BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. neuron dopaminergik ganglia basalis terutama pada substansia nigra pars kompakta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ginjal. Dari data American Heart Association tahun 2013 menyebutkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari resting tremor, rigiditas dan akinesia atau bradikinesia, yang disertai

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. hidup saat ini yang kurang memperhatikan keseimbangan pola makan. PGK ini

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Peradangan sendi pada artritis gout akan menimbulkan serangan nyeri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan hiperglikemia kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat, lemak

BAB I PENDAHULUAN. global. Prevalensi FA meningkat seiring dengan pertumbuhan kelompok

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

marker inflamasi belum pernah dilakukan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lebih dari 6,0 mg/dl terdapat pada wanita (Ferri, 2017).

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit. kronis yang disebabkan oleh gula darah tinggi dan

BAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Insidensi penyakit gagal ginjal kronik semakin. meningkat dengan sangat cepat. Hal ini tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan lansia di seluruh dunia (Joern, 2010).OA juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel : Epidemiologi PD (Connlolly & Lang, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. diperhatikan. Selain jumlah kasus yang semakin meningkat, stroke dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan. yang berasal dari lapisan epitel nasofaring. Karsinoma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi obesitas telah meningkat secara dramatis di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat

PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN 2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi dan penyakit

Dietary iron intake and blood donations in relation to risk of type 2diabetes in men: a prospective cohort study Cohort Study ( Prospectively )

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan insidensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun di seluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Asam urat berhubungan dengan beberapa faktor risiko kardiometabolik,

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 6,0 mg/dl dan untuk pria 6,8 mg/dl. Hiperurisemia didefinisikan sebagai plasma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat pertama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang bersifat progresif. Penyakit ini merupakan penyakit neurodegeneratif tersering kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit Parkison paling banyak dialami pada usia lanjut dan jarang ditemukan pada umur dibawah 30 tahun. Sebagian besar kasus ditemukan pada usia 40-70 tahun, rata-rata pada usia 58-62 tahun dan kirakira 5% muncul pada usia dibawah 40 tahun. (PERDOSSI, 2008). Insiden lebih tinggi pada laki-laki, ras kulit putih dan didaerah industri tertentu, insidensi terendah terdapat pada populasi Asia dan kulit hitam Afrika. Faktor lingkungan memiliki peranan penting dalam menimbulkan penyakit ini (Sharma, 2008) Angka prevalensi penyakit di Amerika Utara diperkirakan sebesar 160 per 100.000 populasi dengan angka kejadian sekitar 20 per 100.000 populasi. Prevalensi dan insidensi penyakit semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Prevalensi berkisar antara 0,5-1% pada usia 65-69 tahun. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi pertahun. Prevalensi meningkat sampai 1-3% pada usia 80 tahun atau lebih. Di Indonesia belum ada data prevalensi penyakit yang pasti, namun diperkirakan terdapat sekitar 400.000 penderita penyakit. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pria dari pada wanita dengan angka perbandingan 3:2 (Joesoef, 2007).

2 Penyakit mempunyai gejala yang khas berupa adanya tremor, bradikinesia, rigiditas dan abnormalitas postural. Disamping itu terdapat pula gejala psikiatri berupa depresi, cemas, halusinasi, penurunan fungsi kognitif, gangguan sensorik, akathesia dan sindrom restless legs, gangguan penciuman, gangguan otonom serta gangguan tidur yang disebabkan oleh efek samping obat antiparkinson maupun bagian dari perjalanan penyakitnya. Perjalanan penyakit atau derajat keparahan dari penyakit diukur berdasarkan stadium Hoehn dan Yahr atau Unified s Disease Rating Scale (UPDRS) (PERDOSSI, 2008). Patogenesis yang mendasari terjadinya penyakit antara lain adalah : stres oksidatif, disfungsi mitokondria, eksitotoksisitas, inflamasi dan kelemahan sistem ubiquitin proteasom (Seidl & Potashkin, 2011). Adanya peningkatan zat besi yang terdeteksi pada substansia nigra pasien dengan penyakit meyakinkan pentingnya peranan stres oksidatif dalam patogenesis penyakit. Metabolisme dopamin endogen ternyata juga menyebabkan peningkatan produksi racun yang mempertinggi terjadinya stres oksidatif pada pasien penyakit (Siderowf, 2003). Stres oksidatif di otak memiliki peranan penting pada onset penyakit dan menyebabkan peningkatan kerusakan oksidatif di substansia nigra (Prasad, et al.,1999). Asam merupakan antioksidan dan celator zat besi dalam tubuh terutama di dalam darah dan jaringan otak, yaitu dengan mengikat radikal hidroksil dan peroksinitrit, yang dianggap sebagai mediator pusat kerusakan oksidatif dalam patogenesis penyakit. Karena stres oksidatif dapat

