BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, artinya kegiatan pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

1Konsep dan Teori Gender

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan terluas dan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia.Secara umum kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang kita miliki, melainkan sesuatu yang kita lakukan dan kita

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

2014 TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan. dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus

BAB I P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau salah satu jenis kesenian sebagai hasil karya manusia, seringkali

BAB I PENDAHULUAN. masa ke masa agar dapat diketahui apakah perusahaan mengalami kemajuan atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nilai sosial budaya dan norma sosial yang berlaku di masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan,

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan (UU No. 18 Tahun 2004). Perkebunan ditujukan untuk menghasilkan komoditas pertanian dalam jumlah yang besar. Biasanya, aktivitas perkebunan disertai dengan industri pengolahan hasil perkebunan yang sengaja dibangun di area perkebunan. Komoditas yang dihasilkan diolah dan dikemas terlebih dahulu sebelum dijual ke konsumen. Indonesia telah lama dikenal sebagai penghasil berbagai komoditas perkebunan.saat ini Indonesia menjadi penghasil sejumlah komoditas perkebunan, di antaranya kelapa sawit, cengkih, tebu, teh, tembakau, kopi, kelapa, pala, vanili, karet, lada, dan cokelat.sebagai salah satu penghasil komoditas perkebunan terbesar di dunia, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa banyak masyarakat Indonesia yang menggantungkan hidupnya terhadap perkebunan. Selain bertanggung jawab terhadap hajat hidup orang banyak, perkebunan memiliki peranan yang sentral dan strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa Negara, penyediaan lapangan pekerjaan, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. 1

Perkebunan yang ada di Indonesia dapat dibedakan menjadi perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar adalah perkebunan yang dikelola oleh perusahaan milik Negara maupun perusahaan swasta yang berbadan hukum.badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang perkebunan terdiri atas 15 perusahaan yang tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Di Provinsi Sumatera Utara sendiri terdapat beberapa BUMN yang bergerak di bidang perkebunan seperti PT. Perkebunan Nusantara II (Persero), PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), dan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Yang menjadi perhatian peneliti dalam penelitian ini adalah PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) yang berkantor pusat di Medan. PTPN IV memiliki perkebunan unit usaha yang tersebar hampir di seluruh wilayah sumatera utara. Salah satu unit perkebunan PTPN IV yang akan disoroti dalam penelitian ini yang terdapat di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi yaitu Perkebunan Unit Usaha Bah Jambi. PTPN IV Unit Usaha Bah jambi bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit yang menghasilkan Minyak (CPO), inti sawit (PK) dan pembibitan kelapa sawit. Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tentunya PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi memiliki fungsi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat. Banyak masyarakat di Bah Jambi yang menggantungkan hidup mereka kepada PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung maksudnya masyarakat melakukan kegiatan industri untuk PTPN Unit Usaha Bah jambi, baik bekerja sebagai karyawan pimpinan, karyawan pelaksana maupun bekerja 2

sebagai buruh harian lepas perkebunan. Sedangkan secara tidak langsung maksudnya kelompok masyarakat yang bekerja diluar sektor industri perkebunan namun tetap memiliki kaitan dengan keberadaan perkebunan, seperti pedagang di sekitar PTPN IV unit Bah Jambi yang berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat disana. Sebagai institusi yang memiliki peranan besar terhadap hajat besar orang banyak, telah terbentuk masyarakat yang kompleks di PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi karena sangat terbiasa dengan sistem pembagian kerja yang sangat kental dengan nuansa feodalisme. Selain itu masyarakat perkebunan memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dengan masyarakat perkotaan maupun masyarakat perdesaan. Salah satu permasalahan yang muncul pada masyarakat perkebunan disana dan yang juga disoroti oleh peneliti ialah permasalahan gender atau bias gender yang secara umum menempatkan perempuan sebagai pihak yang dirugikan. Istilah gender sudah cukup banyak digunakan, namun bagi masyarakat awam istilah tersebut masih dirasakan asing. Agar menghasilkan pemahaman yang tepat maka pemahaman istilah gender penting untuk disandingkan dengan istilah seks (jenis kelamin). Istilah seks dan gender memiliki arti pembedaan perempuan dan laki-laki, namun acuannya berbeda. Istilah seks mengacu kepada perbedaaan biologis atau bawaan sejak lahir sedangkan istilah gender mengacu kepada konstruksi sosial tentang peran, tugas dan kedudukan antara perempuan dan laki-laki (Relawati, 2011:3). Adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi, bahkan ruang tempat dimana manusia beraktivitas. Perbedaan gender 3

