BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Hasil Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Penelitian Lapangan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS TEGANGAN DAN DEFORMASI BALOK KANTILEVER CASTELLATED

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perbandingan Kekuatan Balok Kastela Dengan Bukaan Dan Tanpa Bukaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus - menerus

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Spesifikasi Benda Uji Benda Uji Tulangan Dimensi Kolom BU 1 D mm x 225 mm Balok BU 1 D mm x 200 mm

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA STRUKTUR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam menganalisis tegangan yang terjadi pada balok beton dengan beban yang

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

Penelitian ini dilaksanakan melalui tahapan sepeti yang tersaji pada bagan alir

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pelat baja vertikal (infill plate) yang tersambung pada balok dan kolom

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Studi Geser pada Balok Beton Bertulang

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN. atas dan bawah dengan cara digeser sedikit kemudian dilas. Gagasan semacam ini pertama kali dikemukakan oleh H.E.

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

ANALISA KINERJA LINK TERHADAP VARIASI TIPE PENGAKU PADA RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS

STUDY PEMODELAN STRUKTUR SUBMERGED FLOATING TUNNEL

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

BAB 1 PENDAHULUAN. perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III METODE PERANCANGAN

viii DAFTAR GAMBAR viii

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

Jurnal Teknika Atw 1

Dinding Penahan Tanah

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Perhitungan Struktur Bab IV

B. Peralatan penelitian

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH TEBAL DAN GEOMETRI SPOKE BERBENTUK SQUARE BAN TANPA ANGIN TERHADAP KEKAKUAN RADIAL DAN LATERAL

BAB 1 PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN. tarik yang tinggi namun kuat tekan yang rendah.kedua jenis bahan ini dapat. bekerja sama dengan baik sebagai bahan komposit.

ANALISIS PERBANDINGAN PELAT BETON SISTEM BONDEK DENGAN PELAT BETON SISTEM BERONGGA PRATEGANG PRACETAK DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

2/11/2010. Motion Response dan Motion Statistic MCH-TLP Seastar kondisi tertambat

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

f ' c MPa = MPa

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

STUDI LITERATUR PERANCANGAN DIMENSI RANGKA BATANG BAJA RINGAN BERDASARKAN ANALISIS LENDUTAN DAN KEKUATAN BAHAN

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

Studi Perbandingan Beberapa Jenis Penampang Buckling Restrained Braces Akibat Beban Aksial dengan Program Bantu Finite Element Analysis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

PENDAHULUAN. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban

kekuatan dan sifatnya cocok untuk memikul beban. Baja struktur banyak dipakai

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Penamaan Benda Uji Variasi yang terdapat pada benda uji meliputi diameter lubang, sudut lubang, jarak antar lubang, dan panjang bentang. Agar lebih efisien dalam penulisan dan membaca variasi pada benda uji, dapat diberikan penamaan atau singkatan pada setiap benda uji. Sebagai contoh, benda uji dapat dituliskan penamaan atau disingkat menjadi D50 S JA L2, dimana : D = Diameter JA = Jarak antar lubang S = Sudut lubang L = Panjang bentang 2. Pencarian Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD Pemodelan benda uji dimodelkan sesuai dengan variasi yang sudah ditentukan. Pemodelan pada program AutoCAD akan menghasilkan gambar 2 dimensi balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis. Ilustrasi hasil pemodelan pada program AutoCAD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Untuk hasil pemodelan seluruh benda uji dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 5.1 Ilustrasi hasil pemodelan benda uji pada program AutoCAD Pada Gambar 5.1 terdapat 7 parameter yang diambil sebagai data data hasil dari pemodelan benda uji balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis, antara lain: sudut lubang (S), jarak antar lubang (JA), 77

78 diameter lubang (D), panjang bentang (L), tinggi sisi kiri profil non prismatis (H1), tinggi sisi kanan profil non prismatis (H2), dan sisa pemotongan (w) Pada pemodelan ini, dihasilkan benda uji sebanyak 72 buah. Seluruh hasil data data pemodelan balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis pada program AutoCAD disajikan pada tabel 5.1 sampai dengan tabel 5.4 sesuai dengan setiap panjang bentang. Tabel 5.1 Data data dimensi benda uji bentang 2 meter No Panjang Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut Lubang ( ) Diameter Lubang Jarak Lubang 1 2073 101 2 2028 103 50 80 3 2213 103 100 4 2129 125 5 2204 126 55 75 80 6 2119 128 100 7 2150 150 8 2149 151 100 80 9 2259 151 100 255 10 2143 101 11 2156 102 50 80 12 2158 103 100 13 2018 126 14 2111 126 75 80 15 2045 128 100 16 2014 150 17 2039 151 100 80 18 21 151 100

