BAB 10 Full Costing Dan Direct Costing

dokumen-dokumen yang mirip
Handout Akuntansi Manajemen

Biaya Aktivitas. Penentuan harga pokok produksi konvensional :

MATERI PRAKTIKUM MINGGU KE 2 PENENTUAN HPP DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

12/05/2015. Pelaporan Keuangan. Metode yang digunakan dalam Full Cost

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

VARIABEL COSTING SBG ALAT BANTU MANAJEMEN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented organization)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh:

SATUAN ACARA PERKULIAHAN DAN SILABUS MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN JURUSAN AKUNTANSI STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM JUST-IN-TIME (JIT) & Activity Based Cost System

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH AKUNTANSI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH)

COST ACCOUNTING. FACTORY OVERHEAD : Planned, Actual, and Applied. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas. Program Studi Akuntansi

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING. AKUNTANSI BIAYA EKA DEWI NURJAYANTI, S.P., M.Si

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

Modul ke: Job Order Costing. Konsep Job Order Costing. Fakultas FEB. Minanari, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

Perbedaan Pokok antara metode full costing dan variabel costing: perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku

Modul ke: Akuntansi Manajemen 05FEB. Variable Costing. Fakultas. Diah Iskandar SE., M.Si & Lawe Anasta.,S.E.,M.S.,Ak. Program Studi Akuntansi

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI AKUNTANSI PENUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VARIABLE COSTING HARGA POKOK VARIABEL (VARIABEL COSTING)

PENETAPAN HARGA POKO PRODUKSI MINYAK KELAPA SAWIT PADA PT. PAYA PINANG GROUP TEBING TINGGI. Sri Wangi Sitepu, S.Pd, M.Si

BAB II BAHAN RUJUKAN

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA BERDIAKRI MEUBEL. Shandy Pratama

PENENTUAN HARGA JUAL RUMAH DENGAN METODE COST PLUS PRICING PADA PT. CAKRA INDONESIA FERRY LAKSMANA / 3EB01

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

Soal Pilihan Ganda (bobot 30)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRODUCTION COST. Production cost itu ada yg: a. Direct, yaitu Direct material dan Direct labor b. Indirect, yaitu Factory Overhead (FOH)

SISTEM AKUNTANSI BIAYA. Endang Sri Utami, S.E., M.Si., Ak., CA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Sandang Indah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) oleh negara melalui penyertaan modal secara langsung yang berasal dari kekayaan

PENGENALAN VISUAL BASIC

BAB 8 Konsep Biaya Standar dan Analisa Variance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

HARGA POKOK PRODUKSI

Akuntansi Biaya. Sistem Biaya & Akumulasi Biaya (Cost System & Cost Accumulation) Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Silvia Ayu Anggraini NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing :Dr. Emmy Indrayani

Activity Based Costing System (ABC Sistem) KUWAT RIYANTO, SE, M.M

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

Apa yang yang Dijual Dijual? Bagaiman a a Menentukan Laba Laba Usaha

BAB 1 HPP KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACTIVITY BASED COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

Transkripsi:

