). Gambar 2.3 Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser untuk fluida umum 7

2.3 Persamaan Kontinuitas Prinsip dasar persamaan-persamaan kontinuitas adalah massa tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Jadi massa dalam suatu sistem yang konstan dapat dinyatakan dalam rumus: (2.7) 1V1 da1 2V2dA2 Merupakan persamaan kontinuitas aliran dalam kondisi steady. Jika aliran tersebut mempunyai sifat incompressible dan stady flow, maka persamaannya menjadi berikut: Q = A 1 1 = A 2 2 (2.8) Keterangan: Q = debit per satuan waktu, m 3 /s A 1 = luas penampang masuk batas sistem, m 2 1 = kecepatan aliran masuk batas sistem, m/s A 2 = luas penampang keluar batas sistem, m 2 2 = kecepatan aliran keluar batas sistem, m/s 2.4 Persamaan Bernoulli Ada hubungan antara tekanan, kecepatan, dan ketinggian, ditunjukkan dengan persamaan: 2 P v 2 gz konstan (2.9) Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Bernoulli untuk aliran inkompresibel, berlaku sepanjang garis arus, atau jika aliran irotasional berlaku pada semua titik dalam medan aliran. 2.5 Aliran Inkompressibel di dalam Saluran Aliran fluida dalam pipa dapat bersifat laminar, transisi, dan turbulen. Parameter yang digunakan untuk mengetahui jenis aliran tersebut adalah bilangan Reynolds (Re). Dari hasil analisa dimensional diperoleh persamaan: 8

vd Re (2.10) Keterangan: ρ = massa jenis, kg/m 3 = kecepatan rata-rata, m/s D = diameter, m μ = viskositas dinamik, kg/m.s 1. Aliran Laminer Aliran yang bergerak dalam lapisan-lapisan, laminan-laminan dengan satuan lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar ini, viskositas berfungsi untuk merendam kecenderungan terjadinya gerakan relatif antara lapisan. 2. Aliran Turbulen Aliran dimana penggerak dari partikel-partikel fluida yang sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang benar. Dalam keadaan aliran turbulen, maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan kerugian-kerugian aliran. 3. Aliran Transisi Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen. Konsep dasar bilangan Reynolds, merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan suatu aliran itu dinamakan laminar, transisi atau turbulen. Bilangan Reynolds adalah bilangan yang tidak berdimensi. Titik kritis aliran inkompresibel di dalam saluran adalah Re=2000. Jika suatu aliran memiliki Re<2000 maka disebut aliran laminar, dan jika Re>2000 disebut aliran turbulen. 9

Gambar 2.4 (a) Percobaan untuk mengetahui jenis aliran, (b) Jenis-jenis aliran dilihat pada dye streak 2.6 Head Loss Head loss terbagi menjadi dua macam, yaitu head loss mayor dan head loss minor. Head loss sendiri (H t ) merupakan penjumlahan dari head loss mayor dan head loss minor, seperti dituliskan dalam rumus sebagai berikut: 2.6.1 Head Loss Mayor Head loss mayor dapat terjadi karena adanya gesekan antara aliran fluida yang mengalir dengan suatu dinding pipa. Pada umumnya losses ini dipengaruhi oleh panjang pipa. Untuk dapat menghitung head loss mayor, perlu diketahui lebih jelas awal jenis aliran fluida yang mengalir. Jenis aliran tersebut dapat diketahui melalui Reynold number sebagai berikut : (2.11) Keterangan: = kecepatan fluida, m/s = massa jenis fluida, kg/m 3 = diameter pipa, m = viskositas fluida, kg/m.s atau N.s/ Kecepatan fluida (V) pada Reynold number dapat diketahui dengan rumus: ṁ = A (2.12) 10

Keterangan: ṁ = laju aliran massa fluida, kg/s = massa jenis fluida, kg/m 3 = kecepatan fluida, m/s = luas penampang, m 2 Perhitungan head loss mayor menurut Darcy-Weisbach dapat dilakukan dengan menggunakan rumus: (2.13) Keterangan: = head loss mayor, m f = faktor gesekan (dapat diketahui melalui diagram Moody) L = panjang pipa, m D = diameter pipa, m = kecepatan aliran, m/s 2.6.2 Head Loss Minor Head loss minor dapat terjadi karena adanya sambungan pipa (fitting) seperti katup (valve), belokan (elbow), saringan (strainer), percabangan (tee), losses pada bagian entrance, losses pada bagian exit, pembesaran pipa (expansion), pengecilan pipa (contraction), dan sebagainya, dibawah ini contoh gambar sambungan pipa: a. Elbow Elbow atau belokan merupakan suatu piranti yang sering digunakan pada suatu sistem perpipaan. 11

