untuk diaplikasikan dalam produk jelly, pasta, mayonnaise, es krim atau marshmallow. Gelatin dalam industri pangan bersifat sebagai pembentuk gel

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah di dalam tubuh (Kurniawan, 2006). Gelatin

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara penghasil rempah-rempah, yang juga

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Kepulauan Indonesia dengan daerah continental dengan perairan

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin adalah biopolimer yang dihasilkan dari hidrolisis parsial jaringan

BAB I PENDAHULUAN. (41%), kulit sapi (28,6%), dan tulang (30%). Data dari Badan Pusat Statistik

EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

Dosen Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Budi Setiawan, MT. Oleh : Sinta Aprillia Dwi Wardani ( ) Ivan Edo Nurhadist ( )

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dikelompokkan sebagai berikut:kingdomanimalia, FilumChordata, KelasAves,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BANDENG. Aylianawati. Surabaya, 21 Juni Abstrak. ikan bandeng. kolagen yang. 16,19% o C. 1.1 Latar Belakang. kuku, dan Bovine.

I. PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai penstabil pada emulsi. Pada makanan, emulsifier berperan

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

PENDAHULUAN. proses pengolahannya permen terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu

KARYA ILMIAH TERTULIS

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

BABI PENDAHULUAN. Sosis merupakan produk olahan hewani dengan nilai g1z1 yang tinggi

MODUL TEKNOLOGI PEMANFAATAN KULIT TERNAK. Oleh : Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

TINJAUAN PUSTAKA. daritubuhhewan, diperoleh setelah hewan tersebutmatidandikuliti. kerbaudandombasertakambingmemilikistruktur jaringan yang

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

Doni Muhammad Irawan, Indra Kristiana, Mahrus Ali Samudra Aditia PS Tekn. Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

BAB I PENDAHULUAN. dan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sumber

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim

PENGARUH LAMA PERENDAMAN NaOH PADA PROSES PENGHILANGAN LEMAK TERHADAP KUALITAS GELATIN TULANG IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

I. PENDAHULUAN. hidupnya dapat dibagi menjadi ikan air tawar dan ikan air laut. Disamping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. produksi kopi dunia. Data dari International Coffe Organization (ICO)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

Dewi Hastuti, dkk. Pengenalan dan proses.. PENGENALAN DAN PROSES PEMBUATAN GELATIN

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 482/Kpts/PD.620/8/2006 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar dari daging dan tepung. Pada umumnya bakso disajikan berdampingan

RENDEMEN DAN KOMPOSISI PROKSIMAT GELATIN KULIT IKAN BELUT DAN LELE PADA KEADAAN SEGAR DAN KERING

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I. PENDAHULUAN. tengah masyarakat harus segera diatasi. Maraknya penggunaan daging babi yang

KUALITAS FISIK GELATIN HASIL EKSTRAKSI KULIT SAPI DENGAN LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA (HCl) YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 BAB I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

PERBAIKAN NILAI TAMBAH LIMBAH TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) MENJADI GELATIN SERTA ANALISIS FISIKA-KIMIA

PENENTUAN ENERGI SPESIFIK PROTOTIPE EVAPORATOR TIPE FALLING FILM PADA PROSES PEMEKATAN LARUTAN GELATIN. Oleh MOHAMAD SUJAI F

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

Ekstraksi Gelatin dari Hidrolisa Kolagen Limbah Tulang Ikan Tuna dengan Variasi Jenis Asam dan Waktu Ekstraksi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.61/MEN/2009 TENTANG PEMBERLAKUAN WAJIB STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tahun 2009 meningkat menjadi ton. Tahun 2010 produksi ikan meningkat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. berbagai macam variasi, baik warna, bahan baku, maupun flavor. Bahan utama

DENGAN METODE ASAM, KARAKTERISASI DAN APLIKASINYA SEBAGAI THICKENER

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

KAJIAN PENAMBAHAN NaCl DAN TEPUNG TAPIOKA PADA PEMBUATAN KAMABOKO IKAN MUJAIR SKRIPSI

Transkripsi:

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gelatin digunakan luas di berbagai bidang seperti dalam industri pangan untuk diaplikasikan dalam produk jelly, pasta, mayonnaise, es krim atau marshmallow. Gelatin dalam industri pangan bersifat sebagai pembentuk gel (gelling), pengental (thickening), penstabil (stabilizing), pengemulsi (emulsifier), atau pembentuk buih (foaming). Dalam industri farmasi, gelatin diaplikasikan dalam produk cangkang kapsul, dan dalam industri fotografi gelatin diaplikasikan dalam produk film atau tinta inkjet. Gelatin diperoleh melalui pemanasan kolagen dalam air yang akan mengubah kolagen menjadi gelatin terlarut, membentuk larutan koloidal dan menjadi gel pada konsentrasi dan suhu tertentu. Kolodziejska et al. (2008) menyampaikan bahwa laju konversi kolagen menjadi gelatin tergantung dari parameter dalam proses yaitu suhu, waktu, dan ph serta sifat bahan baku dan perlakuan pendahuluan. Suhu pemanasan pada proses ekstraksi merupakan hal yang harus dikendalikan untuk mendapatkan rendemen gelatin dengan kualitas yang lebih baik (Kasankala et al., 2007). Karena faktor suhu adalah faktor yang utama dalam menentukan sifat gelatin yang dihasilkan, maka suhu yang optimal pada proses ekstraksi gelatin perlu diteliti lebih lanjut. 1