BAB 10 Full Costing Dan Direct Costing Tujuan : 1. Menguraikan konsep penetapan biaya obsorpsi dan biaya variabel 2. Menguraikan dan mengilustrasikan pelaporan laba menurut penetapan biaya Obsorpsi dan biaya variabel. 3. Menguraikan dan mengilustrasikan analisa laba menurut biaya obsorpsi dan biaya variabel. 4. Menguraikan dan Mengilustrasikan penggunaan penetapan biaya obsorpsi dan biaya variabel oleh manajemen untuk:pengendalian biaya, Penetapan harga produk, Perencanaan produksi,analisa penjualan, analisa marjin kontribusi. 1. Pengertian Obsorption costing sering dipakai juga dalam literatur akuntansi Conventtonal Costing dan Full Costing adalah merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan semua biaya dimasukan dalam perhitungan harga pokok baik biaya tetap maupun variable.untuk selanjutnya dalam Bab ini kita akan menggunakan istilah Full Costing. Ada 3 pendekatan penentuan harga pokok produksi dengan metode Full costing: Pertama: Full Cost dengan pendekatan Full costing: Dimana penentuan harga pokok produksi merupakan keseluruhan dari Total biaya produksi (Prime cost + Biaya overhead ) dan Total Biaya Komersial (Biaya adminitrasi dan umum + Biaya pemasaran) baik perilaku biaya tetap maupun biaya variabel. dengan formula : Full Production Cost: + Biaya Komersil = Full cost dgn Full Costing Direct material Rp xx Biaya Administrasi Rp y Direct Labour Rp xx (+) Biaya Umum Rp y = Full Costing FOH Varibel Rp xx Biaya pemasaran Rp y FOH Tetap Rp xx Pendekatan ini sering dipergunakan istilah Absorption Costing atau Conventional Costing. Perhitungan laba/rugi menurut metode ini tidak membedakan antara biaya Variabel dan biaya tetap,seluruh biaya pabrikasi dimasukan dalam Harga Pokok penjualan yang akan menghasilkan laba kotor. Selanjutnya laba kotor dikurangi dengan biaya administrai/umum dan pemasaran akan menghasilkan laba operasi. Kedua: Full Cost dengan pendekatan variabel costing. Dimana penentuan Harga Pokok barang yang di Produksi yang dibebankan hanya Biaya variabel yaitu yang besar kecilnya tergantung pada naik turunnya aktivitas

162 operasi meliputi bahan langsung,tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel serta biaya komersil variabel. Untuk Biaya overhead pabrik tetap dan biaya yang terjadi dalam fase desain dan pengembangan produk serta biaya komersil berperilaku tetap diperlakukan sebagai biaya periode (Period costs), dengan formula : Production Cost: + Biaya Komersil = Variabel Costing Direct material Rp xx Biaya Adm variabel Rp y Direct Labour Rp xx (+) Biaya Umum variabel Rp y (=) (Rp xx + Rp yy) FOH Variabel Rp xx Biaya mas variabel Rp y Harga Pokok Barang + Periods Cost = Full Cost dgn Variable dgn Variabel Costing costing FOH Tetap Rp z (Rp xxxxx + Rp yyy) (+) Adm Tetap Rp z (=) (Rp xx + Rp yy + Rp zz) Umum Tetap Rp z Mas Tetap Rp z Pendekatan ini sering juga dipergunakan istilah Direct Costing. Dalam pendekatan ini perhitungan laba rugi hanya memasukkan biaya pabriksi variabel dalam Harga pokok penjualan.hasil pengurangan Penjualan dengan Harga pokok Penjualan Variabel disebut Marjin pabrik. Marjin Pabrik dikurangi dengan biaya administrasi, umum dan biaya pemasaran variabel menghasilkan Marjin kontribusi. Conventional costing dan direct costing merupakan metode penentuan harga pokok Persedian (Inventory Costing) karena kedua metode tersebut ditujukan untuk keperluan penilain persedian (Inventory vuluation) yang akan dicantum dalam neraca. Ketiga: Full Cost dengan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) a. Activity Based Costing pada dasarnya merupakan metode pentuan harga pokok produk (product Costing ) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok produk secara cermat bagi kepentingan manajemen dengan mengukur secara akurat mengukur sumber daya dalam setiap aktivitas yang dipergunakan untuk menghasilkan produk. b. Perhitungan Harga Pokok produk dengan metode ini menitik beratkan pada penentuan harga pokok produk disemua tahap pembuatan produk, sejak tahapan desain dan pengembangan (R&D) produk sampai dengan penyerahan produk kepada konsumen c. Dengan pendekatan ini aktivitas pembuatan produk dibagi menjadi tiga tahapan: @ Tahap Desian dan pengembangan ( fase R&D) @ Tahap Produksi @ Tahap Marketing /Distibusi @ Tahap dukungan Logistik.