79 Tabel 5.2 Data data dimensi benda uji bentang 2,5 meter No Panjang Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut Lubang ( ) Diameter Lubang Jarak Lubang 1 2539 100 2 2614 101 50 80 3 2683 102 100 4 2647 124 5 2629 125 55 75 80 6 2624 126 100 7 2528 149 8 29 150 100 80 9 2529 151 100 255 10 2589 100 11 2534 101 50 80 12 2616 102 100 13 2508 124 14 2517 125 75 80 15 2531 126 100 16 2547 149 17 26 149 100 80 18 2674 150 100

80 Tabel 5.3 Data data dimensi benda uji bentang 3 meter No Panjang Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut Lubang ( ) Diameter Lubang Jarak Lubang 1 3004 99 2 3004 100 50 80 3 3154 101 100 4 3164 124 5 3054 125 55 75 80 6 3129 125 100 7 3100 148 8 3070 149 100 80 9 3069 150 100 255 10 3036 100 11 3101 100 50 80 12 3074 101 100 13 3161 123 14 3127 124 75 80 15 3018 125 100 16 3080 148 17 3126 149 100 80 18 3192 149 100

81 Tabel 5.4 Data data dimensi benda uji bentang 3,5 meter No Panjang Bentang Tinggi Kiri Tinggi Kanan Sudut Lubang ( ) Diameter Lubang Jarak Lubang 1 3623 98 2 3589 99 50 80 3 3624 100 100 4 3508 124 5 3691 124 55 75 80 6 3633 125 100 7 3670 148 8 3530 149 100 80 9 3610 149 100 255 10 3632 98 11 3666 99 50 80 12 3532 100 100 13 3652 123 14 3535 124 75 80 15 3505 125 100 16 3613 148 17 3561 148 100 80 18 3706 149 100 Pada Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa panjang bentang benda uji yang dimodelkan pada program AutoCAD tidak bisa sesuai sekali dengan panjang bentang rencana pada variasi benda uji karena faktor pemotongan zig zag yang dilakukan secara miring, sehingga sulit untuk memperoleh panjang bentang yang sesuai dengan panjang bentang rencana. Selisih minimal antara panjang bentang rencana dengan panjang bentang pemodelan yaitu sebesar 4 mm pada benda uji bentang 3 meter dengan diameter 50 mm, jarak antar lubang mm dan sudut 55 0. Untuk selisih maksimal sebesar

82 26 cm pada benda uji bentang 2 meter dengan diameter 100 mm, jarak antar lubang 100 mm dan sudut lubang 55 0. Tinggi optimal sisi jepit profil non prismatis yang dapat diperoleh pada seluruh benda uji balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis adalah sama sebesar 255 mm. Sisi kiri profil non prismatis dibuat sama agar semua benda uji dapat dibandingkan satu sama lain karena sisi kiri profil non prismatis merupakan sebagai acuan yang bertumpuan dijepit. 3. Hasil Sisa Pemotongan Benda Uji Untuk nilai parameter sudut lubang, jarak antar lubang, diameter lubang, panjang bentang, tinggi sisi kiri profil non prismatis, dan tinggi sisi kanan profil non prismatis, dapat diketahui secara langsung pada program AutoCAD. Tidak dengan nilai sisa pemotongan (w), benda uji harus dihitung agar dapat diketahui berapa sisa pemotongan dalam bentuk berat (kilogram). Pada program AutoCAD dapat diketahui luas sisa pemotongan benda uji pada bagian flange dan web, sehingga luas sisa pemotongan ini dapat dikalikan dengan tebal profil, kemudian dikalikan dengan berat jenis besi (7850 kg/m 3 ) agar menjadi satuan kilogram. Berikut contoh perhitungan sisa pemotongan (w) : Diketahui : - Luas sisa pemotongan pada badan profil (web) = 5813,057 mm 2 - Luas sisa pemotongan pada sayap profil (flange) = 150 mm 2 - Tebal badan profil (web) = 5 mm - Tebal sayap profil (flange) = 7 mm - Berat Jenis Baja (density) = 7850 kg/m 3 Penyelesaian : = [(Luas sisa pemotongan web x Tebal web) + (Luas sisa pemotongan flange x Tebal flange)] x Berat Jenis Baja = [(5813,057 mm 2 x 5 mm) + (150 mm 2 x 7 mm)] x 7850 kg/m 3 = [141415,285 mm 3 ] x 7850 kg/m 3 = 1,41414285x10-4 m 3 x 7850 kg/m 3 = 1,11 kg

