EMBRIOGENESIS IN VIVO PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) DAN PENGARUH ASAM ABSISAT TERHADAP PERKEMBANGAN IN VITRO BAKAL EMBRIO

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

Reproduksi Seksual Gymnospermae

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

POKOK BAHASAN XIII. EMBRIOGENESIS DAN STRUKTUR BIJI

Pokok Bahasan. Tambahan

Ciri-ciri Spermatohyta

TUGAS INDIVIDU BOTANI ANGIOSPERMAE dan GYMNOSPERMAE. Oleh : Gabryna Auliya Nugroho

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

MAKALAH BIOLOGI PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU

DUNIA TUMBUHAN. Plant 1. 1/24

XII biologi KTSP & K-13. Kelas PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN. A. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN

BAB I PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan ada 2; Faktor Eksternal dan Faktor internal.

Pertumbuhan dan Perkembangbiakan pada Tumbuhan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

POKOK BAHASAN V. GYMNOSPERMAE STRUKTUR OVULUM DAN PERKEMBANGAN GEMETOFIT BETINA

POKOK BAHASAN XIV. POLIEMBRIONI, APOMIKSIS DAN EMBRIOLOGI EKSPERIMENTAL

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 2,4-D terhadap induksi pembelahan sporofitik mikrospora anggrek bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

BAB II. PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN BENIH SECARA GENERATIF

EMBRIOGENESIS. B. Embriogenesis pada Dikotil (Capsella bursa pastoris)

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

Stratifikasi III. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Waktu dan Tempat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

MORFOLOGI TANAMAN KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP N 2 Mlati Mata Pelajaran : IPA Kelas / Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

HASIL DAN PEMBAHASAN

POKOK BAHASAN II. BRYOPHYTA Pembuahan, Embriogenesis dan Sporogenesis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

Lampiran 1 Peta Kebun Raya Bogor

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 5. Kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleksi alam, dan perkembangbiakanlatihan Soal 5.3.

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

Lampiran 1. Jumlah Zigot yang Membelah >2 Sel pada Hari Kedua

BAB I PENDAHULUAN. dan usaha komersil pada mulanya hanya dikenal di negara-negara maju, namun

I. PENDAHULUAN. Benih merupakan salah satu sarana produksi utama dalam kegiatan. budidaya tanaman. Kebutuhan benih padi di Indonesia pada tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

PERKEMBANGAN GINESIUM, PROSES POLINASI SERTA PEMBENTUKAN TABUNG POLEN PADA jephrosia vogelii Hook.f.

Gambar 3. Tanaman tanpa GA 3 (a), Tanaman dengan perlakuan 200 ppm GA 3 (b)

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam

PERTUMBUHAN TANAMAN CABE RAWIT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya

Gymnospermae, tentang keragaman struktur tumbuhan serta kaitanya dengan kondisi lingkungan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

HASIL. Rasio Panjang Panjang. Varietas

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Salak Tanaman salak dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae

SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

by Widyasepta Nurpratitis

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

MISKONSEPSI PADA BUKU PELAJARAN BIOLOGI KELAS 3 SLTP POKOK BAHASAN PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN

BAB I PENDAHULUAN. tahapan dalam siklus sel. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam surat an Nuh :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan. Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 3 X 40 ( 1 Pertemuan )

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

Embriogenesis. Titta Novianti

Tugas Kelompok. Bentuk tersedia bagi tumbuhan Fungsi Gejala Kahat. Kelompok: N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cu, Cl, Fe, Mn, Mo, Zn

Repositori FMIPA UNISMA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN


TUMBUHAN PINUS. Klasifikasi tumbuhan pinus menurut Tjitrosoepomo (1996) sebagai berikut :

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

MANIPULASI TUMBUHAN MENGGUNAKAN HORMON PERTUMBUHAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa (Cocos nucifera L) disebut pohon kehidupan, karena hampir semua

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Bunga Kedelai Induksi Androgenesis

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. PEMBELAJARAN. Kegiatan Pembelajaran 1. Penyiapan Bahan Tanam. A. Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. kedelai di Indonesia semakin meningkat seiring kesadaran masyarakat akan peran

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

Auksin Auksin disintesis di meristem apical batang dan akar, primordial daun, daun mudaserta biji yang sedang tumbuh, ditransport melalui sumbu tubuh

Transkripsi:

EMBRIOGENESIS IN VIVO PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) DAN PENGARUH ASAM ABSISAT TERHADAP PERKEMBANGAN IN VITRO BAKAL EMBRIO Oleh MASDIANA A. Amin NIM : 31193001 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2000

EMBRIOGENESIS IN VIVO PADA BIJI MELINJO (Gnetum gnemon L.) DAN PENGARUH ASAM ABSISAT TERHADAP PERKEMBANGAN IN VITRO BAKAL EMBRIO RINGKASAN Karya tulis untuk memperoleh gelar Doktor dalam bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Institut Teknologi Bandung Dipertahankan pada Sidang Terbuka Komisi Program Doktor Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung 25 September 2000 Oleh Masdiana A.Amin Promotor Ko-Promotor : Prof. Dr. Sri Sudarwati : Dr. Sri Nanan Widiyanto Dr. Mumu Sutisna INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2000

Tumbuhan melinjo (G.gnemon L.) merupakan salah satu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) yang tumbuh di daerah tropis. Perkembangbiakan tunbuhan melinjo secara generatif masih mendapat hambatan. Hambatan ini disebabkan biji melinjo yang telah tua dan gugur dari pohon induknya membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah, bila disemai pada substrat tanah. Lamanya waktu yang dibutuhkan biji melinjo untuk berkecambah, diduga karena tahap-tahap perkembangan bakal embrio tersebut membutuhkan waktu yang lama. Belum diketahuinya umur dari tahap-tahap perkembangan bakal embrio, sejak berada pada pohon induk hingga biji gugur dan berkecambah merupakan masalah yang akan dicari pemecahannya. Penelitian ini bertujuan untuk; 1) melengkapi informasi mengenai jangka waktu dari urutan-urutan perkembangan bakal embrio biji melinjo; 2) mempercepat perkembangan bakal embrio biji melinjo dengan memberi perlakuan asam absisat (ABA) in vitro; 3) menentukan profit protein yang terbentuk akibat perlakuan ABA. Pendekatan untuk memecah masalah ini dilakukan dengan cara mengamati anatomi perkembangan bakal embrio dengan metode paraffin. Untuk pengamatan anatomi perkembangan bakal embrio dilakukan polinasi buatan. Untuk mempercepat perkembangan bakal embrio dengan memberi perlakuan biji melinjo yang telah gugur dari pohon induknya dengan larutan asam absisat (ABA). Profit protein yang dibentuk akibat perlakuan ABA ditentukan dengan metode elektroforesis satu dimensi (1D). Bakal biji setelah dipolinasi memperlihatkan, bahwa polen telah berada dalam rongga polen, demikian juga set telur telah dibentuk setelah dua minggu dipolinasi. Polen menempel dan mulai berkecambah pada jaringan nuselus yang berdegenerasi pada minggu ketiga dan keempat. Pada minggu ketiga juga ditemukan endosperm telah dibentuk di bagian khalaza kantung embrio dan memenuhi seluruh kantung embrio pada minggu keenam. Bakal embrio stadium dua inti ditemukan pada minggu keempat dan kelima setelah dipolinasi. Bakal embrio stadium dua inti ini adalah hasil pembelahan zigot yang pada tahap awal pembelahan hanya inti zigot yang membelah. Bakal embrio ini akan membentuk tonjolan yang memanjang berbentuk tabung ke arah horizontal atau ke arah khalaza kantung embrio. Tonjolan ini dinamakan suspensor primer dan mulai dibentuk pada tepi endosperm bagian mikropil pada minggu keenam setelah dipolinasi. Selanjutnya suspensor primer membentuk percabangan dan menyusup ke dalam endosperm pada minggu ketujuh. Suspensor primer selanjutnya membentuk percabangan yang banyak dan tersebar di bagian tengah dan tepi endosperm sejak minggu kedelapan hingga minggu ke- 15 setelah dipolinasi. Pada

minggu ke- 16 dan 17 setelah dipolinasi percabangan suspensor primer telah terkumpul terutama di bagian tengah endosperm. Biji melinjo yang mengandung bakal embrio tahap suspensor primer tersebut gugur dari pohon induknya dan selanjutnya akan berkembang di tanah. Suspensor primer membentuk satu sel pekuliar pada bagian distalnya, pada biji umur delapan minggu setelah disemai. Sel pekuliar membelah untuk membentuk dua sel pekuliar pada biji umur 12 minggu, bakal empat sel pekuliar ditemukan pada biji umur 16 minggu dan suspensor primer dengan massa sel ditemukan pada biji umur 20 minggu setelah disemai. Bakal embrio selanjutnya membentuk suspensor sekunder dengan massa sel pada biji umur 24 minggu setelah disemai. Suspensor sekunder dengan massa sel selanjutnya membentuk pemula massa sel embrional pada biji umur 28 minggu. Pemula massa sel embrional selanjutnya berkembang menjadi massa sel embrional pada biji umur 32 minggu setelah disemai. Massa sel embrional pada biji umur 38 minggu selanjutnya akan berkembang membentuk struktur menyerupai kerucut (konikal) dan kemudian berdiferensiasi membentuk bakal kotiledon dan bakal apeks pucuk pada biji umur 40 minggu setelah disemai. Embrio, kotiledon dan "feeder" terbentuk pada biji umur 44 minggu dan biji umur 48 minggu setelah disemai akan berkecambah. Penelitian ini membukikan, bahwa perkembangan bakal embrio biji melinjo sejak dari bakal biji dipolinasi sampai biji berkecambah membutuhkan waktu yang lama. Dari bakal biji dipolinasi hingga biji gugur membutuhkan waktu 17 minggu dan dari biji gugur sampai berkecambah membutuhkan waktu 48 minggu. Oleh karena itu dilakukan usaha untuk mempercepat perkembangan bakal embrio menggunakan asam absisat (ABA). Hasil pengamatan terhadap biji melinjo yang dikultur dalam medium air yang diberi konsentrasi ABA 0,25 mm, 0,50 mm dan 0,75 mm selama 12 minggu, di dalam biji masih ditemukan stadium suspensor primer, demikian pula pada biji kontrol. Pada umur 13 minggu biji yang diberi perlakuan ABA 0,50 mm telah membentuk suspensor sekunder, sedangkan pada biji yang disemai pada substrat tanah suspensor sekunder baru ditemukan pada biji umur 24 minggu setelah disemai. Pada umur 24 minggu biji yang diberi perlakuan ABA 0,50 mm memperlihatkan suspensor sekunder telah membentuk massa sel embrionai pada bagian distalnya, sedangkan biji yang disemai pada substrat tanah massa sel embrional ditemukan pada biji umur 32 minggu setelah disemai. Dengan demikian, ABA dengan konsentrasi 0,50 mm dapat mempercepat terbentuknya suspensor sekunder dan massa sel embrional.

Hasil analisis protein yang dilakukan terhadap biji yang diberi perlakuan ABA selama 13 minggu, memperlihatkan profil protein yang terdeteksi dengan BM 21-81 kda. Protein dengan BM 65 kda dan 31 kda secara spesifik terdeteksi pada biji yang diberi perlakuan ABA 0,50 mm. Diduga protein dengan BM 65 dan 31 kda merupakan protein spesifik yang berperan dalam pembentukan suspensor sekunder. Protein dengan BM 58 kda terdeteksi pada semua biji dengan perlakuan ABA 0,25 mm, 0,50 mm dan 0,75 Mm. Protein tersebut tidak terdeteksi pads biji kontrol. Diduga perlakuan ABA dapat menginduksi gen yang berfungsi dalam biosintesis protein dengan BM 58 kda dan diduga merupakan protein cadangan.