BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

MEMAHAMI KECERDASAN MAJEMUK ANAK GUNA MENGOPTIMALKAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGANNYA MELALUI IDENTIFIKASI DINI

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

KORELASI KECERDASAN SPASIAL TERHADAP MATHEMATICAL PROFICIENCY SISWA SEKOLAH DASAR KOTA BANDA ACEH

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

Bingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai makhluk individu yang unik dan memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

APLIKASI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PENDIDIKAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

PENERAPAN MULTIPLE INTELEGENSI DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

Latar Belakang Pembelajaran Terpadu

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

PENINGKATAN KECERDASAN MUSIKAL MELALUI GERAK DAN LAGU PADA ANAK KELOMPOK B DI TK KEMALA BHAYANGKARI 70 KECAMATAN MASARAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN LINGUISTIK DENGAN KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA DI KELAS V SD NEGERI LAMREUNG ACEH BESAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

PENDAHULUAN Latar Belakang

OPTIMALISASI KECERDASAN MAJEMUK DALAM PEMBELAJARAN LITERASI

ABSTRAKSI Gardner Amstrong,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

Mengembangkan Bakat Anak

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia akan terus mengalami proses belajar. Menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Objek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Isna Rafianti, 2013

: Peranan Orang Tua Dalam Mengembangkan Multiple Intelligences Anak : RIANI SETIAWATI NPM : Pembimbing : Dra. M.M Nilam W.

MULTIPLE INTELLIGENCES (Kecerdasan Ganda)

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ANAK (PEDAGOGIK): Disajikan Pada Konversi Hasil Diklat Gadik PAUD PLS FIP UPI 19 Oktober 2008

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

MULTIPLE INTELEGENCY TERHADAP PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

MULTIPLE INTELLIGENCES DAN PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika

APAKAH JENIS KELAMIN BERPENGARUH TERHADAP JENIS KECERDASAN GANDA? DOES GENDER AFFECT MULTIPLE INTELLIGENCES?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009) menyatakan bahwa suatu kemerosotan apabila wanita menganggap mata pelajaran sains adalah milik pria. Sudah sejak lama pula cara pikir pria dan wanita dianggap berbeda, selama ini pria lebih dicirikan dengan cara pikir yang logis sedangkan wanita dengan cara pikir yang lebih melibatkan emosi. Tsado, Gipps, dan O Connor, dkk dalam Lisma (2009) melaporkan bahwa laki-laki dan perempuan pada saat pertumbuhan mengalami perbedaan dalam pencapaian pada beberapa mata pelajaran di sekolah, khususnya pada mata pelajaran matematika dan sains. Dilain pihak, Willliam dan Jacobson (Lisma, 2009) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan pencapaian antara pria dan wanita di awal pendidikan Sekolah Dasar terhadap mata pelajaran sains. Perbedaan terjadi hanya pada topik materi yang melibatkan perhitungan. Mott (Lisma, 2009) menyatakan bahwa wanita kurang memiliki kemampuan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan grafik, simbol-simbol, dan diagram. Padahal agar sanggup berkomunikasi dengan baik dalam sains dibutuhkan kesanggupan untuk menggunakan grafik, simbol dan diagram. Namun Lincoln (Lisma, 2009) menyatakan bahwa pencapaian wanita justru lebih baik daripada pencapaian pria. Menurut Armstrong (2002: 192-196) bahwa berbagai bukti ilmiah telah

2 terkumpul dan menyatakan bahwa ada perbedaan dasar dalam cara berpikir kaum pria dan wanita. Meskipun belum ada keputusan apakah perbedaan ini bersifat biologis, kebudayaan, atau kombinasi keduanya, faktanya sudah jelas: memang ada perbedaan dan hal itu muncul dalam berbagai bentuk tujuh kecerdasan (sekarang sembilan). Misalnya dalam kecerdasan spasial, menurut Jo Durden-Smith dan Diane Desimone, pengarang buku Sex and the Brain, kaum pria lebih unggul dalam pemahaman peta, jalan ruwet, dan matematika; dalam memutarbalikkan bendabenda dalam pikiran mereka dan membayangkan benda tiga dimensi dari yang dua dimensi. Secara umum, kaum pria tampaknya mempunyai keunggulan dalam kecerdasan logis-matematis, sekurang-kurangnya dalam matematika tingkat tinggi. Camilla Benbow dan Julian Stanley, peneliti dari Johns Hopkins University, mengkaji hasil kerja beribu-ribu murid berbakat tingkat SMU dalam SAT (Scholastic Aptitude Test) bidang matematika dan menemukan bahwa nilai yang semakin tinggi kemungkinan besar didapat oleh pria. Hal sebaliknya ditemukan dalam kecerdasan linguistik. Ahli antropologi Margaret Mead (Armstrong, 2002) menyatakan bahwa dalam setiap masyarakat yang dipelajarinya, kaum wanita mengalahkan kaum pria dalam perilaku linguistik. Armstrong (2002: 194) menyatakan bahwa kecerdasan pribadi kaum pria cenderung bersifat mencari definisi diri dan identitas pribadi (urusan yang lebih bersifat intrapribadi). Sementara kaum wanita cenderung mencari suatu jalinan hubungan atau suatu rasa kedekatan yang sifatnya lebih bersifat antarpribadi. Jika meninjau dari kecerdasan musikal, petunjuknya pun masih tidak jelas. Ahli

