Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DI PT. PLN (PERSERO) UIP KIT SULMAPA PLTU 2 SULAWESI UTARA 2 X 25 MW POWER PLAN

UJIAN P3 TUGAS AKHIR 20 JULI 2010

Penilaian Risiko terhadap Pipa Bawah Laut East Java Gas Pipeline (EJGP) Pertagas Akibat Soil Liquefaction karena Gempa Bumi

Analisa Potensi Soil Liquefaction pada Pipa Gas Bawah Laut di Selat Makassar

Tugas Akhir (MO )

BIDANG STUDI GEOTEKNIK PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

ANALISA POTENSI LIKUIFAKSI BERDASARKAN DATA PENGUJIAN SONDIR (STUDI KASUS GOR HAJI AGUS SALIM DAN LAPAI, PADANG) ABSTRAK

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Indonesia di pertemuan 3 lempeng dunia ( diakses pada tanggal 30 Juli 2013)

STUDI POTENSI LIKUIFAKSI BERDASARKAN UJI PENETRASI STANDAR (SPT) DI PESISIR PANTAI BELANG MINAHASA TENGGARA

Analisis Pendahuluan Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. mendekati atau melampaui tegangan vertikal. ringan terjadi pada pergeseran tanah sejauh mm, kerusakan yang

Analisa Soil Liquefaction akibat Gempa Bumi berdasar Data SPT di Wilayah Pesisir Pacitan

Studi Risiko Kerentanan Tanah Akibat Soil Liquefaction Karena Gempa Bumi Di Wilayah Pesisir Kota Pacitan

1.1 LATAR BELAKANG BAB

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-249

Analisis Pengaruh Scouring Pada Pipa Bawah Laut (Studi Kasus Pipa Gas Transmisi SSWJ Jalur Pipa Gas Labuhan Maringgai Muara Bekasi)

PENDEKATAN NUMERIK KAJIAN RESIKO KEGAGALAN STRUKTUR SUBSEA PIPELINES PADA DAERAH FREE-SPAN

SIDANG P3 TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK KELAUTAN 28 JANUARI 2010

POTENSI LIKUIFAKSI TANAH BERPASIR DI SEKITAR KOLOM-KAPUR (LIME-COLUMN)

ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI PADA PROYEK WIRE HOUSE BELAWAN

LOGO PERBANDINGAN ANALISA FREE SPAN MENGGUNAKAN DNV RP F-105 FREESPANING PIPELINE DENGAN DNV 1981 RULE FOR SUBMARINE PIPELINE

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE

ANALISA POTENSI SOIL LIQUEFACTION DI DAERAH PESISIR KOTA PACITAN BERDASARKAN DATA CPT

Sidang Tugas Akhir (MO ) Oleh Muhammad Catur Nugraha

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI PADA SEKTOR RUNWAY DAN TAXIWAY BANDAR UDARA MEDAN BARU ABSTRAK

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Tugas Akhir KL 40Z0 Penilaian Resiko Terhadap Pipa Bawah Laut Dengan Sistem Skoring BAB V PENUTUP

BAB. 1.1 Umum ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

Pemodelan Near Field Scouring Pada Jalur Pipa Bawah Laut SSWJ PT. PGN

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI PADA PEMBANGUNAN JEMBATAN SEI BATANG SERANGAN - LANGKAT ABSTRAK

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

ANALISIS DINAMIK BENDUNGAN SERMO DI JAWA TENGAH

ANALISA KAPASITAS TAMPUNGAN PENYIMPANAN AIR DI CATCHMENT AREA DANAU TOBA DZIKRATUL HAYATI SIREGAR

KAJIAN KARAKTERISTIK JENIS TANAH BERPOTENSI LIKUIFAKSI AKIBAT GEMPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DENGAN DATA SPT DAN CPT

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT

POTENSI LIKUIFAKSI TANAH BERPASIR DI SEKITAR KOLOM-KAPUR (LIME-COLUMN)

= tegangan horisontal akibat tanah dibelakang dinding = tegangan horisontal akibat tanah timbunan = tegangan horisontal akibat beban hidup = tegangan

ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN METODA PSEUDO-STATIK DAN DINAMIK

PENURUNAN KONSOLIDASI PONDASI TELAPAK PADA TANAH LEMPUNG MENGANDUNG AIR LIMBAH INDUSTRI. Roski R.I. Legrans ABSTRAK

ANALISA STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH (RETAINING WALL) AKIBAT BEBAN DINAMIS DENGAN SIMULASI NUMERIK ABSTRAK

Prasetyo Muhardadi

NAJA HIMAWAN

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

Analisis Pengaruh Scouring Pada Pipa Bawah Laut (Studi Kasus Pipa Gas Transmisi SSWJ Jalur Pipa Gas Labuhan Maringgai Muara Bekasi)

DAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI DAN TEORI Metodologi yang digunakan dalam studi ini dijelaskan dalam bentuk bagan alir pada Gambar 2.

Analisis Risiko Pemuatan LNG Pada FSRU Dan Jalur Pipa Gas Menuju ORF

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

Studi Parametrik Potensi Likuifaksi dan Penurunan Permukaan Tanah Berdasarkan Uji Sondir

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

PENGARUH MODULUS GESER TANAH TERHADAP KESTABILAN PONDASI MESIN JENIS BLOK STUDI KASUS: MESIN ID FAN PLTU 2 AMURANG SULUT

Kampus Bina Widya Jl. HR Soebrantas KM 12,5 Pekanbaru, Kode Pos

Analisa Resiko pada Mooring Line Point Mooring) Akibat Beban Kelelahan

Analisa Beban Gempa pada Dinding Besmen dengan Plaxis 2D

SIDANG P3 JULI 2010 ANALISA RESIKO PADA ELBOW PIPE AKIBAT INTERNAL CORROSION DENGAN METODE RBI. Arif Rahman H ( )

ANDHIKA HARIS NUGROHO NRP

Analisis Perilaku Timbunan Tanah Pasir Menggunakan Uji Model Fisik

ANALISIS POTENSI LIKUIFAKSI DI KELURAHAN LEMPUING KOTA BENGKULU MENGGUNAKAN PERCEPATAN MAKSIMUM KRITIS

ANALISIS PENGARUH POTENSI LIKUIFAKSI PADA BANGUNAN DAM MENGGUNAKAN METODE NCEER

BAB IV DATA SISTEM PERPIPAAN HANGTUAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

ANALISIS ON-BOTTOM STABILITY PIPA BAWAH LAUT PADA KONDISI SLOPING SEABED

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA STABILITAS PIPA BAWAH LAUT DENGAN METODE DNV RP F109 : STUDI KASUS PROYEK INSTALASI PIPELINE

KAJIAN POTENSI LIKUIFAKSI PASCA GEMPA DALAM RANGKA MITIGASI BENCANA DI PADANG ABSTRAK

Studi Eksperimental Potensi Likuifaksi di Kali Opak Imogiri Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Analisa Risiko dan Langkah Mitigasi pada Offshore Pipeline

