ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH ABON SAPI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MUTIARA HJ. MBOK SRI DI KOTA PALU

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

RENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH. Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central Sulawesi

ANALISIS NILAI TAMBAH KOPI JAHE PADA INDUSTRI SAL-HAN DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH KUE PIA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KARYA AN-NUR DI KOTA PALU

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALISIS NILAI TAMBAH KUE PIA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KARYA AN-NUR DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS NILAI TAMBAH KACANG TELUR PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA OHARA DI KELURAHAN NUNU KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI DAGING SAPI

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS NILAI TAMBAH TORTILA RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI KERUPUK SINGKONG (Studi Kasus di Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Wisata Batu)

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive pada agroindustri

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN MARGIN PEMASARAN PISANG MENJADI OLAHAN PISANG ANALYSIS OF ADDED VALUE AND MARKETING MARGIN OF PROCESSED BANANA PRODUCTS

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng,

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA RASA DI KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA TAHU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA WAJIANTO DI DESA OGURANDU KECAMATAN BOLANO LAMBUNU KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS KETERKAITAN BAURAN PEMASARAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN UKM PENGAIS JAYA VIRGIN COCONUT OIL DI DESA AMPIBABO

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KELURAHAN NUNU KECAMATAN TATANGA KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAPE SINGKONG DI KOTA PEKANBARU

NILAI TAMBAH PADA AGROINDUSTRI TAHU

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH DARI USAHA PENGOLAHAN MARNING DAN EMPING JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

KINERJA KEUANGAN INDUSTRI CITRA LESTARI PRODUCTION KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CITRA LESTARI PRODUCTION DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK TALAS PRIANGAN PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DARMATIAN PRODUCT DI KOTA PALU

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA KERIPIK UBIKAYU PADA INDUSTRI PUNDI MASDI KOTA PALU

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

Nilai Tambah Produk Olahan Ikan Salmon di PT Prasetya Agung Cahaya Utama, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTRIK USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM AMALIA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI MINYAK NILAM DI DESA LUMBUTAROMBO KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BAWANG GORENG PADA INDUSTRI ACRAN SIGI DI DESA LOLU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS TEKNOLOGI MESIN PENGOLAH DAN NILAI TAMBAH KERIPIK SALAK PONDOH PADA KELOMPOK SRIKANDI KELURAHAN SUMBERGONDO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

ANALISIS PEMASARAN BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA FLAMBOYAN DI KELURAHAN PANAU KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KRIPIK PISANG DI KECAMATAN CILONGOK, KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK KELAPA PADA U.D. KARYA MEKAR DI DESA ISU KECAMATAN TEON NILA SERUA KABUPATEN MALUKU TENGAH PROVINSI MALUKU

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN ANGGREK USAHA TANAMAN HIAS DI KOTA PALU Added Value Analysis and Marketing of Orchid plants in Palu

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS NILAI TAMBAH MANISAN CARICA DI KABUPATEN WONOSOBO

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS AGROINDUSTRI KERIPIK TEMPE BU SITI DI DESA BULUH RAMPAI KECAMATAN SEBERIDA KABUPATEN INDRAGIRI HULU

NILA TAMBAH AGROINDUSTRI UBI KAYU MENJADI TEPUNG TAPIOKA

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI KEDELAI DAN NILAI TAMBAH TAHU DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN LELE (Clarias sp.) DI DESA HANGTUAH KECAMATAN PERHENTIAN RAJA KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

NILAI TAMBAH PENGOLAHAN DAGING SAPI MENJADI BAKSO PADA USAHA AL-HASANAH DI KELURAHAN RIMBO KEDUI KECAMATAN SELUMA SELATAN