D50-S55-JA D50-S55-JA80 D50-S55-JA100 D75-S55-JA D75-S55-JA80 D75-S55-JA100 D100-S55-JA D100-S55-JA80 D100-S55-JA100 D50-S-JA D50-S-JA80 D50-S-JA100 D75-S-JA D75-S-JA80 D75-S-JA100 D100-S-JA D100-S-JA80 D100-S-JA100 Sisa Pemotongan (Kg) D50-S55-JA D50-S55-JA80 D50-S55-JA100 D75-S55-JA D75-S55-JA80 D75-S55-JA100 D100-S55-JA D100-S55-JA80 D100-S55-JA100 D50-S-JA D50-S-JA80 D50-S-JA100 D75-S-JA D75-S-JA80 D75-S-JA100 D100-S-JA D100-S-JA80 D100-S-JA100 Sisa Pemotongan (Kg) 83 Data data hasil sisa pemotongan benda uji dapat dilihat pada Lampiran 2. Adapun hasil sisa pemotongan benda uji untuk setiap variasi bentang disajikan pada Gambar 5.2 sampai dengan Gambar 5.5. 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Gambar 5.2 Grafik sisa pemotongan benda uji bentang 2 meter 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Gambar 5.3 Grafik sisa pemotongan benda uji bentang 2,5 meter

D50-S55-JA D50-S55-JA80 D50-S55-JA100 D75-S55-JA D75-S55-JA80 D75-S55-JA100 D100-S55-JA D100-S55-JA80 D100-S55-JA100 D50-S-JA D50-S-JA80 D50-S-JA100 D75-S-JA D75-S-JA80 D75-S-JA100 D100-S-JA D100-S-JA80 D100-S-JA100 Sisa Pemotongan (Kg) D50-S55-JA D50-S55-JA80 D50-S55-JA100 D75-S55-JA D75-S55-JA80 D75-S55-JA100 D100-S55-JA D100-S55-JA80 D100-S55-JA100 D50-S-JA D50-S-JA80 D50-S-JA100 D75-S-JA D75-S-JA80 D75-S-JA100 D100-S-JA D100-S-JA80 D100-S-JA100 Sisa Pemotongan (Kg) 84 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Gambar 5.4 Grafik sisa pemotongan benda uji bentang 3 meter 6 5.5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Gambar 5.5 Grafik sisa pemotongan benda uji bentang 3,5 meter Pada Gambar 5.2 sampai dengan Gambar 5.5 dapat dilihat bahwa sisa pemotongan benda uji dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain diameter lubang, jarak antar lubang, panjang bentang dan sudut lubang. Semakin besar

85 diameter lubang, jarak antar lubang dan panjang bentang pada benda uji, maka semakin besar sisa pemotongannya karena sisa pemotongan benda uji rata rata seluas satu lubang heksagonal. Berbanding terbalik dengan sudut lubang, semakin besar sudut pada lubang maka akan memperbesar lubang heksagonal sehingga sisa pemotongannya semakin sedikit. B. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program FreeCAD 1. Hasil Pemodelan pada program FreeCAD Pemodelan pada program FreeCAD akan menghasilkan benda uji 3 dimensi balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis. Benda uji ini akan disimpan dalam format STEP with colors (.step) agar dapat diinput geometri pada program LISA FEA, dan kemudian dilakukan analisis tegangan dan deformasinya. Hasil pemodelan pada program FreeCAD dapat dilihat pada Gambar 5.6 Corner Radius Las Gambar 5.6 Pemodelan benda uji pada FreeCAD Pada Gambar 5.6 diatas dapat dilihat bahwa corner radius dan pengelasan tidak dimodelkan. Pada percobaan pemodelan benda uji, corner radius pernah dicoba untuk dimodelkan namun benda uji yang dihasilkan tidak dapat dilakukan generate mesh pada program LISA FEA, sehingga corner radius pada penampang

