PENINGKATAN DAYA TAHAN RAMBAT API KAYU LAPIS DENGAN CARA PELABURAN NATRIUM SILIKAT PADA VENIR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH ULTRA VIOLET FILLER PADA PROSES PEMBUATAN KAYU LAPIS INDAH UNTUK RUANG INTERIOR

PAPAN GYPSUM DARI SERBUK KAYU DAN SENYAWA BOR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN UJI BAKAR

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH POSISI RADIAL KAYU BAWANG (Dysoxylum sp.), JENIS FILLER DAN DERAJAT KELEMBUTANNYA TERHADAP KETEGUHAN REKAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

FINISHING KAYU KELAPA (Cocos nucifera, L) UNTUK BAHAN INTERIOR RUANGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES

PENINGKATAN KENAMPAKAN SERAT DAN WARNA BEBERAPA JENIS KAYU KURANG DIKENAL UNTUK BAHAN MEBEL

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

PENGARUH SHELLING RATIO DAN JUMLAH PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT PAPAN SERUTAN BAMBU PETUNG (Dendrocalamus asper Backer)

6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

BAB III BAHAN DAN METODE

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

M. I. Iskandar & Achmad Supriadi

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

PEMANFAATAN BUNGKIL BIJI KARET SEBAGAI EKSTENDER PEREKAT PADA KAYU LAPIS PULAI (Alstonia angustiloba Miq.)

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN BAMBU PETUNG BERLAPIS MUKA PARTIKEL FESES SAPI

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas. Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

SIFAT FISIS MEKANIS BAMBU LAPIS SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK INTERIOR

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan

PENGARUH TEPUNG GAPLEK DAN DEKSTRIN SEBAGAI EKSTENDER PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP KETEGUHAN REKAT KAYU LAPIS KAPUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

PENGAWETAN ROTAN KURANG DIKENAL SEBAGAI BAHAN BAKU MEBEL MENGGUNAKAN RENDAMAN DINGIN

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN GYPSUM BERBAHAN PENGISI ALTERNATIF LIMBAH SERUTAN ROTAN

METODOLOGI PENELITIAN

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

III. METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

Herman Siruru Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

PENGARUH KADAR PEREKAT DAN JENIS BAMBU TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB III METODE PENELITIAN

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

SIFAT PAPAN BLOK SENGON DENGAN VENIR SILANG KAYU TUSAM

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

Lampiran 1 Sidik ragam sifat arang aktif. Kuadrat tengah. Sumber Keragaman. F hitung

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

SIFAT FISIS PAPAN GYPSUM DARI LIMBAH GERGAJIAN KAYU

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

PERBAIKAN MUTU KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN CARA FISIK DAN KIMIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGARANGAN TERHADAP KUALITAS BRIKET ARANG DARI LIMBAH TEMPURUNG KELAPA SAWIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

PENGARUH UKURAN DAN KONSENTRASI PEREKAT TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN PARTIKEL LIMBAH ROTAN

Kayu jati (JA1) dan Mahoni (MaA1) yang difinishing dengan penambahan air 10% untuk sealer dan 30% air untuk top coat.

Eva Nurmarini 1, Supriyanto Wagiman 2 dan Bandi Supraptono 3 1 Politeknik Pertanian Negeri, Samarinda. 2 Laboratorium Industri Hasil Hutan Fahutan

GLUE KNOWLEDGE AND TESTING LABORATORY. Created by Zukhrufia Isna Pramadewi, S.Si

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

III. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

PEMBUATAN DAN PEMANFAATAN ARANG AKTIF SEBAGAI REDUKTOR EMISI FORMALDEHIDA KAYU LAPIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

TEKNOLOGI PROSES PELENGKUNGAN ROTAN SECARA KIMIA UNTUK BAHAN BAKU MEBEL

BAB III BAHAN DAN METODE

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DATA PENGAMATAN HASIL PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi Penelitian

PEMBUATAN BRIKET ARANG TEMPURUNG SAWIT DENGAN PERLAKUAN WAKTU PENGARANGAN DAN KONSENTRASI PEREKAT

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

PENENTUAN DAYA SERAP ARANG AKTIF TEKNIS TERHADAP IODIUM SECARA POTENSIOMETRI

Transkripsi:

PENINGKATAN DAYA TAHAN RAMBAT API KAYU LAPIS DENGAN CARA PELABURAN NATRIUM SILIKAT PADA VENIR THE IMPROVEMENT OF FIRE RETARDANT OF THE PLYWOOD WITH THE POTASSIUM SILICATE MELTING ON THE VENEER Djoko Purwanto *) Arhamsyah *) *) Peneliti Baristand Industri Banjarbaru ABSTRAK Guna memperbesar daya tahan rambat api pada kayu lapis, dilakukan pelaburan venir muka (face) dan belakang (back) menggunakan natrium silikat pada konsentrasi 30%, 40% dan 50% sebanyak 2 dan 4 kali ulangan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pelaburan menggunakan natrium silikat dalam konsentrasi 50% sebanyak 4 kali ulangan menghasilkan nilai daya tahan rambat api yang terbaik atau rata-rata 68,08% dengan nilai retensi 0,13 gr/cm 3, sedangkan kadar air dan keteguhan rekatnya adalah 10,60% dan 9,74 kg/cm 2. Hasil ini memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia 01-05.2/1999. Perlakuan tanpa pelaburan (blanko) menghasilkan nilai daya tahan rambat api rata-rata 28,95%, kadar air 10,83% dan keteguhan rekat 13,78 kg/cm 2. Kata kunci : venir, natrium silikat, kayu lapis ABSTRACT To improve the fire retardant of the plywood, Potassium Silicate of 30%, 40%, and 50% with concentration was melted on the face and the back of the veneer for two and four time of repeatation. The result showed that Potassium Silicate of 50 % with 4 times of repeation has the most fire reterdant value. It has 68.08% of fire reterdant with 0.13 gr/cm 3 of retention value, 10.6% of water content and 9.74% of bonding strength. This result has fulfiled the requirement of Indonesian National Standard No 01-05.2/1999. The blanko result showed 28.95% of fire retardant, 10.83% of water content and 13.78% of bonding strength. Key word : veneer, potassium silicate, plywood I. PENDAHULUAN Kayu lapis banyak dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan bangunan rumah/gedung, (sebagai plafon, dinding, pelapis pintu) dan mebel, (alas meja, kursi dan sebagainya). Banyaknya penggunaan kayu lapis ini disebabkan kayu lapis mempunyai sifat fisik antara lain : ringan, kembang susut yang rendah dan ukuran cukup lebar dan panjang. Namun demikian kayu lapis ini mempunyai kelemahan, yaitu bila terjadi kebakaran suatu bangunan rumah/ gedung maka produk-produk yang terbuat dari kayu lapis akan terbakar lebih dulu, dan mengakibatkan cepat terjadinya perambatan api ketempat lain (Anonim, 2005). Kecepatan pembakaran kayu tergantung pada kecepatan akumulasi panas pada permukaan kayu, dan ini dipengaruhi antara lain oleh faktor dimensi kayu dan kecepatan pembakaran dan kobaran api pada kayu lapis. Cara yang terbaik untuk mengurangi kecepatan pembakaran dan kobaran api pada kayu lapis agar tidak merambat ke tempat lain, adalah dengan memperbesar daya tahan rambat api yaitu dengan menggunakan bahan tahan api (fire retardant). 25

Peningkatan Daya Tahan Rambat Api Kayu Lapis dengan cara Pelaburan Natrium Silikat...Djoko Purwanto, Arhamsyah. Natrium Silikat (Na 2 SiO 2 ) termasuk bahan fire retardant, katalisator, oksidator, berbentuk water glass, dan dapat menyerap/ mengurangi panas antara 550 0 C sampai 870 0 C. Natrium Silikat ini banyak digunakan pada industri keramik, cat, gelas dan kaca (Kirk Othmer, 1969). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk memperbesar daya tahan rambat api pada kayu lapis, dengan cara menambahkan bahan yang berfungsi sebagai fire retardant. II. BAHAN DAN METODA 2.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari venir jenis meranti merah (Shorea spp) yang memiliki berat jenis rendah ( 0,4-0,59 ) dengan ukuran 40 x 40 x 0,8 cm untuk face dan back, dan ukuran 40 x 40 x 1,7 cm untuk venir inti (core). Bahan penolong meliputi perekat urea formaldehide cair, tepung industri (ekstender), tepung tempurung kelapa (filler), amonium chlorida (hardener), dan natrium silikat. 2.2 Peralatan Peralatan yang diperlukan antara lain pencampur/pengaduk ramuan perekat, pengaduk/pencampur ramuan perekat, alat penguji kekentalan perekat (viscotester), alat kempa, penangas air (water bath), alat uji kekuatan tarik (tensile tester) dan beberapa peralatan laboratorium untuk uji bakar kayu lapis. 2.3 Metoda Penelitian Tahapan-tahapan penelitian adalah sebagai berikut, venir face dan back dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan, dan ditimbang. Pada salah satu bagian permukaan venir face dan back dilaburi Natrium Silikat dengan berbagai konsentrasi (30%, 40% dan 50%) dan jumlah pelaburan 2 dan 4 kali ulangan. Setiap pelaburan, venir dibiarkan selama 15 menit agar cukup waktu untuk Natrium Silikat meresap dalam pori-pori kayu. 26 Setelah dilaburi 2 atau 4 kali, venir ditimbang kembali untuk mengetahui jumlah Natrium Silikat yang masuk dalam venir (retensi). Venir core bagian muka dan belakang dilaburi ramuan perekat yang telah dibuat dengan komposisi : - Urea formaldehide 60% - Tepung industri 9,90% - Tepung tempurung kelapa 4,90% - Amonium chlorida 0,49% - Air 4,97% - Jumlah berat labur setiap permukaan venir core 16 gram/ft 2 Venir face dan back direkatkan pada venir core. Dilakukan pengempaan dingin dengan tekanan 10 kg/cm 2 selama 15 menit dilanjutkan pengempaan panas dengan tekanan 8 kg/cm 2 selama 2 menit pada suhu 105 0 C pembuatan blanko (kayu lapis tanpa dilaburi natrium silikat) juga dilakukan sebagai pembanding. Kayu lapis yang telah dibuat dilakukan pengujian kadar air dan keteguhan rekat yang mengacu pada SNI 01-052-1999; dan uji bakar (bagian yang terbakar) mengacu pada ASTM E.119-1975. Daya tahan rambat api dihitung sebagai berikut : Daya Tahan Rambat Api = 100% - X% (bagian yang terbakar) Untuk retensi (R) dihitung menggunakan rumus : Ba Bo R = x K V Keterangan : Ba adalah berat contoh venir setelah dilaburi natrium silikat ( gr ) Bo adalah berat contoh venir sebelum dilaburi natrium silikat ( gr ) V adalah volume contoh uji venir (cm 3 ) K adalah konsentrasi larutan natrium silikat Analisa data (retensi, kadar air, keteguhan rekat dan uji bakar) dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (Sudjana, 1985). Faktor-

faktor yang diamati yaitu konsentrasi larutan natrium silikat (A) yang terdiri dari 30% (a 1 ), 40% (a 2 ) dan 50% (a 3 ), dan jumlah pelaburan (B) yang meliputi 2 kali (b 1 ) dan 4 kali (b 2 ). Setiap perlakuan percobaan diulang sebanyak 3 kali. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Retensi Natrium Silikat Pada Venir Face dan Back Nilai rata-rata retensi berada diantara 0,053 sampai 0,13 gram/cm 3 (Tabel. 1), dan nilai terbesar dihasilkan dari perlakuan konsentrasi natrium silikat 50% dan jumlah pelaburan 4 kali. Pelaburan menggunakan natrium silikat dapat melapisi permukaan venir face dan back, namun warna permukaan venir yang sebelumnya agak kecoklatan berubah menjadi coklat agak tua. Perubahan warna ini menunjukan terjadinya oksidasi zat warna kayu oleh natrium silikat yang memiliki sifat oksidator. Pelaburan sebanyak 4 kali menggunakan natrium silikat belum begitu banyak menembus sampai pada bagian permukaan venir yang akan direkat. Hasil analisa sisik ragam (Tabel. 2) bahwa konsentrasi natrium silikat dan jumlah pelaburan berpengaruh sangat nyata dan nyata terhadap retensi. Adanya pengaruh nyata menunjukan bahwa antar perlakuan konsentrasi dan jumlah pelaburan ada perbedaan nilai retensi. 3.2 Kadar Air Kayu Lapis Nilai rata-rata kadar air kayu lapis berada diantara 10,25% sampai dengan 10,72% (Tabel. 1) dan nilai tersebut memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia tentang kayu lapis untuk penggunaan umum (maksimum adalah 14%). Untuk perlakuan blanko diperoleh kadar air 10,83%. Pelaburan venir menggunakan natrium silikat, tidak mempengaruhi kadar air dalam kayu lapis (Tabel. 2). 3.3 Keteguhan Rekat Kayu lapis Nilai rata-rata mutu keteguhan rekat kayu lapis berkisar antara 9,74 kg/cm 2 sampai 12,52 kg/cm 2. Untuk blanko diperoleh keteguhan rekat rata-rata 13,78 kg/cm 2 (Tabel. 1). Dari hasil nilai tersebut memperlihatkan ada kecenderungan perlakuan pelaburan venir menggunakan natrium silikat dapat menurunkan keteguhan rekat. Namun bila dilihat dalam persyaratan mutu keteguhan rekat dalam Standar Nasional Indonesia, semua nilainilai tersebut masih lebih besar dari yang dipersyaratkan, yaitu lebih besar atau sama dengan 7 kg/cm 2. Tabel 2 Analisis sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi natrium silikat berpengaruh sangat nyata terhadap keteguhan rekat. Makin besar konsentrasi natrium silikat makin menurun keteguhan rekat. Adanya penurunan nilai keteguhan rekat disebabkan oleh natrium silikat yang bersifat oksidator, sehingga dapat mengganggu dalam mekanisme proses perekatan kayu lapis. Yang meliputi pelaburan, pembasahan, pengaliran, penembusan dan pemasakan perekat (Prayitno, 2006). 3.4 Uji Bakar Kayu Lapis Bagian yang terbakar (uji bakar) untuk perlakuan blanko adalah 71,05% atau daya tahan rambat api 28,95% (Tabel. 1). Sedangkan perlakuan pelaburan venir menggunakan Natrium Silikat diperoleh nilai rata-rata uji bakar antara 31,92% sampai 49 % (Tabel. 1). Perlakuan tersebut dapat memperbesar daya tahan rambat api menjadi 51% sampai 68,08% (Tabel. 1). Perlakuan penambahan Natrium Silikat dalam konsentrasi 50% dengan jumlah pelaburan 4 kali ulangan menghasilkan nilai uji bakar atau daya tahan rambat api yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel. 1). Dari Tabel 2. Analisis sidik ragam uji bakar menunjukan bahwa konsentrasi Natrium Silikat, jumlah pelaburan dan interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap uji bakar. Ada indikasi bahwa perlakuan konsentrasi dengan jumlah pelaburan saling bersama-sama dalam setiap perlakuan kombinasi menunjukan perbedaan nyata. Makin besar konsentrasi Natrium Silikat dan jumlah pelaburan, menunjukan semakin besar daya tahan rambat api atau menghasilkan nilai uji bakar semakin kecil (Tabel. 1). 27

Peningkatan Daya Tahan Rambat Api Kayu Lapis dengan cara Pelaburan Natrium Silikat...Djoko Purwanto, Arhamsyah. Tabel 1. Hasil Rata-rata Retensi, Kadar Air, Keteguhan Rekat dan Uji Bakar Kayu Lapis No. Perlakuan Retensi (gr/cm3) Kadar Air ( % ) Keteguhan Rekat (kg/cm2) Uji Bakar ( % ) Daya Tahan Rambat Api ( % ) 1. Blanko (a o b o ) - 10,83 13,78 71,05 28,95 2. a 1 b 1 0,053 10,45 12,52 49,00 51,00 3. a 2 b 2 0,056 10,45 11,81 48,74 51,28 4. a 2 b 1 0,066 10,25 11,35 45,37 54,63 5. a 2 b 2 0,072 10,72 10,62 41,71 58,29 6. a 3 b 1 0,107 10,46 9,80 34,90 65,10 7. a 3 b 2 0,125 10,60 9,74 31,92 68,08 Tabel 2. Analisis Sidik Ragam Retensi, Kadar Air, Keteguhan Rekat dan Uji Bakar Kayu Lapis dari Perlakuan Natrium Silikat F tabel No Parameter Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung 0,05 0,01 A 2 0.0124 0,0062 103,33** 3,89 6,93 1. Retensi B 1 0,0004 0,0004 6,67* 4,75 9,33 AB 2 0,0001 0,0005 0,83 3,89 6,93 Kesalahan 12 0,0007 0,0006 A 2 0,022 0,011 0,07 3,89 6,93 2. Kadar Air B 1 0,190 0,190 1,24 4,75 9,33 AB 2 0,168 0,084 0,55 3,89 6,93 Kesalahan 12 1,84 0,153 A 2 17,26 8,63 25,38** 3,89 6,93 3. Keteguhan B 1 1,12 1,12 3,29 4,75 9,33 Rekat AB 2 0,42 0,21 0,62 3,89 6,93 Kesalahan 12 4,08 0,34 A 2 740,08 370,04 649,19** 3,89 6,93 4. Uji Bakar B 1 23,81 23,81 41,77** 4,75 9,33 AB 2 9,71 4,86 8,53** 3,89 6,93 Kesalahan 12 6,81 0,57 28

Hal ini dikarenakan makin banyaknya jumlah (retensi) Natrium Silikat yang melapisi permukaan venir face dan back yang kemudian masuk ke dalam jaringan kayu. Mekanisme terjadinya nilai pengurangan uji bakar yaitu adanya natrium silikat yang bertindak sebagai katalisator pembentukan arang. Beberapa sifat yang perlu diperhatikan bila menggunakan bahan fire retardant pada kayu, antara lain tidak beracun bagi manusia, tidak berpengaruh jelek terhadap sifat kayu, memiliki daya larut dalam air, dalam konsentrasi tertentu dapat diserap kayu dalam jumlah yang sesuai, dapat mengurangi pembakaran kayu, setelah terjadi penyalaan kayu akan lambat merambat ke bagian lain, harganya murah dan mudah diperoleh di pasaran. IV. KESIMPULAN 1. Pelaburan venir menggunakan Natrium Silikat dalam konsentrasi 50% dan jumlah pelaburan 4 kali ulangan, menghasilkan nilai retensi rata-rata 0,13 gr/cm 3, dan uji bakar 31, 92 % atau daya tahan rambat api 68,08%. Kadar air 10,60% dan keteguhan rekatnya 9,74 kg/cm 2, nilai tersebut memenuhi persyaratan SNI 01-05.2-1999 tentang kayu lapis untuk penggunaan umum. 2. Makin besar konsentrasi Natrium Silikat dan jumlah pelaburan maka semakin besar nilai retensi dan daya tahan rambat api. Namun semakin besar konsentrasi natrium silikat, akan berpengaruh terhadap penurunan keteguhan rekat kayu lapis. 3. Anonim, 2005. Warta Ekonomi. Industri Kayu Lapis Bernapas Dalam Lumpur. http: //www. Google. com. Accesed at. 28 7-2005. 4. Kikk-Othmer, 1969. Encyclopedia of Chemical Technology. Second Edition. Vol. 18 New York-London-Toronto 5. Kollmann, FFP dan Cote, 1986. Principles of Wood Scinence and Technology. Vol. II Wood Based Materials. New York. 6. Prayitno, T.A, 2006. Sifat Perekatan Kayu Suren Dari Hutan Rakyat Menurut Posisi Aksial dan Radial. Makalah Seminar Nasional IX Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. 7. Rindayatno, 2006. Retensi Stedfast 15 EC Dengan Pelarut Air dan Minyak Tanah Pada Konsentrasi Dan Waktu Perendaman Yang Berbeda Terhadap Mortalitas Rayap Kayu Kering Pada Log Core Jenis Meranti Merah. Makalah Seminar Nasional IX Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru 8. Sudjana, 1985. Desain dan Analisis Eksperimen. Penerbit PT. Tarsito, Bandung. V. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 1975. Annual Book of American Society for Testing and Materials (ASTM) Standards. Part.22. Wood ; Adhesives. 2. DSN, 1999. Kayu Lapis Untuk Penggunaan Umum. SNI. 01-05.2-1999. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta 29