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

Transkripsi:

e-j. Agrotekbis 1 (4) : 353-360, Oktober 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU Analysis Added Value Of Local Palu Onions To Become Fried Onion In Palu City Dewi Cahyanti Wahyu Ningsih 1), Saharia Kassa 2), Dafina Howara 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako 2) Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738) e-mail: cahyani_wningsih@yahoo.coi.id ABSTRACT The role of agroindustry to maintain the primary product into processing products to increase the added value is required. One of the solutions made is to increase the added value of local Palu onion become fried onions. This study aims to determine the added value of being processing the local Palu onion into fried onion which was conducted on Triple C Fried Onion Industry, Raja Bawang Fried Onion Industry and SAL-HAN Fried Onion Industry. The samples determined by intentionally (purposive), considering that these 3 industries categorized as home industry, small industry and middle industry. Respondents in this study was the leadership and employees of the company with a number of respondents as many as 11 people. The results showed that the added value obtained from fried Onion Industry at home level (Triple C fried onions Industry) of Rp.33.846.09 kg, small scale (Raja Bawang Fried Onion Industry) of Rp.39.117,40/kg and middle scale (SAL-HA Fried Onion Industry) of Rp.39.760/kg. Keywords :added value, local Palu onion, fried onions ABSTRAK Peranan agroindustri dalam upaya mempertahankan produk primer menjadi produk olahan untuk meningkatkan nilai tambah sangatlah diperlukan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkn nilai tambah yang dimaksud adalah pengolahan bawang merah lokal Palu menjadi bawang goreng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan bawang merah lokal Palu menjadi bawang goreng, yang dilaksanakan pada Industri Bawang Goreng Triple C, Industri Bawang Goreng Raja Bawang dan Industri Bawang Goreng SAL-HAN. Penentuan sampel dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa 3 industri ini termasuk dalam golongan industri skala rumah tangga, industri skala kecil dan industri skala menengah. Responden dalam penelitian ini yaitu pimpinan dan karyawan perusahaan dengan jumlah responden sebanyak 11 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai tambah yang diperoleh Industri Bawang Goreng pada skala rumah tangga (Industri Bawang Goreg Triple C) sebesar Rp. 33.846,09/kg, skala kecil (Industri Bawang Goreng Raja Bawang) sebesar Rp. 39.117,40/kg dan skala menengah (Industri Bawang Goreng SAL-HAN) sebesar Rp. 39.760/kg. Kata Kunci : Nilai Tambah, Bawang Merah Lokal Palu, Bawang Goreng PENDAHULUAN Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Pembangunan ekonomi menitikberatkan pada bidang pertanian dan 353

industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Sulawesi Tengah merupakan salah satu Propinsi di Indonesia yang memiliki potensi yang besar dalam bidang pertanian. Potensi tersebut didukung oleh tingkat kesuburan tanah yang baik, ketersediaan air tanah maupun air hujan, iklim yang sesuai, dan demografi penduduk yang menjadikan pertanian sebagai penghasilan pokok rumah tangga (Kapetpalapas, 2009). Komoditas agribisnis yang dapat dibudidayakan di Sulawesi Tengah yaitu tanaman padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar serta tanaman hortikultura diantaranya bawang merah. Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura Sulawesi Tengah. Bawang merah seperti komoditas hortikultura lainnya mempunyai sifat mudah rusak (perishable) dan setelah panen dapat mengalami perubahan yang cenderung merugikan akibat kegiatan pasca panen yang buruk. Melihat produksi bawang merah yang berubah-ubah, harga bawang merah selalu berfluktuasi. Pada panen besar produksi melimpah dan harga bawang merah menjadi rendah, sedangkan pada waktu tertentu produksi rendah sehingga harga bawang merah menjadi tinggi. Upaya untuk mengendalikan harga yang berfluktuasi, perlu dilakukan usaha pengawetan yang mendatangkan keuntungan. Pengolahan bawang merah lokal Palu menjadi bawang goreng memberikan nilai tambah terhadap pengolahan tersebut, namun belum diketahui kisaran nilai tambah yang diperoleh bawang merah lokal Palu setelah diolah menjadi bawang goreng, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menghitung nilai tambah tersebut. Hal inilah yang menjadi latar belakang penelitian Analisis Nilai Tambah Bawang Merah Lokal Palu Menjadi Bawang Goreng di Kota Palu, dalam penelitian ini pada Industri Bawang Goreng Skala Rumah Tangga, Industri Bawang Goreng Skala Kecil dan Industri Bawang Goreng Skala Menengah. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu berapa besar nilai tambah yang diperoleh bawang merah lokal Palu setelah diolah menjadi bawang goreng di Kota Palu (studi kasus Industri Skala Rumah Tangga, Industri Skala Kecil dan Industri Skala Menengah). Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh bawang merah lokal Palu setelah diolah menjadi bawang goreng di Kota Palu (studi kasus Industri Skala Rumah Tangga, Industri Skala Kecil dan Industri Skala Menengah). BAHAN DAN METODE Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan Industri Bawang Goreng di Kota Palu yaitu Industri Bawang Goreng Triple C, Industri Bawang Goreng Raja Bawang dan Industri Bawang Goreng SAL-HAN dengan pertimbangan bahwa 3 industri ini termasuk dalam golongan industri skala rumah tangga, industri skala kecil dan industri skala menengah berdasarkan jumlah tenaga kerja. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2012. Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive), sebanyak 11 orang yang terdiri dari 3 orang pimpinan perusahaan dengan 8 orang karyawan dari masing-masing industri. Metode Analisis Analisis data yang digunakan adalah analisis nilai tambah, dengan menggunakan metode Hayami dan analisis deskriptif untuk menggambarkan perbandingan nilai tambah produksi bawang goreng 3 skala industri yang dijadikan obyek atau sasaran 354