DAFTAR ISI. i ii iii. ix xii xiv xvii xviii

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

Ir. Imam Rochani, M,Sc. Prof. Ir. Soegiono

ANALISIS PENGARUH VARIABILITAS TANAH PADA VARIABILITAS SPEKTRUM RESPON GEMPABUMI

STUDI PERILAKU TEGANGAN-DEFORMASI DAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH DENGAN METODE ELEMEN HINGGA STUDI KASUS PENIMBUNAN PADA TANAH LEMPUNG LUNAK ABSTRAK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

ANALISIS DAYA DUKUNG TIANG PANCANG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA DAN SOFTWARE L-PILE

STUDI PENGARUH DIAMETER PONDASI TIANG TERHADAP PEMANCANGAN PADA TANAH PASIR ABSTRAK

Pengaruh Kedalaman PVD Pada Analisis Konsolidasi Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

ANALISIS KENAIKAN TEKANAN AIR PORI CLEAN SAND MENGGUNAKAN METODE CYCLIC SHEAR-STRAIN CONTROLLED

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) G-189

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

MODIFIKASI SILO SEMEN SORONG DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI STRUKTUR BAJA DAN BETON BERTULANG

POLITEKNOLOGI VOL. 16 No. 1 JANUARI 2017 ABSTRACT

DOSEN KONSULTASI : Dr.Ir. RIA ASIH ARYANI SOEMITRO, M.Eng. TRIHANYNDYO RENDY, ST.MT

Transkripsi:

Analisa Risiko Terhadap Pipa Gas Bawah Laut di Teluk Jakarta Akibat Soil Liquefaction (Aminarti Rafika, Dr. Ir. Wahyudi, M. Sc., Prof. Dr. Ir. Ketut Buda Artana, M. Sc.,) Jurusan Teknik Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember E-mail: fikachu_by@yahoo.com Abstrak Tugas akhir ini membahas mengenai analisa risiko kegagalan sistem perpipaan milik PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) akibat kemungkinan terjadinya soil liquefaction. Sistem perpipaan yang ditinjau ini merupakan jalur transportasi aliran gas pipa gas Labuhan Maringgai Muara Bekasi. Soil liquefaction adalah proses terjadinya perubahan pada tanah yang akan mengalami perubahan sifat dari sifat zat padat menuju sifat zat cair. Proses ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan tanah di area pipa yang terpasang, sehingga dikhawatirkan pipa yang terpasang akan mengalami buckling akibat terjadinya bentangan bebas serta terjadinya perubahan longitudinal stress pada pipa yang terkubur dalam tanah. Analisa risiko dilakukan menggunakan metode Monte Carlo. Sementara perhitungan konsekuensi didapatkan dari kalkulasi tegangan-tegangan yang bekerja pada sistem tersebut, antara lain: hoop stress, axial stress, longitudinal stress dan combined stress, setelah itu didapatkan harga dari masing-masing frekuensi kejadian dan konsekuensi kejadian, harga tersebut dapat dimasukkan ke dalam matriks risiko (sesuai DNV RP F07) untuk menentukan tingkat bahaya yang terjadi. PENDAHULUAN. Latar Belakang Jalur pipa gas Labuhan Maringgai Muara Bekasi adalah jalur pipa offshore yang dimiliki oleh PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN). Jalur pipa ini merupakan bagian dari jalur pipa transmisi yang mengalirkan gas dari Sumatra Selatan (sumber gas dari Pertamina dan Conoco Philips) ke Jawa Barat dan memiliki panjang ± 6 km dan mulai beroperasi pada bulan Agustus 2007. Saat ini pipa tersebut mengalirkan gas sejumlah ± 00 MMSCFD ( Million Metric Standard Cubic Feet per Day ) tekanan ± 800 psig untuk kebutuhan pembangkit listrik dan industri di daerah Jawa Barat. Gambar. Jalur pipa gas transmisi SSWJ jalur Grissik-Pagardewa-Labuhan Maringgai-Muara Bekasi

Likuifaksi akan menyebabkan kerusakan pada struktur tanah antara lain lateral spreading ataupun sand boiling secara tiba tiba saat terjadinya gempa, (Mabrur, 2009) sehingga struktur di atas tanah tersebut umumnya tidak dapat dipergunakan lagi. Selain itu likuifaksi dapat menyebabkan bouyant rise of buried structures yang menimbulkan ledakan pada pipa gas atau tanki bahan kimia terpendam di dalam tanah, (Zhang dan Wang, 992). Likuifaksi yang disertai adanya settlement (penurunan tanah) yang lebih lanjut dapat menjadi penyebab terjadinya bentangan bebas pada sekitar jalur pipa bawah laut dan menyebabkan pipa didasar laut mengalami buckling hingga terjadinya kepecahan pada pipa. Likuifaksi merupakan fenomena hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat getaran. Getaran yang dimaksud dapat berupa getaran yang berasal dari gempa bumi maupun yang berasal dari pembebanan cepat lainnya seperti beban gelombang. Likuifaksi biasanya terjadi pada tanah yang tidak padat. Misalnya tanah yang tersusun dari pasir dan endapan bekas delta sungai, (Chi and Ou, 2003). Oleh sebab itu penelitian tentang analisa risiko akibat soil liquefaction terhadap pipa gas transmisi SSWJ Jalur pipa gas Labuhan Maringgai Muara Bekasi sangat diperlukan. Penelitian ini mencakup tentang sebuah analisa risiko berdasarkan kemungkinan terjadinya soil liquefaction akibat beban gempa bumi di area Jalur pipa gas Labuhan Maringgai Muara Bekasi.Data dari hasil potensi likuifaksi tanah di olah berdasarkan titik tempat yang kemungkinan besar mengalami soil liquefaction, dari data tersebut kemudian ditentukan tingkat risikonya dan mitigasi risiko yang tepat di berikan...2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:. Dilokasi mana saja sepanjang rute pipa gas diletakkan yang memungkinkan terjadinya soil liquefaction? 2. Berapa tingkat penurunan tanah diakibatkan oleh soil liquefaction yang dapat menyebabkan kegagalan pada jaringan pipa gas? 3. Berapa tingkat risiko kegagalan yang akan terjadi pada pipa gas akibat soil liquefaction?. Mitigasi risiko apa yang tepat digunakan untuk mengurangi risiko kegagalan yang ada?.3 Tujuan Tujuan penelitian dari Tugas Akhir ini adalah:. Menentukan rute pipa gas yang memungkinkan terjadinya soil liquefaction 2. Menentukan tingkat penurunan tanah diakibatkan oleh soil liquefaction yang dapat menyebabkan kegagalan pada jaringan pipa gas 3. Menentukan tingkat risiko kegagalan yang akan terjadi pada pipa gas akibat soil liquefaction. Menentukan mitigasi risiko yang tepat digunakan untuk mengurangi risiko kegagalan yang ada. Manfaat Manfaat diadakannya penelitian ini adalah. Dapat mengetahui tingkat risiko yang terjadi pada pipa gas di Teluk Jakarta(Jalur pipa gas Labuhan Maringgai Muara Bekasi) sehingga dapat diketahui pula mitigasi yang tepat untuk mengurangi risiko tersebut dalam upaya penanggulangannya. 2. Dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang komprehensif terhadap upaya optimal dalam analisa risiko yang terjadi pada pipa gas akibat soil 2