3 psikologi Diane McGuinness dari University of South Florida merujuk pada riset yang menyatakan bahwa dibanding kaum pria, kaum wanita dapat menyanyikan lagu tanpa fals enam kali lebih sering. Sebuah studi terhadap anak-anak yang belum bersekolah yang dilakukan oleh Carol Knox dan Doreen Kimura mengindikasikan bahwa anak laki-laki lebih menaruh perhatian pada bunyi-bunyi binatang (rangsangan-rangsangan yang tentunya mempunyai sifat musikal), sementara anak perempuan lebih menaruh perhatian pada bunyi kata (sekali lagi, membuktikan adanya kekuatan linguistik). Di bidang kecerdasan kinestetik-jasmani, tak ada keunggulan khusus yang muncul pada kaum pria maupun wanita. Studi yang telah dilakukan terhadap anak laki-laki dan perempuan berumur dua hingga delapan belas tahun pada Youth Sports Institute di Michigan State University mengindikasikan bahwa anak lakilaki lebih unggul dalam tes kekuatan, kecepatan, dan kelincahan, sementara anak perempuan lebih unggul dalam bidang kelenturan otot. Dalam perkembangan dunia pendidikan kini telah mengenal apa yang disebut dengan Multiple Intelligences atau beragam kecerdasan yang meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis adalah kecerdasan yang menjamin keberhasilan dalam tes-tes IQ dan SAT (Student Aptitude Test = Tes Bakat- Kecerdasan Siswa) karena mereka adalah kecerdasan yang menjadi sasaran tes ketika pertama kali tes-tes itu dirancang. Menurut Jasmine (2007: 16) bahwa

4 siswa yang memiliki dan mengembangkan kecerdasan linguistik dan logismatematis dijamin pasti akan berhasil dalam situasi sekolah tradisional. Namun, keberhasilan di sekolah bukan alat peramal yang baik bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan yang sebenarnya kelak. Setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai satu kecerdasan yang dominan, tetapi tidak sedikit pula yang memiliki lebih dari satu kecerdasan. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pria cenderung memiliki kecerdasan logis-matematis, spasial, dan intrapribadi, sedangkan perempuan cenderung memiliki kecerdasan linguistik, musik, dan antarpribadi. Maka dari itu apabila dalam proses pembelajaran matematika hanya menggunakan kecerdasan logis-matematis saja, hal tersebut memungkinkan kaum laki-laki akan mendapatkan hasil belajar yang lebih tinggi dari kaum perempuan. Berikut adalah data nilai matematika yang diperoleh penulis dari SMP Negeri 15 Bandung. Data berikut merupakan rekap nilai matematika siswa lakilaki dan perempuan kelas VII yang diambil dari nilai rata-rata seluruh ujian selama semester I dengan model pembelajaran yang tidak menggunakan model Multiple Intelligences yang disajikan pada Tabel 1.1 berikut:

5 Tabel 1.1 Rata-Rata Nilai Matematika Semester I Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Th. Ajaran 2009/2010 Kelas Laki-laki Perempuan VII A 73.12 72.63 VII B 63.83 61.77 VII C 57.56 56.86 VII D 62.7 62.68 VII E 66.87 64.54 VII F 59.67 60.75 VII G 42.35 51.6 Jumlah 426.1 430.83 Rata-rata 60.87 61.55 Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata matematika laki-laki dominan lebih unggul dibandingkan perempuan pada lima kelas, dan hanya pada dua kelas lainnya nilai rata-rata matematika perempuan yang lebih unggul. Namun, setelah nilai rata-rata setiap kelas untuk perempuan dan laki-laki dijumlahkan secara keseluruhan dan dirata-ratakan, ternyata perbedaan nilai matematika pada semester I antara perempuan dan laki-laki hanya sekitar 0,67 saja untuk nilai perempuan yang lebih unggul. Kemudian, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika yang telah bekerja cukup lama di sekolah tersebut menyatakan bahwa siswa perempuan memiliki prestasi yang lebih unggul daripada siswa laki-laki dalam mata pelajaran matematika. Selain itu, keaktifan siswa di kelas juga didominasi oleh siswa perempuan. Hal tersebut bertolak belakang dengan beberapa pendapat ahli dan teoriteori yang menyatakan bahwa laki-laki lebih unggul dalam bidang matematika dan memiliki kecerdasan logis-matematis. Apa yang menyebabkan hal tersebut