penelitian. Perhitungan melalui metode Hayami disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan Nilai Tambah Produksi Bawang Goreng Pada Industri Bawang Goreng di Kota Palu Perhitungan nilai tambah produksi bawang goreng pada Industri Bawang Goreng di Kota Palu disajikan pada Tabel 2. Perhitungan nilai tambah produksi bawang goreng setiap industri dalam 1 kali proses produksi dan banyaknya produk olahan yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. Output yang dihasilkan Industri Bawang Goreng Triple C dalam 1 kali proses produksi sebanyak 10 kg bawang goreng dengan harga jual sebesar Rp. 165.000/kg dan menggunakan bahan baku sebanyak 30 kg dengan harga bahan baku (dalam penelitian ini bawang merah basah) sebesar Rp. 20.000/kg. Output yang No Variabel Nilai Output, Input, dan Harga 1 Output yang dihasilkan (kg/hari) a 2 Bahan baku yang digunakan (kg/hari) b 3 Tenaga Kerja (jam/hari) c 4 Faktor konversi (1/2) d = a/b 5 Koefisien tenaga kerja (3/2) e = c/b 6 Harga output (Rp/kg) f 7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) g Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) h 9 Sumbangan input lain (Rp/kg output) i 10 Nilai output (4 x 6) (Rp) j = d x f 11 a. Nilai tambah (10 9 8) (Rp) k = j h i b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) l (%) = (k/j) x 100 % 12 a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) m = e x g b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) n (%) = (m/k) x 100% 13 a. Keuntungan (11a 12a) (Rp) o = k m b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) p (%) = (o/k) x 100% Sumber : Hayami, 1987 dalam Sudiyono, 2001. dihasilkan Industri Bawang Goreng Raja Bawang dalam 1 kali proses produksi sebanyak 50 kg bawang goreng dengan harga jual sebesar Rp. 180.000/kg dan menggunakan bahan baku sebanyak 150 kg dengan harga bahan baku (dalam penelitian ini bawang merah basah) sebesar Rp. 20.000/kg. Output yang dihasilkan Industri Bawang Goreng SAL-HAN dalam 1 kali proses produksi sebanyak 50 kg bawang goreng dengan harga jual sebesar Rp. 180.000/kg dan menggunakan bahan baku sebanyak 150 kg dengan harga bahan baku (dalam penelitian ini bawang merah basah) sebesar Rp. 20.000/kg. Bahan penolong (input lain) yang digunakan Industri Bawang Goreng Triple C dalam mengolah bawang goreng dalam 1 bulan yaitu terdiri dari minyak goreng 355

