II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ternak unggas merupakan jenis-jenis yang dibudidayakan untuk tujuan produksi

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Jumlah Bakteri Asam Laktat pada Media Susu Skim.

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nilai gizi atau dikenal juga dengan Nutrition Facts menurut BPOM (2009) merupakan informasi yang menyebutkan jumlah zat-zat gizi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) merupakan salah satu mikrobiota alami (Sumarsih,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni

I.PENDAHULUAN. peternakan akan semakin meningkat setiap tahunnya.sektor. perunggasanterutamaayamrasmasihmenjadiprioritasutamauntuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci termasuk hewan yang memiliki sistem pencernaan monogastrik dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manfaat bagi proses metabolisme tubuh karena mengandung berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Green dkk, 2006:4288). Ciri-ciri bakteri ini adalah organisme saprofitik,

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

I. PENDAHULUAN. yaitu berkisar jam pada suhu ruang 27 C. Salah satu alternatif untuk

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

BABI PENDAHULUAN. dengan cara menyadap tangkai bunga tanaman siwalan yang dipotong. Nira

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agustine(2008) kerang hijau (green mussels) diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam ( Green dkk, 2006 : 4288 ). Bakteri ini adalah organisme saprofitik,

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Calf starter merupakan susu pengganti (milk replacer) yang diberikan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan.

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA UNIVERSITAS MEDAN AREA

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

I. PENDAHULUAN. manusia dewasa diperkirakan sekitar 0.1% dari total populasi bakteri. Populasi BAL,

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

Mamah: susuku tercemar!

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok ternak non ruminansia atau monogastrik (berlambung tunggal sederhana) (Abun, 2008). Ketika menetas usus itik memiliki sifat yang steril, akan tetapi mikroba segera masuk bersama makanan. Keasaman lambung mampu mempertahankan jumlah mikroorganisme yang minimal (10 3-10 5 per gram isi lambung). Dengan ph lambung yang asam ini ternyata bersifat melindungi terhadap infeksi beberapa bakteri patogen usus, misalnya kolera (Rasyaf, 1999). Proses pencernaan terjadi di dalam saluran pencernaan dan absorbsi zat nutrisi pada usus halus. Sekret yang dihasilkan oleh usus halus berupa enzim-enzim yang disekresikan untuk memecah gula dan zat makanan lainnya menjadi bentuk sederhana untuk selanjutnya dialirkan ke dalam aliran darah (Blakely dan David,1991). Usus buntu pada unggas hampir sama dengan usus buntu pada manusia, belum diketahui secara pasti fungsinya (Sudaryani, 1995). Usus besar pada itik adalah kelanjutan saluran pencernaan dari persimpangan usus buntu ke kloaka (Blakely dan David, 1991). B. Bakteri Asam Laktat (BAL)

Klasifikasi menurut Holt, dkk. (2000) : Kingdom Divisi Class Ordo Family Genus : Bacteria : Firmicutes : Bacilli : Lactobacillales : Lactobacillaceae : Lactobacillus Gambar 1. Lactobacillus (Gupta, 2010) Bakteri asam laktat merupakan bakteri Gram positif, tidak berspora, berbentuk kokus atau batang, katalase negatif, anaerob fakultatif atau anaerob, toleran terhadap asam, hidup pada temperatur antara 35 0 C 50 0 C, dan bersifat sedikit motil (Prescott. dkk, 2000). Bakteri ini hidup dalam tubuh manusia dan juga hewan ternak sebagai flora normal tubuh (Prescott. dkk, 2000). Nama bakteri asam laktat berasal dari kemampuan bakteri tersebut dalam memfermentasi gula menjadi asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan kelompok bakteri ini mampu memberikan efek bakterisidal yang berkaitan dengan penurunan ph lingkungan menjadi 3 sampai 4,5. Sehingga pertumbuhan bakteri lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat. Umumnya mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran ph 6-8 (Buckle. dkk, 1987). Dengan terbentuknya zat antibakteri yang berupa asam maka pertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella dan Escherichia coli dapat dihambat (Suriawiria, 1995).

Kelompok bakteri yang termasuk bakteri asam laktat adalah Carnobacterium, Enterococcus, Lactobacillus, Lactococcus, Lactosphaera, Leuconostoc, Melissococcus, Oenococcus, Pediococcus, Streptococcus, Tetragenococcus, Vagococcus dan Weissella (Jay, 1992). Lactobacillus merupakan genus terbesar dalam kelompok bakteri asam laktat, terdapat 80 spesies berbeda. Bakteri ini berbentuk batang panjang serta bersifat anaerob fakultatif dan katalase negatif (Prescott. dkk, 2000). Beberapa persyaratan agar bakteri asam laktat dapat diklasifikasikan sebagai probiotik adalah stabil terhadap asam (terutama asam lambung) dan garam empedu, mampu bertahan hidup selama berada pada usus kecil, dapat memproduksi senyawa antimikroba, mampu menempel dan mengolonisasi pada sel usus manusia, tumbuh baik dan berkembang dalam saluran pencernaan, apatogen, serta mampu membentuk lingkungan mikroflora yang normal dan seimbang. Beberapa jenis bakteri asam laktat yang sering digunakan sebagai probiotik adalah Lactobacillus dan Bifidobacteria (Crueger, 1984). C. Antibakteri Menurut Fardiaz (1987), antibakteri merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Salah satu ciri dari metabolit sekunder yaitu senyawa tersebut diproduksi pada akhir fase logaritmik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penghambatan bakteri oleh antibakteri menurut Lay (1994) yaitu a. Jumlah populasi bakteri. Semakin banyak jumlah bakteri, maka semakin sulit senyawa antibakteri menghambat pertumbuhan bakteri.

b. Kepekaan bakteri terhadap antibakteri. Semakin tinggi kepekaan antibakteri, maka akan semakin tinggi pula kemampuan antibakteri dalam menghambat pertumbuhan patogen. Begitu pula sebaliknya, bila kepekaan bakteri terhadap senyawa antibakteri rendah, maka kemampuan antibakteri menghambat pertumbuhan juga rendah. c. Lamanya senyawa antibakteri diaplikasikan terhadap bakteri. Semakin lama senyawa antibakteri tersebut diberikan terhadap bakteri, maka semakin besar kemampuan antibakteri tersebut dalam menghambat pertumbuhan bakteri. d. Konsentrasi senyawa antibakteri. Semakin tinggi konsentrasi senyawa antibakteri, maka semakin tinggi pula kemampuan antibakteri tersebut dalam menghambat pertumbuhan antibakteri. e. Lingkungan. Aktivitas dari senyawa antibakteri sangat bergantung terhadap kondisi lingkungan. Senyawa antibakteri bergantung pada ph dan suhu yang ada di sekitarnya, aktivitas antibakteri tinggi pada suhu dan ph optimum, namun rendah atau tidak dapat bekerja pada kondisi suhu dan ph yang maksimum maupun minimum. D. Escherichia coli Klasifikasi menurut Holt, dkk. (2000) : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Escherichia

Spesies : Escherichia coli Gambar 2. Escherichia coli (Yalun, 2008) Escherihchia coli adalah bakteri Gram negatif, anaerob fakultatif, resisten terhadap penisilin dan streptomisin. Merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 µm dan diamater 0.5 µm. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 µm 3. Bakteri E. coli umumnya hidup pada suhu lingkungan 20-40 0 C, optimum pada 37 0. Uji fisiologis menunjukkan bereaksi positif terhadap indol dan merah metil, serta tidak menggunakan sitrat sebagai sumber karbon satu-satunya (Holt. dkk, 2000). Penyebaran E.coli dapat terjadi dengan cara kontak langsung (bersentuhan, berjabatan tangan dan sebagainya ) kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi E.coli pun dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif dapat terjadi melalui makanan atau minuman (Panigraphy, 1990). Pada umumnya penyakit yang ditimbulkan E. coli adalah diare. Selain diare, E. coli juga dapat menyebabkan beberapa penyakit yang bisa juga disebabkan beberapa bakteri lain, antaralain : Infeksi saluran kemih, sepsis, dan meningitis ( Jawetz dkk., 1996 ). Faktor virulensi E. coli dipengaruhi oleh kemampuan bertahannya terhadap fagositosis, kemampuan perlekatannya terhadap epitel sel pernafasan dan ketahanannya terhadap daya bunuh serum. E coli yang bersifat patogen, mempunyai struktur dinding sel yang disebut pili, yang tidak ditemukan pada serotipe yang