6 terjadi? Bagaimana jika dengan menggabungkan dan memfasilitasi berbagai kecerdasan dalam suatu pembelajaran matematika yaitu melalui model Multiple Intelligences. Apakah dengan model pembelajaran tersebut akan terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa laki-laki dan perempuan? Dikarenakan penulis ingin mengetahui hal tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Studi Komparatif Hasil Belajar Matematika Siswa Laki-laki dan Perempuan melalui Model Pembelajaran Multiple Intelligences. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa laki-laki dan perempuan melalui model pembelajaran Multiple Intelligences? 2. Bagaimanakah sikap siswa terhadap model pembelajaran matematika Multiple Intelligences? C. Pembatasan Masalah Agar pembahasan pada penelitian ini tidak terlalu meluas, maka masalah pada penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal, yaitu: 1. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 15 Bandung, tahun ajaran 2009/2010.

7 2. Materi yang dijadikan bahan dalam penelitian ini adalah materi segiempat, subpokok bahasan: Definisi Bangun-bangun Segiempat, Keliling Bangunbangun Segiempat, dan Luas Daerah Bangun-bangun Segiempat. 3. Jenis kecerdasan yang digunakan dalam pembelajaran matematika Multiple Intelligences meliputi 9 jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan eksistensial. Namun untuk kecerdasan eksistensial, penulis masih belum mengetahui alat ukurnya, maka digabungkan dengan kecerdasan logis-matematis dalam pembelajarannya. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa laki-laki dan perempuan melalui model pembelajaran Multiple Intelligences. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah sikap siswa terhadap pembelajaran matematika Multiple Intelligences. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan, antara lain sebagai berikut:

8 1. Bagi siswa; model pembelajaran matematika Multiple Intelligences diharapkan dapat memberi kesempatan dan memfasilitasi siswa untuk dapat belajar sesuai dengan kecerdasannya masing-masing sehingga siswa dapat lebih mudah menerima materi yang diajarkan. Siswa juga akan lebih percaya diri dengan kemampuannya, karena telah menyadari bahwa setiap siswa pasti memiliki bakat dan kecerdasan yang berbeda-beda. 2. Bagi pihak sekolah; menjadi salah satu alternatif pembelajaran bagi guru-guru untuk menggunakan model pembelajaran matematika Multiple Intelligences dalam pembelajaran sehari-hari. 3. Bagi peneliti; sebagai sarana mengaplikasikan model pembelajaran Multiple Intelligences sehingga memberikan keyakinan untuk menerapkan model pembelajaran matematika ini. F. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan salah tafsir atau pemahaman berbeda, maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, didefinisikan sebagai berikut: 1. Multiple Intelligences Yang dimaksud Multiple Intelligences dalam penelitian ini adalah kecerdasan majemuk yang terdiri dari sembilan kecerdasan. 2. Kecerdasan linguistik (Linguistic intelligence) adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun

9 secara tertulis. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, orator. 3. Kecerdasan logis-matematis (Logical-mathematical intelligence) adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika. Jalan pikiran bernalar dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh matematikus, programmer, logikus. 4. Kecerdasan spasial (Spatial intelligence) adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat dan kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat serta mempunyai daya imajinasi secara tepat. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh pemburu, arsitek, dekorator. 5. Kecerdasan kinestetik-jasmani (Bodily-kinesthetic intelligence) adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh aktor, atlet, penari, ahli bedah. 6. Kecerdasan musikal (Musical intelligence) adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi, dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh komponis. 7. Kecerdasan interpersonal (Interpersonal intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain serta kemampuan yang menonjol dalam berelasi dan berkomunikasi dengan berbagai orang. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh komunikator, fasilitator.

10 8. Kecerdasan intrapersonal (Intrapersonal intelligence) adalah kemampuan berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengalaman diri serta mampu berefleksi dan keseimbangan diri, kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan. Mereka mudah berkonsentrasi dengan baik, suka bekerja sendiri dan cenderung pendiam. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh para pendoa batin. 9. Kecerdasan naturalis (Naturalist intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh pecinta alam, dokter hewan, kolektor hewan, florist. 10. Kecerdasan eksistensial (Exixtential intelligence) adalah kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia. Kemampuan seperti ini dimiliki oleh filsafat. 11. Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah belajar matematika. Dalam hal ini, hasil yang dicapai siswa dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari tes hasil belajar. G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ada perbedaan yang signifikan pada hasil belajar matematika siswa laki-laki dan perempuan melalui model pembelajaran Multiple Intelligences