Tabel 2. Perhitungan Nilai Tambah Produksi Bawang Goreng Pada Industri Bawang Goreng di Kota Palu Menggunakan Metode Hayami No Variabel Triple C Raja Bawang Output, Input, dan Harga Sal-Han 1 Output yang dihasilkan (kg/proses) 10 50 50 2 Bahan baku yang digunakan (kg/proses) 30 150 150 3 Tenaga Kerja (jam/proses) 8 13,00 8,5 4 Faktor konversi (1/2) 0,33 0,33 0,33 5 Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,27 0,09 0,06 6 Harga output (Rp/kg) 165.000 180.000 180.000 7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) 34.166,67 51.458,33 53.222,22 Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) 20.000 20.000 20.000 9 Sumbangan input lain (Rp/kg output) 1.153,91 882,60 240 10 Nilai output (4 x 6) (Rp) 55.000 60.000 60.000 11 a. Nilai tambah (10 9 8) (Rp) 33.846,09 39.117,40 39.760 b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) 61,54 65,20 66,27 12 a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) 9.111,11 4.459,72 3.015,93 b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) 26,92 11,40 7,59 13 a. Keuntungan (11a 12a) (Rp) 24.734,98 34.657,68 36.744,07 b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) 73,08 88,60 92,41 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012. sebanyak 48 liter dengan harga Rp. 13.000/liter, garam sebanyak 0,5 g dengan harga Rp. 1.000/g dan gas dengan biaya sebesar Rp. 114.000/bulan. Jumlah bahan penolong (input lain) produksi bawang goreng ini sebesar Rp. 738.500/bulan, dalam 1 kali proses produksi menggunakan 4 orang tenaga kerja dengan waktu kerja sebanyak 8 jam, dengan upah rata-rata tenaga kerja sebesar Rp. 34.166,67/Jam. Bahan penolong yang digunakan Industri Bawang Goreng Raja Bawang dalam mengolah bawang goreng dalam 1 bulan yaitu terdiri dari minyak goreng sebanyak 250 liter dengan hargarp. 12.650/liter, garam sebanyak 0,5 g dengan harga Rp. 1.000/g dan minyak tanah sebanyak 250 liter dengan harga Rp. 5.000/liter. Jumlah bahan penolong produksi bawang goreng ini sebesar Rp. 4.413.000/bulan, dalam 1 kali proses produksi menggunakan 11 orang tenaga kerja dengan waktu kerja sebanyak 13 jam dalam 1 kali proses produksi, dengan upah rata-rata tenaga kerja sebesar Rp. 51.458,33/jam. Bahan penolong yang digunakan Industri Bawang Goreng SAL- HAN dalam mengolah bawang goreng dalam 1 bulan yaitu terdiri dari minyak goreng sebanyak 600 liter dengan harga Rp. 12.500/liter, dan biaya gas sebesar Rp. 3.300.000/bulan, Sehingga jumlah bahan penolong produksi bawang goreng ini sebesar Rp. 10.800.000/bulan, dalam 1 kali proses produksi menggunakan 25 orang tenaga kerja dengan waktu kerja sebanyak 8,5 jam dalam 1 kali proses produksi, dengan upah rata-rata tenaga kerja sebesar Rp. 53.222,22/jam. Nilai faktor konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai output 356