3 berkontribusi pada hilangnya neuron dopaminergik di substansia nigra individu dengan penyakit. Penurunan kadar asam pada neuron nigrostriatal pada manusia meningkatkan kerentanan terhadap stres oksidatif. Sehingga kadar asam yang lebih tinggi pada serum diasosiasikan dengan penurunan risiko yang signifikan terhadap munculnya penyakit (Cipriani, et al., 2010). Banyak penelitian telah menunjukan bahwa peningkatan kadar asam menghasilkan efek perlindungan terhadap progresifitas penyakit. Ada beberapa penelitian yang mendukung hipotesis bahwa peningkatan kadar asam berhubungan dengan penurunan kejadian Penyakit idiopatik. Davis, et al. (1996), telah melakukan penelitian dengan data dari The Honolulu Heart Program yang melibatkan 8006 orang Jepang atau orang Okinawa selama 30 tahun, menunjukkan bahwa laki-laki dengan kadar asam di atas rata-rata memiliki 40 persen penurunan kejadian terjadinya penyakit idiopatik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Weisskopf, et al. (2009) yang diikuti oleh 18.000 laki-laki, menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kadar asam dengan kejadian penyakit. Alonso, et al. (2007) telah mengidentifikasi 1.052 kasus penyakit dan 6634 kelompok kontrol, menemukan bahwa pasien yang sebelumnya didiagnosis gout mengalami penurunan 30 persen kejadian penyakit, dimana hasilnya signifikan pada pria, tetapi tidak pada wanita. Penelitian kohort prospektif lain yang dilakukan oleh Gao Xiang, et al,. (2007), dengan subjek 47.406 orang dari Health Professionals Study, didapatkan bahwa diet tinggi purin dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah terjadinya penyakit setelah follow up selama 14

4 tahun, walaupun demikian risiko terbentuknya batu ginjal dan risiko penyakit kardiovaskuler menjadi meningkat. Sedangkan, Schwarzschild, et al. (2008), dalam penelitian yang menggunakan data dari s research examination, menilai hubungan antara kadar asam dan perkembangan penyakit secara klinis dan radiografi. Penelitian tersebut melibatkan 804 subjek dengan diagnosis awal penyakit, mendapatkan hubungan yang berbanding terbalik antara skala UPDRS dengan kadar asam pada laki-laki, sementara hubungan ini tidak signifikan pada wanita. Bukti lain menunjukan pada penderita gout dengan hiperurisemia memiliki risiko yang lebih rendah untuk terjadinya penyakit (Pello, et al., 2009). Studi lain yang dilakukan oleh Hou dan Lai (2011), menyebutkan bahwa stadium Hoehn dan Yahr tidak berhubungan dengan kadar asam, stadium Hoehn dan Yahr berhubungan dengan umur pasien dan durasi dari penyakit (Hou & Lai, 2011). Menurut Andreadou, et al. (2009), pada penelitiannya melaporkan adanya hubungan yang signifikan berupa korelasi negatif antara kadar asam dengan durasi dan terapi penyakit hanya pada laki-laki, sedangkan pada perempuan tidak ada hubungan yang signifikan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Jain, et al. (2011), menyebutkan bahwa pada laki-laki kadar asam yang rendah dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit yang lebih tinggi, sedangkan kadar asam yang tinggi tidak berhubungan dengan penurunan lebih lanjut dalam risiko terjadinya penyakit, pada kadar asam yang tinggi dapat meningkatkan risiko gout, penyakit jantung, atau penyakit ginjal (Chen, et al., 2012 ; Shah & Keenan, 2010).

