Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws

dokumen-dokumen yang mirip
MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL MELALUI DISPUTE SETTLEMENT BODY (DSB) WORLD TRADE ORGANIZATION

PP 34/1996, BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INDUSTRI DALAM NEGERI DARI PRAKTEK DUMPING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1996 TENTANG BEA MASUK ANTIDUMPING DAN BEA MASUK IMBALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakefektifan penyelesaian sengketa

BAB I PENDAHULUAN. implikasi positif dan negatif bagi perkembangan ekonomi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

(Suci Hartati, SH, M.Hum) Abstrac

BAB V PENUTUP. 1. Sengketa dagang antara Indonesia dan Korea Selatan bermula. pada saat KTC mengajukan petisi anti dumping dan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DUMPING DAN ANTI-DUMPING SEBAGAI BENTUK UNFAIR TRADE PRACTICE DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu, di mana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN TENTANG TINDAKAN ANTIDUMPING, TINDAKAN IMBALAN, DAN TINDAKAN PENGAMANAN PERDAGANGAN

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

Bab I. Pendahuluan. adalah akumulasi keuntungan yang sebesar-besarnya (optimum profit). Tujuan ini

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN TERHADAP INDUSTRI DI DALAM NEGERI DALAM SISTEM PERDAGANGAN BEBAS WTO

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

Kata Kunci: National Treatment, Pajak Impor Dalam Industri Telepon Genggam, Kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Restrukturisasi Perusahaan Akibat Krisis Perekonomian Global

ANTI DUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL: SINKRONISASI PERATURAN ANTI DUMPING INDONESIA TERHADAP WTO ANTI DUMPING AGREEMENT

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

Oleh Ni Wayan Anggita Darmayoni I Gede Yusa. Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP

PRAKTEK DUMPING DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERSAINGAN USAHA O le h : DR. SUKARMI, S.H.,M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

Royalti Dalam Penetapan Nilai Pabean Untuk Penghitungan Bea Masuk. Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Bea Masuk. Anti Dumping.Uncoated Writing. Printing Paper.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PERLINDUNGAN HUKUM T ERHADAP KONSUME N AKI BAT PERSAING AN CURANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.010/2015 TENTANG

Artikel 22 ayat 1, DSU Agreement.

BAB V PENUTUP. bloatware, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANTIDUMPING CASE SETTLEMENT IN INDONESIA (In Case wheat flour import form Turkish)

KAJIAN YURIDIS KEBIJAKAN ANTIDUMPING DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 1 Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

2 Anti Dumping Terhadap Impor Produk Canai Lantaian Dari Besi Atau Baja Bukan Paduan Dari Negara Jepang, Republik Korea, Taiwan, Republik Rakyat Tiong

RELEVANSI KESEPAKATAN PAKET BALI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

Praktek Dumping. Abstraksi

KEPUTUSAN MENTERI PERUNDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI. NOMOR 546/MPP/Kep/7/2002 TANGGAL 24 JULI 2002 TENTANG PEMBENTUKAN TIM BEA MASUK ANTI DUMPING

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PMK.010/2018 TENTANG PENGENAAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN TERHADAP IMPOR

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

PENGATURAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DALAM UNDANG-UNDANG KEPABEANAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PMK.010/2015 TENTANG

PENGATURAN PRICE FIXING DALAM KEGIATAN USAHA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

2016, No dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.011/2013 dan berlaku sampai dengan tanggal 1 April 2016; c. bahwa berdasarkan ketentua

BAB II KONSEP DAN PENGATURAN DUMPING SERTA ANTIDUMPING DALAM KERANGKA GATT WTO

183/PMK.011/2009 PENGENAAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP IMPOR BI-AXIALLY ORIENTED POLYPROPYLENE F

ANALISIS PENGATURAN KRITERIA FASILITAS PENANAMAN MODAL DIKAITKAN DENGAN PRINSIP MOST FAVORED NATION (MFN)

HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Dumping dan Anti Dumping

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

2011, No Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perub

PENGATURAN MENGENAI PENGANGKATAN ANAK YANG DILAKUKAN OLEH SESEORANG YANG TIDAK KAWIN

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. b. bahwaa. Komite. pengenaan. Indonesia (KPPI), Masuk.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Wirjono Prodjodikoro, 1967, Azas azas Hukum Publik Internasional, P.T. Pembimbing Masa, Djakarta, h.130 3

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR' 32 /PMKOll/2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SISTEM PENETAPAN NILAI PABEAN (CUSTOMS VALUATION) YANG BERLAKU DI INDONESIA

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KOMODITI EKSPOR INDONESIA ATAS TUDUHAN DUMPING

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KERJASAMA SEKOLAH DASAR NOMOR 3 PENATIH DENGAN PT.PRIMAGAMA DENPASAR MEGA KARLINA NPM.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL ASING MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA

MENTERI KEUANGAN, REPUBLIK INDONESIA SALINAN TENTANG MEALDISH (LACQUERED DENGAN. Bea Masuk. dumping

KAJIAN ATAS UJI KEWAJARAN NILAI TRANSAKSI DALAM PENETAPAN NILAI PABEAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/PMK.011/2013 TENTANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

Membantu Indonesia Menyediakan Perlindungan terhadap Praktik Perdagangan yang Tidak Adil dan Lonjakan Impor

Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MERGER PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI HUKUM PERSAINGAN USAHA

2017, No Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEKUATAN HUKUM PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) SEBAGAI LEMBAGA SMALL CLAIM COURT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.010/2015 TENTANG

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.011/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat cepat mengakibatkan semakin kuatnya tingkat

PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Keywords: ASEAN Economic Community, Micro, Small and Medium Enterprises, Monopoly

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 7 WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

2 Perdagangan, yaitu pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan terhadap impor produk steel wire rod; d. bahwa dalam rangka menindaklanjuti hasil penyeli

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

UPAYA MENGURANGI POTENSI KERUGIAN NEGARA DARI PENYIMPANGAN IMPOR CBU

Transkripsi:

INDIKASI PRAKTIK DUMPING MENURUT KETENTUAN PERUNDANGAN INDONESIA oleh Putu Edgar Tanaya Ida Ayu Sukihana Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Indications Dumping Practices Legislation Provisions According to Indonesia. The existence of fuzzy norms in the explanation of Act No. 7 of 1974 on Ratification of the Agreement Establishing the World Trade Organization. This paper describes the indications that can be used to categorize an act into the practice of dumping pursuant to the laws of Indonesia. In addition, this paper also discusses the forms of dispute resolution pursuant dumping laws and regulations of Indonesia. In writing scholarly journals used this type of research is normative research. Indication of the existence of dumping of imported goods has seen the export price of the goods is lower than the normal value and import of goods. Dispute resolution developed in General Agreement on Tariff and Trade (GATT) done by non-litigation and litigation. Key Words: Indications, Practice of Dumping, Laws ABSTRAK Indikasi Praktik Dumping Menurut Ketentuan Perundangan Indonesia. Adanya norma kabur dalam penjelasan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia. Tulisan ini menjelaskan tentang indikasi yang dapat digunakan untuk mengkategorikan suatu perbuatan kedalam praktik dumping menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia. Di samping itu, tulisan ini juga membahas mengenai bentuk penyelesaian sengketa praktik dumping menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia. Dalam penulisan jurnal ilmiah ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif. Indikasi akan adanya praktik dumping dilihat dari barang impor memiliki harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya dan impor barang. Penyelesaian sengketa yang dikembangkan dalam Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan dilakukan dengan cara non litigasi dan litigasi. Kata Kunci: Indikasi, Praktek Dumping, Perundang-undangan I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1

Pembangunan ekonomi telah berhasil menumbuhkan dan mengembangkan berbagai sektor ekonomi utamanya sektor industri yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. persaingan antar pelaku usaha di dunia bisnis dan ekonomi adalah sebuah keharusan. Persaingan usaha di dunia merambah ke Indonesia yang memunculkan praktik dumping yang dapat mengancam terwujudnya kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan kata lain hakikat dumping sebagai praktek curang bukan hanya karena dumping dipergunakan sebagai sarana untuk merebut pasar di negara lain. Praktek banting harga itupun dapat berakibat menggerogoti bahkan mematikan perusahaan domestik yang menghasilkan produk-produk sejenis. 1 Sebagai tindak lanjut dari ratifikasi Persetujuan Pebentukan WTO sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994, praktik dumping belum diatur dalam satu Undang-undang khusus, melainkan diatur dengan disisipkan dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabean (pasal 18 dan 20) dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 tentang Bea masuk Anti Dumping (BMAD) dan Bea Masuk Imbalan sebagai ketentuan materiil. Didalam hukum internasional, Indonesia mengikuti persetujuan Anti Dumping yang disebut dengan Agreement on the Implementation of Article VI of GATT 1994 bahwa perlawanan diperbolehkan untuk diambil alih oleh suatu negara pengimpor sebagai cara mengadakan perbaikan atas kerugian yang diderita oleh usaha atau industri barang sejenis di dalam negeri. 2 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui indikasi yang dapat digunakan untuk mengkategorikan suatu perbuatan kedalam praktek dumping, serta mengetahui bentuk penyelesaian sengketa praktik dumping menurut peraturan perundangundangan Indonesia. 1 Sukarmi, 2002, Regulasi Anti Dumping Di Bawah Bayang-bayang Pasar Bebas. Sinar Grafika, Bandung, Hal. 7. 2 Aprilia gayatri dan Femita Adriani, 2008, Tugas Hukum Perdagangan Internasional : Tuduhan Praktek Dumping Yang Dilakukan Indonesia Oleh Korea Selatan, Fakultas Hukum Padjajaran, Bandung, Hal.1. 2

