1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam sebuah penelitian secara eksplisit, muncul metode dan teknik. Metode merupakan pemahaman dari dalam yang terlaksana secara tidak langsung. Metode berasal dari kata methodos, bahasa latin. Methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju, melalui, mengikuti, sesudah, sedangkan hodos berarti jalan, cara, arah (Ratna 2004: 34). Langkah pada metode penelitian yang ada pada penelitian sastra lisan adalah R.D Jameson (Dipodjojo, 1970:5). 1. Pengumpulan data yang benar-benar murni, maka penelitian supansupan yang baru yang mungkin ada. 2. Membandingkan data-data untuk memperoleh persamaan dan perbedaan fenomena dengan etnis lain. 3. Pemeriksaan unsur kepercayaan dalam sastra lisan tersebut jika ada. 4. Meneliti kecenderungan sosial dan psikologis yang menghasilkan sastra lisan itu. 5. Mengkaji fungsi sastra lisan tersebut baik bagi individu maupun kolektif.
2 Metode Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif yaitu yang memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Landasan berfikir metode kualitatif adalah paradigma positivime Max Weber, Immanuel Kant, dan Wilhelm Dilthey (Moleong, 1989:10-11 dalam Nyoman 2004:47). Objek penelitian bukan gejala sosial sebagai bentuk substantife, melainkan makna-makna yang terkandung dibalik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Secara rinci pengkajian sastra lisan, yang berusaha menemukan orisinalitas dan fungsi, dapat dikelompokkan dalam bebarapa ranah: 1. Historical origins, yaitu studi ke arah kapan di mana sejarah itu ada, 2. Psychological origins, artinya studi kearah mengapa sastra lisan ada, sifat-sifat yang melekat di dalamnya, dorongan kejiwaan apa yang meliputi di dalamnya. Dua sifat penting sastra lisan yang perlu dicermati adalah multiple existence dan irrationality. Multiple existence berkaitan dengan aspek, a. monogenesis (one birth) dan diffusion dan, b. polygenesis (many birth). Monogenesis adalah sifat sastra lisan yang orisinal kemudian disebarkan. Poligenesis, adalah temuan sebaliknya, yaitu sastra lisan yang sama di beberapa waktu dan wilayah.
3 3.2 Teknik Penelitian 3.2.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data: 1. Penentuan Tempat Peneliti menentukan wilayah penelitian, yaitu wilayah yang lokasinya memungkinkan dan dapat terjangkau. Wilayah akan berhubungan dengan pola latar waktu dan tempat penelitian. Pada penutur pertama, penelitian dilakukan di rumah penutur yang beralamat di Jalan Perawas, Desa Perawas Tanjung Pandan Belitung. Pada penutur kedua, sama halnya dengan penutur pertama, proses penuturan terjadi di rumah penutur yang beralamat di Jalan Murai, komplek perumahan guru, RT/RW 30/10 Tanjung Pandan Belitung. Pada penutur ketiga, proses pengambilan data terjadi di rumah penutur, sama halnya dengan penutur pertama dan kedua. Penutur tinggal bersama istri di Jalan Kabupaten RT/RW 4/2 Desa Gunung Riting, Kec Membalong. 2. Penentuan Informan Peneliti menggunakan penelitian lapangan yaitu dengan mengumpulkan data dari beberapa narasumber (dalang) yang dipercaya memahami betul isi cerita, dengan maksud menjaga keutuhan objek penelitian. Dalang adalah seorang pewaris sastra lisan. Dalang dapat ditentukan dengan
4 jaringan atau koneksi. Peneliti menjalin hubungan dengan Dalang melalui orang yang dikenal seperti pelantara. Pada awalnya, peneliti berkunjung ke rumah salah seorang yang menguasai kebudayaan Belitung, beliau adalah orang yang biasa berkumpul dengan kader-kader kebudayaan di Belitung. Beliau dipanggil pak Sihan, beliaulah yang memberitahukan kepada peneliti siapa-siapa saja yang bisa dijadikan penutur atau orang yang mengetahui legenda-legenda yang ada di pulau Belitung ini. Atas bantuan beliau peneliti menemukan berberapa penutur dan menyaringnya menjadi tiga penutur saja, yaitu: Salim Yan (penutur pertama), Basri (penutur kedua) dan Husni. 3. Cara Pengambilan Data Peneliti melakukan pendekatan terlebih dahulau terhadap pemilik sastra lisan (dalang). Setelah berdiskusi dan bercerita maksud penelitian ini kepada dalang barulah disepakati waktu pengambilan data. Setelah waktu yang disepakati tiba, peneliti menyiapkan alat seperti: perekam Handycame, Tripod, dan alat tulis untuk pendokumentasian bukti. Dalam memperoleh data peneliti menggunakan teknik rekaman dengan handycame dan pencatatan. Teks rekaman akan ditranskripsi ke bahasa tulis melayu Belitung kemudian akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan teks akan dilakukan dengan dua cara yaitu, terjemahan dari kata per kata dan secara kalimat.