86 balok tidak dimodelkan pada program FreeCAD. Hal ini yang menjadi batasan masalah dalam penelitian. C. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program LISA FEA 1. Verifikasi Hitungan Manual dengan Program LISA FEA Sebelum program pendukung penelitian ini masuk dalam tahap operasional, dibutuhkan pengujian program agar dapat diketahui apakah keluaran program tersebut sesuai dengan hasil yang diharapkan. Benda uji yang dimodelkan di dalam program diintegrasikan dan dilakukan verifikasi untuk membuktikan kebenaran dari model yang digunakan. Apabila hasil dari pemodelan didalam program tidak sesuai, maka dilakukan evaluasi dan koreksi untuk kemudian dilakukan verifikasi ulang sehingga semua pemodelan benda uji menghasilkan keluaran yang sesuai dengan kondisi nyata. Verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan program. Perhitungan manual dilakukan agar dapat mengetahui apakah hasil perhitungan program LISA FEA sesuai dengan hasil perhitungan analisis struktur. Telah dicoba pada Lampiran 3, diperoleh selisih hasil maximum of displacement hitungan manual dengan program LISA FEA tidak terlalu jauh atau sebesar 0,72% (kurang dari 5%). Ditinjau dari ilmu statistika dan probabilitas, maka penggunaan program LISA FEA masih diizinkan. 2. Hasil Konvergensi Sebelum dilakukan analisis secara keseluruhan, terlebih dahulu ditentukan jumlah elemen yang akan dipakai untuk setiap benda uji. Semakin kecil elemen yang digunakan maka hasil yang diperoleh akan semakin detail dan presisi tetapi proses perhitungan pada komputer akan membutuhkan waktu yang semakin lama, begitu juga sebaliknya bila digunakan elemen berukuran besar. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan konvergensi pada analisis metode elemen hingga untuk pemilihan ukuran elemen, agar ketika digunakan ukuran elemen tersebut dapat efektif secara waktu proses perhitungan dan nilai yang dihasilkan tetap presisi. Analisis konvergensi dilakukan pada salah satu benda uji pada setiap variasi bentang yaitu 2; 2,5; 3 dan 3,5 meter dengan mengubah ukuran dan jumlah

Displacement 87 elemen yang digunakan dengan diberikan beban yang tetap dan dibandingkan hasil displacementnya. Setelah analisis konvergensi dilakukan, data data hasil jumlah elemen dan displacement dari setiap besar volume element size dikumpulkan dalam program microsoft excel untuk kemudian diolah kedalam bentuk grafik hasil konvergensi. Untuk data data seluruh hasil konvergensi dapat dilihat pada Lampiran 4, sedangkan di bawah ini akan disajikan grafik hasil analisis konvergensi setiap masing masing variasi bentang. a. Hasil Konvergensi pada Balok bentang 2 Meter Hasil konvergensi pada bentang 2 meter yang telah dilakukan pada proses analisis dapat dilihat Pada Gambar 5.7-10.18-10.2 Jumlah Elemen 0 10000 20000 30000 40000 50000 Elemen Size -10.22-10.24-10.26-10.28-10.3-10.32 Gambar 5.7 Grafik hasil uji konvergensi analisis metode elemen hingga bentang 2 meter Bila melihat Gambar 5.7 diketahui bahwa penggunaan volume elemen sebesar 10 25 mm 3 telah menghasilkan nilai displacement yang cukup stabil, sehingga pada bentang 2 meter dipilih volume maksimal sebuah elemen dalam proses meshing sebesar 25 mm 3.

Displacement 88 b. Hasil Konvergensi pada Balok bentang 2,5 Meter Pada Gambar 5.8 disajikan hasil konvergensi bentang 2,5 meter yang telah dilakukan pada proses analisis. -17.48-17.5 Jumlah Elemen 0 10000 20000 30000 Elemen Size -17.52-17.54-17.56-17.58-17.6-17.62 Gambar 5.8 Grafik hasil uji konvergensi analisis metode elemen hingga bentang 2,5 meter Dari Gambar 5.8 yang disajikan diatas dapat diketahui nilai displacement yang cukup stabil pada penggunaan volume elemen sebesar 15 sampai dengan 30 mm 3 yaitu sebesar 17,59 17,6 mm, sehingga pada bentang 2,5 meter dapat digunakan volume maksimal sebuah elemen dalam proses meshing sebesar 30 mm 3.

