BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkecambahan merupakan salah satu cara yang dilakukan tumbuhan untuk mempertahankan spesiesnya dari kepunahan. Perkecambahan ini berawal dari biji. Biji mengandung embrio dan cadangan makanan serta kulit biji yang menyelubunginya. Pada sebagian tumbuhan, nuselus dan endosperm sebagai tempat cadangan makanan, hanya diperluakan dalam tahap awal perkembangan embrio. Perkecambahan pada biji terjadi ketika radikula mulai mincul dari kulit biji dalam kondisi baku. Hal ini berarti bahwa meskipun biji cukup air dan diberi kondisi yang baik untuk perkembangan tetap tidak akan berkecambah. Namun jika kondisi untuk mematahan dormansi berjalan, biji akan berkecambah (Sallisbury, 1995). Dalam perkecambahan, biji selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume karena adanya penambahan substansi bahan dasar yang bersifat irreversibel (tidak dapat kembali). Sedangkan, perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan yang tidak dapat diukur. Pertumbuhan dalam suatu perkecambahan biji dapat langsung diukur apabila tunasnya sudah keluar dan tumbuh. Sama halnya dengan pertumbuhan, perkembangan juga dapat dilihat dari tunas awal, hanya saja tidak diukur melainkan melihat apa saja struktur tubuh kecambah yang mulai ada dari awal tunas muncul. Seperti pada awalnya, berkembang batang, akar, dan daun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah : Bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji Cabe? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji.

2 BAB II KAJIAN TEORI Biji merupakan rantai penyambung yang hidup antara induk dan keturuannya merupakan alat penyebaran yang utama. Biji seringkali harus bertahan untuk melawan lingkungan yang ekstreme (keadaan beku, api banjir, atau dimakan hewan) selama menunggu kondisi yang menguntungkan bagi perkecambahan dan pertumbuhan. Secara biologis suatu biji adalah bakal biji yang masak dan telah dibuahi (Dwijoseutro, 1994). A. Perkembangan Biji Biji berasal dari hasil mikrosporogenesis dan megagametogenesis yaitu, berturutturut pembentukan butir serbuk sari (gametofit jantan) dan pembentukan embrio (gametofit betina). Sel induk mikrospora dalam kepala sari dan sel induk megaspora dalam kantung embrio kemudian membelah lagi tidak secara meiosis, menghasilkan sel anak yang haploid, kemudian secara mitosis untuk melipatgandakan jumlah inti haploidnya. Hasil akhir adalah sel atau butir serbuk sari masing-masing dengan dua inti dan kantung embrio membelah untuk membentuk sel telur dan sebuah inti yang membelah lagi untuk membentuk inti kutub dari bakal biji (Sastramihardja, 1993). Pada fertilisasi, satu dari dua inti serbuk sari berfusi dengan sel telur pada katung embrio, untuk membentuk embrio sehingga mengembalikan kantung diploid, kromosom (2N). Inti sperma yang kedua berfusi dengan inti kutub untuk membentuk endosperma (3N) (Sastramihardja, 1993). Pada tumbuhan monokotil, endosperma merupakan suatu satuan struktural utama biji yang mempunyai ciri tersendiri. Endosperma monokotil tersusun atas sel parenkim yang tidak mengalami diferensiasi yang terbungkus dalam kantung lapisan luar yang tipis, yang membungkus sel hidup dan kaya akan protein, yaitu aleuron (Lovelles, 1999). Pada tumbuhan dikotil, endosperma sebagian besar atau seluruhnya diserap oleh embrio, khususnya oleh kotiledon atau daun biji. Kulit biji atau testa merupaka derivat dari integumen luar ovarium yang merupakan jaringan induk. Hilum merupakan bekas ari-ari biji (penghubung pembuluh). Hilum ini membantu lewatnya air dan oksigen terlarut secara bolak-balik, keduanya penting bagi perkecambahan. Air dan gas terlarut juga masuk ke dalam mikrofil, suatu saluran yang mikroskopis bekas tempat masuknya pembuluh serbuk menuju ke integumen. Seringkali hilum dilengkapi dengan suatu

3 sumbat untuk memungkinkan terjadinya kehilangan air tetapi bukan pemasukan air (Lovelles, 1999). Biji yang masak mempunyai empat komponen yang secara fisiologis maupun ekologis penting bagi kelangsungan hidupnya yaitu 1). kulit biji, suatu pebungkus pelindung, 2). embrio, suatu bakal tanaman atau sporofit, 3). cadangan makanan cadangan mineral yang memberi maka sporofit muda hingga dapat berdiri sendiri, 4). Enzim dan hormon yang diperlukan untuk mencera cadangan makanan dan untuk menyusun jaringan baru dalam semai selama perkecambahan. Keadaan tersebut juga memelihara biji dengan mekanisme perlindungan untuk mempertahankan diri terhadap lingkungan yang amat buruk selama dalam keadaan dorman (istirahat dalam keadaan kering). Dalam keadaan dorman, biji tidak aktif tetapi masih hidup. Suatu keadaan yang berlangsung hingga kondisi meguntungkan bagi perkecambahan. Kandungan kelembaban dan laju metabolisme pada biji selama dormansi, mungkin hanya sepersepuluh atau kurang dibandingkan pada jaringan tumbuhan (Lovelles, 1999). B. Perkecambahan Definisi perkecambahan menurut seorang analis biji yaitu sebagai suatu perubahan morfologis, seperti penonjolan akar lembaga (radikula), tetapi bagi seorang petani, perkecambahan adalah munculnya semai. Secara tehnis, perkecambahan adalah permulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Santoso, 1990). Pada perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologi dan morfologi, sebagai berikut : a. imbibisi dan absorpsi air b. hidrasi jaringan c. absorpsi oksigen d. pengaktifan ezim dan penceraan e. trasport molekul yang dihidrolisis ke sumbu embrio f. peningkatan respirasi dan asimilasi g. inisiasi pembelahan dan pembesaran sel h. munculnya embrio Pada pertumbuhan suatu embrio, awal mula pertumbuhan akar lembaga (radikula) lebih cepat daripada pucuk lembaga (plumula) dan umumnya radikula pertama muncul dari kulit biji yang pecah. Berat kering pada pucuk melampaui berat kering akar dalam

4 waktu beberapa hari. Berat keseluruhan semai mengalami kemunduran dalam waktu kira-kira 10 hari karena hilangnya respirasi. Suatu urutan pertumbuhan dengan pertumbuhan akar mendahului pertumbuhan pucuk. Tampaknya menguntungkan bagi kelangsungan hidup suatu semai (Dwijoseputro, 1994). C. Metabolisme Cadangan Makanan Perkecambahan dan munculnya semai memerlukan suatu energi yang tinggi lewat respirasi cadangan makanan biji. Energi dalam ikatan kimia pada karbohidrat, lemak, dan protein dilepaskan oleh pencernaan dan fosforilasi oksidatif, yang menghasilkan nukleotida berenergi tinggi, seperti adenosin trifosfat (ATP), di dalam mitokondria yang merupakan tempat terjadinya respirasi (Sallisbury, 1995). Apabila ATP diubah menjadi adenosin difosfat (ADP) dilepaskan energi untuk aktivitas biologis sebagai berikut : (ADP + Pi) ATP Karbohidrat,lemak hasil degradasi biosintesis atau protein ATP (ADP + Pi) Tepung dihidrolisis oleh - dan - amilase, diperantarai oleh giberelin, menjadi gula maltose (disakarida) dan glukose Beberapa glukose diubah oleh enzim invertase menjadi sukrose, gula yang umumnya ditranspor pada tumbuhan. Metabolisme glukose dilakukan dengan (1). Glikolisis, yang membentuk dua molekul asam piruvat dan ATP, dan (2). Oksidasi lewat daur krebs atau daur asam trikarboksilat, yang secara lengkap dapat mengoksidasi asam perantara menjadi CO 2, H 2 O, dan ATP atau kemungkinan lain menjadi jalur lintas pentosa fosfat (Sallisbury, 1995). D. Germinabilitas (kemampuan berkecambah) dan Viabilitas Biji yang masak viable (terkecambahkan) sebelum berpisah atau saat berpisah dengan tumbuhan induknya, tetapi biji tersebut mungkin tidak dapat dikecambahkan (mampu berkecambah dengan cepat dalam kondisi yag meguntungkan). Biji pada beberapa spesies adalah dorman dan dapat menjadi dikecambahkan hanya sesudah dikenai kondisi tertentu. Biji tanaman budidaya adalah viabel dan dorman (yaitu, hidup tetapi tidak berkecambah karena kondisi lingkungan kurang mendukung untuk perkecambahan, seperti tidak cukup air atau temperatur yang tidak cocok) dan umumnya dapat dikecambahkan apabila dipisahkan dari tumbuhan induknya (Salisbury, 1995).

5 Kebanyakan dari biji atau hampir semua spesies liar dan spesies budidaya makanan ternak tertentu tetap dorman, walaupun kondisinya menguntungkan bagi perkecambahan. Karena itu germinabilitas dan viabilitas mungkin berbeda 100% pada populasi biji yang berbeda. Perkecambahan tidak berlangsung hingga masa dormansi berlalu, walaupun biji viabel dan germinabel (dapat dikecambahkan). Pada umumnya viabilitas mengalami penurunan dan germinabilitas mengalami peningkatan sejalan dengan umur, karena secara alami terjadi pemecahan faktor-faktor dormansi pada biji (lpvelles, 1999). E. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan 1. Air Air merupakan faktor yang paling penting, karena biji berada dalam keadaan terdehidrasi. Secara normal biji mengandung sekitar 5-20% dari berat totalnya dan harus menyerap sejumlah air sebelum perkecambahan dimulai. Tahap awal perkecambahan adalah pengambilan air dengan cepat yang disebut imbibisi (Salisbury, 1995). Biji yang hidup atau mati mengalami imbibisi air dan membengkak. Banyaknya air imbibisi tergantung pada komposisi kimia biji. Protein, getah, dan pektin lebih bersifat koloid dan hidrofilik dan lebih banyak mengalami imbibisi air daripada zat tepung. Laju perkecambahan berlangsung lebih lambat pada kelembaban tanah yang mendekati titik layu. Kandungan air yang kurang dari batas optimum biasanya menghasilkan imbibisi sebagian dan memperlambat atau menahan perkecambahan. Komposisi medium, khususnya kandungan zat terlarut mempengaruhi ketersediaan air (Salisbury, 1995). 2. Temperatur atau suhu Selain imbibisi, proses perkecambahan juga meliputi sejumlah proses katabolisme dan anabolisme yang dikendalikan enzim dan karenanya sangat responsive terhadap temperatur. Temperatur kardinal (maksimum, minimum, dan optimum) untuk perkecambahan pada kebanyakan biji tanaman budidaya pada dasarnya merupakan temperatur kardinal untuk pertumbuhan vegetative yang normal.temperatur optimum adalah temperatur yang memberikan persentase perkecambahan yang paling tinggi dalam periode waktu yang paling pendek (Salisbury, 1995).

6 3. Gas Perkecambahan memerlukan tingkatan O 2 yang tinggi kecuali bila respirasi yang berhubungan dengan hal ini terjadi karena fermentasi. Kebanyakan spesies memberikan respon yang baik terhadap komposisi udara normal: 20 % O 2. 0,03 % CO 2, dan 80 % N. Penurunan kandungan O2 udara di bawah 20 % biasanya menurunkan kegiatan perkecambahan. Pada beberapa biji dapat berkecambah secara anaerob, tetapi hal ini akan menghasilkan kecambah yang abnormal. Sementara perkecmbahan biji pada kebanyakan spesies berlangsung dengan baik pada kandungan O 2 udara normal atau pada konsentrasi O 2 yang lebih tinggi (Salisbury, 1995). 4. Cahaya Biji membutuhkan cahaya untuk perkecambahan, yang berpengaruh sebagai pemicu dalam memeahkan macam dormansi. Cahaya memberikan respon pada perkecambahan biji sama seperti dengan mekanisme pengendalian proses formatif lainnya seperti pembungaan, pembentukan pigmen, pemanjangan batang, dan pelurusan kait hipokotil. Panjang gelombang yang paling efektif unutk menggalakkan dan menghambat perkecambahan bijji berturut-turut yaitu merah dan infra merah (Dwijoseputro, 1994). 5. Senyawa kimia eksogen Dalam Fisiologi Tumbuhan, (Sallisbury, 1995) sejumlah senyawa kimia dalam medium menggalakkan perkecambahan beberapa spesies. Senyawa kimia hanya hanya sebagai perangsang dan bukan prasyarat perkecambahan. Beberapa senyawa kimia yang lebih penting digunakan untuk merangsang perkecambahan adalah sebagai berikut : a. Kalium nitrat (KNO 3 ) b. Tiourea atau CS(NH 2 ) 2 c. Hidrogen peroksida (H 2 O 2 ) d. Etilen (C 2 H 4 ) e. Giberelin (GA) 6. Kematangan Di dalam lingkungan yang menguntungkan sekalipun, perkecambahan tidak akan terjadi sampai berlangsung tingkat morfogenesis minimum di dalam biji.

7 Umumnya terjadi perkembangan yang cukup untuk viabilitas dan germinabilitas, jauh sebelum biji mengalami pemasakan. Umumnya dormansi biji meningkat dengan terjadinya pemasakan biji (Sallisbury, 1995). Hormon-hormon Perkecambahan Pada dasarnya perkecambahan biji diatur oleh sejumlah hormon yang kerjanya bertahap. Adapun hormon yang memulai dan memperantai proses perkecambahan, yaitu fitohormon. Selain itu ada beberapa aktivitas hormon pertumbuhan lain yang penting, yakni giberelin yang berfungsi untuk menggiatkan enzim hodrolitik serta sitokinin yang berfungsi untuk merangsang pembelahan sel, munculnya radikula dan plumula serta auksin yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan (Kimball, 1983). Adapun mekanisme kerja hormon-hormon ini dalam perkecambahan, yaitu pertama kali absorbsi air dari tanah menyebabkan embrio memproduksi sejumlah kecil giberelin yang kemudian berdifusi kedalam selapis sel aleuron yang mengelilingi sel cadangan makanan endospora, yang menyebabkan sel endospora itu mengalami pemecahan dan mencair. Dan akibat hal ini, sitokinin dan auksin terbentuk. Sehingga aktivitas dua hormon ini mengaktifkan pertumbuhan embrio dengan membuat sel-sel membelah dan membesar sehingga terjadi perkecambahan (Kimball, 1983).

8 A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah eksperimental, karena dilakukan percobaan untuk menjawab rumusan masalah, dan terdapat variabel-variabel dalam penelitian yang dilakukan, yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon. B. Variabel Penelitian Variabel Manipulasi : lama perendaman biji (4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan 0 jam (tanpa perendaman). Variabel Kontrol : jenis biji (biji cabe), tempat mengecambahkan (toples), volume air untuk perendaman. Variabel Respon : perkecambahan biji (jumlah biji yang berkecambah). C. Alat Dan Bahan Alat - Toples 5 buah - Kapas secukupnya - Gelas ukur 1 buah Bahan - Biji cabe 250 biji - Air secukupnya D. Langkah Kerja 1. Merendam biji cabe selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan 0 jam/tanpa perendaman. 2. Menanam biji cabe pada toples yang telah dialasi kapas basah, masing-masing toples berisi 50 biji cabe. 3. Menutup toples dan menyimpannya di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. 4. Mengamati dan menghitung biji yang berkecambah setiap hari, hingga dicapai 75% kemudian pisahkan biji yang telah berkecambah pada tempat lain. 5. Menghitung IKP biji yang berkecambah setelah diperoleh 75%, dengan cara : X IKP (Indeks kecepatan perkecambahan) = 1 X X X n n

9 Prosentase perkecambahan = jumlah biji yang berkecamba h jumlah keseluruhan biji x 100% E. Alur Kerja 250 Biji Cabe Jumlah Biji yang Berkecambah - Direndam dalam air selama 4 jam, 3 jam, 2 jam 1 jam, dan 0 jam (tanpa direndam) masing-masing 50 biji - Ditanam dalam waktu bersamaan pada toples yang sudah dialasi kapas basah - Ditutup kemudian disimpan ditempat gelap - Diamati setiap hari berapa jumlah biji yang berkecambah selama 10 hari - Dipisahkan antara biji yang belum berkecambah dengan biji yang sudah berkecambah dan sudah dilakukan penghitungan

10 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel Pengaruh Lama Perendaman Biji dalam Air terhadap Perkecambahan Biji Cabe Jumlah biji yang berkecambah pada perendaman Hari ke- Tanpa 4 jam 3 jam 2 jam 1 jam direndam Total biji yang berkecambah Persentase perkecambahan 100% 100% 98% 98% 98% IKP 11,64 10,39 9,94 8,3 7,83

11 Histogram Pengaruh Lama Perendaman Biji dalam Air terhadap Perkecambahan Biji Cabe Keterangan: X = Lama perendaman (jam) Y = Indeks Kecepatan Perkecambahan B. Analisis Data Berdasarkan data dan grafik yang diperoleh dalam percobaan ini, dapat diambil suatu analisis bahwa lama perendaman dalam air dapat mempengaruhi perkecambahan biji. Pada perendaman 4 jam, biji mulai berkecambah pada hari ke dua, dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 2, begitu juga pada hari ke tiga. Pada hari ke empat, biji yang berkecambah meningkat menjadi 6 biji. Namun, pada hari ke lima jumlah biji yang berkecambah menurun menjadi 3 biji. Pada hari ke enam, jumlah biji yang berkecambah meningkat pesat menjadi 20 biji. Pada hari ke tujuh jumlah biji yang berkecambah menurun menjadi 8. Biji tidak mengalami perkecambahan pada hari ke 8. Namun, biji kembali berkecambah pada hari ke sembilan dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 4 biji, dan pada hari ke sepuluh ada 5 biji yang berkecambah. Jumlah seluruh biji yang berkecamabh adalah 50 biji, dengan persentase perkecambahan adalah 100% dan IKP 11,64. Pada perendaman 3 jam, biji mulai berkecambah pada hari ke tiga, dengan jumlah biji yang berkcambah adalah 10 biji. Pada hari ke empat, jumlah biji yang berkecambah mengalami penurunan menjadi 7 biji, begitu juga pada hari ke lima, jumlah biji yang berkecambah adalah 2 biji. Pada hari ke enam jumlah biji yang

12 berkecambah meningkat tajam menjadi 24 biji. Namun, biji yang berkecambah kembali menurun pada hari ke tujuh, menjadi 2 biji. Semua biji yang ditanam sudah berkecambah pada hari ke delapan, dengan penambahan 4 biji. Persentase perkecambahan pada perendaman 3 jam adalah 100% dan IKP 10,39. Pada perendaman 2 jam, biji juga mulai tumbuh pada hari ke tiga, dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 2. Pada hari ke empat, jumlah biji yang berkecmbah meningkat menjadi 14 biji. Namun, pada hari ke lima jumah biji yang berkecambah menurun menjadi 9 biji. Jumlah biji yang berkecambah kembali meningkat pada hari ke enam, dengan jumlah iji yang berkecambah adalah 23 biji. Pada hari hari ke tujuh, hanya ada 1 biji yang berkecambah. Pada hari ke delapan hingga sepuluh, tidak ada biji yang berkecambah, jumlah total biji yang berkecambah adalah 49. Persentase perkecambahan adalah 98%, dengan IKP 9,94. Pada perendaman 1 jam, perkecambahan biji berlangsung lambat. Biji mulai berkecambah pada hari ke 5, dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 10 biji. Pada hari ke enam, jumlah biji yang berkecambah meningkat menjadi 25 biji. Namun, jumlah biji yang berkecambah menurun pada hari ke tujuh, dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 14 biji. Pada hari ke delapan hingga sepuluh, 1 biji yang tersisa tidak mengalami perkecambahan. Jumlah total biji yang berkecambah adalah 49 biji, dengan persentase perkecambahan 98% dan IKP 8,3. Pada perendaman 0 jam atau tidak direndam, perkecambahan biji berlangsung paling lambat. Biji mulai berkecambah pada hari ke enam, dengan jumlah biji yang berkecambah adalah 35. Pada hari berikutnya, yaitu hari ke tujuh, terdapat 14 biji yang berkecambah. Namun, pada hari ke delapan hingga sepuluh, 1 biji yang tersisa tidak mengalami perkecambahan. Jumlah total biji yang berkecambah adalah 49 biji, dengan persentase perkecambahan 98% dan IKP 7,83. C. Pembahasan Tumbuhan memerlukan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi atau zat makanan terdiri dari unsur-unsur atau senyawa-senyawa kimia. Nutrisi yang diperlukan merupakan sumber energi dan sumber materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan selama pertumbuhan. Sebelum tumbuhan mengalami perkembangan lebih dewasa, maka akan dimulai terlebih dahulu dengan fase embrio. Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat

13 membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan dikotil embrio mengambil makanan dari kotiledon, sedangkan monokotil dari endosperma. Pengambilan nutrisi dari tanah pada umumnya bersamaan dengan air. Air dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi dalam tubuh tumbuhan dan sebagai medium reaksi enzimatis. Pada percobaan ini, biji yang direndam lebih lama, 4 jam, memiliki persentase perkecambahan dan Indeks Kecepatan Perkecambahan (IKP) yang lebih besar dibandingkan dengan biji yang direndam selama 3 jam, 2 jam, 1 jam atau biji yang tidak direndam. Hal tersebut disebabkan oleh, semakin lama biji direndam, maka semakin besar masuknya air ke dalam endosperma biji. Perendaman biji dalam air mengakibatkan kulit biji lembab dan lebih lunak memungkinkan pecah dan robek sehingga perkembangan embrio dan endosperm lebih cepat terjadi, serta untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen (larut dalam air) kedalam biji. Selain itu air juga berfungsi mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya serta sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru. Perkecambahan dimulai dari masuknya air kedalam sel-sel biji, atau disebut proses imbibisi. Proses ini merupakan proses fisika. Imbibisi menyebabkan enzimenzim dalam biji dapat bekerja. Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Pada saat air diserap oleh biji maka enzim amilase yang ada pada biji dapat bekerja memecah tepung menjadi maltosa, selanjutnya maltosa dihidrolisis oleh maltase menjadi glukosa. Saat proses ini berlangsung, protein juga dipecah menjadi berbagai macam asam amino. Senyawa glukosa masuk ke dalam proses metabolisme dan dipecah menjadi energi atau diubah menjadi senyawa karbohidrat yang menyusun struktur tubuh. Berbagai macam asam amino yang terbentuk nantinya akan dirangkai menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun enzim-enzim baru. Sedangkan asam lemak terutama dipakai untuk menyusun membrane sel. Air yang diserap oleh biji akan mempercepat proses metabolisme dalam biji, karena air dibutuhkan tumbuhan sebagai pelarut bagi kebanyakan reaksi di dalam tubuh tumbuhan dan dipakai sebagai medium reaksi enzimatis, sehingga proses metabolisme yang terjadi dalam biji yang direndam lebih lama akan berlangsung lebih cepat dan menyebabkan perkecambahan biji juga akan lebih cepat dan lebih efisien.

14 Sebaliknya pada biji yang tidak direndam, kulit biji menjadi keras sehingga proses perkembangannya menjadi lambat. Keberadaan air bagi biji akan mengimbibisi dinding sel biji dan menentukan turgor sel sebelum membelah. Biji dapat diketahui berkecambah jika yang pertama muncul dari biji tersebut adalah radikula (akar lembaga) yang berasal dari kulit biji yang pecah akibat pembengkakan biji setelah biji mengalami proses imbibisi. Pada biji yang kering gas O 2 akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio telah menyerap air, maka suplai okigen akan meningkat pada sel-sel hidup, sehingga memungkinkan untuk terjadinya proses respirasi dan CO 2 yang dihasilkan lebih mudah berdifusi keluar. Sedangkan untuk biji yang tidak direndam, dinding selnya hampir tidak permeable untuk gas, sehingga masuknya O 2 ke dalam biji akan menjadi lambat. Pada biji yang direndam dengan air dapat membentuk alat transport makanan yang berasal dari endosperm, kotiledon pada titik tumbuh, pada embrionik di ujung yang nantinya akan digunakan untuk membentuk protoplasma baru. Namun, ketika suplai air rendah atau tidak tersedia maka pembentukan sitoplasma baru akan berlangsung sangat lambat. Air berpengaruh terhadap kecepatan reaksi biokimia dalam sel yang berhubungan dengan kerja enzim. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivitas enzim, sehingga dalam percobaan ini diletakkan pada tempat gelap. Keadaan gelap berpengaruh terhadap bentuk luar dan laju perpanjangan. Tumbuhan yang diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang ditempatkan di tempat yang terkena cahaya. Hal ini dilakukan untuk menjaga intensitas cahaya yang diterima tumbuhan agar pertumbuhan berlangsung dengan baik. Salah satu faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah hormone tumbuhan. Pada biji cabe mengalami masa dormansi namun tidak lama. Ketika dormansi biji cabe telah hilang maka biji akan membentuk hormon giberelin dan sitokinin yang diperlukan untuk mengungguli efek kerja asam absisat yang penghambat pertumbuhan, sehingga pertumbuhan pun dapat dimulai. Dalam keadaaan tersebut, apabila dilakukan perendaman dalam air maka biji pun akan berkecambah. Kadar air dalam sel berpengaruh terhadap pembentukan hormon, sehingga biji cabe yang direndam selama 4 jam akan lebih cepat berkecambah, akibatnya nilai IKP tinggi dan persentase perkecambahanpun juga tinggi. Sebaliknya dengan biji cabe yang tidak direndam dalam air memiliki nilai IKP yang rendah, akibat hormon

15 giberelin dan sitonin ketika sudah dihasilkan tidak dapat diteruskan pada proses lebih lanjut yaitu perkecambahan karena ketersediaan air tidak mencukupi. Oleh karena itu ketersediaan air mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses perkecambahan biji juga dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan cahaya. Oksigen dipakai untuk proses oksidasi dan reduksi sel, untuk menghasilkan energi. Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk proses aktivasi enzim. Perkecambahan tidak dapat berlangsung dalam suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Perkecambahan umumnya berlangsung baik dalam keadaan gelap, karena proses ini membutuhkan hormon auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada intensitas cahaya tinggi. Jika sudah terjadi perkecambahan maka tahap selanjutnya adalah pembentukan akar, batang dan daun. Pada ujung akar dan ujung batang terdapat selsel meristem yang dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel yang memiliki struktur dan fungsi yang khusus. Aktivitas meristem sel menyebabkan batang dan akar tumbuh memanjang.

16 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari hasil percobaan ini dapat diperoleh simpulan, yaitu ada pengaruh perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan, biji yang direndam lebih lama memiliki persentase perkecambahan yang lebih besar dibandingkan dengan biji yang direndam lebih singkat atau yang tidak direndam. Begitu pula dengan indeks kecepatan perkecambahan (IKP), biji yang direndam lebih lama memiliki IKP lebih besar dibandingkan biji yang direndam dalam waktu singkat atau tidak direndam. B. Saran Saran yang dapat praktikan berikan untuk praktikan lain yang akan melakukan percobaan yang sama antara lain: 1. Tanamlah biji pada media tanam dan tempat yang sama, sebagai variabel kontrol, 2. Pisahkan biji yang sudah berkecambah dengan biji yang belum berkecambah untuk mempermudah penghitungan 3. Hitung dan amati kecambah yang tumbuh pada waktu yang sama setiap hari, 4. Ambillah biji yang terkena jamur dari media tanam, agar jamur tidak menyerang biji-biji yang lain.

17 DAFTAR PUSTAKA Dwijoseputro. D Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama. Kimball, John Biologi jilid II edisi ke lima. Jakarta: Erlangga. Rahayu, Yuni dkk Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya Santoso Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press. Sastramihardja, D. dkk Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Biologi FMIPA ITB Soerodikosoemo, Wibisono Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sallisbury dan Ross Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB Press. Lovelles, A. R Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta: PT. Gramedia Indonesia.

18 LAMPIRAN Gambar 1. Biji pada hari pertama Gambar 2. Biji yang direndam 4 jam dalam air Gambar 3. Biji yang direndam 3 jam dalam air Gambar 4. Biji yang direndam 2 jam dalam air

19 Gambar 5. Biji yang direndam 1 jam dalam air Gambar 6. Biji yang tidak direndam dalam air

20 Perhitungan Persentase Perkecambahan Prosentase perkecambahan = jumlah biji yang berkecamba h jumlah keseluruhan biji x 100% Perhitungan IKP X IKP (Indeks kecepatan perkecambahan) = 1 X X X n n

21

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Laporan Praktikum Biologi : Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Kacang Hijau Kelompok : 1 Aditya Dedi Setyawan 2 Ilhamsyah Dwi Kurniawan P 3 Junita Putri 4 Kezia Angelica Suharto 5 Michael Sugita Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini dikarenakan beberapa faktor antara

Lebih terperinci

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon

Dalam suatu tumbuhan yang mengalami perkecambahan terdapat: Planula : ujung batang yang akan menjadi sepasang daun, daun lembaga kotiledon kotiledon PERKECAMBAHAN 1. Pengertian Perkecambahan merupakan proses metabolism biji hingga dapat menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikal). Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat

Lebih terperinci

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan.

merangsang skutelum menghasilkan GA. GA dikirim ke sel-sel protein untuk membentuk enzim baru sebagai pelarut cadangan makanan. Pertemuan : Minggu ke 13 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Perkembangan buah dan biji Sub pokok bahasan : 1. Terbentuknya biji 2. Perkembangan buah 3. Perkecambahan biji 4. Penuaan dan kematian

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran: 1. Mengidentifikasi faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan 2. Merancang percobaan pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan tumbuhan 3. Menentukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencangkup

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU

MAKALAH BIOLOGI PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU MAKALAH BIOLOGI PENGARUH JENIS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU DISUSUN OLEH BERNIKE DELAROSA MUTHIAH AZZAHRA SISKA ANDRIYANI UTIN NURUL WAHDANIA KELAS XII IPA 2 SMA NEGERI 3 PONTIANAK 2011

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu, Lama Perendaman dan Interaksi (suhu dan lama perendaman) terhadap Daya Kecambah (Persentase Jumlah Kecambah) Biji Ki Hujan (Samanea saman) Berdasarkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup A. Pertumbuhan dan Perkembangan Hewan Pertumbuhan dan perkembangan hewan dimulai sejak terbentuknya zigot. Satu sel zigot akan tumbuh dan berkembang hingga terbentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN. Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN RESPIRASI PADA TUMBUHAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang diampu oleh Drs.Dahlia, M.Pd Disusun oleh : Kelompok II/Offering A 1. Annas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi sumber makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Peningkatan petumbuhan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya

PENGERTIAN. tanaman atau bagian tanaman akibat adanya PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN PENGERTIAN DAN PERANANNYA PENGERTIAN Pertumbuhan (growth) adalah dapat diartikan sebagai : Perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Tambahan

Pokok Bahasan. Tambahan Kecambah Pokok Bahasan 1. Kecambah 2. Komponen Kecambah 3. Perkecambahan Tambahan 1. Nilai Pembelajaran Kecambah Dalam Kecambah kehidupan adalah tumbuhan sehari-hari (sporofit) istilah kecambah muda sering

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri, produksi perlu ditingkatkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Benih Kedelai. penyediaan benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih kedelai dalam jumlah yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Benih Kedelai Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan benih berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pengertian pertumbuhan adalah Proses pertambahan volume dan jumlah sel sehingga ukuran tubuh makhluk hidup tersebut bertambah besar. Pertumbuhan bersifat irreversible

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU. Disusun oleh: Madania Asshagab Nur Fifa Rifa atus shalihah Sarinah Sri Rahmisari Rembulan

PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU. Disusun oleh: Madania Asshagab Nur Fifa Rifa atus shalihah Sarinah Sri Rahmisari Rembulan PENGARUH SUHU TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU Disusun oleh: Madania Asshagab Nur Fifa Rifa atus shalihah Sarinah Sri Rahmisari Rembulan XII MIA OLIMPIADE SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 Kendari BAB

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa (Cocos nucifera) terhadap Viabilitas Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa) Berdasarkan hasil analisis (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

XII biologi KTSP & K-13. Kelas PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN. A. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan

XII biologi KTSP & K-13. Kelas PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN. A. Pengertian dan Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan KTSP & K-13 Kelas XII biologi PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian serta perbedaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN

2014/10/27 O OH. S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA. Company LOGO HERBISIDA PENDAHULUAN HO O S2-Kimia Institut Pertanian Bogor HERBISIDA HERBISIDA PENDAHULUAN 1 HERBISIDA Zat yang digunakan untuk memberantas gulma (tumbuhan pengganggu) Cara kerja/efek: mematikan langsung menghambat metabolisme

Lebih terperinci

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI

PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI TUGAS MATA KULIAH FISIOLOGI BENIH PENGISIAN DAN PEMASAKAN BIJI Dewi Ma rufah Oleh : H0106006 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 I. PENDAHULUAN Biji merupakan alat untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Biologi

Antiremed Kelas 12 Biologi Antiremed Kelas 12 Biologi UTS BIOLOGI latihan 1 Doc Name : AR12BIO01UTS Version : 2014-10 halaman 1 01. Perhatikan grafik hasil percobaan pertumbuhan kecambah di tempat gelap, teduh, dan terang berikut:

Lebih terperinci

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin

KALIN merangsang pembentukan organ. Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin KALIN merangsang pembentukan organ Rhizokalin Filokalin Kaulokalin Anthokalin PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN Kompetensi Dasar KD 3.1 Menganalisis hubungan antar faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Klasifikasi botani tanaman palem botol adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : Pendahuluan Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang (Taiz and Zeiger ). dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Kacang Hijau

Laporan Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Kacang Hijau Laporan Praktikum Pertumbuhan dan Perkembangan Biji Kacang Hijau Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua aktifitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena prosesnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase

Lebih terperinci

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU

MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU MENGAMATI PERTUMBUHAN BIJI KACANG HIJAU 05115011 Rodiyah TUGAS TIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA 2015 http://narotama.ac.id PERCOBAAN PERTUMBUHAN PERKECAMBAHAN Tujuan : Untuk membandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman

Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Pengaruh Pemberian Hormon Giberellin Terhadap Perkecambahan Benih Tanaman Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Pertama) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Hormon tumbuh

Lebih terperinci

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH EKOFISIOLOGI TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN TANAH LINGKUNGAN Pengaruh salinitas pada pertumbuhan semai Eucalyptus sp. Gas-gas atmosfer, debu, CO2, H2O, polutan Suhu udara Intensitas cahaya, lama penyinaran

Lebih terperinci

PERKECAMBAHAN Persyaratan Perkecambahan Proses Awal Perkecambahan Metabolisme Perkecambahan Proses Awal Pertumbuhan Kecambah

PERKECAMBAHAN Persyaratan Perkecambahan Proses Awal Perkecambahan Metabolisme Perkecambahan Proses Awal Pertumbuhan Kecambah PERKECAMBAHAN Persyaratan Perkecambahan Proses Awal Perkecambahan Metabolisme Perkecambahan Proses Awal Pertumbuhan Kecambah 9/28/2016 I. PERSYARATAN PERKECAMBAHAN FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN PERKECAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi Tanaman Jagung Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara, Eropa, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Umum Tentang Kedelai Kedelai adalah tanaman biji terkemuka yang diproduksi dan dikonsumsi di dunia saat ini. Kedelai berasal dari Asia, diperkenalkan ke Amerika Utara,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan seperti berikut ini. Divisio Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kayu Afrika (Maesopsis eminii) Kayu afrika merupakan jenis pohon yang meranggas atau menggugurkan daun tinggi mencapai 45 m dengan batang bebas cabang 2 per 3 dari tinggi total,

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT 2 METABOLISME Standar Kompetensi : Memahami pentingnya metabolisme pada makhluk hidup Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan fungsi enzim dalam proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008).

I. PENDAHULUAN. kandungan karbondioksida mengakibatkan semakin berkurangnya lahan. subur untuk pertanaman padi sawah (Effendi, 2008). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin bertambah pesat setiap tahunnya justru semakin memperparah permasalahan di bidang pertanian. Bukan hanya dari tingkat kebutuhan beras yang

Lebih terperinci

PERCOBAAN I DORMANSI KARENA KULIT BIJI YANG KERAS

PERCOBAAN I DORMANSI KARENA KULIT BIJI YANG KERAS LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN I PERCOBAAN I DORMANSI KARENA KULIT BIJI YANG KERAS OLEH NAMA : MA RIFAH NURMALA NIM : H 411 02 042 KELOMPOK : IX (SEMBILAN) ASISTEN : RICHAEL SYAM TANGGAL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

BAB 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN BAB 1 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN Sumber: Kamus Biologi Bergambar, 2005 Tumbuhan adalah makhluk hidup yang mempunyai ciri sebagaimana makhluk hidup lainnya. Salah satu ciri tumbuhan adalah mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas

TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Viabilitas dan Vigoritas TINJAUAN PUSTAKA Pembiakan Vegetatif Secara umum, pembiakan tanaman terbagi menjadi dua cara yaitu pembiakan generatif dan pembiakan vegetatif. Pembiakan vegetatif merupakan perbanyakan tanaman tanpa melibatkan

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting

I. PENDAHULUAN. Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tomat menghasilkan buah yang mengandung banyak zat-zat penting seperti protein, lemak, gula (glukosa dan fruktosa), kholoin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na,

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt BIOLOGI Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt Metabolisme Sel Metabolisme Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera dan Kalimantan, itu pun dalam jumlah sedikit (Sinar Harapan, 2003).

TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera dan Kalimantan, itu pun dalam jumlah sedikit (Sinar Harapan, 2003). TINJAUAN PUSTAKA Penyebaran dan Morfologi Pasak Bumi (E. longifolia) Tanaman ini bisa dijumpai di sekitar Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja dan Vietnam. Di Indonesia hanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

Tugas Kelompok. Bentuk tersedia bagi tumbuhan Fungsi Gejala Kahat. Kelompok: N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cu, Cl, Fe, Mn, Mo, Zn

Tugas Kelompok. Bentuk tersedia bagi tumbuhan Fungsi Gejala Kahat. Kelompok: N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cu, Cl, Fe, Mn, Mo, Zn Unsur Hara Tugas Kelompok Bentuk tersedia bagi tumbuhan Fungsi Gejala Kahat Kelompok: N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cu, Cl, Fe, Mn, Mo, Zn Unsur hara Esensial Non esensial Mako Mikro Unsur Hara esensial Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6000 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Perendaman di Dalam Polyethylene Glycol (PEG) 6 Terhadap Viabilitas Benih Tembakau (Nicotiana tabacum) Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) pada lampiran

Lebih terperinci

Kuliah VII HORMON TUMBUHAN (AUKSIN) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si

Kuliah VII HORMON TUMBUHAN (AUKSIN) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si Kuliah VII HORMON TUMBUHAN (AUKSIN) OLEH: Dra. Isnaini Nurwahyuni, M.Sc Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si Dra. Elimasni, M.Si senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar seperti suhu, kelembaban,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Fotosintesis (Fisiologi Tumbuhan) Disusun oleh J U W I L D A 06091009027 Kelompok 6 Dosen Pembimbing : Dra. Tasmania Puspita, M.Si. Dra. Rahmi Susanti, M.Si. Ermayanti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Pepaya Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian

Lebih terperinci

Struktur Anatomi Biji

Struktur Anatomi Biji Struktur Anatomi Biji BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Biji merupakan sumber makanan yang penting bagi hewan dan manusia. Mempunyai biji merupakan salah satu ciri tumbuhan spermatophyta. Bagi tumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini,

TINJAUAN PUSTAKA. secara umum dapat dikeringkan hingga kadar air 5% tanpa kerusakan. Karena sifat ini, TINJAUAN PUSTAKA Benih Karet Benih karet tergolong benih rekalsitran. Robert (1973 dalam Farrant et al, 1988) memperkenalkan istilah benih ortodox dan rekalsitran untuk meggambarkan kondisi benih sebelum

Lebih terperinci

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2. Respirasi anaerob 3. Faktor-faktor yg mempengaruhi laju respirari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air

I. PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm,

TINJAUAN PUSTAKA. (United States Department of Agriculture, 2011). vertikal dan horizontal. Bagian akar yang aktif adalah pada kedalaman cm, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman delima diklasifikasikan sebagai berikut kingdom: Plantae, divisio : Spermatophyta, subdivisio : Angiospermae, kelas : Dicotyledonae, ordo : Myrtales, famili : Punicaceae,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam peradaban manusia. Padi sudah dikenal sebagai tanaman pangan sejak jaman prasejarah.

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE DISUSUN OLEH: PREKDI S. BERUTU NIM: 160301034 Mata Kuliah : Teknologi Benih Dosen Pengampu : Risky Ridha, SP., MP PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Polyethylene Glycol (PEG) 6000 Terhadap Viabilitas Benih Juwawut (Setaria italica (L.) P. Beauvois) i. Pengaruh Konsentrasi Polyethylene Glycol (PEG)

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... Energi kimia menjadi energi gerak Energi cahaya menjadi energi potensial

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan. Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 3 X 40 ( 1 Pertemuan )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan. Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 3 X 40 ( 1 Pertemuan ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP 3 Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : 3 X 40 ( 1 Pertemuan ) Standar Kompetensi 1. Memahami

Lebih terperinci

Perkecambahan Benih dapat dikaji secara :

Perkecambahan Benih dapat dikaji secara : Perkecambahan Benih dapat dikaji secara : - Morfologi - Fisiologi - Biokimiawi - Teknologi Benih 1 PERKECAMBAHAN SECARA FISIOLOGIS PERKECAMBAHAN SECARA TEKNOLOGI BENIH 2 STRUKTUR KECAMBAH METABOLISME PERKECAMBAHAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS

LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS LAPORAN KARYA TEKNOLOGI TEPAT GUNA LAPORAN EKSPERIMEN FOTO SISTESIS Oleh: Supratman, S.Pd. SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 12 BENGKULU 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotosintesis berasal dari kata

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Hand out Biologi XII IA 3 KKN PPL UNM ANGK. V

Hand out Biologi XII IA 3 KKN PPL UNM ANGK. V Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Liliriaja Mata Pelajaran: Biologi Kelas/Semester : XII / Ganjil Alokasi waktu : 8 x 45 menit I. Standar kompetensi 1. Melakukan percobaan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi

TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi TINJAUAN PUSTAKA Perkecambahan Benih Padi Menurut Byrd (1983) perkecambahan adalah berkembangnya strukturstruktur penting dari embrio benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan tanaman normal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO

SMA NEGERI 2 KABUPATEN TEBO LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PENGARUH WAKTU PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN BAWANG MERAH Disusun oleh : 1. Muhammad Ikhlas 2. Rahmat Raharjo 3. Fitri Harum Sari 4. Rosma Sari Andani

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI RESPIRASI KECAMBAH. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Djukri, M.S.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI RESPIRASI KECAMBAH. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Djukri, M.S. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI RESPIRASI KECAMBAH Dosen Pengampu: Prof. Dr. Djukri, M.S. Disusun oleh: Nama : Sofyan Dwi Nugroho NIM : 16708251021 / Pendidikan Sains B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A)

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A) BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A) PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Jalan Ir. H. Juanda No. 95

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah penyusunan partikel-partikel padatan di dalam tanah karena ada gaya tekan pada permukaan tanah sehingga ruang pori tanah menjadi sempit. Pemadatan

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

BAB V FOTOSINTESIS. 5. proses terjadinya rreaksi terang dan gelap dalam proses fotosintesis.

BAB V FOTOSINTESIS. 5. proses terjadinya rreaksi terang dan gelap dalam proses fotosintesis. BAB V FOTOSINTESIS A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa mampu memahami proses fotosintesis dan mampu menguraikan mekanisme terjadinya fotosintesis pada tumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. B.

Lebih terperinci

SUPARMUJI, S.Pd NIP

SUPARMUJI, S.Pd NIP DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 Setiap makhluk hidup pasti mengalami masa kecil, karena hidup adalah sebuah proses. Dimana semua makhluk hidup pasti tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan

Lebih terperinci

: JULIAR NUR NIM : H

: JULIAR NUR NIM : H LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PERCOBAAN IX PENGARUH INHIBITOR TERHADAP PERKECAMBAHAN BIJI NAMA : JULIAR NUR NIM : H 411 10 002 KELOMPOK ASISTEN : 1 (SATU) : JANNY JOVITA YUNIANTI TIMANG LABORATORIUM

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang

I. PENDAHULUAN. Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buncis (Phaseolus vulgaris L.) adalah anggota sayuran genus Phaseolus yang paling dikenal. Walaupun tidak menghasilkan jumlah protein dan kalori setinggi buncis

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN NAMA : AMUL HEKSA BAJAFITRI NIM : 125040201111131 KELOMPOK : JUMAT 11.00 ASISTEN : INTAN RATRI PRASUNDARI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

HORMON PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN. Adhisye Rahmawati (02) Mei Rizqinaa Zahara Latifa (09) Sayyidati Rokhimah (11) Tiea Khatija (13)

HORMON PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN. Adhisye Rahmawati (02) Mei Rizqinaa Zahara Latifa (09) Sayyidati Rokhimah (11) Tiea Khatija (13) HORMON PERTUMBUHAN PADA TUMBUHAN Adhisye Rahmawati (02) Mei Rizqinaa Zahara Latifa (09) Sayyidati Rokhimah (11) Tiea Khatija (13) Hormon Tumbuhan (fitohormon) adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA

STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDI ASPEK FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA PERKECAMBAHAN BENIH JAGUNG (Zea mays L.) PADA UMUR PENYIMPANAN BENIH YANG BERBEDA STUDY ON PHYSIOLOGY AND BIOCHEMISTRY ASPECTS OF CORN (Zea mays L.) SEED GERMINATION

Lebih terperinci