5 Metode wawancara yang digunakan adalah untuk mendapatkan proses pencitaan, sedangkan metode pengamatan digunakan pada proses penciptaan untuk melihat konteks penuturan, pendengar, interaksi, latar dan situasi. Adapun cara kerja teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Observasi; mencari informasi tentang narasumber untuk memperoleh data teks cerita Legenda Asal Mula Pulau Belitung dalam bentuk rekaman. 2. Wawancara; untuk mengetahui biografi narasumber (dalang). 3. Dokumentasi; menonton kembali hasil rekaman ketiga Legenda Asal Mula Pulau Belitung. 4. Transkripsi; menyalin teks rekaman ke dalam teks tulis bahasa melayu Belitung. 5. Terjemah; menyalin teks tulis bahasa melayu Belitung ke dalam bahasa Indonesia. 3.2.2 Rencana Analisis Data 1. Data yang telah direkam kemudian ditransformasikan ke dalam tulisan dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Data yang berupa tuturan lisan bahasa melayu akan diterjemahkan kedalam bahasa tulis melayu dan akan diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia.
6 2. Menganalisis stuktur cerita dari ketiga legenda pulau Belitung. Legenda-legenda berkenaan dengan pulau Belitung akan dianalisis secara struktur. 3. Menganalisis konteks penceritaan ketiga legenda pulau Belitung. Konteks penceritaan yang merupakan bahasa lisan melayu akan diterjemahkan ke dalam dua tahap yaitu, bahasa tulis melayu dan bahasa tulis bahasa Indonesia. 4. Menganalisis fungsi cerita dari ketiga legenda pulau Belitung. Legenda-legenda berkenaan dengan pulau Belitung tentunya mempunyai fungsi dimasyarakat. Fungsi-fungsi tersebut akan dikaitkan dalam kehidupan masyarakat di masa sekarang. 5. Menganalisis proses penciptaan ketiga legenda pulau Belitung. Ketiga legenda ini akan dijabarkan berdasarkan proses penciptaanya dari sudut Dalang atau penutur dan situasi tempat. 6. Menyimpulkan hasil penelitian. 3.2.3 Sumber Data 1. Asal Mule Pulau Belitung Diceritakan oleh Rekaman cerita : Salim Yan : 0:06:03 menit Penutur pertama bernama Salim Yan Albert Hoogstad yang dilahirkan pada tanggal 16 juni 1957 di kota Tanjung Pandan. Kini Beliau berusia 54 tahun. Menjadi seorang suami dan ayah dari
7 seorang anak, beliau tahu betul mendidik anak hingga bisa mengantarkan anaknya menjadi pegawai pemerintahan di Belitung. Sebagai seorang pecinta Budaya dan Sejarah Belitung Beliau telah menulis cerita legenda-legenda yang ada di pulau Belitung dan menyusun kamus bahasa Belitung. Menjadi ketua LSM (kelompok peduli budaya Belitung) dan bertugas sebagai sekretaris Lembaga Adat Budaya Belitung. 2. Asal Mule Pulau Belitung Diceritakan oleh : Basri Rekaman cerita : 0:03:17 Basri adalah seorang seniman. Kecintaannya pada dunia seni membuatnya mengajarkan itu semua kepada kalangan muda. 15juli 1968 di Tanjung Pandan Basri dilahirkan. Pernah bersekolah di SDN 5 Tanjung Pandan, SMP 1 TAnjung Pandan, dan SMA 1 Tanjung Pandan. Kini beliau hidup bahagia di Jalan Murai RT 30/10, bersama istri dan kedua anaknya. Sanggar seni yang dirintisnya kini sedang mengembangkan kesenian gambus dan mencoba mengangkatnya kedalam sebuah buku.
8 3. Asal Mule Pulau Belitung Diceritakan oleh : Husni Rekaman cerita : 0:06:20 Husni dikenal sebagai Dukun Sunat. Lahir di kampung pasan 62 tahun silam. Riwayat akademiknya cukup memprihatinkan, beliau pernah menempuh Sekolah Dasar di Tanjung Rusa selama 2 tahun, lalu pindah ke SD di gunung Riting selama 2 tahun pula. Setelah itu, beliau pindah ke SD Mentigi hanya sampai kelas 3. Alamat tempat tinggal di Jalan Kabupaten RT/RW 4/2 Kecamatan Gunung Riting. Keluarganya sangat bahagia. Beliau kini sudah menikah selama dua kali. Dari istri pertama tidak mempunyai anak. Kini menikah dengan istri kedua dan mempunyai delapan orang anak, emat belas cucu, dan satu cicit. Sehari-hari beliau menjabat sebagai Dukun Sunat sejak usia 16 tahun. Selain itu, untuk menghidupi keluarganya beliau setiap harinya pergi ke laut untuk mencari ikan. Sesekali beliau juga pergi ke ladang unuk merawat lada dan sayuran. 3.2.4 Teknik Analisis Data Setelah proses pengumpulan data dilakukan, langkah selanjutnya, yaitu data akan diolah di dalam teknik pengolahan data. Adapun data akan dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan kemudian dikaji berdasarkan, kajian
9 struktur, konteks penceritaan, fungsi penceritaan dan proses penciptaan. Setelah proses analisis dilakukan, kemudian peneliti dapat menarik kesimpulan perbedaan antara ketiga legenda. Adapun cara kerja teknik ini sebagai berikut. 1. Menganalisis data dengan kajian kajian struktur, konteks penceritaan, fungsi penceritaan dan proses penciptaan pada ketiga narasumber dari Legenda Asal Mula Pulau Belitung. 2. Menyimpulkan data yang telah melalui proses analisis.