Displacement 89 c. Hasil Konvergensi pada Balok bentang 3 Meter Hasil konvergensi bentang 3 meter yang telah dilakukan pada proses analisis ditampilkan pada Gambar 5.8. -25.68-25.7 Jumlah Elemen 0 10000 20000 30000 40000 Elemen Size -25.72-25.74-25.76-25.78-25.8 Gambar 5.9 Grafik hasil uji konvergensi analisis metode elemen hingga bentang 3 meter Penggunaan volume elemen sebesar 15 hingga 30 mm 3 pada Gambar 5.9 menunjukkan bahwa nilai displacement telah dihasilkan sudah stabil yaitu sebesar 25,78 26,79 mm, sehingga pada bentang 3 meter dipilih volume maksimal sebuah elemen dalam proses meshing adalah 30 mm 3.

Displacement 90 d. Hasil Konvergensi pada Balok bentang 3,5 Meter Pada Gambar 5.10 disajikan hasil konvergensi bentang 3,5 meter yang telah dilakukan pada proses analisis. -36.12 Jumlah Elemen 0 10000 20000 30000 40000 Elemen Size -36.14-36.16-36.18-36.2-36.22-36.24 Gambar 5.10 Grafik hasil uji konvergensi analisis metode elemen hingga bentang 3,5 meter Dapat diketahui pada Gambar 5.10, bahwa penggunaan volume elemen sebesar 15 sampai dengan 25 mm 3 telah menghasilkan nilai displacement dengan selisih 0.01 mm saja yang artinya sudah cukup stabil, sehingga volume maksimal sebuah elemen dalam meshing sebesar 25 mm 3 dapat digunakan pada bentang 3,5 meter dipilih.

91 3. Hasil Tegangan Von Mises dan Displacement Setelah analisis konvergensi dilakukan dan besar volume maksimum yang diizinkan telah diterapkan untuk setiap benda uji dalam analisis metode elemen hingga, maka benda uji dapat dilakukan analisis tegangan dan deformasi. Benda uji yang akan dianalisis tegangan dan deformasinya, perlu diketahui beban optimal yang akan digunakan pada setiap variasi bentang balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis. Beban yang bekerja pada benda uji akan menyebabkan benda uji mengalami tegangan dan perubahan bentuk (deformasi). Tegangan yang terjadi pada benda uji akan menyebabkan benda uji tersebut mengalami leleh. Pada penelitian ini mutu leleh profil baja sebesar 400 MPa, maka tegangan yang terjadi pada benda uji harus kurang dari atau mendekati 400 MPa agar balok baja masih dalam keadaan elastis. Oleh karena itu, perlu dicari beban optimal pada setiap variasi panjang bentang benda uji yang hasil tegangannya mendekati yield point. Benda uji bentang 2 meter digunakan beban optimal sebesar 2,5 ton, karena pada beban ini benda uji dengan diameter 100 mm, jarak antar lubang 100 mm, dan sudut lubang 0 mengalami tegangan leleh sebesar 385,4 MPa. Berikut pada Tabel 5.5 disajikan beban optimal pada setiap variasi panjang bentang benda uji yang hasil tegangannya mendekati yield point. Tabel 5.5 Nilai beban optimal pada setiap variasi panjang bentang benda uji Panjang Bentang Benda Uji Beban Optimal Tegangan 2 Meter 2,5 Ton 385,4 MPa 2,5 Meter D100-S-JA100 2,3 Ton 385,2 MPa 3 Meter 2,1 Ton 378,1 MPa 3,5 Meter D100-S55-JA100 1,9 Ton 398,3 MPa Setelah beban optimal didapatkan untuk masing masing variasi bentang balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis, maka beban optimal ini dapat digunakan benda uji dapat untuk running pada program LISA FEA, sehingga akan menghasilkan nilai tegangan von mises dan dislpacement. Data data hasil tegangan von mises dan displacement dapat dilihat pada Lampiran 5.

Displacemnet Maksimal Tegangan Von Mises (MPa) 92 a. Hasil Tegangan Von Mises dan Displacement pada Balok bentang 2 Meter Berikut pada Gambar 5.11 dan Gambar 5.12 disajikan hasil tegangan von mises dan displacement yang telah dilakukan pada proses analisis. 400 380 3 340 320 300 280 2 240 220 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.11 Grafik nilai tegangan von mises benda uji bentang 2 meter 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.12 Grafik nilai displacement benda uji bentang 2 meter

93 Pada Gambar 5.11 menunjukkan bahwa berdasarkan tegangan von mises diperoleh tegangan terkecil pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang mm yaitu sebesar 222,3 MPa. Pada benda uji dengan diameter 100 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang 100 mm mengalami tegangan terbesar yaitu sebesar 385,4 MPa. Dari hasil analisis tegangan pada bentang 2 meter, semakin kecil variasi diameter, jarak antar lubang dan sudut lubang heksagonal, maka akan menghasikan nilai tegangan yang kecil juga pada benda uji. Sebaliknya, diameter, jarak antar lubang dan sudut lubang heksagonal semakin besar, maka akan menyebabkan benda uji mengalami tegangan lebih besar. Dari Gambar 5.12 yang disajikan diatas, dapat dilihat hasil displacement terkecil sebesar 8,1 mm. dialami oleh benda uji dengan diameter 100 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang mm. Untuk hasil displacement terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang 100 mm yaitu sebesar 11,5 mm. Pada bentang 2 meter dapat diketahui diameter dan sudut lubang mempengaruhi hasil nilai displacement yang terjadi, semakin besar diameter dan sudut lubang heksagonal, maka displacement yang terjadi akan semakin kecil. Panjang bentang pada benda uji yang dihasilkan dari pemodelan AutoCAD di Tabel 5.1 juga berpengaruh terhadap analisis displacement. Jika selisih antara hasil panjang bentang rencana dengan panjang bentang benda uji yang dimodelkan pada AutoCAD itu selisihnya kecil, maka nilai displacement pada benda uji akan berkurang. Dengan kata lain, nilai selisih yang besar antara hasil panjang bentang rencana dengan panjang bentang benda uji yang dimodelan pada AutoCAD akan menyebabkan benda uji mengalami displacement yang lebih besar dibandingkan dengan nilai selisih hasil panjang yang kecil. Terbukti pada benda uji dengan diameter 100 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang 100 mm, walaupun dengan diameter lubang yang besar, tapi benda uji ini mengalami displacement tertinggi kedua. Hal ini disebabkan karena selisih panjang bentang rencana dengan panjang bentang pemodelan sebesar 21,3 cm.

Displacement Maksimal Tegangan Von Mises (MPa) 94 b. Hasil Tegangan Von Mises dan Displacement pada Benda Uji bentang 2,5 Meter Hasil tegangan von mises dan displacement yang telah dilakukan pada proses analisis disajikan pada Gambar 5.13 dan Gambar 5.14. 400 380 3 340 320 300 280 2 240 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.13 Grafik nilai tegangan von mises benda uji bentang 2,5 meter 19 18.5 18 17.5 17 16.5 16 15.5 15 14.5 14 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.14 Grafik nilai displacement benda uji bentang 2,5 meter

95 Dari Gambar 5.13 yang disajikan diatas, dapat dilihat hasil analisis tegangan von mises. Benda uji dengan diameter 100 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang 100 mm mengalami tegangan terbesar sebesar 385,2 MPa. Tegangan terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang 80 mm yaitu sebesar 248,5 MPa. Dapat diketahui dari hasil analisis tegangan, benda uji dengan variasi diameter lubang, sudut lubang, dan jarak antar lubang yang semakin besar akan menghasilkan tegangan yang semakin besar juga. Sedangkan, kecilnya nilai tegangan disebabkan oleh variasi diameter lubang yang semakin kecil dan selisih panjang bentang rencana dengan panjang bentang pemodelan yang kecil juga. Pada kasus ini, tegangan terkecil harusnya terjadi saat jarak antar lubang mm dan sudut lubang 55 0, tapi faktanya terjadi pada jarak antar lubang 80 mm dan sudut lubang 0. Hal ini disebabkan karena benda uji dengan variasi jarak antar lubang 80 mm memiliki selisih panjang bentang yang lebih kecil yaitu sebesar 3,3 cm saja, dibandingkan dengan benda uji dengan variasi jarak antar lubang mm yang memiliki memiliki selisih panjang bentang 8,9 cm. Pada Gambar 5.14 menunjukkan benda uji dengan diameter 100 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang mm mengalami displacement terbesar sebesar 18,68 mm. Displacement terkecil dialami pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang 100 mm sebesar 14.25 mm. Dapat diketahui pada bentang 2,5 meter, semakin besar diameter dan sudut lubang heksagonal, seharusnya displacement yang terjadi akan semakin kecil. Namun, justru pada diameter yang sama yaitu 100 mm, benda uji yang mengalami displacement terkecil ada pada sudut 55 0, bukan pada sudut lubang 0. Hal ini karena pada sudut 55 0 memiliki selisih panjang rencana dengan pemodelan sebesar 2,8cm saja, sedangkan untuk benda uji dengan sudut 0 memiliki selisih panjang sebesar 4,7 cm. Sehingga benda uji diameter 100 mm dengan sudut 55 0 displacementnya lebih kecil.