liquefaction untuk pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangannya maupun untuk masyarakat pada umumnya. 3. Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dijadikan sebagai rujukan oleh pihak terkait ataupun sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut dalam bidang yang sama. DASAR TEORI Tinjauan Pustaka Studi mengenai peristiwa liquefaction ini secara intensif baru ditekuni setelah peristiwa gempa yang terjadi di Alaska (April, 96) dan gempa yang terjadi di Niigata, Jepang (Juni, 96).Baker dan Faber (2008) melakukan penilaian risiko soil liquefaction menggunakan geostatistik untuk menghitung variabilitas spasial tanah. Makalah ini mengusulkan sebuah metode untuk mengukur sejauh mana potensi likuifaksi oleh perhitungan untuk ketergantungan spasial sifat tanah dan potensial getaran gempa. Parker,et.al (200) melakukan penelitian menghasilkan penelitian yaitu suatu kerangka probabilistik untuk mengevaluasi probabilitas tahunan soil liquefaction metodologi gabungan penilaian terhadap probabilistik bahaya gempa, analisis respon tempat dan evaluasi geoteknik potensi likuifaksi. hasil termasuk kurva, probabilitas tahunan batas pencairan dan keyakinan pada estimasi. Wen, et.al (200) mengusulkan sebuah metode untuk untuk menilai gelombang dan potensi likuifaksi akibat gempa untuk pipa gas bawah laut menggunakan parameter kekuatan dari triaksial siklik test dan uji geser langsung di laboratorium. Wang dan Zhang (992) dalam makalahnya disebutkan sebuah metode umum telah dikembangkan untuk mempelajari respon dinamis dari sistem pipa terkubur selama proses soil liquefaction. Esford, et.al (200) dalam penelitiannya telah memberikan penilaian kulitatif untuk prosedur perankingan tingkat risiko pada pipa beserta lokasi terjadinya kerusakan pada pipa. Tujuannya adalah untuk menerapkan cara sistematis memprioritaskan kegiatan modal dan pemeliharaan berdasarkan prinsip manajemen risiko. Dasar Teori 2. Analisa Risiko Pengambilan keputusan untuk toleransi risiko yang ada disesuaikan standar kode yang ada. DNV RP F07 (200) memberikan hubungan antara fekuensi kejadian, risiko serta kerusakan atau konsekuensi dalam sebuah persamaan sebagai berikut: Risiko = Frekuensi x Konsekuensi (2.) Risk Assesment adalah metode yang sistimatis untuk menentukan apakah suatu kegiatan memiliki risiko yang dapat diterima atau tidak (Muhlbeuer, 200). Risiko adalah kombinasi dari consequence dan probability. Gambar 2.. Matriks Risiko (DNV RP F07, 200) 3

Pengertian daerah ALARP (As Low As Reasonably Practicable) merupakan perbatasan antara risiko itu dapat diterima atau tidak, Apabila perkiraan risiko masih tidak dapat diterima, maka usaha untuk mengurangi risiko dapat dilakukan 3 cara, yaitu diantaranya:. Mengurangi frekuensi. 2. Mengurangi konsekuensi, atau 3. Sebuah kombinasi dari keduanya. d. Terjadi gempa bermagnitudo di atas,0, dan e. Berkecepatan gempa lebih dari 0. g. Tabel 2. Kriteria Rangking Frekuensi (DNV RP F07, 200) Tabel 2.2 Kriteria Rangking Konsekuensi (DNV) 2.2 Soil liquefaction ( Likuifaksi Tanah ) Pada umumnya, likuifaksi merujuk pada hilangnya kekuatan tanah pada keadaan jenuh air, atau kata lain, hilangnya sifat kohesi pada partikel tanah yang diakibatkan oleh tekanan-tekanan air pada pori-pori tanah selama terjadinya beban dinamik, seperti halnya gelombang seismik atau gelombang gempa. kekuatan mencapai MMI (Modified Mercally Intensity) VI. MMI mengukur kekuatan gempa berdasarkan dampaknya, skala I hingga XII. Secara umum dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat terjadinya likuifaksi pada suatu wilayah adalah : a. Lapisan tanah berupa pasir atau lanau, b. Lapisan tanah jenuh air, c. Lapisan tanah bersifat lepas (tidak padat), Gambar 2.2 Kondisi partikel tanah saat mengalami getaran. (saat terjadinya kenaikan tegangan air pori) 2.3 Metode Untuk Mengevaluasi Terjadinya Soil liquefaction Pada dasarnya analisis potensi soil liquefaction adalah mencari dua parameter utama yaitu Cyclic Stress Ratio () yang merupakan tegangan geser siklik yang terjadi akibat gempa dibagi tegangan efektif lain, dan Cyclic Ressistance Ratio (CRR) yang merupakan ketahanan tanah untuk menahan soil liquefaction. Jika angka keamanan lebih kecil atau sama satu (SF ) maka terjadi soil liquefaction dan jika lebih besar satu (SF > ) maka tidak terjadi soil liquefaction, (Jha dan Suzuki, 2008). SF dapat dicari membagi nilai CRR terhadap (SF = CRR/) Cyclic Stress Ratio () Dengan menganggap nilai percepatan rata-rata akibat gempa adalah 0,6 dari percepatan maksimum, maka nilai tegangan geser rata-rata dapat dihitung rumus sebagai berikut: (Seed et al,966) cyc = 0.6 v (2.3) Karena kolom tanah tidak berprilaku seperti sebuah struktur yang kaku pada saat terjadi gempa (tanah dapat mengalami deformasi), maka Seed dan Idriss

(97) memasukkan sebuah faktor reduksi kedalaman (rd) terhadap persamaan tersebut sehingga : (2.) Untuk mendapatkan nilai maka kedua sisi dinormalisasi tegangan vertikal efektif, sehingga dapat dituliskan (2.) Dengan : adalah percepatan maksimum dipermukaan tanah, (m/s 2 ) g adalah percepatan gravitasi bumi, (m/s 2 ) adalah tegangan vertikal total, (N/m²) adalah tegangan vertikal efektif, (N/m²) = tekanan air pori H=kedalaman, = massa jenis air laut rd adalah faktor reduksi terhadap tegangan Pada dasarnya rumus tersebut berlaku untuk gempa magnitude 7.. untuk gempa dengna magnitude tidak sama 7. maka Seed dan Idriss (982) memberikan faktor koreksi MSF (Magnitude Scalling Factor) terhadap persamaan diatas, menjadi : Cyclic Resistant Ratio (CRR) Nilai Cyclic Resistance Ratio (CRR) merupakan nilai ketahanan suatu lapisan tanah terhadap tegangan cyclic. Nilai CRR dapat diperoleh beberapa cara, diantaranya berdasarkan Methode Seed (97) CRR = C N N (2.8) dan C N = (-.2 log ( σ v '/.)) (2.9) Dengan : σ v ' = Tegangan vertical efektif, (N/m²) N = Equivalent number of cycle versus magnitude Tabel 2. Equivalent number of cycle versus magnitude M w N T(s) 6 6. 7 7. 8 0. 0.8 2 3 0.8. 2.0.0 6.0 Faktor Reduksi (rd) Faktor reduksi merupakan nilai yang dapat mengurangi tegangan di dalam tanah. Semakin jauh ke dalam tanah maka faktor reduksi akan semakin kecil. Nilai rd adalah faktor nonlinier pengurangan beban yang bervariasi terhadap kedalaman. Menurut Seed and Idris (97) besar dari nilai reduksi pada tanah berdasarkan kedalamannya adalah seperti yang ada pada gambar 2.3. (2.6) Besarnya MSF dapat dicari berdasarkan persamaan dari Youd dan Noble (997) : Dengan M w adalah magnitude gempa (2.7) Gambar 2.3. Grafik Faktor reduksi, rd (Seed and Idriss, 97).

Secara perhitungan maka nilai rd dapat dicari berdasarkan persamaan dari T. Blake ( personal communication, 996 ) : (2.0) 2.3 Metode Untuk Mengevaluasi Terjadinya Penurunan Tanah akibat Soil LIquefaction Untuk para praktisi teknik, tugas terpenting dalam melakukan analisa mengenai soil liquefaction ini adalah memprediksi dimana fenomena tersebut akan terjadi serta memperkirakan seberapa dalam penurunan tanah yang akan ditimbulkannya. Jeng dan Seymour (2007) memberikan persamaan mengenai hubungan antara parameter B kedalaman maksimum yang terjadi akibat soil liquefaction, yakni: (2.) Dengan : γ = berat volume tanah kering (N/m³) γ s = berat tanah (N/m³) γ w = berat volume air (N/m³) C ν = koefisien konsolidasi (m²/s) G = modulus geser (N/m²) K = permeabilitas tanah (m/s) T = periode gelombang (s) ν = poisson s ratio k = angka gelombang α dan β = konstanta empiris fungsi dari densitas relative (Dr) (McDougal et al., 989) Pb = amplitudo tekanan gelombang dinamik Kedalaman maksimum penurunan tanah akibat soil liquefaction dapat mudah diketahui melalui grafik hubungan antara parameter B kedalaman maksimum penurunan tanah (zl) yang ditunjukkan oleh Gambar 2.7. (2.2) (2.3) (2.) serta (2.) (2.6) dan (2.7) Dengan: K 0 = koefisien tekanan lateral tanah Φ = sudut geser tanah ( ) Gambar 2.7. Grafik Distribusi Kedalaman Maksimum (zl) Parameter B (Jeng dan Seymour, 2007). 2. Kegagalan Jaringan Pipa Akibat Soil liquefaction Untuk analisa keandalan akibat soil liquefaction ini, Jha dan Suzuki (2008) memberikan sebuah persamaan Peluang Kegagalan sebagai berikut: 6

(2.8) Lebih lanjut, Jha dan Suzuki (2008) juga memberikan persamaan Moda Kegagalan (MK) untuk menghitung analisa keandalan dari sebuah sistem perpipaan yang mengalami kegagalan akibat soil liquefaction adalah sebagai berikut: (2.9) Dengan: CRR = Cyclic Resistance Ratio = Cyclic Stress Ratio Sistem dikatakan gagal jika g(x) < 0, dinyatakan berhasil jika g(x) > 0, dan bila g(x) = 0 maka sistem dinyatakan failure surface (Rosyid, 2007). Variabel acak dasar terdiri dari variabel fisik yang menggambarkan ketidakpastian. Persamaan untuk mengestimasi frekuensi kejadiannya adalah sebagai berikut: F = P N k (2.20) Namun karena perhitungan frekuensi yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir menggunakan metode Monte Carlo, maka persamaan untuk mengestimasi frekuensi kejadiannya menjadi (Rosyid, 2007): (2.2) Dengan: F k = frekuensi kejadian P = peluang kegagalan dari sistem P g = peluang gagal dari seluruh kejadian N k = jumlah seluruh kejadian n = jumlah kejadian gagal Kriteria dari frekuensi dapat dilihat pada Tabel 2.. Konsekuensi Kejadian Konsekuensi yang mungkin terjadi bila penurunan tanah yang disebabkan oleh fenomena soil liquefaction pada jalur perpipaan terjadi adalah terjadinya perubahan tegangan pada sistem perpipaan tersebut yang lebih lanjut dapat menyebabkan buckling pada pipeline system tersebut. Persamaan-persamaan yang dapat digunakan untuk mengestimasi hal tersebut adalah (DNV OS F0, 2000): Hoop stress : (2.22) (2.23) Longitudinal stress : (2.2) Axial stress : (2.2) (2.26) (2.27) (2.28) Combined stress : (2.29) Dengan: σ h = hoop stress (psi) σ L = longitudinal stress (psi) σ a = axial stress (psi) σ c = combined stress (psi) P i = net internal pressure (psi) P e = eksternal pressure (psi) ρ = massa jenis air laut (kg/m³) g = gaya gravitasi (m/s²) d = kedalaman laut OD atau Do = outer diameter (inch) t = wall thickness (inch) 7

D i = diameter dalam pipa (inch) A = cross sectional area (inch²) r = jari-jari (inch) Tabel 2.2. Kriteria dari konsekuensi dapat dilihat pada ANALISA DATA dan PEMBAHASAN 3. Data Lingkungan dan Data Sistem Perpipaan Tabel. Data Segmentasi Kedalaman Pipa Gas Bawah Laut PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) dan jenis tanah. KP Jenis Tanah Kedalaman 39 Silty Sand 23.00 0 Silty Sand 22.00 Silty Sand 2.00 zone 7 2 Silty Sand 20.00 3 Silty Sand 9.00 Silty Sand 9.00 Silty Sand 8.00 6 Silty Sand 8.00 7 Silty Sand 7.00 8 Silty Sand 6.00 9 Silty Sand 6.00 0 Silty Sand.00 Silty Sand.00 2 Silty Sand.00 3 Silty Sand 2.00 Silty Sand 0.00 Silty Sand.00 8 Data lingkungan yang dipakai adalah data Peak Ground Acceleration (α max ) yang ada pada lokasi yang ditinjau. Data berdasarkan pada peta yang ditunjukkan gambar.3 Gambar.3 Peak Ground Acceleration (α max ).Sumber dari Kementerian Pekerjaan Umum Selain data-data lingkungan, untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini juga diperlukan data sistem perpipaan. Data sistem perpipaan ditunjukkan secara lengkap pada Tabel.2., Tabel.3 dan Tabel. 8