163 d. Struktur Full Cost of product dengan Activity Based Costing @ Biaya Desain dan Pengembangan (R&D) Biaya Desain Rp. a Biaya pengujian produk Rp. b Rp. x @ Biaya Produksi Unit level activity costs Rp. c Batch-related activity costs Rp. d Product Sustaining activity costs Rp. e Facility Sustaining Activity costs Rp. f Total biaya produksi Rp. y @ Biaya Pendukung Logistik Biaya Iklan Biaya distribusi Biaya garansi Produk Biaya Administrasi dan umum Total biaya pendukung logisti Rp. g Rp. h Rp. i Rp. j Rp. z Total Biaya Produksi Produk (Full costs) Rp. XYZ e. Penjelasan Biaya Produksi @ Unit-Level Activity Costs Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan seperti biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, biaya energi dan biaya angkutan Total biaya ini dibebankan tergantung pada besar kecilnya jumlah produksi dengan berperilaku biaya variabel. @ Batch-Related Activity Costs Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi contoh yang dikatagorikan biaya ini seperti Set Up Costs yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan mesin dan ekuipmen sebelum order produksi diproses, biaya angkutan bahan baku dalam pabrik forklift,crane), biaya inspeksi, biaya order pembelian. Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi tidak dipengaruhi besar kecilnya unit produksi,berperilaku biaya semivariable. @ Product-Sustaining Activity Costs Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan baiya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapatdipasarkan. Contoh biaya ini seperti biaya desain produk,desain proses pengolahan produk, pengujian produk. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produksi yang dihasilkan selama umur (pro duct life cycle). Jenis biaya ini berperilaku biaya tetap. @ Facility-Sustaining Activity costs Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas produksi yang dimiliki perusahan contoh biaya ini seperti biaya depresiasi, amortisasi, biaya asuransi, gaji karyawan kunci. Biaya ini dibebankan kepada

164 produk atas dasar taksiran produksi yang akan dihasilkan selama masa tertentu pada kapasitas normal. f. Perbedaaan Unsur Biaya produk dengan tiga pendekatan Adapun perbedan unsur biaya produk dalam pendekatan obsorption costing, direct costing dan actibity based costing disajikan dibawah ini : --------------------------------------------------------------------------------------------------- Obsorption Costing Direct Costing Activity Based Costing --------------------------------------------------------------------------------------------------- Biaya Produksi Biaya Varibel Unit-Level activity cost Batch Related Activity Costs Biaya Administrasi dan Product Sustaining activity cost Umum Biaya Pemasaran Biaya tetap Facility Sustaining activity costs 2. Perbandingan Perhitungan Laba rugi Absorption Costing dan Variable Costing. Dalam menghitung laba /rugi penggunaan kedua metode tersebut : a. Akan menghasilkan laba /rugi yang sama apabila Jumlah barang yang diproduksi/dibeli sama dengan jumlah barang yang dijual dengan demikian tidak ada penambahan dalam persedian akhir. b. Apabila jumlah unit yang dibeli/diproduksi tidak sama dengan jumlah unit yang dijual maka kedua metode pendekatan tersebut akan menghasilkan laba /rugi yang berbeda karena ada biaya tetap sebagai periods cost yang melengket dalam persedian akhir pada metode Direct costing (Full cost dengan pendekatan variable costing ). c. Apabila unit yang diproduksi lebih besar dari yang dijual maka perhitungan laba/rugi dengan metode absorption costing akan menghasilkan laba yang lebih besar dari metode direct costing.karena pada metode obsorption costing nilai persedian akhir sebagai pengurangan harga pokok produksi lebih besar (termasuk biaya tetap yang melengket),sehingga Harga pokok Penjualan lebih rendah dari metode direct costing. Self-Study 5-1 Perbandingan Nilai Persedian Data produksi PT Indo Global Mandiri pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut: Produksi tahun 2009 = 100.000 unit 70% dari produk 2009 terjual, sedangkan sisanya per 31 Desember2009 masih dalam gudang merupakan persedian akhir. Biaya bahan Baku Rp 1.000.000.000 Tenaga kerja langsung Rp 1.300.000.000 FOH- Variable Rp 750.000.000 FOH- Tetap Rp 375.000.000 Diminta: Hitunglah nilai persedian dengan menggunakan: a. Metode Obsorption Costing/Full costing b. Metode Direct Costing

165 Jawab : - a. Nilai Persedian akhir 2009 dengan metode Obsorpsi Bahan Baku Rp 1.000.000.000 Upah Langsung Rp 1.300.000.000 FOH Variable Rp 750.000.000 FOH Tetap Rp 375.000.000 Rp 1.125.000.000 Rp 3.425.000.000 Unit Produksi 100.000 unit Nilai Persedian Metode Obsorption costing: 30% x 100.000 x Rp 34.250 = Rp 1.027.500.000 b. Nilai Persedian Akhir 2009 dengan metode Direct Costing Bahan Baku Rp 1.000.000.000 Upah Langsung Rp 1.300.000.000 FOH Variable Rp 750.000.000 Biaya Produksi Rp 3.050.000.000 Unit Produksi 100.000 unit Persedian akhir 31 Desember 2009: = 30% x 100.000 unit = 30.000 unit Nilai Persedian dengan metode obsorpsi: = 30.000 unit x Rp 30.500 = Rp 915.000.000 Self Study-5-2 (Perbandingan Laba /Rugi) Dalam tahun 2009 PT Indo Global Mandiri menjual 60.000 unit produk dengan harga jual Rp.3.000 per-unit. Pada awal tahun 2009 ada terdapat persedian 10.000 unit. Produksi tahun 2009 sebesar 50.000 unit. Biaya Pabrikasi serta beban penjualan dan administrasi adalah:

166 Keterangan Jumlah Unit Biaya perunit Nilai PERSEDIAAN AWAL Bahan Langsung 10.000 Rp. 675 Rp 6.700.00 Pekerja Langsung 10.000 Rp. 1.550 Rp 15.500.000 FOH Variabel 10.000 Rp 180 Rp 1.800.000 FOH Tetap 10.000 Rp 200 Rp 2.000.000 Total Rp 2.600 Rp 26.000.000 BIAYA PRODUKSI Bahan Langsung 50.000 Rp. 700 Rp. 35.000.000 Pekerja Langsung 50.000 Rp. 1.620 Rp. 81.000.000 FOH Variabel 50.000 Rp. 180 Rp. 9.000.000 FOH Tetap 50.000 Rp. 200 Rp. 10.000.000 Total Rp. 2.700 Rp. 135.000.000 BEBAN PENJUALAN & ADMINISTRASI Variabel Rp. 6.500.000 Tetap Rp. 4.500.000 Total Rp. 11.000.000 Diminta; 1. Susunlah Perhitungan Laba/Rugi; a. Metode Biaya Obsorpsi / Full costing b. Metode Variable / Direct Costing 2. Jelaskan perbedaanya Jawab: Self Study - 5-2 1. a. Perhitungan Biaya dengan metode obsorpsi Penjualan (60.000 unit x Rp 3.000) Rp 180.000.000 Harga Pokok Penjualan: Persedian Awal (10.000 unit x Rp 2.600) Rp 26.000.000 HP. Pabrik (50.000 unitx Rp 2.700) Rp 135.000.000 Harga Pokok Penjualan Rp 161.000.000 Laba Kotor Rp 19.000.000 Biaya Penjalan dan Administrasi Rp 11.000.000 Laba operasi Rp 8.000.000 1. b. Perhitungan Laba rugi dengan metode Direct Costing Penjualan (60.000 unit x Rp 3.000) Rp 180.000.000 Harga Pokok Penjualan: Persedian Awal (10.000 unit x Rp 2.400) Rp 24.000.000 HPP. Varibel (50.000 unit x Rp 2.500) Rp 125.000.000 Rp 149.000.000 Marjin Pabrik Rp 31.000.000 Biaya Penjalan dan Administrasi Variabel Rp 6.500.000 Marjin Kontribusi Rp 24.500.000 Biaya Tetap

167 FOH Pabrik Rp 10.000.000 Penjualan dan Administrasi Rp 4.500.000 Rp 14.500.000 Laba Operasi Rp 10.000.000 Self Study-5-3 Perbandingan Nilai Persedian & Laba Rugi PT Indo Global Mandiri menyusun laporan keuangan triwulan. Laporan untuk tiga triwulan pertama tahun 2009 adalah sebagai berikut: Laporan Laba rugi Triwulanan (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Triwulan - 1 Triwulan - 2 Triwulan - 3 Penjualan 80.000 80.000 80.000 HPP (standar) 60.000 60.000 60.000 Biaya Umum & Adm. Tetap 12.500 12.500 12.500 FOH Volume Variance 5.000 12.500 (2.500) Total Biaya 77.000 85.000 70.000 Laba Rugi Usaha 2.500 (5.000) 10.000 Data mengenai produksi,penjualan persedian dan biaya seperti dibawah ini : a. Persedian Awal triwulan I 40.000 unit b. Biaya Produksi(standar) 50% dari penjualan c. Penjualan normal per-triwulan 100.000 unit d. Kapasitas Produksi dan Penjualan sesungguhnya: Triwulan Penjualan Produksi I 80% dari normal 80% dari normal II 80% dari normal 50% dari normal III 80% dari normal 110% dari normal Diminta : 1. Perhitungan persedian awal dan akhir pertriwulan 2. Perhitungan Nilai Persedian dan Harga pokok Produksi Per-triwulan 3. Perbandingan Perhitungan Laba/rugi Obsorption dan Direct costing 4. Analisa Perbedaanya Jawab: Self Study- 5-3 Dari keterangan dapat dihitung: a. Penjualan per-triwulan 80% x 100.000 unit = 80.000 unit b. Produksi per-triwulan sebagai berikut : Triwulan I 80% x 100.000 unit = 80.000 unit Triwulan II 50% x 100.000 unit = 50.000 unit Triwulan III 110% x 100.000 unit = 110.000 unit

168 1. Perhitungan persedian pertriwulan (Dalam unit) Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Persedian awal 40.000 40.000 10.000 Produksi 80.000 50.000 110.000 120.000 90.000 120.000 Penjualan 80.000 80.000 80.000 Persediaan Akhir 40.000 10.000 40.000 2. Perhitungan Nilai Persedian dan Harga Pokok Produksi Triwulan Kapasitas Produksi Produksi sesungguhnya Variance I 100.000 unit 80.000 unit (20.000 unit) II 100.000 unit 50.000 unit (50.000 unit) III 100.000 unit 110.000 unit 10.000 unit Dalam Triwulan I under-applied FOH 20.000 unit sebesar Rp 5.000.000.000, maka tarif FOH tetap = Rp 5.000.000.000 / 20.000 = Rp 250.000 per-unit. Dengan demikian FOH tetap berdasarkan kapasitas normal 100.000 unit x Rp 250.000 = Rp 25.000.000.000. Harga Pokok Penjualan standar Rp 60.000.000.000 / 80.000 unit = Rp 750.000 FOH tetap per-unit = Rp 250.000 FOH Variabel per-unit = Rp 500.000 Tabel: Nilai Persedian Dan Harga Pokok Pabrik Keterangan Tarif /unit Triwulan I Triwulan II Triwulan III Nilai (Jt Rp) Nilai (Jt Rp) Nilai (Jt Rp) Persd Awal Rp 750.000 Rp 30.000 Rp 30.000 Rp 7.500 HPP Variabel Rp 500.000 Rp 40.000 Rp 25.000 Rp 55.000 FoH Tetap Rp 250.000 Rp 20.000 Rp 12.500 Rp 27.500 Under/Over Rp 250.000 (Rp 5.000) (Rp 12.000) Rp 2.500 Persd Akhir Rp 750.000 Rp 30.000 Rp 750.000 Rp 30.000 3. a. Laporan Laba/rugi - metode Obsorption Costing (Dalam Jutaan Rupiah) Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Penjualan Rp 80.000 Rp 80.000 Rp 80.000 Persedian Awal Rp 30.000 Rp 30.000 Rp 7.500 FOH Tetap (applied) Rp 20.000 Rp 12.500 Rp 27.500 Rp 90.000 Rp 67.500 Rp 90.000 Dikurangi Persd Akhir Rp 30.000 Rp 7.500 Rp 30.000 Rp 60.000 Rp 60.000 Rp 60.000 Under/Over applied Rp 5.000 Rp 12.500 (Rp 2.500) Harga Pokok Penjualan Rp 65.000 Rp 72.500 Rp 57.500 Laba Kotor Rp 15.000 Rp. 7.500 Rp 22.500 Bi. Umum dan Penjualan Rp 12.500 Rp 12.500 Rp 12.500 Laba/rugi usaha Rp 2.500 (Rp 5.000) Rp 10.000

169 3. b Laporan Laba /rugi -metode Direct Costing Perhitungan Nilai Persedian direct Costing Tarif Biaya variabel per-unit Rp 500.000, maka Nilai persedian adalah : Keterangan unit Harga Pokok/unit Nilai Persedian Awal Triwulan 1 40.000 Rp 500.000 Rp.20.000.000.000 Persedian Awal Triwulan 2 40.000 Rp 500.000 Rp.20.000.000.000 Persedian Awal Triwulan 3 10.000 Rp 500.000 Rp. 5.000.000.000 Persedian Akhir Triwulan 3 40.000 Rp 500.000 Rp.20.000.000.000 FOH Tetap adalah sebesar Rp 25.000.000.000. Laporan Laba / rugi - metode Direct Costing (Dalam Jutaan Rupiah) LATIHAN MANDIRI BAB X 10.1. TEORI Check Point 1. Konsep yang mempertimbangkan bahwa harga pokokpabrikasi hanya terdiri dari biayapabrikasi yang berubah sesuai dengan tingkat produksi dikenal sebagai: A. Penetapan biaya absorpsi C. Biaya Pengganti B. Penetapan Biaya variabel D. Semuanya salah 2. Dalam perhitungan laba Rugi yang disusun menurut konsep penetapan biaya variabel,pengurangan HPP variabel dari penjualan menghasilkan angka antara yang dikenal : A. Laba kotor C. Marjin Pabrik B. Marjin kontribusi D. semuanya salah ESSAY 1. Jenis biaya apa yang biasanya dimasukkan dalam harga pokok pabrikasi menurut : a. Konsep penetapan biaya Obpsorpasi dan b. Konsep penetapan biaya variabel. Jawab : a. Konsep penetapan biaya obsorpsi membebankan semua biaya tetap maupun biaya variabel. seluruh biaya pabrikasi dimasukkan dalam harga pokok penjualan yang akan menghasilkan laba kotor. b. Konsep penetapan biaya variabel membebankan hanya biaya variabel yaitu yang besar kecilnya tergantung pada naik turunnya aktivitas operasi meliputi bahan langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel serta biaya komersil variabel. 2. Jenis biaya pabrikasi mana (bahan langsung, tenaga kerja langsung, FOH variabel, FOH tetap) yang termasuk dalam harga pokok pabrikasi menurut penetapan biaya absorpsi tetapi tidak termasuk dalam harga pokok pabrikasi menurut konsep penetapan biaya variabel? Jawab : Jenis biaya pabrikasi yang masuk dalam penetapan biaya absorpsi tetapi tidak masuk dalam konsep penetapan biaya variabel adalah FOH tetap.

170 3. Dalam perhitungan laba rugi menurut penetapan biaya variabel, bagaimana biaya pabrikasi tetap dilaporkan dan bagaimana beban penjualan dan administrasi tetap dilaporkan? Jawab : Biaya pabrikasi dilaporkan dalam laporan laba/rugi dibebankan dalam periode cost. Dalam variabel costing biaya tetap tidak dicantumkan tetapi dimasukkan ke dalam periods cost untuk laba/rugi. 4. Selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel dinamakan Jawab : Marjin Kontribusi 10.1. PROBLEM PT Industri Indo Global Mandiri menjual hasil produksinya Rp 20.000 per unit. Perusahaan menggunakan sistem FIFO dalam pembebanan biaya pada produknya.rate FOH-applied yang baru dihitung setiap tahun denga membagi FOH sesungguhnya dengan produksi sesungguhnya. Data perusahaan selama dua tahun: Tahun 1 Tahun 2 Penjualan (Unit) 1.000 unit 1.200 unit Produksi (Unit) 1.400 unit 1.000 unit Biaya biaya: Biaya Produksi Variabel Rp 7.000.000 Rp 5.000.000 Tetap Rp 7.000.000 Rp 7.000.000 Biaya Penjualan Variabel Rp 1.000.000 Rp 1.200.000 Biaya Adm - Tetap Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Diminta: a. Laporan Laba Rugi menggunakan metode Obsorption Costing b. Laporan Laba Rugi menggunaka Metode Direct Costing c. Rekonsiliasi perbedaan laba rugi kedua metode tersebut JAWAB *) PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (UNDER APPLIED FOH) TAHUN 1 FOH VARIABEL = Rp 7.000.000 : 1.400 = 5.000 FOH TETAP = Rp 7.000.000 : 1.400 = 5.000 10.000 TAHUN 2 FOH VARIABEL = Rp 5.000.000 : 1.000 = 5.000 FOH TETAP = Rp 7.000.000 : 1.000 = 7.000 12.000

171 *) PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN OBSORPTION COSTING TAHUN 1 TAHUN 2 PERSEDIAAN AWAL 0 400 PRODUKSI 1.400 1.000 1.400 1.400 PENJUALAN 1.000 1.200 PERSEDIAAN AKHIR 400 2.00 a. Laporan Laba Rugi Menggunakan Metode Obsorption Costing TAHUN 1 TAHUN 2 PENJUALAN Rp 20.000.000 Rp 28.000.000 PERSEDIAAN AWAL 0 4.800.000 TETAP (APPLIED) 7.000.000 7.000.000 13.000.000 16.200.000 PERSEDIAAN AKHIR 4.000.000 2.400.000 HPP 9.000.000 13.800.000 LABA KOTOR 13.000.000 14.200.000 BIAYA ADM & PENJUALAN 5.000.000 5.200.000 LABA / RUGI USAHA 8.000.000 9.000.000 b. PERHITUNGAN NILAI PERSEDIAAN DIRECT COSTNG Tarif Biaya Variabel Tahun 1 = Rp 7.000.000 : 1.400 = Rp 5.000 Tarif Biaya Variabel Tahun 2 = Rp 5.000.000 : 1.000 = Rp 5.000 KETERANGAN UNIT HARGA POKOK NILAI Persediaan awal tahun 1 0 5.000 0 Persediaan awal tahun 2 400 5.000 2.000.000 FOH TETAP Tahun 1 = Rp 7.000.000 FOH TETAP Tahun 2 = Rp 7.000.000 Laporan Laba / Rugi menggunakan Direct Costing KETERANGAN TAHUN 1 TAHUN 2 PENJUALAN 20.000.000 28.000.000 PERSEDIAAN AWAL 0 2.000.000 VARIABEL (APPLIED) 7.000.000 5.000.000 13.000.000 21.000.000 PERSEDIAAN AKHIR 2.000.000 1.000.000 HPP 11.000.000 20.000.000 LABA KOTOR 9.000.000 8.000.000 BIAYA ADM & PENJUALAN 5.000.000 5.200.000 LABA / RUGI USAHA 4.000.000 3.800.000