BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan pendidikan kesehatan

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

LAMPIRAN I. A. Identitas Responden Mohon di isi sesuai jawaban anda: No. Responden 1. Nama Responden : 2. Alamat Responden : 3. Pendidikan Responden :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

PENINGKATAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER-KB PEGANGAN BAGI KADER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PENDIDIKAN TENTANG CARA PERAWATAN PAYUDARA. PADA Ny. S POST PARTUM SPONTAN DISERTAI PRE EKLAMSIA

ABSTRAK. Kata Kunci : Peran suami, Akspektor Mantap (MOW).

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. wanita sebagai pilihan kontrasepsi

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Determinan dalam pelaksanaan Program KB. Menurut Saroha Pinem (2009) ada beberapa faktor yang meyebabkan PUS

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, memiliki peran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen/pasien. Pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making)

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB III VASEKTOMI DAN TUBEKTOMI DALAM KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan. Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1. Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas. 2. Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. 3. Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda. 5

Tim ahli WHO (1984), menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku ada empat alasan pokok, yaitu : 1. Pemikiran dan perasaan Bentuk pemikiran dan perasaan ini adalah pengetahuan, kepercayaan, sikap dan lain-lain. 2. Orang penting sebagai referensi Apabila seseorang itu penting bagi kita, maka apapun yang ia katakan dan lakukan cendrung untuk kita contoh. Orang inilah yang dianggap kelompok referensi seperti : guru, kepala suku dan lain-lain. 3. Sumber-sumber daya Yang termasuk adalah fasilitas-fasilitas misalnya : waktu, uang, tenaga kerja, ketrampilan dan pelayanan. Pengaruh sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. 4. Kebudayaan Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan pengadaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang disebut kebudayaan. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku. Dari uraian tersebut diatas dapat dilihat bahwa, alasan seseorang berperilaku. Oleh sebab itu, perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda penyebab atau latar belakangnya.

Perilaku yang optimal akan memberi dampak pada status kesehatan yang optimal juga. Perilaku yang optimal adalah seluruh pola kekuatan, kebiasaan pribadi atau masyarakat, baik secara sadar ataupun tidak yang mengarah kepada upaya pribadi atau masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dari masalah kesehatan. Pola kelakuan/kebiasaan yang berhubungan dengan tindakan promotif, preventif harus ada pada setiap pribadi atau masyarakat. Perilaku dapat dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoatmodjo,1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : 1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan. 2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek, sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik, tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya. 3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2.1.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, atau media massa dan elektronik. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Ever Behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. ` Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know) Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang

telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tabu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan. b. Pemahaman (Comprehension) Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan cotoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dlam konteks atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti : dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyususun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan Justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentkan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria yang ada. 2.1.2. Perilaku dalam Bentuk Sikap Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yag bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 1993). Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebaginya). Sikap ini tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah selalu mencermikan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan

diperolehnya tembahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulas atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954) dalam Soekidjo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave). Sikap ini terdiri dari 4(empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya : sikap orang terhadap lingkungandapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang lingkungan. 2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban, apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Ciri-ciri sikap adalah : 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis, seperti : lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang, bila terdapat keadaan-keadaan dari syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek, dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa. 4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan- pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto, 1990). Fungsi sikap dibagi menjadi 4 (empat) golongan, yakni : 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sebagai alat pengukur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang pada umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan, tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi, antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan- keinginan pada orang itu dan sebagainya. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif artinya semua

pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana-mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai penyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi, sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, maka kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dan dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999). 2.2.3. Perilaku dalam Bentuk Tindakan Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmojo, 19993). Tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu : 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon Terpimpin (Guided Response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adopsi (Adoptioan) Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sesudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran tingkat tersebut. 2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut L.W.Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu : 1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2. Faktor-faktor Pemungkin (Enambling Factors) Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. 3. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors) Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang-

undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. 2.3. Keluarga Berencana 2.3.1. Pengertian Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperpanjang untuk membina kesehatan yang sebaik-baiknya, baik seluruh anggota, dan kelahiran selanjutnya dicegah apabila jumlah anak telah mencapai jumlah yang telah dikehendaki, untuk menuju norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Kegiatan keluarga berencana tidak hanya penjarangan/mengatur kehamilan, tetapi termasuk kegiatan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan keluarga. Keluarga Berencana (KB) adalah suatu cara untuk menjarangkan kelahiran agar ibu dan anak dapat selalu terjaga kesehatannya. Dengan jarangnya kelahiran, anak dapat dirawat oleh ibu, sehingga pertumbuhannya dapat normal, program ini bertujuan : a. Menjarangkan kelahiran agar anak dan ibu dapat terjaga kesehatannya. b. Agar anak mendapatkan kasih sayang yang cukup dari kedua orangtuanya c. Ibu dapat terjaga kesehatannya apabila hamil kembali. Beberapa cara ber-kb yang dilakukan adalah : 1. Senggama terputus (Coitus Interruptus) yaitu senggama biasa, namun alat kelamin segera keluar sebelum terjadi pengeluaran cairan mani. 2. Pantang berkala yaitu suatu cara pencegahan kehamilan dengan cara tidak melakukan senggama pada saat istri dalam keadaan masa subur.

3. Kondom yaitu berupa sarung karet yang tipis dan dapat dipakai untuk mencegah kehamilan. 4. Spiral/ IUD/AKDR yaitu alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik, ada pula yang dililiti tembaga, dan bentuknya bermacam-macam. 5. Pil KB yaitu suatu pil yang mengandung hormon dan dapat mencegah kehamilan jika diminum secara teratur setiap hari. 6. Suntikan yaitu suatu cairan yang berisi zat, yang dapat mencegah kehamilan untuk jangka waktu tertentu. 7. Susuk yaitu suatu alat yang berisi hormon untuk mencegah kehamilan. 8. Kontrasepsi Mantap 9. Tubektomi (perempuan) adalah operesi kecil dengan cara mengikat, menutup saluran telur perempuan. 10. Vasektomi (laki-laki) adalah operasi kecil dan sederhana yang dilakukan dengan menutup saluran bibit laki-laki pada bagian kanan dan kiri kantong zakar. 2.3.2. Sasaran dan Kesempatan Untuk Melakukan Keluarga Berencana 1. Pasangan yang seharusnya diberi pelayanan keluarga berencana. a. Mereka yang ingin mencegah kehamilan karena alasan pribadi b. Mereka yang ingin menjarangkan kelahiran. Demi kesehatan ibu dan anak, jarak kelahiran yang baik adalah tidak kurang dari 3 (tiga) tahun. c. Mereka yang ingin membatasi jumlah anak. d. keluarga seperti tersebut dibawah ini hendaknya dianjurkan menggunakan kontrasepsi dan diberi semua penerangan yang diperlukan :

1). Keluarga yang menderita penyakit mendadak atau menahun (akut atau kronis) 2). Ibu berusia kurang dari 18 atau diatas 35 tahun 3). Keluarga yang mempunyai lebih dari 5 orang anak 4). Ibu yang mempunyai riwayat kesukaran persalinan, misalnya lahir-mati berulang kali, operasi caesria dan lain-lain komplikasi 5). Keluarga dengan anak-anak bergizi buruk 6). Ibu yang telah mengalami keguguran berulang kali 7). Kepala keluarga tidak mempunyai pekerjaan yang tertentu 8). Keluarga dengan rumah tinggal yang sempit 9). Keluarga yang taraf pendidikannya rendah, sedikit sekali pengertiannya tentang pemeliharaan kesehatan e. Manfaat sebesar-besarnya akan tercapai, bila pasangan muda menggunakan kontrasepsi mulai dari saat kawin dan sesudah mereka mempunyai satu atau dua orang anak. 2. Penentuan orang-orang yang memerlukan penerangan dan pelayanan keluarga berencana. Siapkan suatu peta dari tiap desa yang menunjukkan rumah setiap pasangan yang memenuhi syarat-syarat seperti di atas. 3. Kesempatan untuk memberikan penerangan dan pelayanan keluarga berencana. Tiap petugas kesehatan hendaknya mempergunakan setiap kesempatan untuk memajukan keluarga berencana, misalnya pada waktu : 1). Perawat sedang merawat seorang bayi 2). Penderita sedang menunggu di klinik

3). Petugas sanitasi/p3m mengunjungi orang-orang disuatu daerah 4). Dokter mengobati seorang ibu dengan kelainan berat, misalnya jantung. Tempat-tempat yang terbaik digunakan buat memajukan program Keluarga Berencana adalah : Puskesmas, Klinik hamil, BKIA, Nifas dan penyakit kandungan, Ruang Bersalin Rumah sakit dan pada waktu kunjungan rumah. 2.4. Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) adalah pemotongan/pembuangan saluran sperma kiri dan kanan saja, agar cairan mani yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi dengan melakukan tindakan operasi kecil yang memakan waktu operasi yang singkat yaitu 10-15 menit dan tidak memerlukan anasthesi (bius) umum, cukup dengan bius lokal saja, sehingga relatif lebih aman. Pada vasektomi buah zakar (testis) tidak dibuang, jadi tetap dapat memproduksi hormone testosterone. Vasaktomi tidak akan menyebabkan laki-laki menjadi impoten, sebab saraf-saraf dan pembuluh darah yang berperan dalam proses terjadinya ereksi berada di batang penis. Sedangkan tindakan vasektomi hanya dilakukan di sekitar buah zakar (testis), jauh dari persarafan untuk ereksi. Jadi vasektomi sama sekali tidak akan mengganggu kemampuan penis untuk ereksi (BKKBN, 2008) 2.4.1. Alasan Vasektomi Diperkenalkan Banyak alasan yang dapat dikemukakan, mengapa Vasektomi dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara ber-kb pada pria. Adapun alasan-alasan tersebut adalah :

1. Vasektomi merupakan cara KB yang lebih efektif, karena tingkat kegagalannya sangat kecil dalam mencegah kehamilan. 2. Vasektomi lebih aman, karena keluhan lebih sedikit bila dibandingkan dengan cara kontrasepsi lainnya. 3. Sebagai tanggung jawab pria untuk melindungi diri dan keluarganya dalam segi ekonomi, gizi, dan kesehatan. 4. Vasektomi lebih praktis, karena hanya memerlukan satu kali tindakan saja. 2.4.2. Cara Kerja dan Lama Vasektomi Mencegah Kehamilan Setelah saluran sperma di potong dan diikat dengan benang sutera, sehingga sperma yang dihasilkan oleh buah zakar (testis) tidak dapat dikeluarkan. Keadaan inilah yang melindungi istri dari kehamilan. Vasektomi dapat digunakan untuk seumur hidup. 2.4.3. Daya Perlindungan Vasektomi dalam Mencegah Kehamilan Telah dibuktikan, bahwa Vasektomi mempunyai daya perlindungan yang lebih besar dari alat kontrasepsi-kontrasepsi lain. Dalam pemakaian sehari-hari ini memungkinkan karena tidak ada faktor lupa seperti dalam penggunaan pil. Demikian pula telah dibuktikan bahwa Vasektomi, lebih efektif dari pada IUD, Kondom dan cara sederhana lainnya. 2.4.4. Indikasi Tindakan Vasektomi 1. Dilakukan atas permohonan pasangan suami-istri yang syah, tanpa paksaan dari pihak lain dalam bentuk apapun 2. Telah dianugrahkan minimal 2 (dua) orang anak dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun.

3. Pria-pria peserta Kontap harus memenuhi syarat kesehatan artinya tidak ditemukannya hambatan atau kontra indikasi untuk menjalani Kontap. 2.4.5. Kontra Indikasi Tindakan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) 1. Penyakit Paru kronis, jantung, ginjal, diabetes, anemia, hemofili, tuberculosis aktif. 2. Gangguan kejiwaan 3. Alergi terhadap anesthesi lokal dan obat-obatan penahan rasa sakit 4. Tekanan darah tinggi 5. Adanya sekret dari genital 6. Infeksi saluran kencing (BKKBN, 2008) 2.4.6. Efek Samping Tindakan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) Efek samping yang dialami peserta akibat tindakan vasektomi antara lain peserta bisa saja mengalami adanya cairan atau pendarahan dari luka, kesulitan buang air kecil, demam, rasa sakit/nyeri dan pembengkakan pada skrotum (BKKBN, 2008). Konseling diberikan kepada akseptor untuk menjelaskan bahwa pada tindakan vasektomi dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti yang telah disebutkan diatas. Syarat-syarat menjadi peserta vasektomi, serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi pun harus dijelaskan. Pastikan peserta mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti bahwa vasektomi adalah tindakan operatif dengan berbagai resiko yang mungkin saja terjadi (BKKBN, 2008).

2.4.7. Keuntungan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) a. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi b. Dapat digunakan seumur hidup c. Tidak mengganggu kehidupan suami istri d. Bila perlu (karena beberapa alasan dapat disambung kembali) e. Tidak dipungut biaya 2.4.8. Kekurangan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) a. Tindakan harus dilakukan oleh tenaga yang sudah terlatih b. Apabila pada saat melakukan prosedur operasi bisa terjadi luka c. Rasa sakit pada daerah fungsi 2.4.9. Waktu Pelaksanaan Tindakan Vasektomi (Medis Operasi Pria/MOP) Tidak ada waktu khusus untuk melakukan tindakan operasi Vasektomi, karena operasi ini dapat dilakukan apabila pasangan suami-istri yang berkeinginan dan mantap tidak ingin memiliki anak lagi dikemudian hari, keluarga harmonis, sehat jasmani dan rohani. 2.4.10. Tenaga Pelaksana Pelayanan Vasektomi Pria dilakukan oleh tim pelaksana yang terdiri dari minimal seorang dokter dan seorang paramedik yang telah mendapat pelatihan menyelenggarakan pelayanan Vasektomi Pria (BKKBN Prov.SU, 2008).

2.4.11. Beberapa Perawatan yang Perlu Disampaikan Kepada Akseptor Pria Setelah di Vasektomi antara lain : 1. Menjaga kebershan luka bekas operasi agar selalu bersih dan kering (selama 3 hari luka jangan sampai terkena air). Bila band aid/plaster terlepas, pasien boleh mengganti sendiri dengan plaster/band aid yang baru. 2. Hubungan seks boleh dilakukan setelah 1 minggu, bila istri sedang tidak menggunakan kontrasepsi, maka pada setiap kali senggama diharuskan memakai kondom hingga 20-25 kali ejakulasi atau selama 3 bulan. 3. Jika memungkinkan 3 Bulan setelah divasektomi memeriksakan air mani untuk memastikan berhasil atau tidaknya vasektomi. 4. Bila demam, pendarahan, pembengkakan dan nyeri yang hebat segera hubungi dokter atau fasilitas kesehatan (BKKBN Prov.SU, 2008). 2.4.12. Waktu Kunjungan Ulang Kunjungan ulang harus dilakukan dalam waktu 7 hari setelah tindakan vasektomi dilakukan. Pemeriksaan pada kunjungan ulang ini mencakup pemeriksaan lokasi tindakan dan pemeriksaan lain yang relevan sesuai dengan sifat spesifik dari kasus dan gejala atau keluhan yang diungkapkan pasien. Selama kunjungan ulang ini, harus dilakukan penilaian apakah ada efek samping atau komplikasi yang berhubungan dengan pembedahan. Selain masalah-masalah medis, juga harus digali apakah pasien mungkin mengalami ketidak puasan atau penyesalan mengenai prosedur (BKKBN Prov.SU, 2008).

2.5. Kerangka Pikir Karakteristik : Umur Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Keluarga Jumlah Anak Pengetahuan Sikap Akseptor KB Sumber Informasi : Petugas Kesehatan Media Cetak Media Elektronik Keluarga Teman Keterangan : Kerangka konsep di atas menjelaskan, bahwa faktor internal meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga dan jumlah anak, sedangkan faktor ekternal meliputi : petugas kesehatan, media cetak, media elektronik, keluarga dan teman dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan tindakan akseptor KB. Faktor eksternal dan internal dapat menambah pengetahuan seseorang, dimana pengetahuan dapat berperan pada sikap seseorang. Pengetahuan dan sikap dapat menentukan tindakan dari seseorang.