BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka yang bertujuan untuk menguji hipotesis dan kemudian diambil kesimpulan. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2015. Sampel adalah suatu porsi atau bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian dalam penelitian. Pemilihan sampel menggunakan metode sampel bersasaran (Purposive sampling) agar diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang dibutuhkan antara lain : 1. Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012-2015. 2. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan (annual report) perusahaan selama periode penelitian yaitu periode 2012-2015. 3. Perusahaan yang melaporkan laporan tahunan (annual report) perusahaan secara lengkap yaitu memuat laporan pengungkapan CSR perusahaan dan laporan keuangan perusahaan yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode penelitian. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, melainkan melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data laporan tahunan (annual report) perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan laporan tahunan (annual report) perusahaan yang dipublikasikan di website perusahaan. Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan dari website perusahaan. Data tersebut adalah data laporan tahunan (annual report) perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2012-2015. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Praktik Penghindaran Pajak. 2. Variabel Independen Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a. Corporate Social Responsibility (CSR) b. Profitabilitas c. Leverage
d. Komisaris Independen E. Definisi Operasional 1. Variabel Dependen a. Penghindaran Pajak (tax avoidance) ( Y ) Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu praktik penghindaran pajak. Penghindaran pajak yaitu upaya tindakan perusahaan untuk mengurangi atau meminimalisir beban pajak perusahaan. Ada beberapa proksi yang dapat digunakan dalam pengukuran tax avoidance. Kebanyakan pengukuran tax avoidance diperoleh dengan melakukan estimasi dari data laporan keuangan, karena laporan pajak bersifat rahasia dan tidak dipublikasikan untuk umum. Dalam penelitian ini, penghindaran pajak diproksikan menggunakan rasio Effective Tax Rate (ETR). Menurut Lanis dan Richardson (2012) dalam Ratmono dan Sagala (2015) ETR merupakan proksi yang paling banyak digunakan dalam penelitian terdahulu dan untuk mengetahui adanya agresivitas pajak dapat dilihat dari nilai ETR yang rendah. Rasio Effective Tax Rate (ETR) yaitu rasio yang menggambarkan presentase total beban pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan dari seluruh total pendapatan sebelum pajak.
Menurut Ratmono dan Sagala (2015) ETR yang rendah menunjukan beban pajak penghasilan lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak, sehingga menunjukan indikasi tingkat agresivitas pajak yang tinggi. Dengan kata lain, semakin rendah nilai ETR (mendekati 0) maka perusahaan dianggap semakin agresif terhadap pajak. Hal ini karena terdapat kecenderungan perusahaan membayar beban pajak yang lebih rendah dari seharusnya. Rumus dari Rasio Effective Tax Rate (ETR) yaitu : ETR = Tax Expense i,t Pretax Income i,t Keterangan : ETR = Effective Tax Rate berdasarkan pelaporan akuntansi keuangan yang berlaku. Tax Expense = Beban pajak penghasilan badan untuk perusahaan i pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Pretax Income = Pendapatan sebelum pajak untuk perusahaan i pada tahun t berdasarkan laporan keuangan perusahaan.
2. Variabel Independen a. Corporate Social Responsibility (X1) Variabel independen yang pertama yaitu corporate social responsibility (CSR). CSR dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio pengungkapan CSR atau CSR disclosure. Penelitian ini menggunakan indikator pengungkapan CSR yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative yang diperoleh dari website www.globalreporting.org. GRI merupakan lembaga untuk mempromosikan standar yang diciptakan dengan memberi arahan bagi perusahaan-perusahaan dalam menerbitkan laporan berkelanjutan tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Indikator yang dibuat oleh GRI memiliki dimensi yang umum dan sektor yang spesifik, yang dapat diaplikasikan secara umum dalam pelaporan kinerja berkelanjutan sebuah perusahaan. Dalam penelitian ini menggunakan standar GRI-G4, dalam standar GRI-G4 indikator kinerja dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial, mencakup praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi manusia, masyarakat sosial, dan tanggung jawab atas produk. Pada setiap dimensi terdapat sejumlah indikator masing-masing yang total keseluruhannya sejumlah 91 indikator.
Berikut adalah Indikator GRI-G4 yang digunakan dalam penelitian ini : Tabel 3.1 Indikator Indeks GRI-G4 yang digunakan dalam penelitian Indikator Jumlah item Ekonomi 9 Lingkungan 34 Tenaga Kerja 16 Hak Asasi Manusia 12 Masyarakat Sosial 11 Tanggung Jawab Produk 9 Total Item 91 Sumber : Pedoman GRI-G4 Pengukuran ini dilakukan menggunakan score, melalui content analysis. Apabila item i diungkapkan maka diberikan score 1, jika item i tidak diungkapkan maka diberikan score 0. Total score dihitung untuk mendapatkan jumlah item yang diungkapkan perusahaan. Indeks pengungkapan masing-masing perusahaan kemudian dihitung dengan jumlah item yang diharapkan untuk diungkapkan.