II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Dalam penulisan jurnal ilmiah ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif. Praktik dumping di Indonesia sejauh ini diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabean dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 Tentang BMAD dan Bea Masuk Imbalan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Perundang-undangan (statute approach). 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Klasifikasi Praktik Dumping Menurut Ketentuan Undang-Undang Tentang Kepabean dan Peraturan Pemerintah Tentang Bea Masuk Anti Dumping Dalam penanganan kasus-kasus dumping terdapat beberapa peraturan perundangundangan nasional yang mengatur salah satunya adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan pada Pasal 1 ayat (1) mengatur bahwa Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan Bea Masuk". Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan didalamnya mengatur mengenai Bea Masuk Anti Dumping (BMAD). Dalam pengertian ini berarti terhadap barang impor yang dikenakan Bea Masuk Anti Dumping telah dianggap produsen barang tersebut telah melakukan dumping. Adapun dalam pasal 19 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1955 tentang Kepabeanan disebutkan bahwa Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor yang melakukan praktik dumping tersebut setinggi-tingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 Tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan pasal 1 butir 1 dapat diindikasi akan adanya praktik dumping adalah bilamana barang impor dengan tingkat ekspor yang lebih rendah dari nilai normalnya di negara pengekspor. Kendati demikian namun beberapa ketentuan dalam Peraturan pemerintah ini secara tegas mengisyaratkan mengenai perlindungan dan pengawasan oleh pemerintah terhadap keberadaan barang dumping tanah air 2.2.2 Bentuk Penyelesaian Praktik Dumping 3

Penyelesaian praktik dumping secara non litigasi berdasarkan penjelasan Undangundang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia disebutkan bahwa pada prinsipnya, masalah-masalah yang timbul diselesaikan secara bilateral antara negara-negara yang terlibat dalam persengketaan dagang melalui mediasi/konsultasi dan konsiliasi, serta hasilnya diberitahukan kepada GATT. Alternatif penyelesaian sengketa menurut pasal 1 butir 10 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negoisasi, mediasi, dan Abitrase. Selain secara non litigasi dapat ditempuh secara litigasi yang jauh lebih formal dan litigasi adalah penyelesaian sengketa yang diambil melalui jalur judicial settlement yang mempunyai sifat tribunal yaitu sifat seperti pengadilan pada umumnya. Disputte Settlement Body (Badan Penyelesaian Sengketa) yakni sebagai pengawas penyelesaian sengketa dalam GATT sekaligus menyelesaikan sengketa dumping. Disputte Settlement Body (DSB) juga memonitor pelaksanaan putusan dan merekomendasikan serta memiliki kekuasaan untuk mengesahkan retalisasi, jika suatu negara tidak mematuhi keputusan yang bedasar pada pasal XXII-XXIII GATT 1974. Dalam WTO, Dispute Settlement Body merupakan satu dari 4 organisasi utama yang merupakan konsekuensi fungsi WTO sebagai pengatur pelaksanaan ketentuan mengenai penyelesaian sengketa perdagangan sebagaimana tercantum dalam Article III-Functions of the WTO dari Agreement of Estabilishing the World Trade Organization (WTO). 3 III. KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Indikasi akan adanya praktik dumping dapat dilihat dengan kriteria yaitu apabila barang impor memiliki harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya dan impor barang tersebut menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang 3 Faisal Salam, 2007, Penyelsaian Sengketa Bisnis Secara Nasional Dan Internasional, Mandar Maju, Bandung, Hal. 457. 4

memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut serta mengecam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut dan menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri. 2. Penyelesaian sengketa yang dikembangkan dalam GATT dilakukan dengan cara non litigasi dan litigasi. adapun penyelesaian secara non litigasi terdiri dari : Negosisasi, Konsultasi, Arbitrase. sedangkan secara litigasi adalah penyelesaian sengketa yang diambil melalui jalur judicial settlement yang mempunyai sifat tribunal. penyelesaian dalam WTO adalah melalui Dispute Settlement Body atau badan penyelesaian sengketa memegang peranan paling penting. DAFTAR PUSTAKA BUKU-BUKU Aprilia gayatri dan Femita Adriani, 2008, Tugas Hukum Perdagangan Internasional : Tuduhan Praktek Dumping Yang Dilakukan Indonesia Oleh Korea Selatan, Fakultas Hukum Padjajaran, Bandung. Faisal Salam, 2007, Penyelsaian Sengketa Bisnis Secara Nasional Dan Internasional, Mandar Maju, Bandung. Sukarmi, 2002, Regulasi Anti Dumping Di Bawah Bayang-bayang Pasar Bebas. Sinar Grafika, Bandung. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-undang Dasar 1945 (Amandemen Ke-IV). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Pengesahan Agreement Estabilishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1996 Tentang Bea masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan. 5