3.2 Pengolahan Data dimiliki oleh Perhitungan Cyclic Resistance Ratio (CRR) Berdasarkan data kedalaman dan data pipa yang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero), dapat diketahui harga dari CRR untuk masing-masing KP menggunakan Persamaan 2.8, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel. Tabel.9, sebagai berikut: Tabel.. Hasil Perhitungan CRR untuk KP 39 KP M w = 6 KP CRR KP CRR KP CRR 39 0.2996 0.373 0.3 0 0.302 6 0.373 2 0.3 0.323 7 0.370 3 0.80 2 0.3327 8 0.383 0.86 3 0.37 9 0.383 0.667 0.37 0 0.3989 Tabel.6. Hasil Perhitungan CRR untuk KP 39 KP M w =6. KP CRR KP CRR KP CRR 39 0.79 0.77 0.6628 0 0.96 6 0.77 2 0.6628 0.0 7 0.927 3 0.768 2 0.32 8 0.69 0.778 3 0.6 9 0.69 0.9867 0.6 0 0.6382 Tabel.7. Hasil Perhitungan CRR untuk KP 39 KP M w = 7 KP CRR KP CRR KP CRR 39 0.993 0.76 0.8286 0 0.620 6 0.76 2 0.8286 0.62 7 0.709 3 0.8960 2 0.66 8 0.7686 0.9730 3 0.689 9 0.7686.233 0.689 0 0.7977 Tabel.8. Hasil Perhitungan CRR untuk KP 39 KP M w =7. KP CRR KP CRR KP CRR 39.98.292.67 0.209 6.292 2.67.280 7.88 3.7920 2.330 8.372.99 3.3790 9.372 2.666.3790 0.9 Tabel.9. Hasil Perhitungan CRR untuk KP 39 KP M w = 8 KP CRR KP CRR KP CRR 39.7978 2.38 2.87 0.86 6 2.38 2 2.87.927 7 2.2228 3 2.6879 2.996 8 2.308 2.989 3 2.068 9 2.308 3.6999 2.068 0 2.3932 Perhitungan Cyclic Stress Ratio () Analisa berdasarkan nilai peak ground acceleration yang minimum, rata-rata dan maximum. Tabel.0 Hasil Perhitungan untuk KP 39 KP M w = 6 KP α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g 39 0.02 0.200 0.327 0 0.03 0.262 0.38 0.00 0.23 0.67 9

2 0.068 0.266 0.76 3 0.088 0.27 0.886 0.088 0.27 0.886 0.062 0.288 0.080 6 0.062 0.288 0.080 7 0.0638 0.2937 0.29 8 0.0666 0.3066 0.28 9 0.0666 0.3066 0.28 0 0.069 0.320 0.77 0.072 0.3337 0.606 2 0.072 0.3337 0.606 3 0.0778 0.38 0.663 0.088 0.3769 0.679 0.083 0.3928 0.7080 Tabel. Hasil Perhitungan untuk KP 39 KP M w =6. KP α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g 39 0.060 0.296 0.3 0 0.066 0.3022 0.8 0.067 0.30 0.606 2 0.0697 0.32 0.788 3 0.0722 0.3327 0.998 0.0722 0.3327 0.998 0.07 0.39 0.623 6 0.07 0.39 0.623 7 0.0783 0.360 0.699 8 0.087 0.376 0.678 9 0.087 0.376 0.678 0 0.083 0.3930 0.708 0.0889 0.096 0.738 2 0.0889 0.096 0.738 3 0.09 0.00 0.7932 0.00 0.626 0.8339 0.07 0.82 0.8690 Tabel.2 Hasil Perhitungan untuk KP 39 KP M w = 7 KP α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g 39 0.0773 0.362 0.62 0 0.0793 0.363 0.686 0.086 0.379 0.6777 2 0.083 0.3882 0.6997 3 0.0873 0.022 0.72 0.0873 0.022 0.72 0.0908 0.8 0.738 6 0.0908 0.8 0.738 7 0.096 0.38 0.787 8 0.0988 0.0 0.8202 9 0.0988 0.0 0.8202 0 0.03 0.70 0.863 0.07 0.92 0.8926 2 0.07 0.92 0.8926 3 0. 0.320 0.990 0.2 0.92.008 0.26 0.828.006 Tabel.3 Hasil Perhitungan untuk KP 39 KP M w =7. KP α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g 39 0.0923 0.20 0.766 0 0.096 0.39 0.788 0.097 0.86 0.8086 2 0.006 0.632 0.839 3 0.02 0.799 0.86 0.02 0.799 0.86 0.083 0.989 0.899 6 0.083 0.989 0.899 7 0.29 0.200 0.937 8 0.79 0.29 0.9786 9 0.79 0.29 0.9786 0 0.23 0.668.028 0.283 0.908.06 2 0.283 0.908.06 3 0.378 0.637.2 0.9 0.6673.2029 0.0 0.69.23 Tabel. Hasil Perhitungan untuk KP 39 KP M w = 8 KP α min = 0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g 39 0.088 0.03 0.9037 0

0 0.6 0.2 0.9270 0.9 0.29 0.938 2 0.86 0.6 0.989 3 0.229 0.66.020 0.229 0.66.020 0.278 0.88.0609 6 0.278 0.88.0609 7 0.332 0.63.08 8 0.390 0.60. 9 0.390 0.60. 0 0.2 0.6686.203 0.3 0.6970.26 2 0.3 0.6970.26 3 0.626 0.788.398 0.709 0.7872.90 0.78 0.8203.787 Perhitungan Safety Factor (SF) Setelah dari hasil perhitungan sebelumnya didapatkan harga parameter-parameter CRR dan, berikutnya adalah mengestimasi SF. SF merupakan parameter terpenting dan mutlak yang harus diperhitungkan dalam proses identifikasi soil liquefaction. Hasil perhitungan SF selengkapnya ditunjukkan oleh Tabel. Tabel.9 Tabel. Hasil Perhitungan SF untuk KP 39 KP M w = 6 α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g KP SF KATEGORI SF KATEGORI SF KATEGORI 39.799 Non Liquefaction.283 Non Liquefaction 0.692 Liquefaction 0.800 Non Liquefaction.2600 Non Liquefaction 0.6990 Liquefaction.808 Non Liquefaction.2680 Non Liquefaction 0.703 Liquefaction 2.889 Non Liquefaction.2720 Non Liquefaction 0.706 Liquefaction 3.882 Non Liquefaction.278 Non Liquefaction 0.70 Liquefaction.882 Non Liquefaction.278 Non Liquefaction 0.70 Liquefaction.80 Non Liquefaction.2679 Non Liquefaction 0.703 Liquefaction 6.80 Non Liquefaction.2679 Non Liquefaction 0.703 Liquefaction 7.8097 Non Liquefaction.263 Non Liquefaction 0.6997 Liquefaction 8.7728 Non Liquefaction.233 Non Liquefaction 0.692 Liquefaction 9.7728 Non Liquefaction.233 Non Liquefaction 0.692 Liquefaction 0.7389 Non Liquefaction.29 Non Liquefaction 0.692 Liquefaction.782 Non Liquefaction.2 Non Liquefaction 0.6887 Liquefaction 2.782 Non Liquefaction.2 Non Liquefaction 0.6887 Liquefaction 3.78 Non Liquefaction.296 Non Liquefaction 0.6932 Liquefaction.96 Non Liquefaction.2908 Non Liquefaction 0.760 Liquefaction 7.232 Non Liquefaction.70 Non Liquefaction 0.870 Liquefaction Tabel.6 Hasil Perhitungan SF untuk KP 39 KP M w =6. KP α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g SF KATEGORI SF KATEGORI SF KATEGORI 39 7.93 Non Liquefaction.6272 Non Liquefaction 0.9027 Liquefaction 0 7.68 Non Liquefaction.62 Non Liquefaction 0.92 Liquefaction 7.637 Non Liquefaction.629 Non Liquefaction 0.969 Liquefaction 2 7.637 Non Liquefaction.68 Non Liquefaction 0.998 Liquefaction 3 7.636 Non Liquefaction.679 Non Liquefaction 0.997 Liquefaction 7.636 Non Liquefaction.679 Non Liquefaction 0.997 Liquefaction 7.633 Non Liquefaction.628 Non Liquefaction 0.969 Liquefaction 6 7.633 Non Liquefaction.628 Non Liquefaction 0.969 Liquefaction