yang dihasilkan dengan nilai input yang digunakan. Nilai faktor konversi di dapat pada produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C ini sebesar 0,33 didapatkan dari perhitungan pembagian jumlah produksi sebesar 10 kg dengan jumlah bahan baku yang digunakan sebanyak 30 kg bawang basah. Artinya adalah setiap 1 kg bawang merah yang diolah menghasilkan 0,33 kg bawang goreng. Nilai faktor konversi produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Raja Bawang sebesar 0,33 artinya adalah setiap 1 kg bawang merah yang diolah menghasilkan 0,33 kg bawang goreng. Nilai faktor konversi produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng SAL- HAN sebesar 0,33, artinya adalah setiap 1 kg bawang merah yang diolah menghasilkan 0,33 kg bawang goreng. Koefisien tenaga kerja adalah nilai pembagian dari jumlah jam kerja tenaga kerja yang digunakan dengan jumlah bahan baku yang digunakan dalam kegiatan produksi. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya jam kerja tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satusatuan input (Hayami, et al. 1987). Berdasarkan hasil perhitungan tabel 2 di atas, diketahui besar koefisien tenaga kerja Industri Bawang Goreng Triple C sebesar 0,27 didapatkan dari pembagian jumlah jam kerja tenaga kerja sebanyak 8 jam dengan jumlah bahan baku yang digunakan yaitu sebesar 30 kg untuk satu kali proses produksi, maka curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu kg bawang merah basah menjadi bawang goreng sebanyak 0,27 jam. Besar koefisien tenaga kerja Industri Bawang Goreng Raja Bawang sebesar 0,09, maka curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu kg bawang merah basah menjadi bawang goreng sebanyak 0,09 jam. Besar koefisien tenaga kerja Industri Bawang Goreng SAL-HAN sebesar 0,06, maka curahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengolah satu kg bawang merah basah menjadi bawang goreng 0,06 jam. Nilai produk merupakan hasil perkalian antara harga output dengan faktor konversi. Harga jual bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C Rp. 165.000/kg dan faktor konversi sebesar 0,33, sehingga besarnya nilai output yang di hasilkan dari tiap kilogram bawang merah basah Industri Bawang Goreng Triple Cadalah sebesar Rp. 55.000. Besarnya nilai output yang di hasilkan dari tiap kilogram bawang merah basah Industri Bawang Goreng Raja Bawang adalah sebesar Rp. 60.000. Besarnya nilai output yang di hasilkan dari tiap kilogram bawang merah basah Industri Bawang Goreng SAL-HAN adalah sebesar Rp. 60.000. Nilai sumbangan input lain merupakan pembagian total sumbangan input lain dengan jumlah output yang dihasilkan. Bahan baku yang digunakan untuk pengolahan bawang goreng terdiri dari 2 bagian yaitu bahan baku utama dan bahan penolong (input lain). Bahan baku utama yang digunakan adalah bawang merah lokal Palu, sedangkan bahan penolong (input lain) yang digunakan adalah minyak goreng, garam minyak tanah dan gas. Sumbangan input lain dalam proses produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C adalah bahan penolong yaitu sebesar Rp. 738.500/bulan dan jumlah output yang dihasilkan sebanyak 80 kg/bulan. Nilai sumabangan input lain sebesar Rp. 9.231,25/kg/bulan, sehingga nilai input lain untuk 1 kali proses produksi sebesar Rp. 1.153,91/kg/proses (Rp. 9.231,25: 8 kali proses produksi). Sumbangan input lain dalam proses produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Raja Bawang adalah bahan penolong sebesar Rp. 4.413.000/bulan dan jumlah output yang dihasilkan sebanyak 500 kg/bulan. Nilai sumabangan input lain sebesar Rp. 8.826/kg/bulan, sehingga nilai input lain untuk 1 kali proses produksi sebesar Rp. 357

output. Besarnya rasio nilai tambah Industri Bawang Goreng Triple C sebesar 61,54%, dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang sebesar 61,54% menunjukan bahwa setiap Rp. 100 nilai produk bawang goreng akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 61,54. Besarnya rasio nilai tambah Industri Bawang Goreng Raja Bawang sebesar 65,20%, dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang sebesar 65,20% menunjukan bahwa setiap Rp. 100 nilai produk bawang goreng akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 65,20. Besarnya rasio nilai tambah Industri Bawang Goreng SAL-HAN sebesar 66,27%, dengan rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang sebesar 66,27% menunjukan bahwa setiap Rp. 100 nilai produk bawang goreng akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp. 66,27. Imbalan tenaga kerja pada pengolahan bawang goreng diperoleh dari perkalian anatara nilai koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Balas jasa tenaga kerja menunjukkan jumlah pendapatan rata-rata yang diterima tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan setiap kilogram bawang goreng. Besar imbalan tenaga kerja yang diterima untuk setiap kilogram bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C adalah sebesar Rp. 9.111,11/kg. Besar imbalan tenaga kerja yang diterima untuk setiap kilogram bawang goreng Industri Bawang Goreng Raja Bawang adalah sebesar Rp. 4.459,72/kg. Besar imbalan tenaga kerja yang diterima untuk setiap kilogram bawang goreng Industri Bawang Goreng SAL-HAN adalah sebesar Rp. 3.015,93/kg. Rasio tenaga kerja merupakan persentase dari pendapatan tenaga kerja terhadap nilai tambah. Rasio tenaga kerja pada usaha produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C sebesar 26,92%. Rasio tenaga kerja pada usaha produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Raja Bawang sebesar 11,40%. Rasio tenaga kerja pada usaha produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng SAL-HAN sebesar 7,59%. Hasil analisis nilai tambah dapat menunjukkan marjin dari bahan baku bawang merah menjadi bawang goreng. Keuntungan perusahaan merupakan selisih antara nilai tambah dengan imbalan tenaga kerja langsung, sehingga dianggap sebagai nilai tambah bersih yang diterima perusahaan. Keuntungan yang didapat dari usaha produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C untuk setiap kilogram adalah sebesar Rp 24.734,98 dengan tingkat keuntungan yang diperoleh adalah 73,08%. Keuntungan yang didapat dari usaha produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Raja Bawang untuk setiap kilogram adalah sebesar Rp. 34.657,68dengan tingkat keuntungan yang 882,60/kg/proses (Rp. 8.826 : 10 kali proses produksi). Sumbangan input lain dalam proses produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng SAL-HAN ini adalah bahan penolong sebesar Rp. 10.800.000 dan jumlah output yang dihasilkan sebanyak 1.500 kg. Nilai sumabangan input lain sebesar Rp. 7.200/kg/bulan, sehingga nilai sumbangan input lain dalam 1 kali proses produksi sebesar Rp. 240/kg/proses (Rp. 7.200 : 30 kali proses produksi). Nilai tambah merupakan selisih nilai output dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain. Nilai tambah yang diperoleh dari produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C sebesar Rp. 33.846,09/kg. Nilai tambah yang diperoleh dari produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng Raja Bawang sebesar Rp. 39.117,40/kg. Nilai tambah yang diperoleh dari produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng SAL- HAN sebesar Rp. 39.760/kg. Rasio nilai tambah merupakan persentase nilai tambah terhadap nilai diperoleh adalah 88,60 %. Keuntungan yang didapat dari usaha produksi bawang goreng Industri Bawang Goreng SAL- HAN untuk setiap kilogram adalah sebesar Rp. 36.744,07 dengan tingkat keuntungan yang diperoleh adalah 92,41%. 358