sebenarnya tidak menjadi masalah apabila dilakukan secara adil dan menguntungkan kedua jenis kelamin. Namun faktanya, selama ini masih banyak ketimpangan terhadap salah satu jenis kelamin. Perempuan adalah pihak yang paling banyak dirugikan dan diperlakukan lebih rendah. Permasalahan gender yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah permasalahan sosio-kultural dan kaitannya dengan ketidakadilan gender yang terjadi pada masyarakat perkebunan di PTPN Unit Usaha Bah Jambi. Peneliti membatasi kajian kepada buruh perempuan pembibitan kelapa sawit yang ada disana sebagai objek penelitian. Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan peneliti yang tidak mampu menjangkau seluruh masyarakat PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi secara menyeluruh. Selain itu buruh perempuan pembibitan adalah komunitas yang menurut observasi peneliti telah mengalami ketidakadilan gender karena sistem masyarakat yang tidak peka gender. Lebih jauh peneliti melihat adanya ketidakadilan yang dialami buruh perempuan pembibitan seperti beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan stereotip. Bentuk ketidakadilan yang lain yaitu kekerasan belum dapat dilihat secara kasat mata. Maka dari itu peneliti memfokuskan diri terhadap buruh pembibitan sebagai objek dari penelitian yang akan dilakukan. Pembibitan Kelapa Sawit PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi adalah sektor yang bekerja dalam kegiatan yang meliputi penyamian bibit kelapa sawit mulai dari kecambah sampai dengan bibit siap tanam yang dilakukan pada areal seluas 38 Ha. Tujuan dari sektor ini adalah memenuhi kebutuhan bibit baik untuk kebutuhan kebun PTPN IV maupun kebun lain yang seinduk mengadakan peremajaan. 4

Areal pembibitan dipimpin oleh seorang asisten kepala yang berkoordinasi dengan mandor kemudian mandor mengarahkan para Buruh Harian Lepas (BHL) untuk mengerjakan lahan. Mayoritas BHL yang dipekerjakan disini adalah para perempuan. Adanya stereotip tentang sifat perempuan yang penurut dan lebih mudah untuk dikomando daripada laki-laki merupakan asumsi awal peneliti yang mengakibatkan permpuan paling banyak perempuan mengisi sektor ini untuk tujuan efektifitas dalam pencapaian target produksi. Selain itu para buruh perempuan pembibitan kelapa sawit ini memiliki peran ganda yaitu sebagai seorang ibu dan istri dalam keluarganya dan perannya sebagai pekerja dalam menopang kegiatan industri perkebunan yang secara langsung berakibat kepada beban ganda yang dijalaninya. Selanjutnya peneliti melihat bahwa meskipun para perempuan sudah bekerja sebagai buruh harian lepas perkebunan, namun urusan rumah tangga seperti; memasak, mencuci, membereskan rumah dan membesarkan anak masih tetap menjadi tanggung jawab perempuan. Mereka biasanya melakukan semua tugas rumah tangga sebelum melakukan aktifitasnya sebagian buruh pembibitan kelapa sawit. Pada umumnya mereka tidak menggunakan jasa pembantu rumah tangga karena kondisi ekonomi yang pas-pasan. Kondisi tersebut didukung oleh upah rendah yang diterima para perempuan pembibitan kelapa sawit. Rendahnya upah diakibatkan oleh tidak adanya posisi tawar mereka terhadap perkebunan. Adanya anggapan sebagai pencari nafkah tambahan membuat para buruh perempuan penyiram bibit kelapa sawit bersedia diupah rendah asal mereka bisa bekerja untuk membantu ekonomi rumah tangga. Selain itu 5