7 7.732 Non Liquefaction.6 Non Liquefaction 0.92 Liquefaction 8 7.22 Non Liquefaction.6337 Non Liquefaction 0.9063 Liquefaction 9 7.22 Non Liquefaction.6337 Non Liquefaction 0.9063 Liquefaction 0 7.80 Non Liquefaction.62 Non Liquefaction 0.900 Liquefaction 7.0 Non Liquefaction.682 Non Liquefaction 0.8977 Liquefaction 2 7.0 Non Liquefaction.682 Non Liquefaction 0.8977 Liquefaction 3 7.030 Non Liquefaction.6289 Non Liquefaction 0.9036 Liquefaction 7.70 Non Liquefaction.6826 Non Liquefaction 0.933 Liquefaction 9.27 Non Liquefaction 2.067 Non Liquefaction.3 Non Liquefaction Tabel.7 Hasil Perhitungan SF untuk KP 39 KP M w =7 KP α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g SF KATEGORI SF KATEGORI SF KATEGORI 39 7.70 Non Liquefaction.682 Non Liquefaction 0.933 Liquefaction 0 7.8229 Non Liquefaction.698 Non Liquefaction 0.92 Liquefaction 7.872 Non Liquefaction.709 Non Liquefaction 0.98 Liquefaction 2 7.8970 Non Liquefaction.7 Non Liquefaction 0.9 Liquefaction 3 7.8960 Non Liquefaction.72 Non Liquefaction 0.909 Liquefaction 7.8960 Non Liquefaction.72 Non Liquefaction 0.909 Liquefaction 7.8720 Non Liquefaction.7090 Non Liquefaction 0.98 Liquefaction 6 7.8720 Non Liquefaction.7090 Non Liquefaction 0.98 Liquefaction 7 7.8307 Non Liquefaction.7000 Non Liquefaction 0.93 Liquefaction 8 7.780 Non Liquefaction.6892 Non Liquefaction 0.937 Liquefaction 9 7.780 Non Liquefaction.6892 Non Liquefaction 0.937 Liquefaction 0 7.733 Non Liquefaction.6793 Non Liquefaction 0.936 Liquefaction 7.7073 Non Liquefaction.6733 Non Liquefaction 0.9282 Liquefaction 2 7.7073 Non Liquefaction.6733 Non Liquefaction 0.9282 Liquefaction 3 7.780 Non Liquefaction.683 Non Liquefaction 0.933 Liquefaction 8.038 Non Liquefaction.7398 Non Liquefaction 0.96 Liquefaction 9.778 Non Liquefaction 2.62 Non Liquefaction.70 Non Liquefaction Tabel.8 Hasil Perhitungan SF untuk KP 39 KP M w =7. α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g KP SF KATEGORI SF KATEGORI SF KATEGORI 39 2.9906 Non Liquefaction 2.8203 Non Liquefaction.6 Non Liquefaction 0 3.28 Non Liquefaction 2.868 Non Liquefaction.792 Non Liquefaction 3.99 Non Liquefaction 2.868 Non Liquefaction.892 Non Liquefaction 2 3.2369 Non Liquefaction 2.8737 Non Liquefaction.92 Non Liquefaction 3 3.233 Non Liquefaction 2.873 Non Liquefaction.90 Non Liquefaction 3.233 Non Liquefaction 2.873 Non Liquefaction.90 Non Liquefaction 3.9 Non Liquefaction 2.866 Non Liquefaction.89 Non Liquefaction 6 3.9 Non Liquefaction 2.866 Non Liquefaction.89 Non Liquefaction 7 3.27 Non Liquefaction 2.896 Non Liquefaction.808 Non Liquefaction 8 3.02 Non Liquefaction 2.83 Non Liquefaction.707 Non Liquefaction 2