Gambar 2.5 Flanged elbow 90º b. Percabangan (Tee) Penggunaan Tee dilakukan untuk mengalirkan aliran fluida menuju dua arah yang berbeda dalam satu siklus tertentu yang dipasang secara parallel. Gambar 2.6 Threaded tee c. Extrance dan Exit Entrance sering kali timbul pada saat perpindahan dari pipa menuju suatu reservoir. Berdasarkan jenisnya, entrance dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu reestrant, square-edge, slightly rounded dan well rounded. 12

Gambar 2.7 Macam-Macam Entrance Exit merupakan kebalikan dari entrance. Exit timbul karena adanya perpindahan dari reservoir menuju ke suatu pipa, sama halnya dengan entrance, exit dibedakan menjadi 3 macam, diantaranya projecting, Sharp edge, slightly rounded dan well rounded. Gambar 2.8 Macam-macam exit 13

d. Pembesaran (Expansion) Pembesaran dalam suatu perpipaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembesaran mendadak atau terjadi secara tiba-tiba yang seringkali disebut dengan sudden ekspansion ataupun gradual ekspansion. Gambar 2.9 Sudden ekspansion Gambar 2.10 Gradual ekspansion e. Pengecilan (Contraction) Sama halnya dengan ekspansion, contraction juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sudden contraction (pengecilan secara tiba-tiba), dan gradual contraction (pengecilan secara bertahap). Gambar 2.11 Sudden contraction 14

Gambar 2.12 Gradual contraction Head loss minor dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (2.14) atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus: (2.15) Keterangan: = kecepatan fluida, m/s K = koefisien minor losses, m Le/D = panjang ekivalen, m g = percepatan gravitasi, m/ Faktor gesekan digunakan dalam persamaan Darcy-Weisbach. Koefisien ini dapat diperkirakan dengan diagram dibawah ini: Gambar 2.13 Faktor gesekan untuk pipa (Diagram Moody) 15

Sistem perpipaan biasanya terdiri dari beberapa komponen seperti katup, belokan, percabangan dan sebagainya yang dapat menambah head loss sistem pipa. Kerugian head melalui komponen sistem pipa tersebut disebut kerugian minor (minor losses). Sedangkan kerugian gesekan di sepanjang pipa disebut kerugian mayor (mayor losses). K adalah koefisien kerugian minor, harga K bergantung pada jenis komponen sistem perpipaan seperti katup, sambungan, belokan, sisi masuk, sisi keluar, dan sebagainya. 2.7 Metode Hardy Cross Analisis untuk kasus jaringan pipa dikembangkan oleh Hardy Cross, metoda ini dapat digunakan untuk menentukan head loss di setiap pipa dalam jaringan (networks). Penyediaan air bersih yang direncanakan dengan sistem jaringan utama, sedangkan sistem jaringan yang digunakan adalah sistem jaringan melingkar (Loop). Pola jaringan ini dimaksudkan agar pipa-pipa distribusinya saling berhubungan, air mengalir dalam banyak arah, dan area konsumen disuplai melalui banyak jalur pipa utama. Gambar 2.14 Jaringan pipa Syarat kondisi untuk metoda Hardy Cross adalah aliran dalam jaringan pipa harus memenuhi hubungan dasar dari prinsip energi dan kontinuitas, yaitu: 16

1. Aliran yang menuju titik pertemuan harus sama dengan aliran yang keluar. 2. Aliran pada masing-masing pipa harus memenuhi hukum gesekan pipa untuk satu pipa. 3. Jumlah total head loss pada loop tertutup harus sama dengan nol. Langkah-langkah metoda Hardy Cross adalah sebagai berikut: 1. Asumsikan distribusi aliran debit awal di dalam jaringan pipa (Q) dengan memastikan debit masuk sama dengan total debit yang keluar. 2. Menentukan loop tertutup pada sistem. 3. Menghitung head loss pada setiap loop pada jaringan pipa. Aliran yang searah jarum jam bernilai (+) dan yang berlawanan arah jarum jam bernilai ( ). 4. Menghitung total head loss per laju aliran, h t /Q untuk setiap pipa dan menentukan jumlah aljabar dari perbandingan tersebut untuk tiap loop. 5. Menentukan koreksi aliran untuk tiap loop dengan persamaan 6. Hasil koreksi aliran untuk tiap loop tadi diberikan pada setiap pipa dalam loop dengan ketentuan ditambahkan untuk aliran yang searah jarum jam dan di kurangkan untuk aliran yang berlawanan dengan jarum jam. Untuk pipa yang digunakan secara bersama dengan loop lain, koreksi aliran untuk pipa tersebut adalah harga total dari koreksi-koreksi untuk kedua loop. 7. Ulangi langkah 3-6 hingga perubahan aliran = 0 atau mendekati 0. 17

2.8 Scheduling Pipe Tabel 2.1 Number Pipe Standar 1/8-3 ½ Tabel 2.2 Number Pipe Standar 4-9 18

Tabel 2.3 Number Pipe Standar 10-24 Tabel 2.4 Number Pipe Standar 10-24 19

Tabel 2.5 Number Pipe Standar 26-36 20