BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

METODE PRAKTIK PADA PEMBELAJARAN VOKASIONAL OTOMOTIF BAGI PESERTA DIDIK DIFABEL

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

STUDI DURASI BELAJAR SERVICE RINGAN ENGINE SEPEDAMOTOR MELALUI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI BAGI SISWA TUNARUNGU

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap individu telah diatur di dalam Undang-Undang

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

STRUKTUR KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS. 1. Struktur Kurikulum SDLB KELAS DAN ALOKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN VAKASIONAL TEPAT GUNA BAGI ABK H.M.UMAR DJANI MARTASUTA

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang beralamat di Jl. Rajekwesi 59-A Perak Bojonegoro. Di SLB-B Putra

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

RATE SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DALAM BELAJAR PENYETELAN RANTAI SEPEDA MOTOR DENGAN METODE DEMONSTRASI

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang bersifat vokasional, salah satunya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

METODE SIMULASI PADA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN VOKASIONAL OTOMOTIF UNTUK SISWA TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO

warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Hani Widiyanty, 2013

Tim Pengembang Model Bahan Ajar SDLB Tunarungu. : Dra. Diah Harianti, M.Psi. : Drs. NS Vijaya, KN, MA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PEND. ANAK LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Agies Yuliani, 2013

KISI-KISI PENGEMBANGAN SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MATA PELAJARAN GURU KELAS SDLB KOMPETENSI PEDAGOGIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

Implementasi Pendidikan Segregasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Warga Negara Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, perbedaan latar belakang, karakteristik, bakat dan minat, peserta didik memerlukan proses pendidikan yang fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Peserta didik dengan kemampuan fisik dan mental yang mengalami kekurangan atau berkebutuhan khusus (difabel), mereka juga memerlukan pendidikan khusus untuk dapat hidup wajar dan mendapat hak-haknya dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam Undang-Undang Dasar Nomer 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 2 yaitu warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Anak luar biasa atau berkebutuhan khusus merupakan anak yang mengalami penyimpangan rata-rata normal dalam karakteristik mental, kemampuan sensoris, karakteristik, neuromotor atau fisik, perilaku sosial, kemampuan sosial, kemampuan berkomunikasi atau gabungan dari berbagai variabel tersebut. Pemerintah menaruh perhatian dalam hal pendidikan mereka.,sebagaimana dikemukakan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008: 4-5)bahwa : Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, sosial, memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Standar proses pendidikan khusus ini berlaku untuk peserta didik seperti: tunanetra, tunagrahita, tunarungu, tunadaksa, tuna laras pada Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menegah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Permendiknas diatas menegaskan bahwa anak berkebutuhan khusus (difabel) yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran, berhak dan difasilitasi oleh negara untuk mendapatkan layanan pendidikan melalui pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus ada beberapa macam, salah satunya adalah anak tuna rungu. Anak tunarungu adalah salah satu bagian dari 1

2 anak luarbiasa. Anak tuna rungu dipandang sebagai salah satu anak berkebutuhan khusus, yang masih memiliki kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial,kemampuan bekerja,dan bahkan banyak yang dapat mandiri di masyarakat. Kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan melalui pendidikan luar biasa, yaitu SLB-B sekolah luar biasa yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan untuk anak tuna rungu. Melalui SLB- B kemandirian pada anak tuna rungu bisa dikembangkan, hal tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) 72 Tahun 1991 Bab 2 pasal 2disebutkan bahwa tujuan pendidikan luar biasa adalah: membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental, agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia atau mengikuti pendidikan lanjutan. Tujuan pendidikan luar biasa di atas salah satunya dapat diwujudkan melalui pembelajaran keterampilan. Keterampilan menjadi salah satu hal yang penting dalam pelayanan pendidikan luar biasa, hal tersebut sudah diperhatikan dengan adanya pendidikan keterampilan pada kurikulum sekolah luar biasa. Pendidikan keterampilan diharapkan akan menjadi bekal bagi anak luar biasa untuk bisa lebih terampil, menjadi anak yang mandiri dan tidak terus bergantung pada kedua orang tua atau orang terdekatnya, sehingga pada akhirnya mereka bisa menjadi anak yang mandiri seutuhnya di masyarakat (Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SLB-B Sukapura Kiaracondong, wawancara 4 Agustus 2014). Pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus ditekankan pada penguasaan keterampilan vokasional. Upaya tersebut sebagai langkah untuk meningkatkan kompetensi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa mandiri dengan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Keterampilan vokasional yang ada di SLB-B Sukapura Kiaracondong Bandung yaitu tata busana, tata boga, seni tari, seni musik dan keterampilan otomotif. Pembelajaran dasar vokasi otomotif adalah salah satu pembelajaran keterampilan yang bisa diberikan terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.