9 3.02 Non Liquefaction 2.83 Non Liquefaction.707 Non Liquefaction 0 2.968 Non Liquefaction 2.89 Non Liquefaction.6 Non Liquefaction 2.990 Non Liquefaction 2.807 Non Liquefaction.9 Non Liquefaction 2 2.990 Non Liquefaction 2.807 Non Liquefaction.9 Non Liquefaction 3 3.000 Non Liquefaction 2.8232 Non Liquefaction.66 Non Liquefaction 3.327 Non Liquefaction 2.962 Non Liquefaction.677 Non Liquefaction 6.3392 Non Liquefaction 3.72 Non Liquefaction.9678 Non Liquefaction Tabel.9 Hasil Perhitungan SF untuk KP 39 KP M w =8 KP α min =0.202 g α avg = 0.38 g α max = 0.9983 g SF KATEGORI SF KATEGORI SF KATEGORI 39 6.8 Non Liquefaction 3.86 Non Liquefaction.989 Non Liquefaction 0 6.6737 Non Liquefaction 3.698 Non Liquefaction 2.008 Non Liquefaction 6.779 Non Liquefaction 3.628 Non Liquefaction 2.0208 Non Liquefaction 2 6.83 Non Liquefaction 3.6 Non Liquefaction 2.027 Non Liquefaction 3 6.829 Non Liquefaction 3.637 Non Liquefaction 2.0268 Non Liquefaction 6.829 Non Liquefaction 3.637 Non Liquefaction 2.0268 Non Liquefaction 6.778 Non Liquefaction 3.626 Non Liquefaction 2.0207 Non Liquefaction 6 6.778 Non Liquefaction 3.626 Non Liquefaction 2.0207 Non Liquefaction 7 6.690 Non Liquefaction 3.623 Non Liquefaction 2.000 Non Liquefaction 8 6.83 Non Liquefaction 3.600 Non Liquefaction.9973 Non Liquefaction 9 6.83 Non Liquefaction 3.600 Non Liquefaction.9973 Non Liquefaction 0 6.868 Non Liquefaction 3.793 Non Liquefaction.986 Non Liquefaction 6.273 Non Liquefaction 3.66 Non Liquefaction.978 Non Liquefaction 2 6.273 Non Liquefaction 3.66 Non Liquefaction.978 Non Liquefaction 3 6.3 Non Liquefaction 3.898 Non Liquefaction.99 Non Liquefaction 7.0806 Non Liquefaction 3.7082 Non Liquefaction 2.07 Non Liquefaction 20.776 Non Liquefaction.0 Non Liquefaction 2.022 Non Liquefaction Dari Tabel. Tabel.7. dapat diketahui bahwa harga SF untuk masing-masing KP pada α min =0.202 g dan α avg = 0.38 g adalah lebih besar dari (SF>) sehingga potensi soil liquefaction sangat kecil untuk terjadi. Tetapi untuk α max = 0.9983 g nilainya adalah lebih kecil dari (SF<) sehingga besar kemungkinan terjadinya soil liquefaction. Pada Tabel.8-.9 semua harga SF menunjukkan lebih besar dari Perhitungan Penurunan Tanah Tabel.20. Hasil Perhitungan Nilai B Untuk KP 39 KP M w = 6 KP M = 6 M = 6 M = 6 α min= 0.202 g α avg= 0.38 g α max = 0.9983 g λ Z B ZL(m ) λ Z B ZL( m) λzl B ZL(m ) l l 39 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0. 0. 0.06 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.8 0..09 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 6 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 7 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3.0 0.3.8 8 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0. 0. 0.06 9 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0. 0. 0.06 3

0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 Tabel.2. Hasil Perhitungan Nilai B Untuk KP 39 KP M w = 6. KP M = 6. M = 6. M = 6. α min= 0.202 g α avg= 0.38 g α max = 0.9983 g λzl B Zl λzl B Zl λzl B Zl 39 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3.0 0.3.8 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0. 2.96 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3.0 0..8 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 6 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3.0 0.2.8 7 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.8 0..09 8 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 9 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3.0 0.3.8 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3.0 0.3.8 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0. 6.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0.8 0..09 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.00 Tabel.22. Hasil Perhitungan Nilai B Untuk KP 39 KP M w = 7 KP M = 7 M = 7 M = 7 α min= 0.202 g α avg= 0.38 g α max = 0.9983 g λzl B Zl λzl B Zl λzl B Zl 39 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0. 6.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0. 0. 0.06 2 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0. 6.0 3 0 0.0 0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0 0 0.0 0.0 3 0.3.8 6 0 0.0 0 0 0.0 0.0 3 0.3.8 7 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0. 6.0 8 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0. 6.0 9 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0. 6.0 0 0 0.0 0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0 0 0.0 0.0.8 0..09 2 0 0.0 0 0 0.0 0.0.8 0..09 3 0 0.0 0 0 0.0 0.0.9 0.2 2.96 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0. 6.0 0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.00 Tabel.23. Hasil Perhitungan Nilai B Untuk KP 39 KP M w = 7. KP M = 7. M = 7. M = 7. α min= 0.202 g α avg= 0.38 g α max = 0.9983 g λ B ZL λ B ZL λ B ZL ZL ZL ZL 39 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 6 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 7 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 8 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 9 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 Tabel.2. Hasil Perhitungan Nilai B Untuk KP 39 KP M w = 8 KP M = 8 M = 8 M = 8 α min= 0.202 g α avg= 0.38 g α max = 0.9983 g λ ZL B ZL λ ZL B ZL λ ZL B ZL 39 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 6 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 7 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 8 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 9 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 2 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 3 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0

0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 0 0.0 0.0 Perkiraan Frekuensi Untuk mengestimasi peluang kegagalan yang terjadi pada sistem perpipaan akibat adanya soil liquefaction, digunakanlah metode Monte Carlo. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari angka acak yang di gunakan untuk menghitung peluang kegagalan dalam metode Monte carlo. Parameter yang diberi angka acak dalam perhitungan ini adalah parameter ground acceleration (α) memberikan data acak sebanyak 000 data dan nilai antara 0.-. Kemudian angka acak tersebut dimasukkan ke FKP distribusi yang digunakan, yaitu distribusi uniform semua angka acak memiliki peluang yang sama dalam menentukan gagal atau suksesnya sistem. Kemudian menentukan frekuensi kejadian menggunakan mode kegagalan yang telah ditentukan sebelumnya Tabel.2 Perkiraan Frekuensi Kegagalan Akibat Soil liquefaction KP M = 6 M = 6. M = 7 M = 7. M = 8 FK K FK K FK K FK K FK K 39 0.338 0.0 0.06 0 0.33 0.09 0.060 0.328 0.086 0.02 2 0.326 0.082 0.09 3 0.327 0.083 0.00 0.327 0.083 0.00 0.328 0.086 0.02 6 0.328 0.086 0.02 7 0.33 0.09 0.06 8 0.336 0.0 0.062 9 0.336 0.0 0.062 0 0.339 0.0 0.066 0.30 0.0 0.072 2 0.30 0.0 0.072 3 0.337 0.03 0.063 0.307 0.06 0.03 0.38 Dengan: Fk = frekuensi kejadian K = kriteria rangking frekuensi berdasarkan DNV RP F07, 200

Perkiraan Konsekuensi Table.27. Rangking Perhitungan Konsekuensi. KP σ c (psi) SMYS (psi) Batas minimum kriteria < 0.9 SMYS (psi) RANKING 39 2793.0 7032 63292. 0 282.69 7032 63292. 287.98 7032 63292. 2 2890.28 7032 63292. 3 2922.7 7032 63292. 2922.7 7032 63292. 29.86 7032 63292. 6 29.86 7032 63292. 7 2987. 7032 63292. 8 209. 7032 63292. 9 209. 7032 63292. 0 20.7 7032 63292. 208.03 7032 63292. 2 208.03 7032 63292. 3 28.6 7032 63292. 223.20 7032 63292. 237.66 7032 63292.. Matriks Risiko Daerah hasil perkalian Gambar.. Matriks Risiko (DNV RP F07, 200). Tabel.28. Tabulasi Matriks Risiko. KP M = 6 M = 6. M = 7 M = 7. M = 8 Fk Rk Fk Rk Fk Rk Fk Rk Fk Rk 39 0 2 3 6 7 8 9 6

0 2 3 Dengan: Fk = rangking frekuensi kejadian Rk = rangking konsekuensi kejadian.6 Mitigasi Risiko a. Perlindungan tambahan pada pipa penumpukan gravel Pada dasarnya adalah untuk mengurug pipa didasar laut batu-batuan yang ditempatkan di sekeliling pipa atau di bawah pipa. Batu-batuan ini dapat membantu mengurangi potensi terjadinya soil liquefaction. Karena pada saat soil liquefaction terjadi tanah tidak akan terlalu banyak kehilangan tegangan geser karena memungkinkan masih adanya penopang sehingga pipa yang terletak di atasnya tidak mengalami free span yang tidak di ijinkan. Pengurukan ini dilakukan menggunakan kapal di permukaan laut yang berjalan di sepanjang jalur pipa. Batu bias dijatuhkan dari kapal cara side dumping (dijatuhkan dari sisi kapal) atau fall pipe (dijatuhkan melalui sebuah kapal). Atau juga dapat dilakukan bottom dropping (bukaan di dasar kapal). b. Perlindungan tambahan pada pipa karung pasir atau grout Pada dasarnya adalah untuk melindungi pipa dari free span (bentangan bebas) yang tidak diijinkan yang dapat terjadi pada pipa pada saat soil liquefaction, sehingga bisa menyebabkan pipa mengalami buckling. Proses ini dibuat menempatkan beberapa karungkarung pasir atau grout di bawah pipeline yang tanahnya mengalami penurunan akibat soil liquefaction. Atau bisa juga dipasang kain fabric yang kosong dibawah pipeline kemudian diisi dnegan grout. Cara ini dipandang lebih andal dan merupakan penopang struktur yang lengkap. Untuk penopang yang besar lebih cepat pemasangannya. Juga cara ini dapat dibentuk sesuai kontur pipa dan diikat pipeline untuk menjamin koneksi yang permanen pipeline. KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan. Di lokasi di sepanjang jalur pipa diletakkan tidak akan terjadi soil liquefaction Magnitude Gempa (Mw) = 6, 6., 7, 7. dan 8 ground acceleration (α) yang diberikan adalah untuk harga α min = 0.202g dan α avg = 0.38g sedangkan harga α max = 0.9983g akan terjadi soil liquefaction di daerah pipa yang memiliki Magnitude Gempa (Mw) =6, 6. dan 7 untuk Magnitude Gempa (Mw) = 7. dan 8 tidak akan terjadi soil liquefaction karena membutuhkan nilai α > (lebih besar dari batasan nilai α yang diberikan dalam tugas akhir ini) 2. Penurunan tanah terjadi pada lokasi-lokasi yang mengalami soil liquefaction akibat gempa. 3.Tingkat risiko kegagalan yang terjadi untuk semua variasi perhitungan terletak di zona hijau pada matrik 7

kegagalan. Ini berarti risiko yang ditimbulkan untuk semua variasi perhitungan dapat diterima..mitigasi Risiko yang digunakan disini lebih banyak mengarah untuk mengurangi frekuensi yang timbul akibat soil liquefaction. Mitigasi risiko yang dapat dilakukan adalah : Perlindungan tambahan pada pipa penumpukan gravel Perlindungan tambahan pada pipa karung pasir atau grout Saran Beberapa hal yang dapat disarankan pada akhir dari tugas akhir ini adalah:. Untuk pipa yang mengalami kondisi terjadinya soil liquefaction dapat dilakukan penelitian lanjut tentang manajemen risiko beserta dampak bahaya yang ditimbulkan terhadap aspek-aspek kehidupan yang berada di sekeliling daerah pipa. 2. Dapat dilakukan analisa risiko kembali nilai variasi α (ground acceleration) untuk masing masing Mw 3. Metode analisa risiko yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dapat divariasikan metode analisa risiko yang lain.. Dapat dilakukan analisa mitigasi risiko yang lebih kompleks metode yang lebih tepat. DAFTAR PUSTAKA Baker, Jack W.2008. Liquefaction Risk Assessment Using Geostatistics to account for Soil Spatial Variability. Journal Of Geotechnical And Geoenvironmental Engineering, ASCE 090-02(2008), 3:() Castro et al. 988. Liquefaction Evaluation Procedure: Closure to Discussion. Journal of Geotechnical Engineering,, 2, 2 29. Chang et al. 200. 3-D Liquefaction Potential Analysis of Seabed at Nearshore Area. Journal of Marine Science and Technology, 200; 2(3): -. Chi, Y. Yao & Li Ting Ou. 200. A Study On Probabilistic Evaluation of Soil liquefaction. Special Issue on Soil liquefaction. Das, B. M. 98. Principles of Geotechnical Engineering. PWS Publishers. New York. Irawan, Bayu W.P. 200. Analisa Risiko Terhadap Pipa Gas Bawah Laut Kodeco Akibat Soil liquefaction Sedimen Dasar Laut. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Kelautan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya Jeng and Seymour. 2007. Simplified Analytical Approximation for Pore-Water Pressure Buildup in Marine Sediments. ASCE, 0733-90X(2007) 33:(309). Jha, S. K. and Kiichi Suzuki. 2008. Reliability Analysis of Soil liquefaction Based on Standard Penetration Test. Computers and Geotechnics, 36 (2009) 89-96. Mabrur, Muhammad. 2009. Analisa Potensi Likuifaksi Pada Area Apron Bandar Udara Medan Baru. Tugas Akhir.Jurusan Teknik Sipil.Universitas Sumatera Utara.Medan. Recommended Practice Det Norske Veritas DNV OS F0. Submarine Pipelines System.Norwegia. Recommended Practice Det Norske Veritas DNV RP F07. Risk Assesment of Pipeline Protection. Norwegia. Rosyid, D. M. 2007. Pengantar Rekayasa Keandalan. Airlangga University Press. Surabaya. Seed, H. B., and Idriss, I. M. 97. Simplified procedure for evaluating soil liquefaction potential. J. Geotech. Engrg. Div., ASCE, 97(9), 29 273. Sladen et al. 98. Back Analysis of The Nerlerk Berm Liquefaction Slides. Canadian Geotechnical Journal, 22,, 79 88. 8

Tua, Pison Tulus. 2007. Penilaian Risiko Terhadap Pipa Bawah Laut Sistem Skoring. Tugas Akhir. Program Studi Teknik Kelautan. Institut Teknologi Bandung. Bandung Wang, L.R.L. & H. Zhang. 992. Buried Pipeline System in a Liquefaction Environment. Tenth World Conference Youd, T. L., and Noble, S. K. 997. Magnitude scaling factors. Proc., NCEER Workshop on Evaluation of Liquefaction Resistance of Soils, Nat. Ctr. for Earthquake Engrg. Res., State Univ. of New York at Buffalo, 9 6. Yu et al. 200. Progressive Liquefaction Process of Loosely Deposited Sand Bed Under Oscillating Water Pressure on Its Surface. J. Geotech. Eng., JSCE. No. 680/III-, -. 9