5 Peranan asam sebagai produk metabolisme purin masih menunjukan hasil yang kontroversial sebagai faktor risiko gangguan kardiovaskuler, serebrovaskuler maupun gangguan kognitif.. serum normal tinggi mungkin berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif pada populasi usia tetapi tidak secara independen (Barus et al., 2009; Schretlen et al.,2005). Berbagai penelitian tentang hubungan kadar asam dengan Penyakit di luar negeri sudah banyak dilakukan, sedangkan di Indonesia belum pernah ada penelitian tentang hubungan antara kadar asam dengan penyakit. Perbedaan tempat dan populasi dapat menimbulkan perbedaan hasil karena faktor ras dan lingkungan merupakan variabel perancu yang dapat sangat berpengaruh. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara kadar asam dengan derajat berat ringannya penyakit di Indonesia, khususnya populasi di Yogyakarta dan sekitarnya, yang pada akhirnya diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita penyakit di Indonesia. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil beberapa masalah sebagai berikut : 1. Prevalensi penyakit semakin meningkat setiap tahun sesuai meningkatnya usia. 2. Salah satu faktor yang menyebabkan progresifitas dari penyakit berhubungan dengan stres oksidatif yang berlangsung terus menerus.

6 3. Asam sebagai salah satu antioksidan yang berfungsi sebagai neuroprotektan dapat berpengaruh terhadap perlambatan progresifitas penyakit. 4. Penelitian tentang pengaruh asam terhadap progresifitas dan berat ringannya penyakit di Indonesia belum pernah ada. C. Tujuan Penelitian Mengetahui apakah kadar asam pasien dengan penyakit berhubungan dengan derajat penyakit berdasarkan skala Hoehn dan Yahr. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan tambahan pengetahuan tentang adanya hubungan kadar asam dengan berat ringannya penyakit. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan peranan asam penyakit, dan meningkatkan kualitas pengelolaan pada penyakit. 3. Para klinisi disamping memberikan terapi juga mengedukasi utk mengkonsumsi antioksidan alami serta diet yang mengandung purin dengan tetap mengevaluasi kadar asam tidak melebihi angka normal dan mengevaluasi risiko terhadap kardiovaskuler, serebrovaskuler dan ginjal. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran, didapatkan beberapa penelitian mengenai hubungan kadar asam dengan penderita penyakit sesuai dengan tabel 1.

7 Tabel 1. Penelitian Tentang Kadar Asam Urat dengan Penyakit No Penelitian Judul Metode Alat ukur Hasil 1. Iranmanesh et al., 2012 2. Ascherio et al., 2009 3. Cong-cong et al., 2012 4. Andreadou et al., 2009 5. Schwarzsc hild et al., 2008 6. Weisskopf et.al., 2007 7. Penelitian sekarang Serum Uric Acid Level in Patients with Disease Urate as a Predictor of the Rate of Clinical Decline in Disease Association of serum uric acid levels with the progression of s disease in Chinese patients Serum uric acid levels in patients with s disease: Their relationship to treatment and disease dion Serum Urate as a Predictor of Clinical and Radiographic Progression in Disease Plasma e and risk of s disease Korelasi Kadar Asam Urat dengan Stadium Hoehn dan Yahr pada Pasien Penyakit Casecontrol retrospec tive Doubleblind, randomiz ed trial Casecontrol retrospec tive study Casecontrol study Prospecti ve study Prospecti ve studies Cross- Sectional Onset UPDRS Hoehn & Yahr Durasi penyakit kadar asam dengan durasi dan terapi UPDRS Imaging SPECT (Single Photon Emission computed tomography) Hoehn & Yahr yang rendah meningkatkan risiko penyakit yang tinggi berhubungan dengan penurunan nilai UPDRS Terdapat korelasi negatif antara kadar asam dengan Stadium Hoehn & Yahr dan durasi penyakit Hubungan signifikan, korelasi negatif antara kadar asam dengan durasi dan terapi penyakit hanya pada laki-laki, pada perempuan tidak bermakna yang tinggi terkait dengan penurunan progresifitas penyakit. Terdapat korelasi negatif antara kadar asam dengan UPDRS tinggi menurunkan risiko terjadinya penyakit, serta dapat memperlambat progresifitas penyakit?