I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

dokumen-dokumen yang mirip
bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat menguntungkan

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

BAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang:

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

DESAIN SEDIAAN FARMASI

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PEMBERIAN OBAT RASIONAL (POR) dr. Nindya Aryanty, M. Med. Ed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. tidak diganti dapat menimbulkan gangguan pada fungsi sistem stomatognatik

BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

Medication Errors - 2

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

I. PENDAHULUAN. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan konsumsi kayu ini tidak

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

Prinsip-prinsip Farmakologi. Copyright 2002, 1998, Elsevier Science (USA). All rights reserved.

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia merupakan host bagi berbagai jenis mikroorganisme atau yang disebut juga sebagai flora oral. Menurut Markopoulos (2010), terdapat berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada manusia. Ketidakseimbangan flora oral dapat memicu terjadinya infeksi seperti karies, periodontitis, dan pulpitis (Markopoulos, 2010). Terapi antibiotik digunakan pada perawatan pasien untuk menangani kasus infeksi di bidang Kedokteran Gigi. Pemberian antibiotik di negara-negara lain seperti Eropa dan Timur Tengah merupakan hal yang umum dilakukan oleh dokter gigi kepada pasien. Diantara jenis antibiotik yang paling sering diresepkan oleh dokter gigi adalah Penisilin, Amoksisilin, Metronidazole dan Clavulanate (Dar-Odeh dkk., 2010). Cara pemberian antibiotik terbagi menjadi dua, yaitu enteral (melalui mulut; oral dan sublingual); parenteral (masuk secara langsung ke sirkulasi sistemik; dapat berupa intravenous, intramuscular, subkutaneus); dan lain-lain seperti inhalasi, intranasal, intraventrikular, topikal, transdermal, dan rektal (Finkel, Clark, dan Cubeddu, 2009). Pemberian obat secara oral merupakan cara paling mudah dilakukan, baik bagi pasien maupun tenaga kesehatan. Kelebihan dari pemberian obat secara oral terletak pada takaran dosis yang tepat serta dapat mencegah komplikasi seperti infeksi sistemik (Golan dkk., 2011). Pemberian obat secara oral juga memiliki kekurangan yaitu dapat berpengaruh terhadap bioavailabilitas obat seterusnya menyebabkan efisiensi obat menurun (Wang dkk., 2005).

Obat-obatan yang diberikan secara oral pada umumnya terbagi dalam dua jenis, yaitu sediaan padat dan cair. Sediaan padat diantaranya adalah tablet, kapsul, dan serbuk. Sediaan yang paling popular adalah tablet (Wen dan Park, 2011). Sediaan padat yang sering dijumpai di pasaran seperti kapsul dan tablet memiliki kekurangan yakni sulit untuk ditelan terutama bagi pasien pediatrik dan geriatrik. Obat dalam sediaan cair adalah lebih mudah untuk ditelan tetapi kekurangannya adalah lebih banyak dibandingkan dengan sediaan padat. Obat sediaan cair rentan terhadap kontaminasi mikroba dan hidrolisisis bahan aktif yang berada dalam larutan. Kekurangan sediaan cair lain adalah sulit ditransportasi karena dikemas dalam botol yang ukurannya lebih besar dibanding obat sediaan padat (Marriott, 2010). Bhand dkk. (2005) menambahkan kekurangan dari obat sediaan cair adalah beresiko terhadap dosis tidak akurat akibat kesalahan pengukuran pada saat pembuatan sediaan. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan tersebut, pemilihan sediaan obat terbaik untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan adalah sediaan tablet yang terdisintegrasi dalam rongga mulut atau lebih dikenal sebagai Oral Disintegrating Tablet (ODT). ODT selain mudah dikonsumsi tanpa perlu ditelan karena sifatnya yang sedia larut di dalam mulut. ODT juga memiliki beberapa keunggulan lain seperti cocok digunakan pada kondisi yang sulit mendapatkan air minum; menghindari sistem gastrointestinal serta degradasi akibat ph dan enzim; distribusi obat yang lebih cepat ke sistem sirkulasi darah melalui mukosa bukal; dosis yang lebih akurat dibandingkan dengan sediaan obat dalam bentuk cair; dan sifat kimiawi yang stabil. Salah satu bahan yang digunakan dalam formulasi ODT adalah disintegran

(Chotaliya dan Chakraborty, 2012). Disintegran adalah bahan atau campuran bahan yang ditambah ke dalam formulasi obat dengan tujuan membantu pemecahan tablet menjadi partikel yang lebih kecil sehingga dapat larut dengan cepat dibanding tablet dan kapsul yang tidak ditambahkan disintegran (Rashid dkk., 2008). Disintegran terbagi menjadi tiga jenis yaitu alamiah, sintetis dan coprocessed (Bala dkk., 2012). Disintegran alamiah merupakan yang paling unggul diantara ketiga jenis disintegran tersebut. Disintegran alamiah mudah didapatkan, tidak merusak alam, bio-acceptable, dan dapat diperbaharui karena banyak terdapat di alam sehingga efisien dari segi pembiayaan dibandingkan dengan jenis sintetis (Bala dkk., 2012). Salah satu bahan alamiah yang dapat digunakan sebagai disintegran adalah hasil reaksi kimiawi kitin yaitu kitosan. Kitin merupakan hasil ekstraksi kulit udang, kepiting, lobster, cumi dan krill yang dibuang (Shihora dan Panda, 2011). Hasil bio-polisakarida dari kitin melalui proses deasetilasi-n kitin dalam media alkali membentuk kitosan. Penambahan kitosan sebagai bahan disintegran lebih efisien dibandingkan dengan kanji dan selulosa mikrokristalin apabila konsentrasinya melebihi 5% (Kim, 2013). Menurut Rasool dkk. (2012), penambahan 7% kitosan dalam pembuatan ODT membantu meningkatkan kecepatan disintegrasi tablet. Chandira dkk. (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi kitosan meningkatkan kecepatan disintegrasi tablet. Belum banyak penelitian yang mengkaji pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kecepatan disntegrasi tablet Amoksisilin.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dapat disusun permasalahan: Apakah terdapat pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kecepatan disintegrasi tablet Amoksisilin? C. Keaslian Penelitian Jayaprakash dkk. (2012) telah melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian disintegran yang berbeda terhadap sediaan tablet terdisintegrasi Amoksisilin trihydrate. Penelitian tersebut menggunakan beberapa jenis disintegran seperti kanji (starch), sodium starch glycolate, crospovidone, dan croscarmellose. Rasool dkk. (2012) melakukan penelitian yang membandingkan penggunaan kitosan, serbuk starch, polyvinylpyrrolidone (PVP), serbuk Avicel PH 101, dan granul Avicel PH 102 sebagai bahan disintegran dalam menentukan bioavailabilitas tablet furosemide. Chandira dkk. (2010) meneliti empat jenis disintegran dalam formulasi obat terbutaline sulphate dalam bentuk tablet orodispersible yaitu kitosan, Ac Di Sol, Sodium cmc, dan Alginic Acid dengan konsentrasi yang berbeda. Penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kecepatan disintegrasi tablet Amoksisilin belum pernah diteliti.

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi kitosan terhadap kecepatan disintegrasi tablet Amoksisilin. E. Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan baru terkait pengembangan obat Amoksisilin dalam sediaan tablet mudah hancur serta keunggulan kitosan sebagai salah satu bahan disintegran. 2. Pemanfaatan kitosan sebagai salah satu bahan disintegran alami.