DIsplacement Maksimal Tegangan Von Mises (MPa) 96 c. Hasil Tegangan Von Mises dan Displacement pada Balok bentang 3 Meter Pada Gambar 5.15 dan Gambar 5.16 ditampilkan hasil tegangan von mises dan displacement yang telah dilakukan pada proses analisis. 400 380 3 340 320 300 280 2 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.15 Grafik nilai Tegangan Von Mises benda uji bentang 3 meter 28 27.5 27 26.5 26 25.5 25 24.5 24 23.5 23 22.5 22 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.16 Grafik nilai displacement pada benda uji bentang 3 meter

97 Bila melihat Gambar 5.15 di atas, hasil tegangan von mises terbesar senilai 378,1 MPa, terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang 100 mm. Tegangan von mises terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang mm sebesar 274 MPa. Hasil yang diperoleh pada bentang 3 meter menunjukkan, semakin besar variasi diameter, jarak antar lubang dan sudut lubang heksagonal, maka akan menghasikan nilai tegangan yang besar pada benda uji. Sebaliknya, dengan variasi diameter, jarak antar lubang dan sudut lubang heksagonal yang semakin kecil, maka tegangan yang terjadi pada benda uji akan lebih kecil. Hasil analisis displacement yang didapat pada Gambar 5.16 menunjukkan, displacement terkecil terjadi pada benda uji dengan diameter 75 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang 100 mm sebesar 22,84 mm. Untuk hasil displacement terbesar senilai 27,56 mm terjadi pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang 100 mm. Dapat diketahui pada bentang 3 meter, bahwa displacement terkecil seharusnya terjadi pada benda uji dengan diameter lubang 100 mm. Hal ini bisa terjadi karena pada benda uji yang mengalami displacement terkecil memiliki nilai selisih panjang antara hasil panjang bentang rencana dengan panjang bentang benda uji yang dimodelkan pada AutoCAD hanya sebesar 1,8 cm, dibandingkan dengan benda uji pada diameter 100 mm yang memiliki selisih panjang rencana dengan pemodelan sebesar 7 cm. Sama halnya pada hasil displacement terbesar, seharusnya pada benda uji yang sama hasil displacement terkecil terjadi pada jarak antar lubang mm. Hal ini disebabkan oleh selisih panjang antara hasil panjang bentang rencana dengan pemodelan, pada benda uji yang sama dengan jarak antar lubang 100 mm memiliki nilai selisih panjang sebesar 15,3 cm, sedangkan dengan jarak antar lubang mm memiliki selisih panjang hanya sebesar 3,9 mm. Sehingga selisih panjang antara panjang rencana dengan panjang pemodelan ini berpengaruh besar dalam menghasilkan nilai displacement, disamping faktor diameter lubang, sudut lubang, dan jarak antar lubang.

Displacement Maksimal Tegangan Von Mises (MPa) 98 d. Hasil Tegangan Von Mises dan Displacement pada Balok bentang 3,5 Meter Disajikan hasil tegangan von mises dan displacement yang telah dilakukan pada proses analisis pada Gambar 5.17 dan Gambar 5.18. 400 380 3 340 320 300 280 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.17 Grafik nilai tegangan von mises benda uji bentang 3,5 meter 40 39.5 39 38.5 38 37.5 37 36.5 36 35.5 35 34.5 34 33.5 33 32.5 32 31.5 31 50 70 80 90 100 110 Jarak Antar Lubang D50-S D75-S D100-S D50-S55 D75-S55 D100-S55 Gambar 5.18 Grafik nilai displacement benda uji bentang 3,5 meter