tidak patogen (Tabbu, 2000), dan pili inilah yang berperan dalam kolonisasi (Lay dan Hastowo, 1992). Salah satu penyakit pada unggas yang disebabkan oleh E. coli yang patogen adalah kolibasilosis. Infeksi E. coli atau koliseptikemia ini dapat terjadi pada ayam pedaging dan petelur dari semua kelompok umur. Serta unggas lain seperti kalkun dan itik (Charlton. dkk, 2000). Penyakit kolibasilosis ini cukup berbahaya bagi peternakan unggas, karena dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, serta penurunan kualitas telur. Selain itu, adanya infeksi E. coli dapat menjadi faktor pendukung timbulnya penyakit komplek pada saluran pernafasan, pencernaan atau reproduksi yang sulit ditanggulangi (Tabbu, 2000). E. Salmonella pullorum Klasifikasi menurut Holt, dkk. (2000): Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae : Salmonella : Salmonella pullorum

Gambar 3. Salmonella pullorum (Todar, 2008) Salmonella pullorum adalah bakteri berbentuk batang Gram negatif, bersifat anaerob fakultatif tidak membentuk spora. Uji fisiologis Salmonella pullorum, menunjukkan H2S, merah metal, reduksi nitrat, sitrat, dulcitol, lisin dekarboksilasi dan ornitin dekarboksilasi bersifat positif. Reaksi biokimia lain seperti oksidasi, indol, urease, glukonat, laktosa dan fenilalanin deaminasi bersifat negatif (Holt. dkk, 2000). Adapun penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella adalah Salmonellosis. Gejala klinis Salmonellosis pada manusia ada 3 sindrom yaitu : 1. Gastroenteritis merupakan infeksi usus dan tidak ditemukan toksin sebelumnya (Karsinah dkk., 1994). Terjadi karena menelan makanan yang tercemar Salmonella sp. misalnya daging dan telur (Julius, 1990). 2. Demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella typhi (Julius, 1990). 3. Bakterimia ( septikimia ) dapat ditemukan pada demam tifoid dan infeksi Salmonella non-typhi. Gejala yang menonjol adalah panas dan bakterimia (Karsinah dkk., 1994) F. Karakterisasi Karakterisasi mikroba adalah proses untuk mengetahui karakter suatu mikroba ( James, 1983 ). Karakterisasi ini meliputi karakter secara morfologi dan fisiologi dari bakteri. Karakter morfologi dapat diketahui dengan teknik tertentu pada gelas obyek sehingga karakter tersebut dapat diamati dengan mikroskop (Hadioetomo, 1993). Melalui pengecatan bakteri juga dapat diketahui bentuk dan reaksi bakteri tersebut terhadap zat warna, lalu dapat ditentukan apakah bakteri tersebut bersifat gram negatif atau gram positif, serta menghasilkan spora atau tidak menghasilkan spora (Madigan. dkk, 2006). Karakter fisiologi dapat diketahui dengan uji fisiologi. Uji ini meliputi

uji ketahanan terhadap ph, tekanan osmotik, suhu, sinar UV, resistensi terhadap antibiotik, kemampuan menghasilkan antibiotik, kemampuan fermentasi, kemampuan enzimatik, dan lain-lain (James, 1983). Ciri lain yang dapat membantu dalam karakterisasi mikroba adalah pola pertumbuhan, kemampuan memfermentasi karbohidrat dan pengguanaan asam amino (Lay, 1994).