Umumnya gelatin dibuat dari tulang dan kulit hewan yang hidup di darat, seperti sapi dan babi. Kemunculan penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) dan Foot-and-Mouth Disease (FMD) menimbulkan perhatian khusus karena dapat ditularkan ke manusia melalui gelatin yang berasal dari sapi atau babi. Selain itu adanya larangan mengkonsumsi babi dan sapi pada agama tertentu juga menjadi alasan penting untuk mencari sumber gelatin alternatif (Mohtar et al., 2010). Indonesia adalah negara kepulauan yang 2/3 wilayahnya terdiri dari lautan serta memiliki garis pantai yang panjang. Dengan luasnya wilayah perairan Indonesia maka pengembangan potensi kelautan dan perikanan menjadi salah satu sektor unggulan pemerintah (Anonim, 2004). Ikan kurisi (Nemipterus spp) di Indonesia tersebar di laut Jawa serta samudera India, dengan probabilitas kehadiran tertinggi di sepanjang pantai utara pulau Jawa (Carpenter, 2013) dan merupakan ikan dengan nilai ekonomis penting karena dimanfaatkan masyarakat dalam perdagangan sehari-hari, baik dalam bentuk segar maupun olahan (Sjafei dan Robiyani, 2001). Dalam bentuk olahan, ikan kurisi umumnya dibuat menjadi surimi, fillet maupun bakso. Menurut data statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2013), nilai produksi perikanan tangkap di laut untuk ikan kurisi pada tahun 2010 meningkat lebih dari 50% dibandingkan dengan tahun 2008. Meningkatnya produksi ikan 2

kurisi tentunya akan diiringi pula peningkatan produk samping ikan seperti kulit dan sisik ikan. Produk samping sektor perikanan selain dihasilkan oleh Tempat Pelelangan Ikan (TPI) juga dihasilkan oleh industri-indusrti kecil yang bergerak di bidang pengolahan produk perikanan. Saat ini belum ada upaya untuk mengolah lebih lanjut produk samping perikanan yang berupa kulit dan sisik ikan (Hartati dan Kurniasari, 2010), padahal 30% produk samping industri pengolahan ikan berupa kulit dan tulang ikan (Gomez-Guillen et al., 2002). Saat ini kulit ikan lebih banyak dimanfaatkan untuk pakan ternak dan sebagian kecil untuk olahan kerupuk. Sementara kulit ikan bertulang rawan, beberapa ikan demersal serta ikan air tawar dapat dimanfaatkan untuk pembuatan gelatin karena memiliki karakteristik bagian derma yang mengandung tenunan pengikat kolagen, elastin, dan reticular (Anonim, 2010). Penelitian mengenai gelatin yang diekstrak dari kulit ikan telah banyak dilakukan pada beberapa jenis ikan laut seperti cucut, tuna, dan kakap serta ikan tawar seperti patin dan nila. Penelitian di luar Indonesia yang sudah pernah dilakukan antara lain pada jenis ikan laut seperti cod, haddock, pollock, sin croaker, nile perch, snapper, hake, salmon, tuna, mackerel, shortfin scad, megrim, flounder, dover sole, dan shark dan jenis ikan tawar seperti black dan red tilapia (Rahmawati, 2008). Penelitian mengenai gelatin kulit ikan kurisi sejauh ini belum pernah dilaporkan. 3

Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang paling banyak dikonsumsi di dunia, karena disukai oleh hampir semua umur. Dalam pembuatan es krim, gelatin digunakan sebagai pengemulsi dan penstabil. Penstabil merupakan bahan pendukung dalam meningkatkan mutu es krim karena penstabil berfungsi mencegah terjadinya pemisahan konstituen lemak dengan konstituen lain sehingga dapat mencegah timbulnya kristal es yang besar (Ekles et al., 1980). Dengan melimpahnya produk samping hasil pengolahan ikan kurisi dan potensinya sebagai bahan baku gelatin yang belum pernah diteliti, maka perlu dilakukan penelitian tentang suhu optimal yang digunakan dalam ekstraksi gelatin kulit ikan kurisi. Lebih lanjut gelatin kulit ikan kurisi terpilih akan diaplikasikan sebagai pengemulsi dan penstabil ke dalam produk pangan yaitu es krim. 1.2. Tujuan 1.2.1. Mengetahui suhu optimal yang digunakan dalam ekstraksi gelatin kulit ikan kurisi. 1.2.2. Mengetahui karakteristik dan sifat fungsional gelatin kulit ikan kurisi dibandingkan dengan gelatin sapi komersial. 4

1.2.3. Mengaplikasikan gelatin kulit ikan kurisi pada produk pangan, yaitu es krim. 1.3. Manfaat 1.3.1. Pemanfaatan kulit ikan kurisi sebagai bahan baku pembuatan gelatin merupakan solusi dalam penanganan produk samping industri pengolahan ikan. 1.3.2. Memberikan gambaran karakterisitik gelatin kulit ikan kurisi dibandingkan dengan gelatin sapi komersial. 1.3.3. Gelatin kulit ikan kurisi diharapkan dapat menjadi salah satu diversifikasi produk gelatin, yang selama ini berasal dari sapi dan babi. 5