Rumus pengukuran Rasio pengungkapan CSR yaitu : CSRDi = Xi n CSRDi Xi n = Pengungkapan CSR perusahaan i = Jumlah item bernilai 1 pada perusahaan i = Jumlah seluruh item indikator pengungkapan CSR (n = 91) b. Profitabilitas (X2) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari aktivitas bisnisnya (Muzzaki, 2015). Dalam penelitian ini, profitabilitas diproksikan menggunakan Return On Assets (ROA), yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak yang terdapat dalam laporan laba rugi dengan total aset dalam neraca per 31 Desember atau pada akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Prakosa, 2014). Rumus pengukuran Rasio ROA yaitu : Laba Setelah Pajak ROA = Total Aset
c. Leverage (X3) Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek dalam membiayai aktiva perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013). Rumus pengukuran Rasio Leverage yaitu : Leverage Total Hutang = Total Aset Rasio tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar aset perusahaan yang dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio menunjukan semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan oleh perusahaan untuk investasi pada aset guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Syamsuddin, 2009 dalam Pradipta dan Supriyadi, 2015). d. Komisaris Independen (X4) Komisaris Independen adalah komisaris yang tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali (Pradipta dan Supriyadi, 2015). Semakin banyak proporsi komisaris independen pada perusahaan, maka pengawasan terhadap kinerja manajer akan lebih efektif.
Rumus pengukuran Proporsi komisaris independen yaitu: KI Komisaris Independen = Total Komisaris F. Metode Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Dalam menganalisis data yang digunakan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan bantuan program komputer yaitu program SPSS (Statistical Package For Social Science). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility (X1), profitabilitas (X2), leverage (X3) dan komisaris independen (X4) terhadap praktik penghindaran pajak (Y). Rumus regresi yang digunakan adalah : ETR = α + β1csr + β2roa + β3lev + β4ki + e Keterangan : α ETR CSR ROA LEV KI = Konstanta = Praktik Penghindaran Pajak = Corporate Social Responsibility = Profitabilitas = Leverage = Komisaris Independen
β 1, β2, β3, β4 e = Koefisien Regresi untuk X1, X2, X3, X4 = Error Term 2. Uji Asumsi klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara menggunakan uji statistik yakni dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogrov-Smirnov (Uji K-S). Uji K-S dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi. Dasar pengambilan dengan melihat angka probabilitas dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Jika nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. 2) Jika nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05 maka data terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013). Unuk menguji atau mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam regresi adalah dengan cara menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen, melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90) maka hal ini mengindikasikan adanya multikolinearitas (Ghozali, 2013). Nilai cut off yang digunakan untuk menunjukan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 1 atau sama dengan nilai varience inflation factor (VIF) < 10. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut dengan homoskedastisitas dan jika berbeda disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang dapat menjamin keakuratan hasil. Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah Uji Glejser, yaitu dengan cara meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen, sehingga dapat diketahui ada tidaknya derajat kepercayaan 5%. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokolerasi Menurut Ghozali (2013) uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Uji autokolerasi dapat dilakukan dengan cara Uji Durbin- Watson DW Test. Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokolerasi tingkat satu (First Order Autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokolerasi dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 3.2 Dasar pengambilan keputusan Uji autokolerasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokolerasi Tolak 0 < d < dl positif Tidak ada autokolerasi No decision dl < d < du positif Tidak ada korelasi Tolak 4 dl < d < 4 negative Tidak ada korelasi No decision 4 du < d < 4 dl negatif Tidak ada autokolerasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 du
1) Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka autokolerasi = 0, berarti tidak ada autokolerasi. 2) Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka koefisien autokolerasi >0, berarti ada autokolerasi positif. 3) Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien <0, berarti ada autokolerasi negatif. 4) Bila nilai DW terletak diantara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. 3. Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit Model) Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit nya (Ghozali, 2013). a. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil menunjukan berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
b. Uji Model (Uji Statistik F) Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model penelitian, dengan kriteria sebagai berikut : 1) Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan data nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5%, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 2) Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil pengolahan data nilainya lebih besar dari nilai signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 5%, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak dapat menjelaskan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Menurut Ghozali (2013) Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel-variabel secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam hal ini, apakah corporate social responsibility, profitabilitas,
leverage dan komisaris independen benar-benar berpengaruh terhadap praktik penghindaran pajak. 4. Pengujian Hipotesis Setelah melakukan pengujian asumsi klasik, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian atas hipotesis ke 1 (H1) sampai dengan hipotesis ke 4 (H4). a. Pengujian Hipotesis pertama 1) Rumus Hipotesis H0 : ß 1 < 0, artinya Corporate social responsibility tidak berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak. Ha : ß 1 > 0, artinya Corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak. 2) Kriteria Pengujian Tingkat signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5% (0,05). 3) Dasar Pengambilan Keputusan Jika nilai Sig > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak Jika nilai Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima
b. Pengujian Hipotesis Kedua 1) Rumus Hipotesis H0 : ß 2 > 0, artinya Profitabilitas tidak berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak. Ha : ß 2 < 0, artinya Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak. 2) Kriteria Pengujian Tingkat signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5% (0,05). 3) Dasar Pengambilan Keputusan Jika nilai Sig > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak Jika nilai Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima c. Pengujian Hipotesis Ketiga 1) Rumus Hipotesis H0 : ß 3 < 0, artinya Leverage tidak berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak. Ha : ß 3 > 0, artinya Leverage berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak. 2) Kriteria Pengujian Tingkat signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5% (0,05).
3) Dasar Pengambilan Keputusan Jika nilai Sig > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak Jika nilai Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima d. Pengujian Hipotesis Keempat 1) Rumus Hipotesis H0 : ß 4 < 0, artinya Komisaris independen tidak berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak. Ha : ß 4 > 0, artinya Komisaris independen berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak. 2) Kriteria Pengujian Tingkat signifikansi (α) yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 5% (0,05). 3) Dasar Pengmbilan Keputusan Jika nilai Sig > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak Jika nilai Sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima