HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Efektivitas Bonggol Nanas Sebagai Desinfektan Alami Terhadap Daya Hambat Milk can

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS JUS BONGGOL BUAH NANAS TERHADAP DAYA HAMBAT DAN PENURUNAN JUMLAH BAKTERI TOTAL PADA MILK CAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Bunuh Disinfektan terhadap Pertumbuhan Bakteri

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN. Oil sludge merupakan sedimen atau endapan pada dasar tangki

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN. LatarBelakang. Menurut data Ditjennak (2012) pada tahun 2012 pemotongan tercatat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Efektivitas Kulit Daun Lidah Buaya sebagai Desinfektan Alami terhadap Daya Hambat dan Penurunan Jumlah Bakteri Total di Ruang Penampungan Susu

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

I. PENDAHULUAN. makanan (foodborne disease) (Susanna, 2003). Foodborne disease tidak

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

PENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Salami Daging Kelinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Purata Kadar Protein Tempe ( mg / ml ± SE) pada Perlakuan Variasi Penambahan Inokulum Tempe dan Tepung Belut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN PACAR (Lawsonia Inermis L.) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian pengaruh nisbah C/N campuran feses sapi perah dan jerami

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

A. Sifat Fisik Kimia Produk

Deteksi Efektifitas Bahan Antiseptik Melalui Pengukuran Tegangan Permukaan.

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Penambahan Pasta Tomat Terhadap Daya Ikat Air Naget Ayam. penambahan pasta tomat, disajikan pada Tabel 7.

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Morfologi Sel dan Pewarnaan Gram

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

vii Tinjauan Mata Kuliah

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering. Jumlah Rata-Rata (menit)

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efektivitas Bonggol Nanas Sebagai Desinfektan Alami Terhadap Daya Hambat Milk can Hasil penelitian mengenai pengaruh air, bonggol nanas, dan detergen terhadap daya hambat pada milk can dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Zona Hambat Bakteri Total pada Milk can Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 -------------------------(mm)--------------------------------- 1 0,00 4,00 11,00 2 0,00 4,00 10,33 3 0,00 3,33 12,67 4 0,00 4,67 8,67 5 0,00 4,33 11,33 6 0,00 4,33 10,00 Total 0,00 24,67 64,00 Rata-rata 0,00 4,11 10.67 Keterangan P 1 = air bersih P 2 = bonggol nanas konsentrasi 100% P3 = detergen konsentrasi 20% Dari data Tabel 2, perlakuan air bersih (P1) tidak menghasilkan zona hambat yang dapat diukur (0,00 mm) sedangkan perlakuan bonggol nanas (P2) menghasilkan rataan zona hambat 4,11 mm dan perlakuan detergen (P3) menghasilkan rataan zona hambat 10,67 mm. Sejalan dengan pernyataan Jawetz (2008) bahwa bakteri yang sensitif terhadap antibakteri akan ditandai dengan 30

31 adanya daerah hambatan di sekitar cakram, sedangkan bakteri yang resisten terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram tersebut. Hasil sidik ragam menunjukkan daya hambat bakteri pada milk can dengan dengan air bersih (P1), bonggol nanas (P2) dan detergen (P3) dari perhitungan tabel sidik ragam menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dilakukan Uji Multiple Comparisons yaitu Uji Tukey dengan hasil sebagai berikut. Tabel 3. Uji Tukey Zona Hambat pada Uji Daya Hambat Bakteri Total pada Milk Can Perlakuan Rataan Zona Hambat (mm) Signifikasi P1 0,000 a P2 4,1100 b P3 10,6667 c Keterangan : huruf kecil yang berbeda ke arah vertikal pada kolom signifikasi menunjukan berbeda nyata. Hasil pada Tabel 3, menunjukkan bahwa zona hambat dari ketiga perlakuan memiliki perbedaan yang nyata. Terlihat ada perbedaan hasil di antara tiga perlakuan, yaitu air bersih (P1), bonggol nanas (P2) dan detergen (P3). Zona hambat yang paling besar dibentuk oleh perlakuan detergen (P3) yaitu 10,67 mm, lebih besar dibandingkan dengan zona hambat yang dibentuk bonggol nanas (P2), yaitu 4,11 mm, sedangkan perlakuan penggunaan air tidak membentuk zona hambat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas menurut Pratiwi (2008) yang digunakan untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar.

32 Sejalan juga dengan pernyataan Permono (2002), yang menyatakan detergen memiliki kandungan surfaktan sebagai bahan baku utama yang memiliki sifat pembersih, bahan penguat (builder), bahan pengisi (filler), bahan tambahan (additif), dan air sebagai bahan pelarut larutan pencuci piring, oleh karena itu memiliki daya hambat bakteri yang kuat. Menurut Manik dan Edward (1987), zat triclosan dan triclocarban yang terkandung dalam detergen yang berperan berperan sebagai antimikroba untuk mengurangi jumlah bakteri total. Hasil penelitian menggambarkan zona hambat dari larutan bonggol nanas termasuk dalam katagori lemah. Merujuk pada pernyataan Davis dan Stout (1971) yang menyatakan bahwa apabila zona hambat yang terbentuk pada uji difusi agar berukuran kurang dari 5 mm, aktivitas desinfektan dikategorikan lemah, sedangkan apabila zona hambat berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang, dan apabila berukuran 10-20 mm dikategorikan kuat. Semakin lebar zona hambat semakin sensitif bakteri tersebut terhadap zat antibakteri yang diberikan (Bibiana dan Hastowo, 1992). Menurut Agustina (2009), nanas memiliki kandungan bromelin yang tinggi. Enzim ini merupakan salah satu enzim potease yang dapat menghidrolisis protein. Protease adalah eszim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana atau asam amino. Selain itu nanas juga memiliki kandungan polifenol, flavonoid, dan saponin sebagai antibakteri. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa bonggol nanas sudah dapat dijadikan sebagai desinfektan alami, sebab memiliki daya hambat bakteri, hanya saja kemampuan aktivitas penghambatan terhadap bakteri dikategorikan golongan lemah. Detergen konsentrasi 20% memiliki daya hambat bakteri lebih baik