3 Kebutuhan masyarakat terhadap otomotif semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga ada peluang yang menjanjikan bagi setiap orang, termasuk anak berkebutuhan khusus untuk mengembangkan pembelajaran otomotif dasar. SMALB menerapkan pembelajaran otomotif dasar namun berdasarkan observasi di SMALB pelaksanaannya masih belum optimal. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SLB-B Sukapura (wawancara, 4 Agustus 2014), mengemukakan beberapa faktor penyebab peserta didik kurang menguasai pembelajaran keterampilan dasar otomotif: (1) Kurangnya alat praktik otomotif sehingga membuat siswa susah berlatih; (2) Siswa SLB-B khususnya SMALB jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada bidang keterampilan otomotif; (3) Tidak adanya guru keterampilan yang relevan dengan bidang keterampilan otomotif; (4) Komunikasi anak tuna rungu yang terganggu merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif; (5) Pemilihan metode yang kurang tepat digunakan pada mata pelajaran vokasi. Metode yang banyak diterapkan pada mata pelajaran vokasi adalah metode konvensional seperti metode ceramah. Metode ceramah yang kebanyakan diterapkan selama ini pada mata pelajaran keterampilan membuat siswa kurang paham dan mengalami kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan, sehingga membuat peserta didik kurang paham dalam memahami materi yang disampaikan. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum mengatakan bahwa siswa belum pernah diberikan pembelajaran otomotif dasar menyetel pelk sepeda motor baik teori maupun praktek, mengingat keterampilan vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor merupakan salah satu bidang usaha yang sangat berguna dalam dunia otomotif. Proses pembelajaran yang kurang maksimal mengakibatkan siswa SMALB kurang terampil khususnya dalam keterampilan otomotif. Muhibbin (dalam Sugihartono, 2007: 77) membagi faktor-faktor yang menjadi tiga macam, yaitu: mempengaruhi belajar 1) faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rokhani siswa, 2) faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi

4 strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada pendekatan belajar yang didalamnya termasuk metode belajar. Metode belajar yang digunakan akan mempengaruhi terhadap hasil belajar. Prinsipnya dalam belajar keterampilan otomotif, akan lebih efektif apabila siswa dibimbing dan langsung mengalami sendiri materi yang dipelajari. Metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik akan mempercepat pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Kendala komunikasi pada anak tuna rungu menjadi salah satu faktor penghambat utama proses pembelajaran, sehingga diperlukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat agar pemaparan seorang guru dapat dimengerti dengan baik, seperti menurut Abu (dalam B. Suryosubroto, 2002: 34) yang menyatakan bahwa dasar pemilihan metode mengajar yaitu harus relevan dengan situasi pembelajaran, bahwa metode harus sesuai dengan kondisi pengajaran yang ada. Penggunaan metode yang kurang tepat membuat siswa tidak termotivasi belajar. Berdasarkan pendapat Abu A. penulis berpendapat bahwa metode demonstrasi adalah metode yang dipandang relevan dan tepat untuk proses pembelajaran keterampilan bagi peserta didik tuna rungu. Pendengaran anak tuna rungu tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga melalui indera penglihatannya anak tuna rungu berusaha memperoleh informasi. Metode demonstrasi yang lebih mengedepankan visualisasi akan memudahkan anak tuna rungu untuk menyerap informasi dan mengerti akan maksud isi pembelajaran, selain itu dengan metode demonstrasi terjadinya verbalisme juga akan dapat dihindari, sebab dengan menggunakan metode demonstrasi siswa akan langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. Akhirnya dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tetantang Implementasi Metode Demonstrasi Pada Pembelajaran Otomotif Dasar Penyetelan Pelk Sepeda Motor Di SMALB.

5 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, untuk mempermudah dalam pengenalan masalahnya maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa SLB-B khususnya SMALB belum melakukan latihan vokasi otomotif penyetelan pelk sepeda motor. 2. Terbatasnya fasilitas praktik otomotif sehingga membuat siswa sulit untuk berlatih. 3. Komunikasi anak tuna rungu merupakan salah satu penyebab kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran keterampilan otomotif. 4. Tidak adanya guru pembelajaran vokasi otomotif dasar yang memiliki disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang vokasi otomotif. 5. Guru belum mengimplementasikan pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor. 6. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan dengan kondisi anak tunarungu pada mata pelajaran vokasi khususnya otomotif. C. Rumusan Masalah Masalah penelitian perlu dirumuskan untuk memperjelas masalah yang akan diteliti. Penulis merumuskan masalah inti yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi pada siswa SMALB? 2. Bagaimana hasil pembelajaran vokasi otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi? 3. Bagaimana ketercapaian waktu rata-rata pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dianjurkan. Penulis merumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut:

6 1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi. 2. Mendeskripsikan hasil pembelajaran otomotif dasar penyetelan pelk dengan metode demonstrasi. 3. Mendeskripsikan ketercapaian waktu rata-rata penyetelan pelk sepeda motor dengan metode demonstrasi. E. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat tersebut adalah: 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman praktis tentang pelaksanaan dan pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor. 2. Bagi guru, diharapkan dapat melaksanakan metode demonstrasi pada pembelajaran keterampilan otomotif penyetelan pelk sepeda motor. 3. Bagi siswa, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman praktis tentang keterampilan otomotif penyetelan pelk untuk menjadi bekal agar bisa lebih mandiri. F. Stuktur Organisasi Struktur organisasi merupakan urutan penyusunan materi dalam penulisan skripsi agar susunannya teratur. Struktur organisasi penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini mencakup teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

7 Bab ini mencakup tentang metode penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrument penelitian, dan analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini mencakup tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN