KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Komunitas pertambangan di Australia menjadi salah satu kelompok kepentingan yang

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

Partai Politik dan Kelompok Penekan

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

BAB I PENDAHULUAN. Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia, LN Tahun 1994 Nomor 57, TNL Nomor 3564

POLITIK & SISTEM POLITIK

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim yang sangat besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

POWER MAPPING. Sukri Tamma, Fisip Universitas Hasanudin

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

BAB I PENDAHULUAN. negara negara lain di dunia sebagai pusat ekonomi dan demokrasi. Amerika

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

BAB III SEJARAH SINGKAT MAJELIS ULAMA INDOSESIA. pada masa itu, 10 orang ulama yang merupakan unsur dari ormas-ormas Islam

Perbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan

IDENTIFIKASI MATERI RUU ORMAS YANG DIPERKIRAKAN BERKAITAN DAN BERPOTENSI DISHARMONISASI DENGAN RUU PERKUMPULAN DAN UU YAYASAN

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Karyawan Manusia. Material Needs. Social Needs. Makhluk Sosial KELOMPOK FORMAL KELOMPOK INFORMAL. Kinerja Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

Politik dan Kebijakan Kesehatan

A. Pengertian Orde Lama

APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU?

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

Learning Day. TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) Hadir Dalam Mengatasi Masalah Komunitas. Edisi 22 Maret 2013

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

NATIONAL ROLE. Konsep Peranan Nasional dalam Politik Luar Negeri. By: Dewi Triwahyuni

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

POLITICS AND GOVERNANCE IN INDONESIA:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

POLITIK HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA AGUSMIDAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

Pemerintah hdan proses kebijakan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG KEPROTOKOLAN

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

Advokasi : What and How?

Standar Kompetensi Menganalisis Sistem Politik di Indonesia

Program Sasaran

yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. komponen bauran pemasaran segmentasi tersebut dalam pemasaran. konsumen perilaku pembelian konsumen.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA (K.A.K.), PENGADAAN BARANG/JASA PUBLIKASI MEDIA CETAK DAN ONLINE DIREKTORAT PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH 1430 H / 2009 M

UNIT EKSPLANASI KELOMPOK DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

I. PENDAHULUAN. Runtuhnya rezim Orde Baru memberikan ruang yang lebih luas bagi elit politik

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen

TANYA JAWAB PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 9 DAN 8 TAHUN 2006

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

RPSEP-58 PERAN ORMAS DALAM MENJALANKAN FUNGSI PEMERINTAH BIDANG PEMBERDAYAAN

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

ORGANISASI KEMASYARAKATAN. (Studi Proses Kaderisasi Politik di Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila. Kabupaten Sleman) BAB I PENDAHULUAN

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

KUASA HUKUM Veri Junaidi, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Agustus 2014.

LEMBAR TAKLIMAT MUATAN KONGRES April 2009

Materi Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi.

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

BAB 5. SIMPULAN, DISKUSI dan SARAN. transjakarta menunjukkan bahwa aspek yang paling dominan. menggambarkan secara umum mengenai kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

GOOD GOVERNANCE GUNA MENCEGAH TSUNAMI SOSIAL. Oleh: Sofian Effendi Universitas Gadjah Mada

MENDENGARKAN HATI NURANI

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

05Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Komunikasi Antar Budaya dalam Situasi Perbedaan Kebudayaan. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB VII KESIMPULAN. Terbentuknya KORSI terjadi dalam 3 (Tiga) Fase yaitu; Fase Inisiasi, Fase

Transkripsi:

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP) ndonesia merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari jumlah masyarakat terbanyak ke-4 di dunia dan merupakan daerah kepulauan yang terbentang di khatulistiwa. Faktor keberagaman inilah yang mengakibatkan banyaknya kepentingan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Setiap individu maupun masyarakat memiliki kepentingan yang harus diraih dan dipertahankan bagi kelangsungan kehidupannya, baik dalam keluarga, masyarakat, Negara maupun dengan Negara lain. Dalam rangka meraih dan mempertahankan kepentingannya ini, tentu saja memerlukan kerja keras, perjuangan semuanya bersentuhan dengan individu atau masyarakat, maupun yang lebih luas yaitu Negara dan pihak Internasional. Untuk itu semua, memerlukan kekuatan dan dukungan dari semua pihak sehingga memperoleh tanggapan yang serius dari masyarakat atau pihak tertentu yang menjadi tujuan dari kepentingan[1]. Bentuk kekuatan yang memiliki daya dukung adalah kekuatan yang didalamnya berisi dua atau lebih orang yang bekerja-sama, untuk mencapai tujuan bersama.

SAMBUNGAN Bentuk kekuatan itu disebut juga dengan organisasi. Organisasi yang berdiri dan mengatasnamakan dirinya sebagai organisasi kepentingan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) dan organisasi sosial lainnya. Hal lain yang melatar belakangi lahirnya kelompok kepentingan ini adalah adanya dominasi individu, masyarakat, Negara dan Negara lain lemah (terbelakang, baru dan berkembang) yang dapat membahayakan kelangsungan kehidupan dalam semua kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

JENIS-JENIS KELOMPOK KEPENTINGAN a. Kelompok Anomik Kelompok-kelompok anomik, ini terbentuk di antara unsur-unsur dalam masyarakat secara spontan dan hanya seketika, dan karena tidak memiliki nilainilai dan norma-norma yang mengatur, kelompok ini sering bertumpang tindih (Overlap) dengan bentuk-bentuk partisipasi politik non-konvensional, seperti demonstrasi, kerusuhan, tindak kekerasan politik dan sebagainya. Tetapi kita harus hati-hati menilai, sebab seringkali yang nampak anomik itu kadang-kadang merupakan tindakan yang direncanakan secara teliti oleh kelompok kepentingan yang terorganisir

SAMBUNGAN b. Kelompok Non Assosiasional Kelompok kepentingan non-asosiasional, termasuk kategori kelompok masyarakat awam (belum maju) dan biasanya jarang yang terorganisir rapi dan kegiatannya bersifat temporer. Ini mungkin berwujud kelompok-kelompok keluarga dan keturunan atau etnik, regional, status dan kelas yang menyatakan kepentingan secara kadang kala melalui individu-individu, klik-klik[7], kepala keluarga atau pemimpin agama, dan semacam itu. Misalnya, keluhan dari delegasi informal suatu kelompok linguistik mengenai bahasa pengantar di sekolah, permintaan dari beberapa tuan tanah kepada seorang birokrat dalam suatu klub sosial informal tentang tarif hasil pertanian dan sebagainya. Pertemuan-pertemuan sosial, pesta-pesta tidak resmi, dan semacamnya seringkali menciptakan situasi yang memungkinkan pembicaraan tawar-menawar (Bargaining) antara para pembuat keputusan dan kelompok-kelompok warga negara yang memiliki kepentingan yang sama.

SAMBUNGAN. c. Kelompok Assosional Kelompok asosiasional meliputi serikat buruh, federasi kamar dagang atau perkumpulan usahawan dan insdustrialis, paguyuban etnik, persatuan-persatuan yang diorganisir oleh kelompok-kelompok agama, dan sebagainya. Secara khas kelompok ini menyatakan kepentingan dari suatu kelompok khusus, memakai tenaga staff profesional yang bekerja penuh, dan memiliki prosedur teratur untuk memustuskan kepentingan dan tuntunan. Kegiatan politik utama dari kelompok asosiasional antara lain melakukan tawar menawar (bargaining) di luar saluransaluran partai politik dengan pejabat-pejabat pemerintah tentang peraturan pemerintah dan usul rencana undang-undang di parlemen. Mereka juga berusaha mempengaruhi opini masyarakat dengan mengiklankan kampanyekampanye, misalnya, penentangan terhadap usaha nasionalisasi perusahaan tertentu. Contoh lembaga ini adalah Serikat Buruh, Kamar Dagang Dan Industri (KADIN), Paguyuban, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nadhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan lain-lain

SAMBUNGAN c. Kelompok Institusional Organisasi-organisasi seperti partai politik, korporasi bisnis, badan legislatif, militer, birokrasi, dan gereja seringkali mendukung kelompok kepentingan institusional atau memiliki anggotaanggota yang khusus bertanggung jawab melakukan kegiatan lobbying. Kelompok ini bersifat formal dan memiliki fungsi-fungsi politik atau sosial lain di samping artikulasi kepentingan. Tetapi, baik sebagai badan hukum maupun sebagai kelompok-kelompok lebih kecil dalam badan hukum itu (seperti fraksi-fraksi badan legislatif, klik-klik perwira, departemen, dan klik-klik ideologis dalam birokrasi). Kelompok semacam ini bisa menyatakan kepentingannya sendiri maupun mewakili kepentingan dari kelompok-kelompok lain dalam masyarakat. Bila kelompok-kelompok kepentingan institusional sangat berpengaruh, biasanya akibat dari basis organisasinya yang kuat. Klik-klik militer, kelompok-kelompok birokrat, dan pemimpin-pemimpin partai sangat dominan di negara-negara belum maju, di mana kelompok kepentingan asosiasional sangat terbatas jumlahnya atau tidak efektif. Misalnya, di banyak negara baru di Asia dan Afrika pemerintahan hasil pemilihan umum seringkali dijatuhkan dan diganti oleh rezim-rezim militer otoriter. Contoh kelompok institusional: Partai politik, korporasi bisnis, Badan Legislatif, Militer, Birokrasi, dan lain-lain