99 Pada Gambar 5.17 di atas dapat dilihat bahwa tegangan von mises terkecil diperoleh pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang 100 mm yaitu sebesar 285,2 MPa. Tegangan von mises terbesar terjadi pada benda uji dengan diameter 100 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang 100 mm mengalami tegangan terbesar yaitu sebesar 398,3 MPa. Menurut pembahasan hasil tegangan di variasi bentang yang lain, seharusnya tegangan terbesar pada panjang bentang 3,5 meter terjadi pada variasi sudut lubang yang lebih besar, yaitu 0, tapi dari hasil analisis tegangan maksimal diperoleh benda uji dengan sudut lubang 55 0. Hal ini disebabkan oleh benda uji dengan variasi sudut lubang 0 memiliki 1 lubang heksagonal lebih banyak dari benda uji dengan variasi sudut lubang sebesar 55 0. Semakin bertambahnya jumlah lubang heksagonal dalam 1 benda uji dengan variasi yang sama, akan membuat tegangan yang bekerja pada benda uji berkurang. Berdasarkan Gambar 5.18 di atas, nilai displacement terbesar terdapat pada benda uji dengan diameter 50 mm, sudut lubang 0 dan jarak antar lubang 80 mm yaitu sebesar 39,14 mm. Untuk hasil displacement terkecil terjadi pada benda uji dengan 100 mm, sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang 80 mm yaitu sebesar 31,31 mm. Pada bentang 3,5 meter seharusnya displacement terbesar terjadi pada sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang mm, ini terjadi akibat faktor selisih panjang antara panjang bentang rencana dengan pemodelan. Pada benda uji yang mengalami displacement terbesar, dengan variasi sudut lubang 55 0 dan jarak antar lubang 80 mm memiliki nilai selisih panjang bentang sebesar 16,6 cm, sedangkan pada benda uji dengan diameter 50 mm, dengan variasi sudut lubang 0 dan jarak antar lubang mm memiliki nilai selisih panjang sebesar 13,2 cm. Sehingga, nilai selisih panjang bentang yang lebih kecil akan menghasilkan dispacement yang kecil. Jika menurut hasil hasil displacement pada variasi panjang bentang yang lain, seharusnya untuk hasil displacement terkecil terjadi pada variasi diameter lubang, sudut lubang, dan jarak antar lubang yang semakin besar. Pada bentang 3,5 meter ini tidak berlaku demikian, karena pada benda uji yang memiliki

100 variasi diameter lubang, sudut lubang, dan jarak antar lubang terbesar, memiliki lubang heksagonal yang lebih banyak dari benda uji yang mengalami displacement terkecil. Jumlah lubang heksagonal dapat dilihat pada Lampiran 1. Sehingga, semakin banyak lubang heksagonal yang dihasilkan pada benda uji, maka hasil displacement yang dihasilkan akan semakin besar. 4. Distribusi Tegangan Selain nilai hasil analisis tegangan dan deformasi (displacement), dapat diketahui juga distribusi tegangan von mises pada benda uji. Berikut pada Gambar 5.19, ditunjukan tegangan yang terjadi pada benda uji balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis. Untuk dapat melihat distribusi tegangan pada seluruh benda uji, maka dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambar 5.19 Distribusi tegangan pada balok kantilever castellated bukaan heksagonal penampang non prismatis. Dari hasil analisis pada Gambar 5.19 di atas, diketahui bahwa tegangan terbesar pada benda uji terjadi pada ujung lubang heksagonal dekat sisi jepit. Hal ini disebabkan karena lubang heksagonal yang paling dekat dengan sisi tumpuan jepit berperan besar dalam menahan momen akibat pembebanan dari permukaan atas ke arah bawah (gravitasi), sehingga daerah ini yang paling berpotensi besar mengalami sobek.

101 D. Rekapitulasi Benda Uji Efektif Dari 72 benda uji yang telah dilakukan analisis tegangan dan deformasi, maka dapat diketahui benda uji mana yang efektif berdasarkan sudut lubang, sisa pemotongan, tegangan, dan displacement. Berikut pada Tabel 5.6, disajikan data rekapitulasi rekapitulasi benda uji yang efektif berdasarkan panjang bentang, sudung lubang, sisa pemotongan, tegangan, dan displacement Tabel 5.6 Rekapitulasi benda uji yang efektif berdasarkan panjang bentang, sudung lubang, sisa pemotongan, tegangan, dan displacement Panjang Sisa Tegangan Sudut Displacement Bentang Pemotongan Von Mises 55 0 D50 JA80 D50 JA80 2 Meter 0 D50 JA D100 JA 55 0 D50 JA80 D100 JA 2,5 Meter 0 D50 JA D50 JA80 D75 JA 55 0 D50 JA D100 JA80 3 Meter 0 D50 JA D75 JA100 55 0 D75 JA D100 JA80 3,5 Meter 0 D50 JA100 D75 JA100