33 dibandingkan dengan bonggol nanas, sedangkan air tidak memiliki kemampuan menghambat bakteri. 4.2 Efektivitas Bonggol Nanas sebagai Desinfektan Alami terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Total pada Milk can Hasil penelitian mengenai pengaruh air, bonggol nanas, dan detergen terhadap penurunan jumlah bakteri total pada milk can dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase Penurunan Jumlah Bakteri Total pada Milk can Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ------------------------------- %------------------------------------- 1 4,90 52,03 67,74 2 15,74 11,22 54,66 3 30,94 75,44 75,28 4 7,45 64,47 76,40 5 7,89 58,33 70,49 6 12,29 71,07 55,56 Total 79,21 332,57 400,13 Rata-rata 13,20 55,43 66,69 Keterangan P 1 = penggunaan hanya dengan air bersih P 2 = larutan bonggol nanas konsentrasi 100% P 3 = detergen konsentrasi 20% Data pada Tabel 4. menunjukkan penurunan jumlah bakteri pada milk can. Larutan bonggol nanas (P2) dapat menurunkan jumlah bakteri pada milk can 55,43% dan penggunaan detergen dapat menurunkan jumlah bakteri 66,69%, sedangkan penggunaan air hanya dapat menurunkan 13,20%. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap penurunan jumlah bakteri total milk can, maka dilanjutakan dengan uji sidik ragam (lampiran 7).

34 Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan air bersih (P1), bonggol nanas (P2) dan detergen (P3), memberikan pengaruh nyata (P<0,05) dalam menurunkan jumlah bakteri total pada milk can. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Multiple Comparisons yaitu Uji Tukey yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Tukey Penurunan Jumlah Bakteri Total pada Milk can Perlakuan Penurunan Jumlah Bakteri (%) Signifikasi P1 13,2017 a P2 55,4267 b P3 66,6883 b Keterangan : huruf kecil yang berbeda ke arah vertikal pada kolom signifinkasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Dari Tabel 5. Terlihat bahwa penggunaan bonggol nanas dapat menurunkan jumlah bakteri total pada milk can lebih baik dibandingan dengan penggunaan air saja, hal ini tercermin dari jumlah penurunan bakteri total pada perlakuan bonggol nanas (P2) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan menggunakan air (P1). Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh dari daya hambat yang dihasilkan oleh bonggol nanas terhadap bakteri total pada milk can (Tabel 2). Perlakuan air walaupun tidak menghasilkan daya hambat (Tabel 2.) tetapi masih bisa menurunkan jumlah bakteri total pada milk can. Hal ini diduga air dapat membuang sisa susu yang menempel pada milk can sehingga dapat mereduksi jumlah bakteri. Sementara itu penggunaan detergen dalam menurunkan jumlah bakteri total pada milk can lebih baik dari penggunaan bonggol nanas. sejalan dengan pernyataan Harold (1998), deterjen adalah

35 surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan air, yang memiliki sifat basa sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak dan lemak. Deterjen juga mengandung enzim untuk mendegradasi protein. Deterjen memiliki rantai molekul hidrofobik atau rantai molekul yang tidak suka air dan komponen hidrofilik atau rantai molekul suka air. Hidrokarbon hidrofobik yang ditolak oleh air, tapi ditarik oleh minyak dan lemak. Dengan kata lain berarti bahwa salah satu ujung molekul akan tertarik ke air, sementara sisi lain mengikat minyak. Oleh karena itu memungkinkan deterjen untuk menarik kotoran. Perlu adanya penggunaan bahan desinfektan dalam upaya sanitasi peralatan. Seperti yang dikatakan Soekarto (1990) sanitasi merupakan persyaratan yang bersifat mutlak dalam industri pangan dikarenakan sanitasi akan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produk serta nama baik atau citra perusahaan. Sanitasi juga menjadi salah satu tolak ukur teratas dalam menilai keberhasilan perusahaan yang menangani produk pangan. Sanitasi harus dilakukan secara rutin agar bakteri yang mengkontaminasi dapat terkontrol dan dapat diminimalisir. Menurut Pelzcar dan Chan (1988) keadaan yang mempengaruhi kerja antimikroba salah satunya ialah jumlah mikroorganisme. Jumlah awal mikroorganisme yang tinggi di milk can dapat mempengaruhi kemampuan bahan aktif dalam desinfektan. Semakin tinggi jumlah awal mikroorganisme, maka akan semakin menurunkan kerja dari desinfektan.