tanggung jawab atas rumah tangga membuat perempuan terbatas memilih jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan sebagai buruh penyiram bibit kelapa sawit dianggap cocok karena tidak terlalu memakan waktu mereka sehingga mereka dapat juga menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.meskipun perempuan telah menghabiskan waktu untuk ikut mencari nafkah, laki-laki tetap dianggap sebagai pencari nafkah yang utama sehingga sudah sepantasnya perempuan memperoleh upah yang lebih rendah (Partini dalam Kusumawati, 2012:158). Marx juga mengatakan bahwa perempuan termarginalisasi dan tersubordinasi di dalam pekerjaan yang tidak memiliki nilai pengakuan dan diupah rendah. Perempuan mengandung anak sehingga harus mengutamakan pekerjaan rumah tangganya. Salah satu jenis pekerjaan yang kemudian dipilih perempuan dan sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut adalah sebagai buruh lepas yang tidak memiliki orientasi terhadap kesejahteraan. Fakta bahwa perempuan telah mendapatkan akses ke ruang publik tentu saja merupakan salah satu kemenangan gerakan perempuan dan kemenangan feminisme liberal dan sosiologi feminis (Ritzer & Goodman, 2011:422). Namun keterlibatan perempuan dalam dunia pekerjaan sering tidak diperhitungkan. Hingga sekarang ini perempuan masih mengalami diskriminasi dan berbgai ketidakadilan akibat bias gender. Diskriminasi dan ketidakadilan tersebut antara lain termanifestasi dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan beban kerja ganda. Kurang diperhatikannya posisi perempuan dalam dunia pekerjaan merupakan salah satu manifestasi ketidakadilan gender. Dimana Subordinasi dalam dunia kerja yang dialami perempuan dapat dilihat dari rendahnya upah yang diterima oleh 6

pekerja perempuan. Dengan tingkat pendidikan yang sama, pekerja perempuan hanya menerima upah sekitar 50% - 80% dari upah yang diterima laki-laki. Selain itu banyak perempuan yang bekerja pada pekerjaan marginal sebagai buruh lepas atau pekerja di dalam rumah tangga tanpa memperoleh jaminan sosial dari pihak yang mempekerjakannya (Wibowo, 2011:38). Selain subordinasi dan marginalisasi yang dialami perempuan dalam dunia pekerjaan, Kewajiban yang di emban perempuan yang bekerja tentunya juga sangat besar. Dimana ia harus berada di dalam sektor domestik dan sektor publik secara bersamaan. Umumnya waktu yang dipakai untuk kegiatankegiatan rumah tangga sangat besar atau padat sekali. Bahkan fakta lain mengungkapkan bahwa wanita hanya mempunyai waktu untuk istirahat yang jauh lebih sedikit daripada pria. Beban yang berat tersebut kemudian memunculkan permasalahan prioritas diantara kedua peran yang sedang diembannya, baik sebagai ibu rumah tangga yang baik maupun pekerja yang baik di sektor publik. Kedua peran tersebut sama-sama membutuhkan waktu, pikiran, tenaga dan perhatian, sehingga apabila ada salah satu peran yang dilakukan dengan baik, maka secara otomatis peran yang lainnya akan terabaikan sehingga muncullah konflik peran. Permasalahan ini utamanya timbul pada perempuan yang bekerja adalah ibu yang memiliki anak-anak yang masih membutuhkan pengasuhan fisik maupun moril (Ihromi, 1990). Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, peneliti melihat bahwa sebagian perempuan yang melakukan mobilisasi dari wilayah domestiknya untuk bekerja di jaman yang serba sulit seperti sekarang, terutama pada keluarga miskin, banyak ibu rumah tangga di perkebunan Bah Jambi yang 7

kemudian memutuskan untuk bekerja di wilayah publik sebagai pencari nafkah. Kemiskinan dan masih kurangnya pendapatan suami adalah faktor yang mempengaruhi para ibu bersedia bekerja sebagai buruh penyiram bibit kelapa sawit sebagai upaya untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul Manifestasi Ketidakadilan Gender pada masyarakat Perkebunan (Studi Deskriptif pada Buruh Pembibitan Kelapa Sawit di PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kehidupan para buruh perempuan pembibitan kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi? 2. Bagaimanakah bentuk ketidakadilan gender pada masyarakat perkebunan yang dialami oleh buruh perempuan pembibitan kelapa sawit di PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi? 1.3 Tujuan Penelitian Bermula dari 2 pokok masalah yang telah diformulasikan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan kehidupan buruh perempuan pembibitan PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi. 2. Mengidentifikasi dan menginterpretasikan bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang dialami objek penelitian yaitu buruh perempuan pembibitan kelapa sawit di PTPN IV Unit Usaha Bah Jambi. 8

