IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efektivitas Bonggol Nanas Sebagai Desinfektan Alami Terhadap Daya Hambat Milk can Hasil penelitian mengenai pengaruh air, bonggol nanas, dan detergen terhadap daya hambat pada milk can dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Zona Hambat Bakteri Total pada Milk can Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 -------------------------(mm)--------------------------------- 1 0,00 4,00 11,00 2 0,00 4,00 10,33 3 0,00 3,33 12,67 4 0,00 4,67 8,67 5 0,00 4,33 11,33 6 0,00 4,33 10,00 Total 0,00 24,67 64,00 Rata-rata 0,00 4,11 10.67 Keterangan P 1 = air bersih P 2 = bonggol nanas konsentrasi 100% P3 = detergen konsentrasi 20% Dari data Tabel 2, perlakuan air bersih (P1) tidak menghasilkan zona hambat yang dapat diukur (0,00 mm) sedangkan perlakuan bonggol nanas (P2) menghasilkan rataan zona hambat 4,11 mm dan perlakuan detergen (P3) menghasilkan rataan zona hambat 10,67 mm. Sejalan dengan pernyataan Jawetz (2008) bahwa bakteri yang sensitif terhadap antibakteri akan ditandai dengan 30
31 adanya daerah hambatan di sekitar cakram, sedangkan bakteri yang resisten terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram tersebut. Hasil sidik ragam menunjukkan daya hambat bakteri pada milk can dengan dengan air bersih (P1), bonggol nanas (P2) dan detergen (P3) dari perhitungan tabel sidik ragam menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dilakukan Uji Multiple Comparisons yaitu Uji Tukey dengan hasil sebagai berikut. Tabel 3. Uji Tukey Zona Hambat pada Uji Daya Hambat Bakteri Total pada Milk Can Perlakuan Rataan Zona Hambat (mm) Signifikasi P1 0,000 a P2 4,1100 b P3 10,6667 c Keterangan : huruf kecil yang berbeda ke arah vertikal pada kolom signifikasi menunjukan berbeda nyata. Hasil pada Tabel 3, menunjukkan bahwa zona hambat dari ketiga perlakuan memiliki perbedaan yang nyata. Terlihat ada perbedaan hasil di antara tiga perlakuan, yaitu air bersih (P1), bonggol nanas (P2) dan detergen (P3). Zona hambat yang paling besar dibentuk oleh perlakuan detergen (P3) yaitu 10,67 mm, lebih besar dibandingkan dengan zona hambat yang dibentuk bonggol nanas (P2), yaitu 4,11 mm, sedangkan perlakuan penggunaan air tidak membentuk zona hambat. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas menurut Pratiwi (2008) yang digunakan untuk membunuh jasad renik adalah ukuran dan komposisi populasi jasad renik, konsentrasi zat antimikroba, lama paparan, temperatur, dan lingkungan sekitar.
32 Sejalan juga dengan pernyataan Permono (2002), yang menyatakan detergen memiliki kandungan surfaktan sebagai bahan baku utama yang memiliki sifat pembersih, bahan penguat (builder), bahan pengisi (filler), bahan tambahan (additif), dan air sebagai bahan pelarut larutan pencuci piring, oleh karena itu memiliki daya hambat bakteri yang kuat. Menurut Manik dan Edward (1987), zat triclosan dan triclocarban yang terkandung dalam detergen yang berperan berperan sebagai antimikroba untuk mengurangi jumlah bakteri total. Hasil penelitian menggambarkan zona hambat dari larutan bonggol nanas termasuk dalam katagori lemah. Merujuk pada pernyataan Davis dan Stout (1971) yang menyatakan bahwa apabila zona hambat yang terbentuk pada uji difusi agar berukuran kurang dari 5 mm, aktivitas desinfektan dikategorikan lemah, sedangkan apabila zona hambat berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang, dan apabila berukuran 10-20 mm dikategorikan kuat. Semakin lebar zona hambat semakin sensitif bakteri tersebut terhadap zat antibakteri yang diberikan (Bibiana dan Hastowo, 1992). Menurut Agustina (2009), nanas memiliki kandungan bromelin yang tinggi. Enzim ini merupakan salah satu enzim potease yang dapat menghidrolisis protein. Protease adalah eszim yang berfungsi untuk menghidrolisis ikatan peptida dari senyawa-senyawa protein dan diurai menjadi senyawa lain yang lebih sederhana atau asam amino. Selain itu nanas juga memiliki kandungan polifenol, flavonoid, dan saponin sebagai antibakteri. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa bonggol nanas sudah dapat dijadikan sebagai desinfektan alami, sebab memiliki daya hambat bakteri, hanya saja kemampuan aktivitas penghambatan terhadap bakteri dikategorikan golongan lemah. Detergen konsentrasi 20% memiliki daya hambat bakteri lebih baik
33 dibandingkan dengan bonggol nanas, sedangkan air tidak memiliki kemampuan menghambat bakteri. 4.2 Efektivitas Bonggol Nanas sebagai Desinfektan Alami terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Total pada Milk can Hasil penelitian mengenai pengaruh air, bonggol nanas, dan detergen terhadap penurunan jumlah bakteri total pada milk can dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Persentase Penurunan Jumlah Bakteri Total pada Milk can Ulangan Perlakuan P1 P2 P3 ------------------------------- %------------------------------------- 1 4,90 52,03 67,74 2 15,74 11,22 54,66 3 30,94 75,44 75,28 4 7,45 64,47 76,40 5 7,89 58,33 70,49 6 12,29 71,07 55,56 Total 79,21 332,57 400,13 Rata-rata 13,20 55,43 66,69 Keterangan P 1 = penggunaan hanya dengan air bersih P 2 = larutan bonggol nanas konsentrasi 100% P 3 = detergen konsentrasi 20% Data pada Tabel 4. menunjukkan penurunan jumlah bakteri pada milk can. Larutan bonggol nanas (P2) dapat menurunkan jumlah bakteri pada milk can 55,43% dan penggunaan detergen dapat menurunkan jumlah bakteri 66,69%, sedangkan penggunaan air hanya dapat menurunkan 13,20%. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap penurunan jumlah bakteri total milk can, maka dilanjutakan dengan uji sidik ragam (lampiran 7).
34 Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan air bersih (P1), bonggol nanas (P2) dan detergen (P3), memberikan pengaruh nyata (P<0,05) dalam menurunkan jumlah bakteri total pada milk can. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Multiple Comparisons yaitu Uji Tukey yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Tukey Penurunan Jumlah Bakteri Total pada Milk can Perlakuan Penurunan Jumlah Bakteri (%) Signifikasi P1 13,2017 a P2 55,4267 b P3 66,6883 b Keterangan : huruf kecil yang berbeda ke arah vertikal pada kolom signifinkasi menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) Dari Tabel 5. Terlihat bahwa penggunaan bonggol nanas dapat menurunkan jumlah bakteri total pada milk can lebih baik dibandingan dengan penggunaan air saja, hal ini tercermin dari jumlah penurunan bakteri total pada perlakuan bonggol nanas (P2) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan menggunakan air (P1). Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh dari daya hambat yang dihasilkan oleh bonggol nanas terhadap bakteri total pada milk can (Tabel 2). Perlakuan air walaupun tidak menghasilkan daya hambat (Tabel 2.) tetapi masih bisa menurunkan jumlah bakteri total pada milk can. Hal ini diduga air dapat membuang sisa susu yang menempel pada milk can sehingga dapat mereduksi jumlah bakteri. Sementara itu penggunaan detergen dalam menurunkan jumlah bakteri total pada milk can lebih baik dari penggunaan bonggol nanas. sejalan dengan pernyataan Harold (1998), deterjen adalah
35 surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan air, yang memiliki sifat basa sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak dan lemak. Deterjen juga mengandung enzim untuk mendegradasi protein. Deterjen memiliki rantai molekul hidrofobik atau rantai molekul yang tidak suka air dan komponen hidrofilik atau rantai molekul suka air. Hidrokarbon hidrofobik yang ditolak oleh air, tapi ditarik oleh minyak dan lemak. Dengan kata lain berarti bahwa salah satu ujung molekul akan tertarik ke air, sementara sisi lain mengikat minyak. Oleh karena itu memungkinkan deterjen untuk menarik kotoran. Perlu adanya penggunaan bahan desinfektan dalam upaya sanitasi peralatan. Seperti yang dikatakan Soekarto (1990) sanitasi merupakan persyaratan yang bersifat mutlak dalam industri pangan dikarenakan sanitasi akan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produk serta nama baik atau citra perusahaan. Sanitasi juga menjadi salah satu tolak ukur teratas dalam menilai keberhasilan perusahaan yang menangani produk pangan. Sanitasi harus dilakukan secara rutin agar bakteri yang mengkontaminasi dapat terkontrol dan dapat diminimalisir. Menurut Pelzcar dan Chan (1988) keadaan yang mempengaruhi kerja antimikroba salah satunya ialah jumlah mikroorganisme. Jumlah awal mikroorganisme yang tinggi di milk can dapat mempengaruhi kemampuan bahan aktif dalam desinfektan. Semakin tinggi jumlah awal mikroorganisme, maka akan semakin menurunkan kerja dari desinfektan.