Perbandingan Nilai Tambah Produksi Bawang Goreng Perbandingan nilai tambah produksi bawang goreng berdasarkan hasil perhitungan nilai tambah meggunakan metode Hayami untuk setiap Industri Bawang Goreng di Kota Palu diperoleh hasil bahwa nilai tambah yang paling besar yaitu pada Industri Bawang Goreng SAL- HAN (skala menengah) sebesar Rp. 39.760/kg dengan tingkat keuntungan yang diperoleh adalah 92,41%, ini berarti bahwa distribusi keuntungan nilai tambah untuk pemilik usaha lebih besar dari bagian keuntungan untuk tenaga kerja, kemudian nilai tambah terbesar kedua pada Industri Bawang Goreng Raja Bawang ( skala kecil) dengan nilai tambah sebesar Rp. 39.117,40/kg dan tingkat keuntungan yang diperoleh adalah 88,60%, yang berarti bahwa distribusi keuntungan nilai tambah untuk pemilik usaha lebih besar dari bagian keuntungan untuk tenaga kerja, dan nilai tambah paling rendah yaitu pada Industri Bawang Goreng Triple C (skala rumah tangga) sebesar Rp. 33.846,09/kg dengan tingkat keuntungan yang diperoleh adalah 73,08%, yang berarti bahwa distribusi keuntungan nilai tambah untuk pemilik usaha lebih besar dari bagian keuntungan untuk tenaga kerja. Nilai tambah pada setiap Industri sangat dipengaruhi oleh besarnya nilai output, bahan baku dan input lain, bila komponen biaya antara yang digunakan nilainya semakin besar, maka nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya jika biaya antaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk akan semakin besar (Makki, et al, 2001). Pada ketiga Industri memiliki harga bahan baku yang sama yaitu Rp. 20.000/kg, namun dengan nilai sumbangan input lain yang berbeda yaitu seperti terlihat pada tabel bahwa Industri Bawang Goreng SAL- HAN memiliki nilai sumbangan input lain HAN yaitu Rp. 60.000, sedangkan nilai sumbangan input lain yang paling besar pada Industri Bawang Goreng Triple C yaitu Rp. 1.153,91 untuk setiap kilogram pengolahan bawang goreng dalam 1 kali proses produksi dan dengan nilai output yang paling rendah dibanding Industri Bawang Goreng SAL-HAN dan Raja Bawang yaitu Rp. 55.000, sehingga hal inilah yang mempengaruhi besarnya nilai tambah pengolahan setiap kilogram bawang goreng Industri Bawang Goreng Triple C paling rendah dibandingkan dengan Industri Bawang Goreng Bawang. SAL-HAN dan Raja KESIMPULAN yang paling rendah yaitu Rp. 240 untuk setiap kilogram pengolahan bawang goreng dalam 1 kali proses produksi dibanding Industri Bawang Goreng Raja Bawang dan Triple C dan dengan nilai output sebesar Rp. 60.000. Industri Bawang Goreng Raja Bawang memiliki nilai sumbangan input lain lebih besar dari Industri Bawang Goreng SAL-HAN namun lebih kecil dari Industri Bawang Goreng Triple C yaitu Rp. 882,60 untuk setiap kilogram pengolahan bawang goreng dalam 1 kali proses produksi dan dengan nilai output yang sama dengan Industri Bawang Goreng SAL- Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai tambah Industri Bawang Goreng Triple C sebesar Rp. 33.846,09/kg, Industri Bawang Goreng Raja Bawang sebesar Rp. 39.117,40/kg dan Industri Bawang Goreng SAL-HAN Rp. 39.760/kg. 2. Tingkat keuntungan nilai tambah Industri Bawang Goreng Triple C sebesar 73,08%, Industri Bawang Goreng Raja Bawang sebesar 88,60% dan Industri Bawang Goreng SAL- HAN 92,41%. 359

3. Nilai tambah dan keuntungan industri bawang goreng di Kota Palu tidak dipengaruhi oleh besarnya skala industri, namun dari banyaknya biaya produksi dan penggunaan tenaga kerja yang dikeluarkan. DAFTAR PUSTAKA Kapet Palapas, 2007. Potensi Kota Palu. http://kapetpalapas-palu.webs.com/ potensikotapalu.htm. Diakses tanggal 15 Maret 2012. Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah. Malang Sumiati, Uum, 2009. Strategi Pengembangan Usaha Bawang Merah Goreng PO Mekar Wangi, Desa Taraju, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15447. Diakses tanggal 26 April 2012. Valentina Oxy. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Keripik Singkong Di Kabupaten Karanganyar (Kasus Pada KUB Wanita Tani Makmur). Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 360