1.4 Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis yaitu untuk memberikan informasi sebagai bahan kajian dan memperkaya hasil penelitian dalam bidang gender dan sosiologi perkebunan terutama yang berkaitan dengan peran ganda perempuan di perkebunan yang nantinya dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan bagi pemerintah maupun masyarakat dalam upaya memahami fenomena sosial mengenai kehidupan buruh perempuan perkebunan dalam menjalankan peran gandanya. 1.5 Definisi Konsep Definisi konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, obyek, kondisi, situasi dan hal-hal sejenis. Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan obyek dalam penelitian ini maka harus ada pembatasan makna-makna konsep yang akan diteliti. Definisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian. 9

Adapun definisi konsep yang digunakan untuk membatasi penelitian ini adalah : 1. Perkebunan Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan (UU No. 18 Tahun 2004). Perkebunan ditujukan untuk menghasilkan komoditas pertanian dalam jumlah yang besar. Biasanya, aktivitas perkebunan disertai dengan industri pengolahan hasil perkebunan yang sengaja dibangun di area perkebunan. Komoditas yang dihasilkan diolah dan dikemas terlebih dahulu sebelum dijual ke konsumen. 2. Gender Konsep Gender dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab yang melekat pada lakilaki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang dikenal melalui proses sosialisasi dari anak-anak sampai dewasa. Oleh sebab itu gender dapat diubah dan disesuaikan. 3. Ketidakadilan gender Inequality gender (Ketidakadilan gender) adalah ketidakadilan yang dialami buruh perempuan penyiram bibit kelapa sawit karena adanya perbedaan gender. Ketidakadilan gender dalam penelitian ini mencakup 5 hal, yaitu; Marginalisasi, Subordinasi, stereotip, kekerasan dan beban kerja. 10

4. Marginalisasi Marginalisasi adalah proses peminggiran atau pemiskinan buruh pennyiram bibit kelapa sawit yang disebabkan karena adanya perbedaan gender. Marginalisasi kemudian menempatkan mereka pada pekerjaanpekerjaan yang tidak memiliki nilai prestise. 5. Subordinasi Subordinasi adalah anggapan bahwa perempuan tidak memiliki posisi tawar yang tinggi wilayah publik (pekerjaan). Subordinasi ini disebabkan oleh stereotip yang melekat pada diri perempuan. Subordinasi dalam penelitian ini kemudian menyebabkan buruh perempuan pembibitan kelapa sawit diupah rendah. 6. Beban Kerja Ganda Beban kerja ganda adalah pemenuhan atas dua peran sekaligus. Peran yang dimaksud adalah peran perempuan di dalam rumah tangga dan pekerjaannya. Beban kerja ganda dalam penelitian ini dialami oleh buruh penyiram bibit kelapa sawit yang harus tampil sempurna untuk pekerjaannya sebagai buruh perkebunan dan untuk rumah tangganya sehingga menyita waktu senggang dan instirahat serta membutuhkan tenaga dan pikiran yang sangat berat. 7. Stereotip Stereotip adalah pelebelan terhadap suatu kelompok tertentu yang selalu berakibat merugikan pihak lain dan menimbulkan ketidakadilan. Stereotip gender telah memberikan pelebelan negatif terhadap perempuan. hal ini disebabkan oleh pelebelan yang sudah melekat pada laki-laki adalah 11

manusia yang kuat, rasional, jantan, berani, dan perkasa. Sedangkan perempuan adalah mahluk yang lembut, cantik, emosional dan keibuan. 8. Kekerasan Kekerasan adalah tindakan merugikan yang dirasakan perempuan karena adanya perbedaan gender. Kekerasan yang terjadi dapat berupa kekerasan fisik maupun non fisik. Jika diperhatikan bahwa kekerasan yang terjadi pada perempuan adalah disebabkan oleh keyakinan gender. 9. Buruh Perempuan Pembibitan Kelapa Sawit Buruh perempuan pembibitan kelapa sawit adalah perempuan yang bekerja untuk PTPN IV Bah Jambi pada sektor pembibitan kelapa sawit dan mendapatkan hasil berupa upah harian atas apa yang mereka kerjakan. 12